BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, akan dilihat pengaruh leverage, growth, dan size terhadap nilai perusahaan indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id. Penelitian ini laksanakan sejak bulan Agustus 2013 sampai dengan Juni 2014.
3.3
Batasan Operasional Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu: a. Variabel independen yaitu Leverage yang terdiri dari rasio Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER).
Universitas Sumatera Utara
b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu Price Book Value (PBV). 2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. 3. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2009-2012.
3.4
Defenisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Variabel Independen
1.
Debt to Assets Ratio (DAR) Debt to Assets Ratio (DAR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai dengan total hutang. Perhitungan DAR dilakukan dengan menggunakan rumus (Irawati, 2006):
2.
Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Perhitungan DER dilakukan dengan menggunakan rumus (Irawati, 2006):
Universitas Sumatera Utara
3.
Long Debt to Assets Ratio (LDAR) Long Debt to Assets Ratio (LDAR) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa jauh besar hutang jangka panjang digunakan untuk investasi pada sektor aset. Perhitungan LDAR dilakukan dengan menggunakan rumus (Hanafi, 2003):
4.
Long Debt to Equity Ratio (LDER) Long Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan rasio yang digunakan
untuk menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Perhitungan LDER dilakukan dengan menggunakan rumus (Hanafi, 2003):
5. Growth Growth merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size serta suatu aspek yang menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Perhitungan growth dilakukan dengan menggunakan rumus Haruman (2008) dalam (Pratiwi, 2011):
Universitas Sumatera Utara
6. Size Size merupakan simbol ukuran perusahaan yang menjelakan fleksibilitas dalam memperoleh modal. Perhitungan size dilakukan dengan menggunakan rumus Silaban (2013):
b. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan yang diproksikan dengan Price Book Value (PBV). PBV merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan yang menunjukkan seberapa besar nilai harga saham per lembar dibandingkan dengan nilai buku per lembar saham. Perhitungan PBV dilakukan dengan menggunakan rumus (Brigham dan Houston 2009):
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Skala Variabel
Definisi
Indikator Ukur
DAR
rasio yang digunakan untuk
(X1)
mengukur seberapa besar investasi
aktiva
Rasio
dibiayai
dengan total hutang
Universitas Sumatera Utara
DER
rasio yang digunakan untuk
(X2)
mengukur
Rasio
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
dalam
membayar
hutangnya dengan jaminan modal sendiri
Skala Variabel
Definisi
Indikator Ukur
LDAR
rasio yang digunakan untuk
(X3)
mengukur seberapa jauh besar
hutang
Rasio
jangka
panjang digunakan untuk investasi pada sektor aset LDER (X4)
rasio yang digunakan untuk menunjukkan
hubungan
antara
pinjaman
jumlah
jangka
panjang
Rasio
yang
diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan
oleh
pemilik
perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Growth (X5)
kemampuan
perusahaan
Rasio
untuk meningkatkan size serta suatu aspek yang menunjukkan
sampai
seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai
sumber
pembiayaannya Size
simbol ukuran perusahaan
(X6)
yang
Rasio
menjelakan
fleksibilitas
dalam
memperoleh modal PBV
rasio harga saham terhadap
(Y)
nilai buku perusahaan yang menunjukkan
Rasio
seberapa
besar nilai harga saham per lembar dengan
dibandingkan nilai
buku
per
lembar saham
3.5
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan indeks
LQ45 yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan 2012, yaitu sebanyak 39 perusahaan. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria sampel yang digunakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Kriteria Pemilihan Sampel No
1
Keterangan
Jumlah
Perusahaan indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek
45
Indonesia pada periode februari – juli dan agustus januari tahun 2009-2012 Perusahaan indeks LQ-45 yang tidak memiliki laporan
2
(4)
keuangan lengkap februari – juli dan agustus - januari di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 Perusahaan indeks LQ-45 yang tidak menetap pada
3
(3)
periode februari – juli dan agustus - januari di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 Total Sampel
38
Sumber: www.idx.co.id, 2014 (data diolah) Berdasarkan kriteria sampel, maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah sejumlah 38 perusahaan dengan periode waktu tahun 2009 sampai dengan 2012. Angka tahun pengamatan selama 4 tahun (2009-2012). Jumlah observasi penelitian ini: 4 tahun x 38 sampel adalah sebanyak 152 observasi. Sampel yang digunakan berjumlah 38 perusahaan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia No
Emiten
Kode Emiten
Sektor Industri
Tanggal Listing
1
PT. Astra Agro Lestari Tbk
AALI
Pertanian
09 Desember 1997
2
PT. Adaro Energy Tbk
ADRO
Pertambangan
16 Juli 2008
3
PT. AKR Corporindo Tbk
AKRA
Perdagangan, Jasa dan Investasi
03 Oktober 1994
4
PT. Astra International Tbk
ASII
Aneka Industri
04 April 1990
5
PT. Alam Sutera Realty Tbk
ASRI
Properti, Real Estate Dan Konstruksi Bangunan 18 Desember 2007
6 PT Bank Central Asia Tbk.
BBCA
Keuangan
31-May-2000
7 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
BBNI
Keuangan
25-Nov-1996
8 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
BBRI
Keuangan
10-Nov-2003
9 PT Bank Danamon Indonesia Tbk
BDMN
Keuangan
6-Dec-1989
10 PT. MNC Investama Tbk
BHIT
Perdagangan, jasa dan Investasi
24 November 1997
11 PT. Sentul City Tbk
BKSL
Properti, Real Estate Dan Konstruksi Bangunan 28 Juli 1997
12 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
BMRI
Keuangan
No
Kode Emiten
Emiten
14-Jul-2003 Sektor Industri
Tanggal Listing
13 PT. Global Medicom Tbk
BMTR
Perdagangan, Jasa dan Investasi
17 Juli 1995
14 PT. Bumi Serpong Damai Tbk
BSDE
Properti, Real Estate Dan Konstruksi Bangunan 6 Juni 2008
15 PT. Bumi Resources Tbk
BUMI
Pertambangan
30 Juli 1990
16 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
CPIN
Indusri Dasar dan Kimia
18 Maret 1991
17 PT. XL Axiata Tbk
EXCL
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
29 September 2005
18 PT. Gudang Garam Tbk
GGRM
Industri Barang Konsumsi
27 Agustus 1990
19 PT. Indomobil Sukses International Tbk
IMAS
Aneka Industri
15 November 1993
20 PT. Vale Indonesia Tbk
INCO
Pertambangan
16 Mei 1990
21 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
Industri Barang Konsumsi
14 Juli 2004
Universitas Sumatera Utara
22 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
INTP
Industri Dasar dan Kimia
05 Desember 1989
23 PT. Indo Tambangraya Megah Tbk
ITMG
Pertambangan
18 Desember 2007
24 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk
JSMR
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
12 November 2007
25 PT. Kalbe Farma Tbk
KLBF
Industri barang Konsumsi
30 Juli 2001
26 PT. Lippo Karawaci Tbk
LPKR
Properti, Real Estate Dan Konstruksi Bangunan 28 Juni 1996
27 PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSIP
Pertanian
05 Juli 1996
28 PT. Malindo Feedmill Tbk
MAIN
Industri Dasar dan Kimia
27 Januari 2006
29 PT. Mitra Adiperkasa Tbk
MAPI
Perdagangan, Jasa dan Investasi
10 November 2004
30 PT. Media Nusantara Citra Tbk
MNCN
Perdagangan, Jasa dan Investasi
22 Juni 2007
31 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
PGAS
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
15 Desember 2003
32 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk
PTBA
Pertambangan
23 Desember 2002
33 PT. Holcim Indonesia Tbk
SMCB
Industri Dasar dan Kimia
10 Agustus 1977
34 PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
SMGR
Industri Dasar dan Kimia
08 Juli 1991
35 PT. Surya Semesta Internusa Tbk
SSIA
Properti, Real Estate Dan Konstruksi Bangunan 27 Maret 1997
36 PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tb TLKM
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
14 November 1995
37 PT. United Tractors Tbk
UNTR
Perdagangan, Jasa dan Investasi
19 September 1989
38 PT. Unilever Indonesia Tbk
UNVR
Industri barang Konsumsi
11 Januari 1982
Sumber:www.idx.co.id, 2014 (data diolah) 3.6
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa
laporan data keuangan Perusahaan Indeks LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan indeks LQ-45 yang di akses melalui situs www.idx.co.id yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. 3.7
Metode Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Metode pengumpulan data tahap pertama melalui studi kepustakaan (literatur) yaitu dengan menelaah jurnaljurnal ilmiah keuangan, skripsi, tesis, artikel, serta buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode pengumpulan data tahap kedua melalui studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan tahunan dan harga saham pada sampel perusahaan yang terdaftar di Index LQ-45 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 melalui penelusuran dengan format elektronik yang diperoleh dari situs resmi Indonesian Stock Exchange (IDX), yaitu www.idx.co.id.
3.8
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
analisis data kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel independen secara simultan maupun parsial terhadap variabel dependen dan perhitungannya menggunakan metode standar yang dibantu dengan program Statistical Package Social Sciences (SPSS) versi 18. Hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan variabel independen dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan data gabungan antara time series dan cross section. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan model sebagai berikut: Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
Y
= Price Book Value (PBV)
a
= Konstanta
b1 = Koefisien regresi dari rasio Debt to Assets Ratio (DAR) b2 = Koefisien regresi dari rasio Debt to Equity Ratio (DER) b3 = Koefisien regresi dari Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR) b4 = Koefisien regresi dari rasio Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) b5 = Koefisien regresi dari rasio Growth b6 = Koefisien regresi dari rasio Size X1 = Debt to Assets Ratio (DAR) X2 = Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR) X4 = Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) X5 = Growth X6 = Size e
= Standar error
Model persamaan yang diperoleh dari pengolahan data diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut akan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. 3.8.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (Situmorang
Universitas Sumatera Utara
dan Lufti, 2012: 100). Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat, yaitu memenuhi model estimasi yang Best Linier Unbiased Estimator. Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.8.2 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan (Situmorang dan Lufti, 2012: 100). Ada tiga cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas data dengan pendekatan histogram dapat dilihat dengan kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satunya adalah bahwa mean, mode, dan median pada tempat yang sama. Pada pendekatan histogram variabel berdistribusi normal jika dapat ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Metode lain yang dapat digunakan adalah pendekatan grafik, dengan melihat normal probability plot. Dasar pengambilan keputusan normal probability plot dalam uji normalitas yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2.
Jika data menyebar jauh garis diagonal dan tidak mengkuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji statistik
Kolmogorov Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov (K-S) dapat dilihat dari: 1.
Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.
2.
Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.
3.8.3Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off atau batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 5.
Universitas Sumatera Utara
Dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan VIF dengan membandingkan (Situmorang dan Lufti, 2012: 140): 1. Jika nilai Tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas, artinya model regresi tersebut tidak baik. 2. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas, artinya model regresi tersebut baik.
3.8.4Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2012: 108). Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu: 1.
Pendekatan grafik Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2.
Pendekatan Statistik
Universitas Sumatera Utara
Yaitu dengan melakukan uji Glejser. Pengujian ini dilakukan dengan mentransform data Understandardized Residual ke dalam Absut (Situmorang dan Lufti, 2012: 116). Dari hasil output akan diketahui berapa besar nilai signifikansinya. Apabila nilai Sig. > 5%, disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
3.8.5Uji Autokolerasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang dan Lufti¸ 2012: 120). Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson, dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu:
Tabel 3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak ditolak
du < d < 4 - du
Sumber: Situmorang dan Lufti (2012: 126)
Universitas Sumatera Utara
3.9 Uji Hipotesis 3.9.1 Pengujian secara Simultan (Uji F) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Bentuk pengujian yaitu: 1.
H0 : b1=b2=b3=b4=b5=b6=0, artinya Debt to Assets ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Growth, dan Size secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
2.
H1 : b1 b2 b3 b4 b5 b6 0, artinya Debt to Assets ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Growth, dan Size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat
signifikan
) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:
1. Jika Sig > 0,05 dan Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau H1 ditolak. 2. Jika Sig < 0,05 dan Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak atau H1 diterima.
3.9.2 Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Bentuk pengujian yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. H0 : bi = 0, artinya Debt to Assets ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Growth, dan Size secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. 2. H1 : bi
0, artinya Debt to Assets ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER),
Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Growth, dan Size secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan
) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis
secara parsial pada uji-t ini adalah: 1. Jika Sig > 0,05 dan thitung < ttabel maka H0 diterima atau H1 ditolak. 2. Jika Sig < 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 ditolak atau H1 diterima.
3.9.3
Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi
pada intinya mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersamasama. Range nilai dari koefisien determinasi adalah 0 ≤
≤ 1 (Situmorang dan
Lufti, 2012: 163). Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen ditambahkan ke dalam model, maka akan meningkat walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap model. Fungsi dari Adjusted R Square adalah mengurangi
Universitas Sumatera Utara
keraguan tersebut. Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan yang
terdaftar di sektor index LQ-45 selama periode tahun 2010-2012. Sampel yang terpilih sebanyak 42 perusahaan. Berikut adalah nama-nama perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian. 4.1.1. PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI) PT. Astra Agro Lestari Tbk adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia yang telah berdiri pada tanggal 3 Oktober 1988. Perseroan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 9 Desember 1997 dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 20,3%. Pada tahun 1988, PT. Astra International Tbk selaku induk perusahaan, memutuskan menjadikan unit bisnis perkebunan kelapa sawit sebagai entitas baru dengan nama PT. Suryaraya Cakrawala. Tahun 1989, PT. Suryaraya Cakrawala diubah menjadi PT. Astra Agro Niaga. Pada tahun 1977, PT. Astra Agro Niaga merger dengan PT. Suryaraya Bahtera dan mengubah namanya menjadi PT. Astra Agro Lestari. 4.1.2. PT. Adaro Energy Tbk (ADRO) Adaro adalah perusahaan yang berfokus pada bisnis pertambangan batubara yang terintegrasi melalui anak-anak perusahaannya. Lokasi utama operasional Adaro berada di provinsi Kalimantan Selatan dimana Adaro memproduksi Environcoal yang merupakan batubara sub bituminus dengan nilai
Universitas Sumatera Utara
kalori sedang dan kandungan sulfur, abu, dan emisi Nox yang sangat rendah. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 Juli 2004 dan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 16 Juli 2008 dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 49,86%. 4.1.3. PT. AKR Corporindo Tbk (AKRA) PT. AKR Corporindo Tbk adalah perusahaan penyedia solusi supply chain terpadu yang beroperasi dalam distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan kimia dasar, jasa logistik, pembuatan sorbitol, dan bahan perekat, serta pertambangan dan perdagangan batubara. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 November 1977 dan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 3 Oktober 1994. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 41,23%. 4.1.4. PT. Astra International Tbk (ASII) Astra pertama kali didirikan sebagai perusahaan perdagangan di sebuah ruang kecil di Jakarta pada tahun 1957. Di usia yang ke-57 tahun saat ini, Astra telah berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang diperkuat 185.580 orang karyawan di 170 perusahaan termasuk anak perusahaan, perusahaan asoisasi dan jointly controlled entities. Pada tanggal 4 April 1990, Astra mencatatkan sahamnya di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 49,91%.
4.1.5. PT. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) PT. Alam Sutera Realty Tbk didirikan pada tanggal 3 November 1993 dengan nama PT. Adhihutama Manunggal oleh Harjianto Tirtohadiguno beserta
Universitas Sumatera Utara
keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan mengganti nama menjadi PT. Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19 September 2007 No.71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta. Pada tanggal 18 Desember 2007 perusahaan menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 36,06%. 4.1.6. PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) Pada tahun 1955 berdiri sebuah perusahaan yang bernama NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA). Pada tahun 1957, BCA mulai beroperasi pada 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta. Pada 1970-an BCA memperkuat jaringan layanan cabang. Tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa. Pada tanggal 31 Mei 2000 perusahaan ini menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 54,42%. 4.1.7. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1946 dan awalnya sempat berfungsi sebagai bank sentral di Indonesia, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. BNI tercatat di BEI pada tanggal 25 November 1996 dan menjadi bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama yang mencatatkan sahamnya di BEI. Pada tahun 2013, Pemerintah Republik Indonesia
Universitas Sumatera Utara
memegang 60,61% saham BNI, sementara sisanya 39,39% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik, dan asing. 4.1.8. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia yang sekaligus merupakan salah satu bank yang memberikan layanan microbanking terbesar di dunia. Pendirian perusahaan pada tanggal 18 Desember 1968. Saham Perseroan telah dicatatkan di BEI pada tanggal 10 November 2003. Pada tahun 2013, Pemerintah Republik Indonesia memegang 57,32% saham BRI, sementara sisanya 42,68% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik, dan asing. 4.1.9. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) Sejarah Danamon dimulai pada tahun 1956 ketika didirikan sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT. Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di BEI pada tanggal 6 Desember 1989. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 25,49%. Di tahun 2013, Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd mengakuisisi Danamon, melalui konsorsium Fullerton Financial Holdings, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Temasek Holdings, dan Deutsche Bank AG yang merupakan pemegang saham pengendali. 4.1.10 PT. Bhakti Investama Tbk (BHIT) PT. Bhakti Investama Tbk (BHIT) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan perantara perdagangan efek, penasihat investasi,
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan investasi, penjamin emisi, originasi dan sindikasi, penasihat keuangan, jasa riset, serta bisnis merger dan akuisisi. Didirikan pada tanggal 2 November 1989 di Surabaya, Jawa Timur, dengan nama PT. Bhakti Investments, yang kemudian berubah nama menjadi PT. Bhakti Investama. Pada tanggal 24 November 1997 Perseroan berganti nama menjadi PT. MNC Investama Tbk di Bursa Efek Indonesia. Komposisi kepemilikan saham tahun 2013 dimiliki oleh publik sebesar 39,14% sedangkan sisanya 60,86% dimiliki oleh pihak asing. 4.1.11. PT. Sentul City Tbk (BKSL) Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma pada tanggal 16 April 1993 dan berganti nama menjadi PT. Royal Sentul Highlands pada tanggal 9 Agustus 1993. Kemudian pada tanggal 11 Desember 1997 nama Perseroan berubah nama menjadi PT. Bukit Sentul Tbk. Dan terakhir berganti nama menjadi PT. Sentul City Tbk. Perseroan pertama kali menjadi perusahaan go public pada tanggal 28 Juli 1997. Saat ini, komposisi kepemilikan saham dimiliki oleh publik sebesar 67%, sedangkan sisanya 33% dimiliki oleh pihak asing.
4.1.12. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari langkah pemerintah dalam merekstrukturisasi industri perbankan di Indonesia pasca krisis moneter tahun 1998. Pada tahun 1999, empat bank milik pemerintah Republik Indonesia, yakni Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) digabungkan ke dalam Bank Mandiri. Saham Perseroan telah
Universitas Sumatera Utara
dicatatkan di BEI pada tanggal 14 Juli 2003. Pada tahun 2013, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60,00% saham Bank Mandiri, sementara sisanya 40,00% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik, dan asing. 4.1.13. PT. Global Medicom Tbk (BMTR) PT. Global Medicom Tbk didirikan pada tanggal di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1981. Pada tanggal 27 Maret 2007 awalnya perusahaan bernama PT. Bimantara Citra Tbk berganti nama menjadi PT. Global Mediacom Tbk. Dan perseroan beroperasi secara komersial pada tahun 1982. Perseoran tercatat sebagai perusahaan go public pada tanggal 17 Juli 1995. Pada tanggal 30 Juni 2013 perusahaan dan anak perusahaan (Grup) memiliki karyawan sebanyak 9304. Saat ini, komposisi kepemilikan saham dimiliki oleh publik sebesar 100%.
4.1.14. PT. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) PT. Bumi Serpong Damai Tbk merupakan salah satu pengembang kota mandiri terbesar di Indonesia, yang juga merupakan bagian dari Sinar Mas Land, berdiri sejak tahun 1984 untuk membangun kota BSD City yang terletak di sebelah barat daya Jakarta. Pada tanggal 6 Juni 2008, perusahaan menjadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dengan komposisi kepemilikan saham saat ini oleh publik sebesar 50%, PT. Paraga Arta Mida 25%, dan PT. Ekacentra Usahamaju 25%.
Universitas Sumatera Utara
4.1.15. PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) PT. Bumi Resources Tbk adalah perusahaan eksportir Batubara Termal terbesar di dunia, BUMI telah memiliki portofolio batubara dan logam lainnya. Didirikan pada tanggal 26 Juni 1973 dan BUMI melakukan penawaran umum perdana saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya yang sekarang Bursa Efek Indonesia pada tanggal 30 Juli 1990. Komposisi kepemilikan saham oleh publik sebesar 70,82% sedangkan sisanya 29,18% dimiliki oleh pihak asing. 4.1.16. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) PT. Charoen Pokphand Indonesia didirikan di Indonesia dengan nama PT. Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Limited, berdasarkan akta pendirian yang dimuat dalam Akta No. 6 tanggal 7 Januari 1972, yang dibuat dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, Notaris di Jakarta. Kegiatan utama usaha adalah industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi. Kegiatan penunjang adalah mengimpor dan menjual bahan-bahan baku dan bahan-bahan farmasi, memproduksi dan menjual karung atau kemasan plastik. Pada tanggal 18 Maret 1991 perusahaan ini menjadi perusahaan publik di BEI dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik pada tahun 2013 sebesar 44,47%. 4.1.17. PT. XL Axiata Tbk (EXCL) Berdiri pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT. Grahametropolitan Lestari, XL mulai beroperasi sebagai perusahaan perdagangan barang dan jasa umum. Pada tahun 1996, XL memasuki sektor telekomunikasi setelah
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan izin operasi GSM 900 dan secara resmi meluncurkan layanan GSM. Dengan demikian, XL menjadi perusahaan swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler. Perseroan mengubah nama menjadi PT. Excelcomindo Pratama, sesuai dengan perjanjian kerja sama antara Grup Rajawali dan tiga investor asing (NYNEX, AIF, dan Mitsui). XL kemudian melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO) pada tanggal 29 September 2005 dan mendaftarkan sahamnya di BEI. Pada tahun 2009, PT. Excelcomindo Pratama Tbk berganti nama menjadi PT. XL Axiata Tbk. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 33,51%. 4.1.18. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam berdiri pada tanggal 26 Juni 1958. Gudang Garam adalah produsen rokok kretek terkemuka, rokok kretek identik dengan Indonesia yang merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di dunia. Gudang Garam memiliki tiga anak perusahaan utama yaitu PT. Surya Pemenang, yang memproduksi kertas karton untuk kemasan rokok Gudang Garam, PT. Surya Madistrindo, sebagai distributor tunggal produk Perseroan, dan PT. Surya Air sebagai penyedia layanan jasa penerbangan tidak berjadwal. Saham Perseroan pertama kali tercatat di BEI pada tanggal 27 Agustus 1990. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 24,45%. 4.1.19. PT. Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk awalnya didirikan sebagai hasil dari merger antara PT. Indomulti Inti Industri Tbk (IMII) dan PT. Indomobil Investment Corporotion (IIC) pada 6 November 1997 dimana IMII adanlah entitas
Universitas Sumatera Utara
yang dipertahankan. IMII didirikan pada tanggal 20 Maret 1987. Perusahaan dan anak perusahaan (Group) yang didirikan beroperasi di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan group bergerak dalam bidang perakitan dan penyaluran mobil, bus, truk dengan nama merek Suzuki, Nissan, Volvo, Volkswagen (VW), Renault, dan Hino. Kemudian perusahaan ini menyediakan jasa pemeliharaan otomotif, alat berat, pembiayaan, penyewaan dan jual beli mobil bekas. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 15 November 1993. Komposisi kepemilikan saham oleh publik saat ini sebesar 10,46%, PT. Tritunggal Intipermata sebesar 18,05%, dan pihak asing sebesar 71,49%. 4.1.20. PT. International Nickel Indonesia Tbk (INCO) PT. International Nickel Indonesia Tbk atau disebut juga PT. Vale Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi nikel dalam matte dari bijih lateritik pada fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu di Pulau Sulawesi. Seluruh produksi dijual berdasarkan kontrak jangka panjang dalam denominasi dollar AS. Didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dan terdaftar pada tanggal 16 Mei 1990 di Bursa Efek Indonesia. Komposisi kepemilikan saham oleh publik saat ini sebesar 21,18%, Vale Canada Limited 58,73%, dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd 20,09%. 4.1.21. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma. Pada tahun 1994, berganti nama menjadi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dan di tahun yang sama mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 14 Juli 1994. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik
Universitas Sumatera Utara
sebesar 49,95%. Kegiatan operasional perusahaan mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di pasar. 4.1.22. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah perusahaan yang memproduksi semen, yang juga memiliki beberapa anak perusahaan yang memproduksi beton siap pakai serta mengelola tambang agregat dan trass. Berdiri sejak 16 Januari 1985, Perseroan merupakan penggabungan dari enam perusahaan semen yang saat itu memiliki delapan pabrik. Indocement pertama kali mencatatkan sahamnya di BEI pada 5 Desember 1989. Sejak 2001, mayoritas saham Perseroan dimiliki oleh Heidelberg Cement Group yang berbasis di Jerman. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 35,97%. 4.1.23. PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) PT. Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan perusahaan produsen batubara Indonesia terkemuka untuk pasar energi dunia. Berdasarkan akta No. 30 tertanggal 11 Mei 2009 dan Akta No. 24 tertanggal 14 Agustus 2009, dibuat dihadapan Notaris Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto, SH, maksud dan tujuan perusahaan adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan, pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian, dan jasa. Indo Tambangraya Megah berdiri pada tanggal 2 September 2007. Pada tanggal 18 Desember 2007 mencatatkan sahamnya di BEI sebagai perusahaan go public.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 35,00%. 4.1.24. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) Kegiatan utama usaha PT. Jasa Marga (Persero) Tbk adalah menjalankan perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan/atau pemeliharaan jalan tol, mengusahakan lahan di ruang milik jalan tol (Rumijatol) dan lahan yang berbatasan dengan Rumijatol untuk tempat istirahat dan pelayanan, berikut dengan fasilitas-fasilitas dan usaha lainnya, serta bidang jasa dan perdagangan untuk layanan konstruksi, pemeliharaan, dan pengoperasian jalan tol. Berdiri pada tanggal 1 Maret 1978. Pada tanggal 12 November 2007, Jasa Marga menjadi perusahaan go public. Pada tahun 2013, kepemilikan saham yang dipegang oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 70,00%, sedangkan sisanya 30,00% dimiliki oleh publik. 4.1.25. PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) Sejarah Kalbe Farma diawali dengan garasi pendiri Perseroan tahun 1966 sebagai perusahaan produk kesehatan dengan prinsip-prinsip dasar: inovasi, merek yang kuat dan manajemen prima. Dengan pedoman “Panca Sradha Kalbe” sebagai nilai dasar Perseroan, Kalbe berhasil meraih pertumbuhan yang solid dan mencatatkan sebagai perusahaan publik pada tanggal 30 Juli 1991 di BEI. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 40,03%. 4.1.26. PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) PT. Lippo Karawaci Tbk pada awalnya bernama PT. Tunggal Reksakencana yang didirikan pada tanggal 15 Oktober 1990. Perseroan memulai
Universitas Sumatera Utara
proyek kota mandirinya pertama kali di Tangerang dengan nama Lippo Village. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 28 Juni 1996. Komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 82,12% sedangkan sisanya 17,88% dimiliki oleh Pacific Asia Holding Ltd. 4.1.27. PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) Pada tahun 1906, melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan LondonSumatera, yang kemudian dikenal dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia. Di awal kemerdekaan Indonesia, Lonsum lebih memfokuskan usahanya pada tanaman karet, dan kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980. Pada akhir dekade berikutnya, kelapa sawit telah menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan. Di tahun 1994, Harrisons & Crosfield menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Lonsum kepada PT. Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang kemudian mencatatkan Lonsum sebagai perusahaan publik melalui pencatatan saham di BEI pada tanggal 5 Juli 1996. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh investor publik sebesar 40,52%. 4.1.28. PT. Malindo Feedmill Tbk (MAIN) PT. Malindo Feedmill Tbk didirikan pada tanggal 10 Juni 1997, yang merupakan bagian dari Leong Hup Holdings Berhad dan Emivest Berhad Malaysia (kedua perusahaan tercatat di Bursa Malaysia). Perusahaan ini memproduksi dan memperdagangkan pakan ternak dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1998. Pabrik perusahaan terletak di Jakarta, Jawa Timur,
Universitas Sumatera Utara
dan Banten, sedangkan peternakan berlokasi di Jawa Barat, Sumatera, dan Kalimantan Selatan. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 27 Januari 2006. Komposisi kepemilikan saham saat ini dimiliki oleh publik sebesar 41% dan Dragon Amity sebesar 59%. 4.1.29. PT. Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) PT. Mitra Adiperkasa Tbk didirikan pada tanggal 23 Januari 1995. Kegiatan utama perusahaan bergerak di bidang perdagangan eceran pakaian, sepatu, aksesoris, tas dan peralatan olahraga di lebih dari 1.454 toko/outlet di 52 kota di Indonesia. Perusahaan dan anak perusahaan memiliki karyawan sebanyak 19.310 pada tanggal 30 juni 2013. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan di Mitra Adiperkasa Group dan memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang Retail Bisnis, Pusat Perbelanjaan, Cafe dan Restaurant, toko buku, dan manufaktur. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 10 November 2004. Komposisi kepemilikan saham saat ini dimiliki oleh publik sebesar 44% dan PT. Satya Mulia Gema Gemilang sebesar 56%. 4.1.30. PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) MNC didirikan pada tanggal 17Juni 1997 sebagai perusahaan induk di bidang media berbasis iklan dan konten. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 22 Juni 2007, dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik 35,32%, sedangkan sisanya PT. Global Mediacom 64,68%. 4.1.31. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN merupakan sebuah perusahaan milik negara yang dirintis sejak tahun 1859, ketika
Universitas Sumatera Utara
masih bernama Firma L.J.N Eindhoven & Co. Gravenhage. Pada 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965, Perusahaan dietetapkan sebagai Perusahaan Negara atau dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Ruang lingkup usaha menyediakan tenaga gas dan industri gas. Saham perseroan telah dicatatkan di BEI pada tanggal 15 Desember 2003. Pada tahun 2013, kepemilikan saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 56,96% dan sisanya 43,04% dimiliki oleh investor publik. 4.1.32. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) PT. Bukit Asam (Persero) Tbk melakukan usaha di bidang pertambangan, perdagangan, pengolahan, dan pemanfaatan batubara. Didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980. Mulanya PT. Bukit Asam (Persero) Tbk bernama PN TABA sejak tangggal 1 Maret 1981, kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero). Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di BEI. Pada tahun 2013, kepemilikan saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 65,02% dan sisanya 34,98% dimiliki oleh investor publik. 4.1.33. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) PT. Holcim Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 15 Juni 1971. Pada tanggal 1 Januari 2006, perusahaan ini berganti nama dari PT. Semen Cibinong Tbk menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk. Ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak di bidang pengoperasian pabrik semen dan kegiatan yang berhubungan dengan industri semen, serta melakukan investasi pada perusahaan lain.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975. Produknya dipasarkan domestik maupun internasional. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik terletak di Narogong, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah. Perusahaan dan anak perusahaan memiliki jumlah karyawan 2.974 pada tanggal 30 Juni 2013. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 10 Agustus 1977. Komposisi kepemilikan saham saat ini dimiliki oleh publik 19,36% dan Holderfin BV sebesar 80,64%. 4.1.34. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8 Juli 1991 saham semen Gresik tercatat di BEI serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Pada tahun 1995, akuisisi perusahaan semen dalam negeri, PT. Semen Padang (Persero) dan PT. Semen Tonasa (Persero). Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01% dan sisanya 48,99% dimiliki oleh publik. 4.1.35. PT. Surya Semesta Internusa Tbk ( SSIA) PT. Surya Semesta Internusa Tbk didirikan pada tanggal 15 Juni 1971 dengan nama PT. Multi Investments Ltd. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak di bidang industri, perdagangan, kontruksi, pertanian, pertambangan, dan jasa, termasuk mendirikan perusahaan di bidang bangunan
Universitas Sumatera Utara
material, real estate, kawasan industri, pengelolaan gedung, dan lain-lain. Saat ini kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang investasi dan menyediakan layanan manajemen dan pelatihan kepada anak perusahaan yang mengkhususkan diri dalam bidang mengembangkan/mengelola kawasan industri, real estate, jasa konstruksi, perhotelan, dan lain-lain. Perusahaan ini mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 27 Maret 1977. Komposisi kepemilikan saham perusahaan saat ini dimiliki oleh publik 87%, HSBC Private Bank (Suisse) SA Singapore sebesar 5%, dan PT. Aman Investments Utama sebesar 8%. 4.1.36. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Pada tahun 1991, nama PT. PERUMTEL berubah menjadi PT. Telekomunikasi Indonesia atau Telkom dengan operasi bisnis terbagi atas dua belas wilayah telekomunikasi (WITEL). WITEL tersebut kemudian dirombak menjadi tujuh divisi regional (DIVRE) yaitu divisi I Sumatera, Divisi II Jakarta dan sekitarnya, Divisi III Jawa Barat, Divisi IV Jawa Tengah dan Yogyakarta, Divisi V Jawa Timur, Divisi VI Kalimantan, dan Divisi VII Indonesia Bagian Timur. Pada tahun 1974 PN. Telekomunikasi dibagi menjadi dua divisi, yaitu PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) yang memproduksi perangkat telekomunikasi dan Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) untuk melayani
jasa
telekomunikasi
domestik
dan
internasional.
TELKOM
melaksanakan penawaran saham perdana publik (Initial Public Offering) pada tanggal 14 November 1995 di BEI. Pada tanggal 26 Mei 1995, TELKOM mendirikan entitas anak yang menangani bisnis telepon selular, Telkomsel. Pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 2013, komposisi pemegang saham oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,19% dan sisanya sebesar 48,81% dimiliki oleh publik. 4.1.37. PT. United Tractors Tbk (UNTR) United Tractors didirikan pada 13 Oktober 1972 sebagai distributor tunggal alat berat Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag, Komatsu Forest, dan Tadano serta sebagai kontraktor penambangan dan pertambangan batubara di Indonesia. Pada tanggal 19 September 1989, Perseroan mencatatkan saham perdana di BEI. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham mayoritas dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar 59,50% dan sisanya sebesar 40,50% dimiliki oleh publik. 4.1.38. PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Unilever berdiri dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. di Angke, Jakarta. Unilever merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumers Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Bidang usaha mencakup produksi, pemasaran, dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah. Tanggal pendirian perusahaan 5 Desember 1933, dan pencatatan saham di BEI pada tanggal 11 Januari 1982. Pada tahun 2013, komposisi kepemilikan saham oleh publik sebesar 15,01%.
Universitas Sumatera Utara
4.2.
Hasil Penelitian
4.2.1. Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik deskriptif ini meliputi nilai rata-rata (mean), jumlah data (N) dan standar deviasi dari 5 (lima) variabel independen yaitu Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Growth dan Size sebagai variabel yang mempengaruhi Price Book Value (PBV) Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis statsistik deskriptif akan ditunjukkan dalam Tabel 4.1 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
Std. N
Minimum Maximum
Mean
Deviation
Ln_DAR
152
-2.12
-.07
-.8418
.52547
Ln_DER
152
-1.97
2.66
.0301
1.13745
Ln_LDAR
152
-3.91
1.38
-1.6313
1.10955
Ln_LDER
152
-4.61
2.39
-.8547
1.67943
Ln_GROWTH
152
-4.61
4.09
-2.0784
1.50551
Ln_SIZE
152
-.14
2.17
1.9713
.19126
Ln_PBV
152
-4.61
3.66
1.0981
.87485
Valid N (listwise)
152
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah) Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa variabel price book value Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2012 memiliki nilai minimum 4.61% dan nilai maksimum 3.66%. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 0. 87485% dan nilai rata-rata (mean) 1.0981%. Variabel Debt to Assets Ratio (DAR) mempunyai nilai minimum 2.12% dan nilai maksimum 0.7%. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1.13745% dan nilai rata-rata (mean) 0.0301%. Nilai rata-rata (mean) yang
Universitas Sumatera Utara
lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi kurang baik. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai nilai minimum 1,97% dan nilai maksimum 2.66%. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) 1.13745% dan nilai rata-rata (mean) 0.0301%. Nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan nilai rata-rata (mean) menunjukkan simpangan data DER baik. Variabel Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR) mempunyai nilai minimum 3.91% dan nilai maksimum 1.38%. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) 1.10955% dan nilai rata-rata (mean) 1.6313%. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Variabel Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) mempunyai nilai minimum 4.61% dan nilai maksimum 2.39%. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) 1.67943% dan nilai rata-rata (mean) 0.8547%. Nilai rata-rata (mean) yang masih relatif kecil dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi kurang baik. Variabel Growth mempunyai nilia minimum 4.61% dan nilai maksimum 4.09%. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) 1.50551% dan nilai rata-rata (mean) 2.0784%. nilai rata-rata (mean) yang masih relatif besar dibandingkan dengan standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi baik. Variabel Size mempunyai nilia minimum 0.14% dan nilai maksimum 2.17%. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) 0.19126% dan nilai
Universitas Sumatera Utara
rata-rata (mean) 1.9713 %. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik Model regresi berganda akan lebih cepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, apabila beberapa asumsi berikut dapat terpenuhi Uji
asumsi
klasik
yang
harus
dipenuhi
antara
Uji
Normalitas,
Uji
Multikolinieritas, Uji Autokorelasi dan Uji Heterokedastisitas 4.2.2.1. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji normalitas residual dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relatif teoritisnya. Jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih besar daro 0,05 berarti residual terdistribusi dengan normal. Demikian pula sebaliknya, jika probabilitas signifikansi residual lebih rendah dari 0,05 berarti residual tidak terdistribusi secara normal. Uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Komolgorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
152
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .80700290
Absolute
.135
Positive
.097
Negative
-.135
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.667 .008
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai Asym.Sig (2-tailed) adalah 0.008 dan diatas nilai signifikansi (0,05) hal ini berarti variabel residual data tidak mempunyai distribusi normal. Nilai kolmogorov-smirnov Z lebih kecil dari 1,97 berarti tidak ada perbedaaan antara distribusi teoritik dan distribusi empiric atau dengan kata lain data dikatakan normal. Metode lain untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun dengan melihat
secara Normal Probability Plot. Normalitas dapat dideteksi dengan
melihat histogram dari residualnya:
Universitas Sumatera Utara
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berikut hasil uji normalitas yang diperoleh dalam analisis penelitian ini pada Gambar 4.1
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal karena bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung imbang dan kurva berbentuk
Universitas Sumatera Utara
menyerupai lonceng. Dapat disimpulkan bahwa variabel pengganggu atau residual memiliki pola mendekati distribusi normal.
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Gambar 4.2 Normal P-Plot Berdasarkan Gambar 4.2 Normal Probability Plot diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran data searah mengikuti garis diagonal.
4.2.2.2. Uji Multikolinearitas Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi berganda adalah multikolinieritas, yaitu suatu keadaan di mana antara variabel bebas terdapat korelasi atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Untuk melihat ada atau tidaknya
Universitas Sumatera Utara
multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off atau batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 5. Dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan VIF dengan membandingkan (Situmorang dan Lufti, 2012: 140). Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1(Constant) Ln_DAR
.072
13.853
Ln_DER
.050
19.969
Ln_LDAR
.238
4.210
Ln_LDER
.111
9.019
Ln_GROWTH
.939
1.065
Ln_SIZE
.933
1.071
Dependent Variable: Ln_PBV Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.4 nilai tolerance dan VIF dari variabel DAR adalah sebesar 0,231 dan 4,333. Untuk variabel DER adalah sebesar 0,273 dan 3,664. Untuk variabel LDAR sebesar 0,613 dan 1,623. Untuk variabel LDER sebesar 0,890 dan 1,124. Untuk variabel Growth sebesar 0,936 dan 1,069. Untuk variabel Size sebesar 0,799 dan 1,252. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak terdapat masalah multikolinearitas antara variabel bebas karena nilai tolerance berada dibawah 1 dan nilai VIF jauh dibawah angka 10.
4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat scatter plot antara lain prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika titik-titik pada scatter plot tersebut membentuk pola tertentu yang teratur (missal bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka dapat diindifikasikan telah terjadi heteroskedasitas. Hasil pengujian heteroskedasitas yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah) Gambar 4.3 Scatterplot
Berdasarkan scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun pengujian untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan uji Glejser antara lain prediksi variabel dependen menjadi (absUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 0.05 jadi disimpulkan model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Uji Glejser Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1 (Constant)
Std. Error .576
.589
Ln_DAR
.249
.368
Ln_DER
-.061
Ln_LDAR
Beta
t
Sig.
.979
.329
.207
.676
.500
.204
-.109
-.297
.767
.045
.096
.079
.472
.638
Ln_LDER
-.086
.093
-.228
-.924
.357
Ln_GROWTH
-.042
.036
-.099 -1.168
.245
.025
.281
Ln_SIZE
.007
.088
.930
a. Dependent Variable: absut Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengujian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.4 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuj menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-I (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin-Watson (D-W stat dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika nilai D-W dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif b. Jika nilai D-W diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi c. Jika nilai D-W diatas 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negatif Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R
1
.386a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .149
.114
.82353
Durbin-Watson 1.956
a. Predictors: (Constant), Ln_SIZE, Ln_GROWTH, Ln_DAR, Ln_LDAR, Ln_LDER, Ln_DER b. Dependent Variable: Ln_PBV Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah) Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,966. Oleh karena nilai D-W dibawah diantara 1,5 < 2,030 < 2,5 maka tidak ada autokorelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Analisis Regresi Linier Berganda Pembuatan persamaan regresi berganda dapat dilakukan dengan menginterpretasikan angka-angka yang ada di dalam unstandarlized coefficient beta pada Tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
1.164
.760
Ln_DAR
-.009
.475
Ln_DER
.475
Ln_LDAR Ln_LDER Ln_GROWTH Ln_SIZE
Beta
t
Sig.
1.532
.128
-.005
-.019
.985
.263
.618
1.804
.073
.066
.124
.084
.532
.595
-.416
.120
-.799
-3.471
.001
.092
.046
.159
2.011
.046
-.073
.363
-.016
-.201
.841
a. Dependent Variable: Ln_PBV Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.6 pada kolom Unstandardized Coefficients beta dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 1.164 – 0.009X1 + 0,475X2 + 0.066X3 – 0,416X4 +0,092X5 – 0,733X6+ e Dari persamaan regresi maka dapat diinterprestasikan beberapa hal yaitu: 1.
Nilai konstanta persamaan di atas adalah sebesar 1.164 yang menunjukkan bahwa apabila semua variabel independen yaitu DAR, DER, LDAR, LDER, Growth,Size dianggap konstan atau nol, maka nilai dari price book value (PBV) adalah sebesar 1.164 %.
2.
Variabel Debt to Assets Ratio (DAR) berpengaruh negatif terhadap price book value (PBV) dengan nilai koefisien sebesar – 0.009. Artinya jika DAR naik sebesar 1% maka price book value (PBV) akan mengalami penurunan sebesar – 0.009 atau 0.9% dengan asumsi nilai variabel lain dianggap tidak konstan.
3.
Variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap price book value (PBV) dengan nilai koefisien sebesar 0,475. Artinya jika DER naik sebesar 1% maka price book value (PBV) akan mengalami kenaikan sebesar 0,475 atau 47,5% dengan asumsi nilai variabel lain dianggap konstan.
4.
Variabel Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR)
berpengaruh positif
terhadap price book value (PBV) dengan nilai koefisien sebesar 0.066. Artinya jika PBV naik sebesar 1% maka price book value (PBV) akan mengalami penurunan sebesar 0.066 atau 6.6% dengan asumsi nilai variabel lain dianggap konstan.
Universitas Sumatera Utara
5.
Variabel Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
berpengaruh negatif
terhadap price book value (PBV) dengan nilai koefisien sebesar – 0.416. Artinya jika PBV naik sebesar 1% maka price book value (PBV) akan mengalami penurunan sebesar – 0.416atau 41.6% dengan asumsi nilai variabel lain dianggap tidak konstan. 6.
Variabel Growth berpengaruh positif terhadap price book value (PBV) dengan nilai koefisien sebesar 0,092. Artinya jika Growth naik sebesar 1% maka price book value (PBV) akan mengalami kenaikan sebesar 0,092 atau 9,2% dengan asumsi nilai variabel lain dianggap konstan.
7.
Variabel Size berpengaruh negatif terhadap price book value (PBV) dengan nilai koefisien sebesar – 0,073. Artinya jika PBV naik sebesar 1% maka price book value (PBV) akan mengalami penurunan sebesar -0,073 atau 7,3% dengan asumsi nilai variabel lain dianggap tidak konstan.
4.2.3
Pengujian Hipotesis
4.2.3.1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan uji F. Uji f dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel apabila nilai Fhitung lebih besar dari pada Ftabel dengan tingkat signifikansi 5% maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Adapun hasil uji serempak (Uji F) pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
17.229
6
2.872
Residual
98.339
145
.678
115.569
151
Total
F
Sig.
4.234
.001a
a. Predictors: (Constant), Ln_SIZE, Ln_GROWTH, Ln_DAR, Ln_LDAR, Ln_LDER, Ln_DER b. Dependent Variable: Ln_PBV
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.7 menunjukkan angka hasil pengujian model menghasilkan FHitung sebesar 0,986. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan α = 0,05 dengan df1 = k-1 = 7-1 = 6 dan df2 = n-k = 152-7 = 145 adalah sebesar 2,02. Oleh karena Fhitung (4,234) < Ftabel (2,02) maka H0 ditolak dan H1 diterim dan tingkat signifikansi 0,001 > α = 0,005 artinya antara DAR, DER, LDAR, LDER, Growth dan size menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV) pada perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Uji parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Pengaruh dari masing-masing variabel DAR, DER, LDAR, LDER, Growth dan Size terhadap PBV dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikansi. Variabel DAR, DER, LDAR, LDER, Growth dan size mempunyai arah yang positif. Variabel DAR berpengaruh signifikan terhadap PBV karena nilai signifikan <0,05. Sedangkan variabel DER, LDAR, LDER, Growth dan Size tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV karena tingkat signifikansinya > 0,05. Kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata 5% untuk uji dua arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat bebas (df) = n-k = 168-7 = 161. Nilai ttabel dengan taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 161 adalah 1,974. 1.
Pengujian DAR (X1) terhadap PBV (Y) menunjukkan sign (0,985) < α (0.05) dan t
hitung
adalah -0.019 dimana t
hitung
(-0.019) < ttabel (1,974), maka Ho
diterima dan H1 ditolak. Untuk tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh variabel Debt to Assets Ratio (DAR) adalah 0,985 yang berarti variabel DAR berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap price book value (PBV). Maka semakin sedikit jumlah modal peminjam yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 2.
Pengujian DER (X2) terhadap PBV (Y) menunjukkan sign (0,073) > α (0,05) dan thitung adalah 1,804 dimana thitung (1,804) < ttabel (1,974), maka Ho diterima H1 ditolak. Untuk tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh variabel DER adalah sebesar 0,073 yang berarti variabel DER tidak berpengaruh signifikan
Universitas Sumatera Utara
terhadap PBV. Dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak atau dengan kata lain variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PBV. 3.
Pengujian LDAR (X3) terhadap PBV (Y) menunjukkan sign (0,595) > α (0,05) dan thitung adalah 0.532 dimana thitung (0.532) < ttabel (1,974), maka Ho diterima H1 ditolak. Untuk tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh variabel LDAR adalah sebesar 0,595 yang berarti variabel LDAR tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV. Dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak atau dengan kata lain variabel PBV berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PBV.
4.
Pengujian LDER (X4) terhadap PBV (Y) menunjukkan sign (0,001) > α (0,05) dan thitung adalah –3,471dimana thitung (–3,471) < ttabel (1,974), maka Ho diterima H1 ditolak. Untuk tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh variabel LDER adalah sebesar 0.001 yang berarti variabel LDER berpengaruh signifikan terhadap PBV. Dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak atau dengan kata lain variabel PBV berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PBV.
5.
Pengujian Growth (X5) terhadap PBV (Y) menunjukkan sign (0.046) > α (0,05) dan thitung adalah 0,419 dimana thitung (2.011) > ttabel (1,974), maka H0 ditolak H1 diterima. Untuk tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh variabel Growth adalah sebesar 0,046 yang berarti variabel Growth berpengaruh signifikan terhadap PBV. Dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak atau dengan kata lain variabel PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV.
Universitas Sumatera Utara
6.
Pengujian Size (X6) terhadap PBV (Y) menunjukkan sign (0,841) > α (0,05) dan thitung adalah -0,201 dimana thitung (-0.201) < ttabel (1,974), maka Ho diterima H1 ditolak. Untuk tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh variabel Size adalah sebesar 0,650 yang berarti variabel Size tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV. Dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak atau dengan kata lain variabel PBV berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PBV.
4.2.3.3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengtahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤R
2
≤1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk
mengetahui variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil analisis data diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb Model
R
1
.386a
R Square .149
Adjusted R Square .114
Std. Error of the Estimate .82353
a. Predictors: (Constant), Ln_SIZE, Ln_GROWTH, Ln_DAR, Ln_LDAR, Ln_LDER, Ln_DER
Universitas Sumatera Utara
Model Summaryb Model
R
1
.386a
R Square
Adjusted R Square
.149
Std. Error of the Estimate
.114
.82353
a. Predictors: (Constant), Ln_SIZE, Ln_GROWTH, Ln_DAR, Ln_LDAR, Ln_LDER, Ln_DER b. Dependent Variable: Ln_PBV Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah) Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,114 atau 11,4% . Hal ini menunjukkan bahwa 11,4% price book value pada perusahaan Indeks LQ 45 di pengaruhi oleh keenam variabel independen yang digunakan, yaitu Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Growth dan Size. Sedangkan sisanya sebesar 88.6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.3.
Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Debt to Assets Ratio terhadap Price Book Value Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel Debt to Assets Ratio (DAR) yang ditunjukkan dengan nilai t = -0.019 dan sig = 0,985. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Debbianita (2012), DAR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Price Book Value (PBV). Hal ini disebabkan karena modal yang disediakan oleh kreditur tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan DAR saja, tetapi masih banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya seperti DER, LDAR, LDER, Growth dan Size. 4.3.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Price Book Value Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) yang ditunjukkan dengan nilai t = 1,804 dan sig = 0,73. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Kusnaeni Diyah (2012) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) secara statistik berpengaruh negatif terhadap Price Book Value (PBV). Penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan ekuitasnya dengan baik dalam menjalankan
usaha,
maka
semakin
besar
kemungkinan
modal
sendiri
dibandingkan hutang perusahaan tersebut.
4.3.3. Pengaruh Longterm Debt to Assets Ratio terhadap Price Book Value Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR) berpengaruh positif dan tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai t = 0,532 dan sig = 0,595. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Debbianita (2012) yang menyatakan bahwa LDAR
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap price book value (PBV). Semakin besar aliran pinjaman jangka panjang terhadap assets yang dilakukan perusahaan maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan sebagai tambahan investasi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4. Pengaruh Longterm Debt to Equity Ratio terhadap Price Book Value Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) berpengaruh negatif dan signifikan yang ditunjukkan dengan nilai t = -3.471 dan sig = 0,001. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian Debbianita (2012) yang menyatakan bahwa Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap price book value (PBV). Akibat meningkatnya hutang jangka panjang terhadap ekuitas semakin besar pula ketidakpastian atau risiko dari suatu investasi.
4.3.5. Pengaruh Growth terhadap Price Book value Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel Growth tidak berpengaruh dan tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai t = 2,011 dan sig = 0,046. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ronni(2012) yang menyatakan bahwa Growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value (PBV). Dalam hal ini machfoedz (1996) menyatakan perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang berkembang. Jika investasi dilakukan dengan tepat, maka pertumbuhan mendatangkan laba di masa depan. 4.3.6. Pengaruh Size terhadap Price Book value Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel Size tidak berpengaruh dan tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai t = -0,201 dan sig = 0,841. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Eva Eko Hidayati (2012) yang menyatakan bahwa Size berpengaruh positif dan tidak
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap price book value (PBV). Dalam hal ini Suharli (2006) menyatakan size yang besar dan tumbuh bisa merefleksikan tingkat profit mendatang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang leverage (DAR, DER, LDAR, LDER), pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan (PBV) perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan: 1.
Debt to Assets Ratio (DAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap price book value (PBV).
2.
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap price book value (PBV).
3.
Longterm Debt to Assets Ratio (LDAR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap price book value (PBV).
4.
Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price book value (PBV).
5.
Growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio (PBV)
6.
Size berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap price book value (PBV).
Universitas Sumatera Utara
a. Saran a. Bagi Pihak Perusahaan Debt to Assets Ratio (DAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan maka sebaiknya pihak perusahaan lebih efektif memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menciptakan laba agar perusahaan mampu membagikan dividen dengan persentase lebih tinggi lagi kepada para investor sehingga akan lebih banyak lagi investor menanamkan modalnya pada perusahaan. b. Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Karena variabel leverage (DAR, DER, LDAR, LDER), pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan (PBV) sebesar 100% dijelaskan oleh variabel lain. Saran untuk peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor lain seperti Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Dividend Payout Ratio (DPR), maupun likuiditas sebagai prediktor lain nilai perusahaan. 2. Karena periode pengamatan yang relatif pendek, disarankan untuk memperpanjang periode pengamatan agar dapat lebih baik lagi dalam memprediksi nilai perusahaan. 3. Melakukan pengembangan pada jenis perusahaan lainnya yang memiliki jumlah yang lebih banyak. c. Bagi Pihak Investor Bagi investor atau calon investor yang hendak melakukan investasi di pasar modal hendaknya perlu menjadikan leverage, dan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan serta ukuran perusahaan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi karena secara simultan keenam variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. d. Hasil penelitian ini dapat memberikan bukti tambahan tentang pengaruh leverage dan pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan khususnya pada perusahaan yang sahamnya di perdagangkan di pasar modal. e. Perusahaaan sebelum menciptakan nilai perusahaan harus mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah modal yang diinvestasikan sehingga dalam pelaksanaannya nanti akan saling menguntungkan antara pihak perusahaan dan investor. Dimana kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan.
Universitas Sumatera Utara