BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit 1. Definisi Rumah Sakit Undang-undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit mendefinisikan rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Berdasarkan fungsinya rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga sebagian besar dikelompokkan dalam organisasi sektor publik yang tidak berorientasi mencari keuntungan, kecuali beberapa rumah sakit yang didirikan oleh Perseroan Terbatas
(PT)
yang
memang
bertujuan
menambah
(Nordiawan & Hertianti, 2010: 59). Indonesia memiliki beberapa jenis rumah sakit, antara lain a.
Rumah Sakit Umum
b.
Rumah Sakit Terspesialisasi
c.
Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan
d.
Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan dan
e.
Klinik.
5
pendapatan.
6
Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit terbagi atas: 1) Rumah Sakit Milik Pemerintah Adalah rumah sakit umum yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah. Contohnya RSUP dan RSUD. Perbedaannya RSUP merupakan milik pemerintah pusat yang mengacu
pada
Departemen
Kesehatan,
sedangkan
RSUD
merupakan milik pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota, di bawah pembinaan urusan kerumahtanggan dari Departemen Dalam Negeri dan RSUD tetap berada di bawah koordinasi Departemen Kesehatan. Jenis rumah sakit milik pemerintah ada dua: a) Rumah Sakit Pemerintah yang tidak bisa dipisahkan, yaitu rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah. Contohnya, RSUD KARANGANYAR dan RSUD KLATEN b) Rumah Sakit Milik Pemerintah yang dipisahkan, yaitu rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah yang dipisahkan. Misalnya Rumah Sakit BUMN. BUMN yang memiliki rumah sakit antara lain Pertamina, PT. Aneka Tambang, PT. Pelni dan lain sebagainya.
7
2) Rumah Sakit Berbentuk Badan Layanan Umum (BLU) Adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Jenis Rumah Sakit yang berbentuk BLU antara lain Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah
Sakit Jantung
Harapan Kita, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Rumah Sakit Makassar, Rumah Sakit Karyadi Semarang, Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Rumah Sakit Padang, Rumah Sakit Palembang dan Rumah Sakit Dr. Sarjito Yogyakarta. Selain rumah sakit tersebut ada banyak RSUD yang dialihkan menjadi BLUD, seperti RSUD Budi Asih, RSUD Tarakan, RSUD Koja, RSUD Duren Sawit, RSUD Haji dan RSUD Pasar Rebo. 3) Rumah Sakit Milik Swasta Adalah rumah sakit yang dimiliki oleh perorangan atau badan hukum.
8
2. Tujuan Rumah Sakit Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan: a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan b. Memberikan
perlindungan
terhadap
keselamatan
pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, serta d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan Rumah sakit. 3. Klasifikasi Rumah Sakit Klasifikasi rumah sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Rumah Sakit Umum Kelas A b. Rumah Sakit Umum Kelas B c. Rumah Sakit Umum Kelas C d. Rumah Sakit Umum Kelas D Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
9
a. Rumah Sakit Khusus kelas A b. Rumah Sakit Khusus kelas B c. Rumah Sakit Khusus kelas C B. Persediaan 1. Deskripsi Persediaan Persediaan ialah asset lancar yang berbentuk barang atau perlengkapan yang diperoleh, disimpan dan didistribusikan untuk mendukung
kegiatan
operasional.
Barang-barang
tersebut
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. (Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penatausahaan Persediaan) Persediaan Rumah Sakit masuk pada jenis perusahaan jasa, yang memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien secara paripurna. Di rumah sakit memiliki karakteristik yang sama dengan
perusahaan
dagang, yakni hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali. Bedanya di perusahaan jasa seperti rumah sakit harga persediaannya dipatok berdasarkan jenisnya contohnya, Obat dan Alat/bahan Pakai Habis. Persediaan alat/bahan pakai habis difungsikan untuk keperluan perawatan pasien dan harga barang tersebut tidak diambil keuntungannya, melainkan mengikuti patokan harga beli barang itu sendiri, kecuali obat. Obat menggunakan patokan harga sebesar 20% dari harga beli.
10
2. Tipe-tipe Persediaan di Rumah Sakit: a. Persediaan Bahan Pakai Habis Medis b.
Persediaan Barang Pakai Habis Non-medis
c. Persediaan Alat Kesehatan Pakai Habis Dari beberapa persediaan di atas saya akan mendeskripsikan Persediaan Barang Habis Pakai Medis, yang melalui beberapa transaksi menurut (Mulyadi, 2001: 555) di antaranya: 1) Pembelian Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli. 2) Retur pembelian Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok. 3) Pemakaian barang gudang Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang. 4) Penghitungan fisik persediaan Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah Sistem penghitungan fisik persediaan.
C. Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2001: 5) “Prosedur adalah satuan urutan kegiatan klerikal (tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang
11
dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulangulang. Di dalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur di mana prosedur-prosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatnya apabila terjadi perubahan salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi prosedur-prosedur yang lain.” Dapat disimpulkan bahwa Prosedur adalah kegiatan pencatatan yang dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu departemen untuk menyeragamkan pekerjaannya dengan tujuan agar kegiatan operasionalnya dapat berjalan secara teratur.
D. Penyimpanan Barang Penyimpanan adalah tahapan penting dari Sistem Pengelolaan, karena pada tahap ini suatu Instansi harus dapat menjaga Barang Persediaan agar tetap terjaga mutu dan isi dari barang tersebut. Sedangkan menurut Subagya (1998: 68) Penyimpanan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan, pencatatan
dan
pengaturan
barang
persediaan
di
dalam
ruang
penyimpanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 setelah barang masuk di bagian Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Pakai Habis sesuai dengan persyaratan
12
kefarmasian, yang meliputi kelembaban, ventilasi dan pengelolaan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Pakai Habis. Bertujuan agar barang yang keluar tidak mengalami cacat atau rusak. Dari definisi di atas dapat simpulkan bahwa Penyimpanan Barang Medis ialah kegiatan pengurusan dan pencatatan demi menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan/Bahan Medis Pakai Habis sesuai standar kefarmasian
E. Pendistribusian Barang Pendistribusian adalah perpindahan Barang Persediaan dari gudang ke Sub-gudang atau ke tempat lain, menurut dokumen yang mengatur tentang perpindahan barang tersebut. Dalam kegiatan pendistribusian perlu adanya dokumen-dokumen yang mengatur tentang kegiatan ini, karena dalam kegiatan Pendistribusian harus tercatat berapa banyak barang yang keluar dan berapa banyak banyak barang yang masih di simpan di Gudang. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014, Distribusi
merupakan
suatu
rangkaian
kegiatan
dalam
rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Unit Pelayanan kepada pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketetapan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi untuk menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Pakai Habis di unit pelayanan.
13
Tujuan dari kegiatan distribusi ini agar memudahkan pasien, dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada serta metode sentralisasi dan desentralisasi
F. Prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian Menurut Standar Prosedur Operasional (SPO) 1.
Prosedur Penyimpanan a. Panitia Penerima Panitia Penerima menerima barang beserta Faktur pembelian untuk Bagian Gudang Farmasi, Bagian Akuntansi dan arsip Panitia Penerima. Panitia penerima mengecek faktur pembelian jika barang tidak sesuai maka Panitia Penerima mengirimkan faktur pembelian ke supplier. Apabila sudah dicek dan sesuai, Panitia Penerima membuat Berita Acara Serah Terima Barang dan melampirkan faktur beserta barang ke Bagian Gudang Farmasi. b. Bagian Gudang Farmasi Petugas Gudang Farmasi menerima berita serah terima barang, faktur pembelian dari supplier dan barang yang sudah dicek oleh Panitia Penerima. Serta mengarsipkan faktur untuk bagian akuntansi. Petugas gudang farmasi menerima barang dan dipisahkan menurut jenisnya. Petugas gudang melakukan input barang sebagai persediaan secara komputerisasi dan mencatat secara manual pada buku persediaan barang medis dan
14
membuatkan kartu persediaan (stock) pada persediaan yang belum terdaftar. 2.
Dokumen-dokumen yang terkait dalam Kegiatan Penyimpanan Penyimpanan Barang. Dalam kegiatan penyimpanan barang Petugas gudang farmasi menerima dan mengisi dokumen antara lain: a) Faktur Pembelian Adalah dokumen yang berisi jumlah barang, spesifikasi dan nama barang yang dibeli dari suatu distributor. b) Berita Acara Serah Terima Barang Adalah dokumen yang berisi pernyataan serah terima barang antara pihak yang menyerahkan dengan Panitia Penerima barang. Setelah barang tersebut diperiksa oleh pejabat pengadaan atau panitia pemeriksa barang. c) Buku Persediaan Barang Buku dalam bentuk lembaran untuk mencatat/membukukan persediaan yang masuk dan keluar dari gudang farmasi di bawah pengurusan dan tanggung jawab pejabat pengurus persediaan medis. Berfungsi sebagai pencatat daftar nama barang yang masuk pada gudang farmasi.
15
d) Kartu Persediaan (stock) Kartu yang digunakan untuk mencatat persediaan berdasarkan jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, stok awal, jumlah barang masuk dan keluar serta jumlah barang yang tersisa. Dibawah ini adalah Gambar 3.2.1 yang menggambarkan alur kegiatan prosedur penyimpanan barang di Gudang Farmasi. Gambar 3.2.1 Flow Chart Penyimpanan Alat kesehatan/Bahan Pakai Habis Medis
16
3.
Prosedur Pendistribusian a. Satker/sub-gudang Satker/sub-gudang membuat daftar permintaan barang rangkap 3 (tiga) yang ditujukan untuk Bagian Penunjang Pelayanan, Bagian Gudang Farmasi dan untuk arsip Satket itu sendiri. Dokumen yang di gunakan yaitu Bukti Barang Keluar (BBK) b. Bagian Penunjang Pelayanan Bagaian Penunjang Pelayanan memverifikasi dokumen Bukti Barang Keluar (BBK) rangkap dua lalu mengarsipkan dokumen. Setelah mendapat verifikasi dari bagian penunjang pelayanan dokumen barang keluar tersebut di masukkan ke gudang farmasi. c. Gudang Farmasi Gudang Farmasi menerima dokumen bukti barang keluar (BBK) dari satker/sub-gudang yang sudah di bubuhi tanda tangan oleh Bagian
Penunjang
Pelayanan.
Petugas
gudang
farmasi
mengeluarkan persediaan sesuai permintaan satker/sub-gudang, apabila barang tidak tersedia petugas farmasi memberi keterangan dengan mencoret nama barang dari dokumen bukti barang keluar. Petugas gudang farmasi mencatat pengeluaran pada kartu persediaan (stock) serta memasukkan (entry) pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
17
4.
Dokumen-dokumen yang terkait dalam Kegiatan Pendistribusian Alat/Bahan Pakai Habis Medis pada Gudang Farmasi Dalam kegiatan pendistribusian barang Petugas gudang farmasi menerima dokumen antara lain: a) Bukti Barang Keluar (BBK) Dokumen ini digunakan sebagai syarat perpindahan barang dari gudang farmasi ke satker-satker/sub-gudang yang sebelumnya sudah di verifikasi oleh Bagian Penunjang Pelayanan dengan rincian: No, Nama Barang, Banyaknya, Satuan, Keterangan. b) Kartu Persediaan (stock) Kartu yang digunakan untuk mencatat persediaan berdasarkan jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, stok awal, jumlah barang masuk dan keluar serta jumlah barang yang tersisa.
18
Dibawah ini adalah Gambar 3.2.2 yang menggambarkan alur kegiatan pendistribusian barang di Gudang Farmasi Gambar 3.2.2 Flow Chart Pendistribusian Alat kesehatan/Bahan Pakai Habis Medis