BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan Saptosari dan desa Karangasem kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. B. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Maret 2016. Identifikasi jenis plankton dilakukan di Laboratorium Riset FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian untuk parameter kimiawi dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan (BLK). C. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskripsi eksplorasi dengan metode purposive sampling berdasarkan aktivitas manusia dan penutupan vegetasi. Ditetapkan 4 stasiun pengamatan dengan masing-masing stasiun dilakukan 5 kali pengambilan sampel. D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh plankton yang hidup di Telaga Bromo kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. Sampel dalam penelitian ini adalah plankton yang tersaring dalam plankton net pada saat pengambilan sampel.
37
E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah lokasi pengambilan sampel, komposisi jenis, struktur komunitas plankton dan faktor fisik-kimia perairan. F. Alat dan Bahan Alat yang digunakan meliputi: turbidimeter, pH meter, termometer, plankton net, lux meter, botol flacon, mikroskop binokuler, object glass, cover glass, meteran, kertas label, kamera, alat tulis, kulkas, tali, pemberat, termos es, perahu, pipet tetes, tisu dan penggaris. Bahan yang digunakan meliputi: es batu, gliserin dan akuades. Gliserin digunakan untuk mengawetkan plankton dan mencegah terjadinya pengerutan pada plankton. G. Prosedur Penelitian 1. Kegiatan Lapangan a. Penentuan titik pengambilan sampel Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling berdasarkan aktivitas manusia dan penutupan vegetasi sehingga titik pengambilan sampel sebagai berikut: 1) Stasiun I Stasiun I merupakan bagian yang digunakan warga untuk mencuci dan mandi di Telaga Bromo. 2) Stasiun II Stasiun II merupakan bagian tengah Telaga Bromo.
38
3) Stasiun III Stasiun III merupakan bagian yang terdapat naungan vegetasi. 4) Stasiun IV Stasiun IV merupakan bagian yang tidak terdapat naungan vegetasi.
ST.3
ST. 2 ST.4
ST.1
Gambar 2. Pembagian Stasiun di Telaga Bromo Sumber: Google Earth
b. Pengambilan sampel Menurut Romimohtarto dan Juwana (1998), berikut ini langkah-langkah pengambilan sampel menggunakan plankton net: 1. Menurunkan plankton net sampai ke bagian dasar di stasiun yang telah ditentukan. 2. Menarik kembali plankton net dari dasar ke permukaan perairan. 3. Mengulang langkah 1 dan 2 sebanyak 5 kali.
39
4. Memasukkan air saringan dari botol penampung plankton net ke dalam botol film/botol flacon. 5. Memberi gliserin sebanyak 10 tetes ke dalam botol flacon tersebut. 6. Menyimpan air sampel tersebut dalam termos yang telah diisi es batu. 7. Mengulang langkah 1-6 sebanyak 5 kali. 8. Mengulangi cara di atas pada pengambilan air di stasiun yang berbeda. c. Pengukuran kondisi fisik perairan meliputi: 1) Intensitas Cahaya Pengukuran
intensitas
cahaya
dilakukan
dengan
mengaktifkan lux meter kemudian mengatur skala yang diinginkan terdiri dari skala A (... lux), B (… x 10 lux) dan C (… x 100 lux). Mengarahkan lux meter kearah cahaya matahari. Mencatat angka yang tertera dalam lux meter. 2) Kekeruhan Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan mencuci ujung turbidimeter menggunakan akuades. Kemudian ujung turbidimeter dimasukkan dalam air telaga hingga angka di skala turbiditasnya konstan. 3) Kedalaman Kedalaman air diukur dengan menggunakan tali yang dibuat simpul setiap 50 cm. Ujung tali diberi pemberat berupa batu.
40
Pengukuran dilakukan dengan cara menurunkan tali ke dalam tiap titik pengamatan sampai batu mencapai bagian dasar telaga kemudian dicatat kedalamannya. 4) Suhu Pengukuran suhu dilakukan dengan mencuci ujung termometer menggunakan akuades. Kemudian ujung termometer dimasukkan dalam air telaga hingga angka di skala suhu konstan. d. Pengukuran kondisi kimiawi perairan Telaga Bromo 1) pH Pengukuran pH dilakukan dengan mencuci ujung pH meter menggunakan akuades. Kemudian ujung pH meter dimasukkan dalam air telaga hingga angka di skala pH konstan.. 2) Pengukuran nilai DO, BOD, COD, Nitrat, Fosfat, Sulfat dan Kalsium Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam botol steril kemudian dibawa ke BLK untuk diukur nilainya. 2. Kegiatan Laboratorium a. Menyiapkan peralatan berupa mikroskop binokuler, object glass, cover glass, pipet tetes dan tisu. b. Menggojok sampel perlahan dalam botol flacon agar homogen. c. Mengambil sampel sebanyak 1 ml dengan pipet tetes yang telah ditera sebelumnya (1 ml = 22 tetes)
41
d. Melakukan pengamatan secara merata pada daerah gelas obyek dengan 20 lapang pandang secara berurutan dari sisi kanan atas dilanjutkan ke bawah kemudian kekiri atas dan seterusnya. e. Menghitung plankton yang diperoleh dan didokumentasikan. f. Mengidentifikasi jenis plankton yang didapat dengan menggunakan buku identifikasi Freshwater Biology karya Edmondson (1966), Illustration of The Freshwater Plankton of Japan yang disusun oleh Toshihiko Mizuno (1964). H. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel air di Telaga Bromo sebanyak 5 kali pada setiap stasiun dari bulan Januari hingga Maret 2016 dengan selang waktu 2 minggu agar diketahui pengaruh musim hujan terhadap plankton. I. Analisis Data Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis untuk mengukur densitas, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan jenis dan indeks dominansi dengan persamaan sebagai berikut: 1) Densitas Densitas
fitoplankton
dan
zooplankton
dihitung
berdasarkan metode sapuan di atas gelas obyek: F=
Keterangan: F = kepadatan plankton
42
A = volume air sampel B = volume air tersaring C = volume air yang diteteskan ke preparat AB = luas cover glass (mm2) E = luas satu lapang pandang N = rata-rata individu dari ‘D’ lapang pandang D = jumlah lapang pandang 2) Indeks Keanekaragaman Analisis
yang digunakan untuk menghitung indeks
keanekaragaman plankton adalah dengan menggunakan persamaan Shanon-Wiener seperti berikut (Magurran. 1988:35): H’= - ∑
ln
Keterangan: H’: Indeks keanekaragaman jenis Pi : ni/N ni : jumlah individu spesies i N : jumlah total plankton Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) diklasifikasikan sebagai berikut (Magurran. 1988:35): 0 < H’ < 1,5
= keanekaragaman rendah
1,5< H’< 3,5
= keanekaragaman sedang
H’ > 3,5
= keanekaragaman tinggi
Menurut Wilhm & Dorris (1968: 780) nilai indeks keanekaragaman (H’) dikaitkan dengan tingkat pencemaran adalah sebagai berikut: H’ > 3
= tidak tercemar
1 < H’< 3 = tercemar sedang 0
43
Keanekaragaman rendah artinya kondisi perairan labil karena perairan tersebut hanya cocok bagi jenis tertentu. Keanekaragaman
sedang
atau
moderat
menandakan
jenis
organisme menyebar merata. Keanekaragaman tinggi atau stabil menandakan jenis organisme variasinya tinggi didukung oleh faktor lingkungan yang prima untuk semua jenis yang hidup dalam habitat bersangkutan (Odum. 1993: 189). 3) Indeks Kemerataan Jenis Analisis
yang digunakan untuk menghitung indeks
kemerataan jenis plankton adalah dengan menggunakan: E = H’ / Ln S
Keterangan: E = Indeks kemerataan H’ = indeks keanekaragaman Ln S= Ln dari jumlah spesies Menurut Pielou (1977: 308) dalam Muhammad Faiz Faza (2012: 22), indeks kemerataan berkisar antara 0-1. Nilai E mendekati 0 maka sebaran individu antar jenis tidak merata dan terjadi dominansi suatu jenis dan apabila nilai E mendekati 1 maka sebaran individu antar jenis merata. Penggolongan nilai indeks kemerataan adalah sebagai berikut: a. 0,00 – 0,25 = tidak merata b. 0,26 – 0,50 = kurang merata c. 0,51 – 0,75 = cukup merata
44
d. 0,76 – 0,95 = hampir merata e. 0,96 – 1,00 = merata Kisaran indeks kemerataan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Apabila E berada pada kisaran 0 - 0,5 berarti bahwa spesies-spesies penyusun komunitas tidak banyak ragamnya,
ada
menunjukkan
dominasi
adanya
spesies
tekanan
tertentu
ekologi
dan
terhadap
ekosistem yang bersangkutan. b. Apabila E berada pada kisaran 0,6 - 1 maka jumlah individu atau sel yang dimiliki antar spesies tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekosistem serasi untuk semua spesies dan ini berarti tidak terjadi tekanan ekologis pada ekosistem yang bersangkutan. 4) Indeks Dominansi Indeks dominansi Simpson digunakan untuk mengetahui adanya dominasi jenis tertentu di perairan dengan persamaan sebagai berikut (Odum. 1993: 179): D = ∑ (Pi) 2 = ∑ ( ) 2 Keterangan: D : indeks dominansi Simpson ni : jumlah individu spesies i (ind/l) Pi : jumlah individu genus ke-1 N : jumlah total plankter tiap titik pengambilan sampel (ind/l)
45
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Nilai yang mendekati 0 menunjukkan bahwa tidak ada genus dominan dalam komunitas. Sebaliknya, nilai yang mendekati 1 menunjukkan adanya genus dominan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi struktur komunitas dalam keadaan labil dan terjadi tekanan ekologis (Magurran. 1988: 39).
46