BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistik, maka berikut didalam tabel akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata – rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi bagi masing – masing variabel. Tabel 4.1 Diskripsi Variabel Penelitian
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
SIZE
50
25.33
32.08
28.5422
1.68142
ROA
50
-4.19
40.38
13.4824
11.89251
DER
50
.10
2.28
.7754
.57585
CSR
50
.14
.83
.4086
.21106
Valid N (listwise)
50
Sumber: Data sekunder Spss 16.0 di olah tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah pengamatan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) periode 2010-2014. Dalam penelitian ini sebanyak 50 data. Ukuran Perusahaan (Size) memiliki nilai tertinggi (maximum) sebesar 32.08 yaitu pada PT. Indofood sukses Makmur tahun 2014 . Dan nilai terendah (minimum) sebesar 25.33 yaitu pada PT. Pyrindam farma tahun 2010 . sedangkan rata-rata (mean) pada periode 2010-2014 sebesar 28.5422. Profitabilitas (ROA) memiliki nilai tertinggi (maximum) sebesar 40.38 yaitu pada PT. Unilever Indonesia tahun 2012. Dan nilai terendah
95
96
(minimum) sebesar -4.19 yaitu pada PT. Indofarma tahun 2013. sedangkan rata-rata (mean) pada periode 2010-2014 sebesar 13.4824. Leverage (DER) memiliki nilai tertinggi (maximum) sebesar 2.28 yaitu pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tahun 2010. Dan nilai terendah (minimum) sebesar 0,10 yaitu pada PT. Mandom Indonesia tahun 2010. sedangkan rata-rata (mean) pada periode 2010-2014 sebesar 0,7754. CSR memiliki nilai tertinggi (maximum) sebesar 0.83 yaitu pada PT. Unilever Indonesia tahun 2012. Dan nilai terendah (minimum) sebesar 0,14 yaitu pada PT.Mandom Indonesia tahun 2010. sedangkan rata-rata (mean) pada periode 2010-2014 sebesar 0,4086.
B. Uji asumsi klasik Uji asumsi klasik dilakukan sebagai persyaratan analisis regresi berganda.
Dalam
uji
asumsi
klasik
ini
meliputi
uni
normalitas,
multikolenieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan dependen mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah model yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilihat dengan analisi grafik dan analisis statistik.
a. Analisis Grafik Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik P-Plot.Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
97
pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber: Hasil Olahan Data SPSS 16.0 tahun 2015 Dilihat dari tampilan grafik histogram tersebut dapat disimpulkan bahwa kurva membentuk lonceng maka dapat dikatakan model berdistribusi normal. Jika dilihat dari grafik normal P-Plot seperti pada gambar berikut:
98
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot
Sumber: Data sekunder Spss 16.0 diolah tahun 2015 Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan normalitas.
bahwa
model
regresi
tidak
menyalahi
asumsi
99
b. Analisis Statistik Untuk memastikan apakah residual terdistribusi normal maka dilakukan
uji
Kolmogorov-Smirnov
(K-S).
Data
dikatakan
berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi lebih dari 5%. Hasil uji K – S dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SIZE N
50
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
28.5422
Std. Deviation
1.68142
Absolute
.091
Positive
.091
Negative
-.071
Kolmogorov-Smirnov Z
.646
Asymp. Sig. (2-tailed)
.798
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data sekunder Spss 16.0 diolah tahun 2015 Berdasarkan hasil tabel 4.2 tersebut, nilai Kolmogorof – Smirnov sebesar 0,646 dengan signifikansi 0,798. Data singnifikansi tersebut menunjukkan lebih besar dari 0,05 yang menyatakan bahwa residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual berdistribusi normal.
100
2. Uji Multikolinearitas Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi berganda adalah multikolinieritas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya (independen) berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dari besarnya nilai VIF (Variance Inflating Factor) dan tolerance yang terdapat pada masing masing variabel bebas. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah: a.
Mempunyai Tolerance lebih besar dari 0,1.
b.
Mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian multikolinieritas yang
dilakukan dengan bantuan SPSS for windows, dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut: Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya hubungan antar variabel independen. Jika variabel independen saling berhubungan, maka nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mengetahui uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing – masing variabel seperti pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
101
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics
Toleranc Model
1
e
VIF
(Constant)
SIZE
.850
1.176
ROA
.946
1.057
DER
.861
1.161
a. Dependent Variable: CSR
Sumber: Data sekunder Spss 16.0 diolah tahun 2015 Suatu regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah mempunyai niali Tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Dari data tersebut diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian untuk uji multikolinearitas tidak terjadi masalah antar variabel independen dalam model regresi.
102
3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t - 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari aotukorelasi. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Sebagai berikut Tabel 4.4 akan menampilkan hasil uji autokorelasi: Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R .861
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.741
.724
.11088
Durbin-Watson 2.480
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, SIZE b. Dependent Variable: CSR
sumber: Data sekunder Spss 16.0 diolah tahun 2015 Dengan n = 50 dan k = 3 maka jika dilihat di tabel nilai durbin watson, didapat dL = 1.4206 dan dU = 1.6739, sehingga nilai 4 – dU sebesar 4 – 1.6739 = 2.3261 dan nilai 4 - dL sebesar 4 – 1.4206 = 2.5794 Berdasarkan tabel di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 2,480 dan berada daerah antara 4-dU dan 4-dL (2.3261 < 2,480 < 2,5794), maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala autokorelasi baik secara positif maupun negatif. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.5 sebagai berkut:
103
Gambar 4.3 Hasil Uji Durbin-Watson Autokorelasi Positif
Daerah keraguraguan
Daerah keraguraguan
Autokorelasi negatif
2,480
1,3384
1,6579
2
2,3411
2,6616
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015 Tabel 4.5 Tabel Uji Autokorelasi Hasil Perhitungan
Klasifikasi
Kurang dari 1,1
Ada autokorelasi
1,1 - 1,54
Tanpa kesimpulan
1,55 - 2,46
Tidak ada autokorelasi
2,47 - 2,90
Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,9
Ada autokorelasi
Sumber: Algifari, 2000 Berdasarkan table 4.3 menunjukkan bahwa nilai DurbinWatson sebesar 2.480, dengan membandingkan tabel uji autokorelasi pada table 4.4 yang menunjukkan bahwa tida ada autokorelasi.
104
4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi keasmaan varian dari residual satu pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas dari model regresi bisa dilihat dari garfik scatterplot yang diperoleh dari output spss. Jika titik-titik dalam garfik menyebar diatas 0 dan juga dibawah 0, Serta titik-titik tersebut tidak membentuk pola tertentu disatu titik tempat, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini terbebas dari masalah. Berikut hasil grafik yang diperoleh dari regresi: Gambar 4.4 Scatterplot
Berdasarkan hasil grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
105
C. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), dan Leverage (DER) terhadap corporate sosial Responsibility (CSR). Analisis regresi dan korelasi berkenaan dengan studi ketergantungan variabel tidak bebas (dependent variable) pada suatu variabel bebas (independent variable) dengan maksud untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regresi
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-1.975
.283
SIZE
.079
.010
ROA
.006
DER
.066
Coefficients
Beta
t
Sig.
-6.987
.000
.628
7.712
.000
.001
.349
4.526
.000
.030
.179
2.213
.032
a. Dependent Variable: CSR
Sumber: data sekunder spss 1.6 diolah tahun 2015
106
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: CSR = -1,975 + 0,079 X1 + 0,006 X2 + 0,066 X3 + e Persamaan tersebut mempunyai makna: a.
Konstanta α = -1,975 menunjukkan bahwa apabila variabel ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), Leverage (X3) bernilai 0 atau tidak ada maka variabel pengungkapan CSR akan mengalami penurunan sebesar 1,975
b.
Koefesien β1 = 0,079 menunjukkan bahwa apabila variabel ukuran perusahaan (X1) mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-variabel independen lainnya tetap maka variabel pengungkapan CSR akan mengalami kenaikan sebesar 0,079.
c.
Koefesien β2 = 0,006 menunjukkan bahwa apabila variabel profitabilitas (X2) mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabelvariabel independen lainnya tetap maka variabel pengungkapan CSR akan mengalami kenaikan sebesar 0,006
d.
Koefesien β3 = 0,066 menunjukkan bahwa apabila variabel leverage (X3) mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabelvariabel independen lainnya tetap maka variabel return saham mengalami kenaikan sebesar 0,066.
akan
107
D. Uji Hipotesis 1. Uji Statistik t Tabel 4.7 Hasil uji statistik t (parsial)
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-1.975
.283
SIZE
.079
.010
ROA
.006
DER
.066
Coefficients
Beta
t
Sig.
-6.987
.000
.628
7.712
.000
.001
.349
4.526
.000
.030
.179
2.213
.032
a. Dependent Variable: CSR
Sumber: data sekunder spss 1.6 diolah tahun 2015 Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independent. Kriteria pengujian adalah membandingkan angka signifikansi. Jika nilai signifikan lebih dari 0,05 atau 5% maka H0 ditolak. Sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 atau 5% maka H0 diterima. Dari hasil Uji t pada tabel 4.6 tampak bahwa dari ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR karena ketiga variabel memiliki tingkat nilai signifikansi kurang dari 0,05.
108
Nilai signifikansi masing-masing variabel adalah, 0,000, 0,000 dan 0,032. 1) Pengujian hipotesis pertama (Ha1) H01
= SIZE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Ha1 = SIZE berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan tabel 4.6 dapat kita ketahui bahwa variabel SIZE menghasilkan nilai t hitung sebesar 7,712 dengan nilai t tabel sebesar 1,67591. Sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (7,712<1,67591) dengan nilai signifikan 0,000 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha1 diterima sedangkan H01 ditolak. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa
SIZE
berpengaruh
signifikan
terhadap
variable
pengungkapan CSR. 2) Pengujian Hipotesis ke dua (Ha2) H02 = ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Ha2
=
ROA
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pengungkapan CSR. Berdasarkan tabel 4.7 dapat kita ketahui bahwa variabel ROA menghasilkan nilai t hitung sebesar 4,526 dengan nilai t tabel
109
sebesar 1,67591. Sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (4,526<1,67591) dengan nilai signifikan 0,000 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha2 diterima sedangkan H02 ditolak. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa
ROA
berpengaruh
signifikan
terhadap
variable
pengungkapan CSR. 3) Pengujian Hipotesis ke tiga (Ha3) H03 = DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Ha3 = DER berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan tabel 4.6 dapat kita ketahui bahwa variabel DER menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,213 dengan nilai t tabel sebesar 1,67591. Sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (2,213<1,67591) dengan nilai signifikan 0,032 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha3 diterima sedangkan H03 ditolak. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa DER (Leverage) berpengaruh signifikan terhadap variable pengungkapan CSR. 2. Uji Statistik F Uji Statistik uji F pada dasarnya untuk menguji apakah semua variabel idependent yang dimasukan berpengaruh terhadap variabel
110
dependent secara berasam-sama (simultan). Hasil pengujian uji F dapat dilihat pada gamabr berikut: Tabel 4.8 Hasil perhitungan Uji F b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
1.617
3
.539
.566
46
.012
2.183
49
F
43.843
Sig.
.000
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, SIZE b. Dependent Variable: CSR
Sumber: data sekunder Spss 16.0 diolah tahun 2015 H04 = SIZE, ROA dan DER secara simulatan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Ha4 = SIZE, ROA dan DER secara simulatan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan tabel 4.8 hasil perhitungan uji ANOVA atau UjiF dengan nilai F hitung sebesar 43,843 dan nilai F tabel sebesar 2,81 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha4 diteima dan H04 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependent. Maka dapat dikatakan bahwa SIZE,
a
111
ROA, dan DER secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 3. Koefisien Determinasi Koefisien ini dinyatakan dalam R2. Nilai R2 menunjukkan tingkat kemampuan semua variabel bebas untuk mempengaruhi variabel terikat, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain di luar variabel bebas. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan satu. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi, maka akan semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Berikut merupakan hasil koefisien determinasi pada penelitian ini. Tabel 4.9 Hasil Uji koefiesien Determinassi (R2) b
Model Summary
Std. Error of the Model
1
R
R Square
.861
a
Adjusted R Square
.741
Estimate
.724
.11088
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, SIZE b. Dependent Variable: CSR
Sumber: data sekunder Spss 16.0 diolah tahun 2015 Dilihat dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui nilai Adjusted R2 sebesar 0,724 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 72,4%. Dan
112
sisanya 27,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam variabel regresi dalam penelitian ini. E. Pembahasan Hasil uji signifikan parameter individual (Uji t), pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR Terima H0, jika signifikansi >α = 0,05dan t hitung < t tabel : Tidak ada pengaruh secara parsial antara Ukuran Perusahaan Terhadap CSR. Terima Ha, jika signifikansi <α = 0,05 dan t hitung > t tabel : Ada pengaruh secara parsial antara Ukuran Perusahaan Terhadap CSR Bahwa variabel size menghasilkan nilai t hitung sebesar 7,712 dengan nilai t tabel sebesar 1,67591. Sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (7,712 > 1,67591) dengan nilai signifikan 0,000 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan
(SIZE)
berpengaruh
signifikan
terhadap
variable
pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai t hitung yaitu sebesar 7,712 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000, yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Jadi Semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula pengungkapan yang dikeluarkan, karena semakin besar suatu
113
perusahaan akan mudah dikenal oleh para investor dan masyarakat. Pada zaman sekarang ini perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal, tetapi juga karyawan, konsumen, dan masyarakat. Sebagai perusahaan besar mereka juga telah menyediakan dan mempunyai dana khusus yang digunakan untuk melakukan kegiatan CSR, yang kemudian perusahaan akan menyampaikan kegiatan CSR mereka didalam laporan tahunan. Dengan
melakukan
kegiatan
CSR
perusahaan
berharap
keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan serta mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas, sehingga akan lebih mudah untuk memperoleh akses terhadap modal, dan dapat mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas yang ada di dalam perusahaan. Hasil penelitian mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Rica (2011) yang menyatakan bahwa perusahaan besar yang lebih banyak melakukan aktivitas, kemungkinan mempunyai lebih banyak pemegang saham, yang bisa jadi peduli dengan kegiatan sosial dan lingkungan, dan perusahaan akan menggunakan laporan tahunan sebagai sarana penyampaian informasi. Namun, hasil penelitian ini tidak didukung penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini (2006), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
114
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap pengungkapan CSR Terima H0, jika signifikansi >α = 0,05dan t hitung < t tabel : Tidak ada pengaruh secara parsial antara ProfitabilitasTerhadap CSR Terima Ha, jika signifikansi <α = 0,05 dan t hitung > t tabel : Ada pengaruh secara parsial antara profitabilitas dengan Pengungkapan CSR. Bahwa variabel Profitabilitas (ROA) menghasilkan nilai t hitung sebesar 4,526 dengan nilai t tabel sebesar 1,67591. Sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (4,526 > 1,67591 ) dengan nilai signifikan 0,000 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap
variable
pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai t hitung yaitu sebesar 4,526 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000, yang menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak melakukan pengungkapan informasi CSR. Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan akan tetap mengungkapkan laporan yang diperlukan walaupun profitabilitas perusahaan turun atau naik, karena perusahaan perlu untuk mengungkapkan informasi yang dibutuhkan oleh para investor. Halini sesuai dengan teori stakeholder, karena kelompok inilah yang menjadi pertimbangan utama bagiperusahaan dalam mengungkapkan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam
115
laporan keuangan (Fatayaningrum, 2011). Dan penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Cahyono (2010) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini menghasilkan temuan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2003 dan 2005), Anggraini (2006)80, bahwa profitabilitas tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap CSR.
3. Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan CSR Terima H0, jika signifikansi > α = 0,05dan t hitung < t tabel : Tidak ada pengaruh secara parsial antara Leverage terhadap Pengungkapan CSR Terima Ha, jika signifikansi <α = 0,05 dan t hitung > t tabel : Ada pengaruh secara parsial antara Leverage terhadap Pengungkapan CSR. Bahwa variabel Leverage (DER) menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,875 dengan nilai t tabel sebesar 1,68385. Sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (2,875<1,68385) dengan nilai signifikan 0,007 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
Leverage
berpengaruh
signifikan
terhadap
variable
pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai t hitung yaitu sebesar 3,692 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001, yang
80
Anggraini,F.F, dalam Rimba Kusumadilaga. 2010. “pengaruh CSR terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas Sebgai Variabel Moderating”,(Semarang: Universitas Diponegoro, 2006)
116
menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Tingkat leverage perusahaan yang tinggi akan mendorong perusahaan
melakukan
pengungkapan
sosialnya.
Dikarenakan
berdasarkan teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi. Hal ini karena rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.81 Hasil Penelitian ini sesuai dengan Penelitian Ira Robiah Adawiyah tahun 2012.
81
Ira Robiah Adawiyah, “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan
Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)” Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,2013)