IDENTIFIKASI UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN FORMASI KEPEK DI DESA KEPEK 2 KECAMATAN KEPEK KABUPATEN GUNUNG KIDUL Oleh: Daryono dan Hita Pandita2) 1)
1)Prodi Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, E-mail:
[email protected] 2)Prodi Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, E-mail:
[email protected]
Abstrak Formasi Kepek yang dijumpai pada daerah Pegunungan Selatan merupakan formasi yang umurnya paling muda pada Zona Pegunungan Selatan yang penyebarannya tidak terlalu luas, hanya berkembang dibagian barat dari daerah Pegunungan Selatan dengan kemiringan yang relatif landai (kurang dari 10 O) dan ketebalan kurang dari 200 meter (Samodra, 1984). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses yang terjadi selama pembentukan Formasi Kepek. Metode yang digunakan adalah pendataan geologi permukaan berupa pengukuran stratigrafi di lapangan dan sampling batuan untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Hasilnya menunjukan kandungan fosil foraminifera pada Formasi Kepek sangat melimpah, baik foraminifera plankton maupun foraminifera bentos. Hal tersebut menunjukan bahwa Formasi Kepek terendapkan pada lingkungan laut dangkal (Neritik) yang kedalamannya kurang dari 200 meter. Perkembangan fasies pada penampang sratigrafi terukur Formasi Kepek berdasarkan klasifikasi Wilson (1975) menunjukan adanya perubahan fasies model. Fasies-fasies yang muncul tersebut mengindikasikan adanya proses transgresi-regresi pada Formasi Kepek. Kata kunci: Foraminifera , Formasi Kepek, Fasies, Transgresi - Regresi
Abstract The Kepek Formation is the youngest age at Southerrn Mountains Zone which distribution is too broad, only growing western part of the Southern Mountains area with relatively gentle slope (less than 10°) and a thickness of less than 200 meters (samodra, 1984). This study aims to determine the processes that occur during the Kepek Formation. The method used are a study field such measurements stratigraphy and analyzed in laboratory. The result content of fossil foraminifera in Kepek Formation is very abundant, both foraminifera plankton or foraminifera benthic. It shows that the Kepek Formations deposited in shallow marine environment (neritic) With a depth of less than 200 meters. Developments facies in cross stratigraphy measurable Kepek Formation by clasification Wilson (1975) Indicates a change in facies models. The facies appear that indicate the transgressions and regressions process. Key word: Facies, Foraminifera, Kepek Formation, Transgression – Regression
Kandungan fosil foraminifera pada Formasi
PENDAHULUAN
Kepek
Formasi Kepek yang dijumpai pada
sangat
melimpah,
plankton
yang
tersebut menunjukan bahwa Formasi Kepek
paling
muda
pada
Zona
terlalu luas, hanya berkembang dibagian barat dari
(Neritik) yang kedalamannya kurang dari 200
daerah Pegunungan Selatan dengan kemiringan
meter. Hal tersebut juga diungkapkan oleh peneliti
yang relatif landai (kurang dari 10O) dan ketebalan
sebelumnya (Samodra, 1984, dalam Bronto dan
kurang
Hartono, 2001).
meter
(Samodra,
1984).
1
laut
Hal
terendapkan
200
lingkungan
bentos.
Pegunungan Selatan yang penyebarannya tidak
dari
pada
foraminifera
foraminifera
daerah Pegunungan Selatan merupakan formasi umurnya
maupun
baik
dangkal
Kurangnya data yang dipublikasikan
umur, lingkungan pengendapan, dan proses-proses
mengenai Formasi Kepek yang lebih rinci
yang terjadi selama proses pembentukannya.
membuat
METODE PENELITIAN
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian pada Formasi Kepek di daerah Desa
Metode penelitian yang digunakan yakni
Kepek 2 kecamatan Wonosari untuk mengetahui
berupa
umur serta sejarah lingkungan pengendapan
laboratorium. Penyelidikan lapangan dilakukan
Formasi Kepek. Penelitian ini merupakan bagian
dengan melakukan pengukuran stratigrafi terukur
dari hibah penelitian “Karakteristik Uji Kuat
(meassuring section) pada lintasan Desa Kepek 2
Tekan Batuan Sumber Gempa Sebagai Parameter
dengan melakukan pengambilan sampel pada lima
Penentuan
titik. Selanjutnya dilanjutkan dengan analisis
Terjadinya
Gempa
Di
Wilayah
Yogyakarta”.
penyelidikan
laboratorium
Penentuan umur dari Formasi Kepek
stratigrafi
lapangan
berupa
terukur,
analisis
pengamatan
dan
analisis
penampang fossil,
dan
dapat dianalisa dari kandungan foraminifera
pengamatan petrografi. Selanjutnya dilakukan
plankton yang cukup melimpah pada Formasi
pemodelan lingkungan pengendapan dari Formasi
Kepek
Kepek.
dengan
mengacu
pada
biozonasi
foraminifera yang telah dibuat oleh penelitipeneliti sebelumnya (Blow, 1969; Postuma, 1971;
GEOLOGI UMUM
dsb). Untuk penentuan linkungan pengendapan
Daerah penelitian termasuk kedalam fisiografi
dapat ditentukan dengan kandungan foraminifera
Zona Pegunungan Selatan, dimana Zona
bentos dan didukung juga dengan data petrografi
Pegunungan Selatan terbagi menjadi tiga Sub-
yang kemudian dikombinasikan dengan fasies
Zona yakni Sub-Zona Baturagung, Sub-Zona
model dari Wilson (1975). Tujuannya adalah
Wonosari, dan Sub-Zona Pegunungan Sewu.
untuk memberikan hipotesis baru mengenai
Daerah penelitian sendiri termasuk kedalam Sub-
sejarah dari pembentukan Formasi Kepek meliputi
Zona Wonosari.
Gambar 1. Fisiografi Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949 dalam Hartono, 2010). Kotak merah lokasi penelitian
2
batulempung karbonatan dan batugamping dengan
STRATIGRAFI REGIONAL Penamaan
satuan
arah jurus dan kemiringan adalah N 95o E/25o.
litostratigrafi
Tabel 2. Stratigrafi terukur Formasi Kepek
Pegunungan Selatan telah banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti yang membedakan stratigrafi wilayah bagian barat (Parangtritis – Wonosari) dan wilayah bagian timur (Wonosari – Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), Van Bemmelen (1949), Sumarso dan Ismoyowati (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk (1978) dan Suyoto (1992) serta Surono (1992).
Tabel 1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis.
Formasi Kepek tersusun oleh batulempung karbonatan dengan warna segar abuandan
warna
lapuk
putih keabu-
coklat
kehitaman,
batulempung pasiran berwarna coklat keabu-abuan
DATA DAN ANALISIS di
dan batugamping dengan warna segar kuning
daerah Desa Kepek 2 pada koordinat S 07o 58’ 03”
kecoklatan dan warna lapuk coklat kehitaman,
LS dan E 110o 29’ 39” BT dengan melakukan
struktur berlapis sampai masif, tekstur klastik,
pengukuran stratigrafi terukur. Secara umum
ukuran butir pasir halus sampai pasir sangat kasar
Formasi Kepek tersusun atas perulangan antara
dengan
Penyelidikan
lapangan
dilakukan
komposisi
berupa
foraminifera Lihat (Gambar 2).
3
keping
cangkang
Gambar 2. Foto singkapan, (a) batulempung karbonatan, (b) batulempung pasiran karbonatan, (c) batugamping
Batulempung
karbonatan
membentuk
PETROLOGI
struktur perlapisan dengan ketebalan 3 – 45 cm, membentuk
pecahan
sedangkan
beberapa fasies yang berbeda dari beberapa sampel
batulempung pasiran karbonatan didominasi oleh
yang di ambil. Sampel KPK01 menunjukan fasies
ukuran
halus.
Wackstone, kemudian sampel KPK03 menunjukan
Batugamping, berwarna kuning kecoklatan, tekstur
fasies Grainstone, sampel KPK04A menunjukan
klastik, ukuran pasir halus-kasar, struktur masif
fasies
dan dibeberapa titik berlapis. Terdapat tiga lapisan
menunjukan fasies Grainstone. Sampel KPK03
batugamping dari yang paling bawah sampai atas
menunjukan adanya foraminifera Heterostegina
dengan masing-masing ketebalan adalah 5 m, 3,5
dan Alveolina.
butir
lempung
konkoidal,
Data petrografi (Gambar 3) menunjukan
sampai
pasir
Packstone,
dan
sampel
m, dan 1,2 m.
Gambar 3.Sayatan petrografi, (a) Wackstone, (b) Grainstone, (c) Packstone, (d) Grainstone.
4
KPK04B
menggunakan zonasi Blow (1969) atau Postuma
PALEONTOLOGI Dalam analisa paleontologi sampel batuan
(1971). Kemudian dalam penentuan umur dari
dari titik-titik pengambilan sampel dilapangan
batuannya dapat menggunakan zona kisaran dari
didapatkan kandungan mikrofosil foraminifera
sekumpulan spesies-spesies foraminifera yang
yang cukup melimpah. Dalam menentukan umur
dijumpai.
dari spesies foraminifera dapat menggunakan beberapa
zonasi,
salah
satunya
adalah
Gambar 4. Fosil foraminifera pada sampel KPK01, (a) Globigerinella aequilateralis, (b) Globorotalia Plesiotumida, (c) Amphistegina.
Gambar 4. Fosil foraminifera pada sampel KPK02, (a) Cibicideslobatulus , (b) Globigerinoide strilobus, (c) Globorotalia plesiotumida.
Gambar 5. Fosil foraminifera pada sampel KPK04A, (a) Globoquadrina dehiscens, (b) Globigerina Seminulina,(c) Globorotalia Plesiotumida.
5
Keterdapatan fosil foraminifera planktonik Globigerina
bulloides
Globigerina
5.1). Dari kandungan foraminifera bentonik seperti
aequilateralis,
Amphistegina Sp (KPK01) dan Cibicides lobatulus
Globigerinoides ruber, Globigerinoides trilobus,
(KPK02) serata foraminifera besar Heterostegina
Globoquadrina
Globorotalia
dan Alveolina (KPK03) menunjukan bahwa Formasi
plesiotumida, Orbulina universa. Maka dapat
Kepek terendapkan pada daerah neritik (0 – 200
diambil kesimpulan bahwa umur dari Formasi
meter, Tipsword 1966).
seminulina,
d'orbigny,
(N17-N18) menurut Zonasi Blow (1969). (Tabel
Globigerinella
dehiscens,
Kepek adalah Miosen akhir hingga Plioses awal
Tabel 3. .Zonasiforaminifera Formasi Kepek (Blow.1969)
yang diwakili oleh sampel (KPK01) berkembang
PEMBAHASAN
fasies wackstone yang menunjukan model fasies
Formasi kepek pada daerah penelitian dicirikan oleh perulangan lapisan batugamping dan
karbonat
Openshelf
napal. Untuk mengetahui fasies yang berkembang
Dibagian
tengah
maka dilakukan pengambilan sampel batuan untuk
(KPK03) menunjukan adanya regresi (susut laut)
analisa paleontologi dan petrografi pada empat titik.
dengan
Bagian bawah di awali dengan terbentuknya fasies
menunjukan
Wackestone ( Dunham, 1962 ) dengan ketebalan
Carbonate Platform. Terbentuknya fasiespackstone
18,7 meter. Kemudian dibagian tengah sempat
yang diwakili oleh sampel (KPK04A) menandai
mengalami perubahan menjadi batugamping dengan
terbentuknya
fraksi kasar dari fasies Grainstone ( Dunham, 1962
Platform
) dengan ketebalan 2,5 meter. Fasies Packestone
terbentuknya fasies Organic Reef of Carbonate
muncul pada bagian atas dan kemudian di akhiri
Platform pada bagian paling atas. Terbentuknya
pada bagian paling atas dengan dengan munculnya
yang diwakili oleh sampel (KPK04B). Fasies-fasies
fasies Grainstone
yang muncul tersebut mengindikasikan
adanya
penampang sratigrafi terukur Formasi Kepek ini
proses transgresi-regresi
Kepek.
berdasarkan klasifikasi Wilson (1975) menunjukan
Lihat (Tabel 4).
lagi. Perkembangan fasies pada
adanya perubahan fasies model. Di bagian bawah
6
of
yang
terbentuknya model
Carbonate diwakili
Platform.
oleh
sampel
fasiesgrainstone
fasies
Organic
yang
Reef
of
fasies For Slope of Carbonate
yang
kemudian
diakhiri
pada Formasi
dengan
Tabel 4. Fasies model Formasi Kepek.
(wackstone) terendapkan pada daerah open self of carbonate
KESIMPULAN
platform
kemudian
berkembang
Adanya kandungan fosil foraminifera
menjadi fasies organic reef of carbonate platform
bentos Amphistegina Sp (KPK01) dan Cibicides
yang terwakili oleh sampel KPK03 (grainstone),
lobatulus (KPK02) serata foraminifera besar
lalu berubah menjadi fasies forslope of carbonate
Heterostegina dan Alveolina (KPK03) menunjukan
platform yang diwakili oleh sampel KPK04A
bahwa Formasi Kepek terendapkan pada daerah
(packstone)
dan
kemudian
terakhir
berubah
1966).
kembali menjadi fasies grainstone pada sampel
foraminifera
planktonik
KPK04B yang menunjukan fasies organic reef of
d'orbigny,
Globigerina
carbonate platform. Perubahan-perubahan fasies
aequilateralis,
yang terjadi pada Formasi Kepek terjadi karena
Globigerinoides ruber, Globigerinoides trilobus,
adanya proses naik dan turunnya muka air laut
Globoquadrina dehiscens,
Globorotalia
(transgresi-regresi).
plesiotumida, Orbulina universa.
Maka dapat
neritik
(0
–
200
keterdapatan
fosil
Globigerina
bulloides
seminulina,
meter,
Tipsword
Globigerinella
diambil kesimpulan bahwa umur dari Formasi
UCAPAN TERIMA KASIH
Kepek adalah Miosen akhir hingga Plioses awal
Penelitian ini merupakan bagian dari
(N17-N18).
hibah penelitian “Karakteristik Uji Kuat Tekan
Formasi Kepek terbentuk pada beberapa fasies pengendapan yang berbeda menurut model
Batuan
fasies karbonat Wilson 1975, yaitu pada bagian
Penentuan
bawah
Yogyakarta” dengan sumber dana dari hibah
yang
diwakili
oleh
sampel
KPK01
7
Sumber
Gempa
Terjadinya
Sebagai
Gempa
Di
Parameter Wilayah
bersaing DIKTI 2014. Kepada Ketua STTNAS
Nummulitenschicten.
beserta jajaran staf kami ucapkan terima kasih atas
Abh.Bayer.Akad.Wiss., 10. 2, 250-730,
dukungan untuk mengikuti seminar RETII tahun
Munchen.
2015. Juga kepada teman-teman yang telah
Hartono, G., 2000. Studi gunung api Tersier,
membantu melakukan penelitian dan analisis
Sebaran pusat erupsi dan petrologi di
laboratorium.
Pegunungan Selatan, Yogyakarta. Tesis Magister, Program Studi Teknik Geologi, Program Pasca Sarjana. ITB, 168 h.
DAFTAR PUSTAKA Armstrong,
H.
A.
Hok,
&
Brasier,
M.
D.,
Harper & Brother Publishers, New York.
Bothe, A. Ch. D., 1929, Jiwo Hill and Southern Excursion
Fouth
Leupold, W., and Van der Vlerk, I. M., 1931, The
guide.Pacifis
Tertiary:
Science Congress, Bandung.
Developments & Stratigraphy.
Application of Larger Foraminifera in
in
Indonesian Biostratigraphy, calibrated to
Elsevier,
isotopic
Amsterdam, p.350.
Teknik Geologi, ITB, Bandung.
Conf. on planktonic microfossils, Proc.
Pringgoprawiro, H., Kapid, R. dan Barmawidjaja
(Geneva,1967). E.J. Brill, Leiden, v. 1, h.
D.M.,
199-412. Foraminifera,
Their
Mikrofosil,
Buku
Panduan
1.
Kuliah
Mikropaleontologi Umum. ITB, Bandung. Rahardjo,
Univ. Press, Massachutts, USA.
W.,
2007.
Prelimanary
result
of
foraminiferal biostratigraphy of Southern
Dunham, R. J., 1962, Classification of Carbonate
Mountain Tertiary rock, Daerah Istimewa
Rock According to Depositional Texture, In
Yogyakarta.
Han, W. E. (ed) 1962, Classification of
Prosiding
Seminar
dan
Workshop Potensi Geologi Pegunungan
Carbonate Rock, AAPG, Bull. Men 1, p. 108
Selatan dalam Pengembangan Wilayah.
– 121.
Richard C. Selley, 1985, Ancient Sedimentary F.,
1944,
Principle
of
Environments, Cornell University Press,
Micropaleontology. Melbourne University
Ithaca, N.Y., Third Edition, 317 pp.
Press, Victoria, Australia. C.
1994,
Foraminifera, 1969,
Classification and Economic Use.Harvard
Gumbel,
on
Umum. Lab. Mikropaleontologi, Jurusan
Bronnimann P., & Renz, H.H., eds., 1st.
M.
Workshop
Pringgoprawiro, H., 1987, Diktat Mikropaleontologi
planktonic foraminiferal biostratigraphy. In
Glaessner,
dating.GRDC
Micropaleontology, Bandung.
Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to Recent
A.,
Geologische
Lunt, P. & Allan, T., 2004, A History amd
Geological Significance of Larger Benthic Foraminifera;
Leidsche
Mededelingen, v.5, p.611-648.
Boudhager-Fadel, M. K., 2008, Evolution and
J.
Voorloopige
Jones, D.J., 1956, Introduction to Microfossils.
Malden, Oxford.
Cushman,
Cycloclypeus
Mijngenieur, Bandung.
pp. Carlton: Blackwell Publishing,
Paleontology
Over
Resultaten Einer Biostratigrafische Studies.
2005,Microfossils,. 2nd ed. viii + 296
Range,
1932,
W.,
1868,
Rutten, M. G., 1947, De Gesteenien der Midden Beitrage
zur
Oost Borneo Expidite 1925. Utrecht Univ.
Foraminiferenfauna der nordalpien alteren Eocangebilde
oder
der
Kressenberger
8
Geog. Geol. Mededel., Physiog-Geol., ser.2, no.9, p.50. Surono, 2009, Litostratigrafi pegunungan selatan bagian timur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi. Vol. 19 Pusat Survei Geologi, Bandung, 209 – 221. Suyoto, 1992, Model Fasies Karbonat Gunungsewu, Wonosari, Yogyakarta, Thesis S2 Geologi, ITB. Tucker, M.E., and Wright. V.P., 1990, Carbonate Sedimentology,
Blackwell
Scientific
Publication, London. Van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of Indonesia.
Govt.
Printing
Office,
The
Hague, 732 p. Van der Vlerk, I. M., and Umbgrove, J. H. F., 1927, Tertiaire
gidsforaminiferen
Netherlandsch
uit Oost-
Indie.WetenschappelijkeMededelingenDiesn t van den Mijnbouw in Netherlandsch-Indie, v. 6, p. 1-31. Wilson, J.L., 1975, Carbonate Facies in Geologic History, Springer-Verlag, Berlin.
9