BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1
Morfologi
Morfologi merupakan salah satu dari tataran ilmu linguistik yang mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk serta klasifikasi kata. Di dalam bahasa Arab kajian dari morfologi ini disebut dengan
/taşrīf/ yaitu
perubahan satu bentuk kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda dan tanpa ada perubahan tersebut makna yang berbeda itu tidak akan diperoleh (Alwasilah, 1993: 110). Kridalaksana (2001: 142) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Ditambahkannya juga bahwa morfologi merupakan bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagiannya. Syahrin (1980: 80) dalam Nasution (2006: 116), juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan morfologi di dalam bahasa Arab adalah: /akhżu şīgatin ukhrā ma`a infāqihā māddah aşliyyah wa ma`nā/ “Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna”. Chaer (2007: 88) membedakan pengertian istilah dengan kata. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang maknanya sudah tetap dan pasti; serta hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Sedangkan kata, masih memiliki makna yang belum pasti sebab sangat tergantung pada konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Menurut KBBI (1991: 390) istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam dibidang tertentu Dalam bahasa Arab kata disebut dengan dari dua kata atau lebih disebut dengan
/al-kalimah/. Gabungan
/al-jumlah/.
Universitas Sumatera Utara
Al-Jurjani dalam Nasution (2006: 100) menjelaskan,
/al-jumlah/ adalah:
/`ibāratun `an murakkabi min kalimataini usnidat ihdāhumā ila al-ukhrā sawā'un afāda kaqaulika ”zaidun qāimun”, aw lam yafid, kaqaulika”in yukrimunī”/ "Sebuah ungkapan yang tersusun dari dua kata, yang satu di isnad-kan kepada yang lain, apakah sempurna, seperti ”si zaid berdiri” atau belum, seperti “jika ia memuliakan saya”".
Bahasa Arab memiliki sistem yang sangat variatif dalam pembentukan katanya. Dari satu akar kata dapat dikembangkan menjadi beberapa kata, sehingga tidak mengherankan jika kosa kata bahasa Arab sangat banyak. (Pratama, 2009: 17). Chaer (2003: 159) menyebutkan bahwa sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Fuad (1968:12) dalam Ues (1999:12) muncul perbedaan pendapat tentang asal kata antara ahli bahasa Kufah dan ahli bahasa Basrah. Ahli bahasa dari Basrah berpendapat bahwa asal kata adalah dari masdar. Sedangkan ahli bahasa Kufah berpendapat bahwa asal kata berasal dari fi’il. Keduanya memiliki argument yang kuat. Adapun pendapat ahli Basrah menyatakan bahwa asal pembentukan kata itu dari masdar adalah : 1. Masdar merupakan isim, yang menunjukkan zaman mutlak (tanpa waktu). Sementara fi’il menunjukkaan keterangan waktu tertentu dan terikat. Jadi, yang mutlak lebih umum dan mendasar dari pada yang terikat.
Universitas Sumatera Utara
2. Masdar merupakan isim, yang dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan fi’il. Sementara fi’il tidak dapat berdiri sendiri tapi membutuhkan isim dari lain. 3. Masdar disebut demikian karena fi’il berasal dari masdar. 4. Masdar hanya menunjukkan satu hal yaitu kejadian. Adapun menunjukkan dua hal kejadian dan waktu. Jadi, satu merupakan asal dari dua, dan masdar merupakan asal dari fi’il. 5. Masdar mempunyai satu bentuk seperti
/darbun/ dan
/qatlun/.
Sedangkan fi’il mempunyai berbagai tiga mcam bentuk seperti : /daraba – yadribu idrib/ , dan
/qatala – yaqtilu - uqtul/.
6. Fi’il dengan keutuhannya dapat menunjukkan apa yang ditunjukkan oleh masdar seperti
/daraba/ menunjukkan apa yang ditunjukkan oleh
/darbun/.
Adapun pendapat ahli Kufah antara lain sebagai berikut : 1. Masdar itu sohih karena kesohihan fi’il dari huruf illat dan begitu juga sebaliknya. Contoh :
/qāma wa qiyāman qawama qawāman/,
Maka, masdar harus mengikuti fi’il dan hal ini berarti fi’il adalah asal masdar. 2. Sesungguhnya fi’il berpengaruh bagi masdar. Contoh: darban/, lafadz
/darabtu
/ad-darbu/ pada contoh tersebut tergantung dari fi’il
/daraba/, Artinya, posisi Āmil lebih asli dan utama dari pada yang ma’mūl. 3. Masdar merupakan ta’kid (penegasan) bagi fi’il. Contoh: darban/, lafadz
/darban/ menegaskan pada fi’il
/darabtu /daraba/
4. Masdar maknanya tidak dapat tergambarkan selama tidak dilakukan oleh seorang fa’il (subjek). Oleh karena itu masdar selalu tergantung pada fi’il.
Penulis menyimpulkan bahwa asal pembentukan kata adalah dari fi’il dengan alasan sebagai berikut : -
Kebanyakan dari fi’il mempunyai beragam masdar, tidak logis dikatakan jika yang masdar yang banyak (beragam) adalah asal dari yang tunggal. Adapun
Universitas Sumatera Utara
contoh masdar tersebut dapat dilihat dari fi’il
/fa’’ala/ masdarnya adalah
/taf’īlān – taf’īlatan – tif’ālān – mufa’’alān/. -
Masdar
merupakan isim bagi fi’il. Isim ini sangat sulit muncul tanpa
kehadiran (adanya) fi’il, sebagai contoh lafadz kelihatan tanpa diketahui terlebih dahulu fi’il -
/julūsun/ tidak akan /jalasa/.
Pembentukan isim musytaq yang lain terlihat jelas dari fi’il dan lebih mudah dikatakan mustaqqat berasal dari fi’il ketimbang jika kita menyatakan bahwa Pembentukan isim musytaq yang lain berasal dari masdar. Apalagi jika fi’il itu bukan sulasi (ruba’i, khumasi, sudasi) seperti pembentukan isim fa’il dan isim maf’ul dari fi’il
/ijtama’a/ yang fi’il mudari’nya
kemudian huruf
mudari’nya diganti dengan huruf mim yang dhammah, dan harkat sebelum akhir berbaris kasrah isim fa’ilnya menjadi
/mujtami’an/, dan baris
huruf sebelum akhir fathah isim maf’ul sehingga menjadi
/mujtama’an/.
Proses Morfologis (morphological process): proses yang mengubah leksem menjadi kata. Dalam hal ini leksem adalah input dan kata merupakan output. (Kridalaksana, 2001: 180). Proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. (Parera, 1994: 18). Chaer (1994: 177) membagi proses morfemis ke dalam 7 (tujuh) bagian, yaitu melalui proses: 1. Afiksasi 2. Reduplikasi 3. Komposisi 4. Konversi, 5. Modifikasi Internal, 6. Suplesi 7. Pemendekan Penulis menggunakan pendapat Chaer sebagai landasan teori untuk menganalisis proses pembentukan istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan dalam bank syariah ditinjau dari segi morfologi melalui bagian yang pertama saja yaitu afiksasi. Di samping itu pendapat Kridalaksana sebagai teori pendukung.
Universitas Sumatera Utara
Chaer (1994:177) afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiksasi yang di dalam bahasa Arab disebut dengan istilah
/az-
zawāid/. Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiksasi dalam istilah bahasa Arab adalah:
/az-zawāidu: idāfatu zā'idatin qabla al-juzri aw ba`dahu aw dākhiluhu li isytiqāqi kalimatin jadīdatin/.
–––––––
"Afiksasi: penambahan satu huruf tambahan yang diletakkan di awal akar kata atau setelahnya atau diantaranya dengan tujuan membentuk kata yang baru".
Menurut Chaer (1994:177) dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) Dasar atau bentuk dasar, (2) Afiks, dan (3) Makna gramatikal yang dihasilkan.
Chaer menyatakan (1994:177) afiks adalah sebuah bentuk biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Dalam KBBI (1991: 10) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan mengubah makna gramatikal (spt. prefiks, konfiks, atau sufiks): imbuhan. Al-Khuli (1982: 8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Afiks dalam istilah bahasa Arab adalah:
prefix superfix
suffix
infix
/az-zāidatu: murfīmun yudāfu qabla al-juzri fayusammā sābiqatan, aw dākhiluhu fayusammā dākhilatan, aw ba`dahu fayusammā lāhiqatan, aw fauqahu fayusammā `āliyatan. Wa hakazā, fainna azzāidata wa al`āliyatu suffix wa al-lāhiqatu infix wa ad-dākhilatu prefix arba`atu anwā`in hiya as-sābiqatu/.
Universitas Sumatera Utara
"Afiks: morfem yang ditambahkan atau diletakkan sebelum akar kata yang asli dinamakan sābiqah, atau tambahan yang dimasukkan ke tengah-tengah akar kata disebut dākhilah, atau tambahan yang diletakkan setelah akar kata disebut lāhiqah, atau yang diletakkan di atasnya disebut `āliyah. Maka afiks ada empat macam, yaitu sābiqah atau prefiks, dākhilah atau infiks, lāhiqah atau sufiks, dan `āliyah atau superfiks". Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar afiksasi biasanya dibedakan adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks. (Chaer, 2003: 178). Berikut diuraikan bagian-bagian dari afiksasi beserta contohnya:
a.
Prefiks Menurut Chaer (1994:178) prefiks adalah
afiks yang diimbuhkan di
muka bentuk dasar. Al-Khuli (1982: 224) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Prefiks dalam istilah bahasa Arab adalah: unkind
unsuperfix
infix
suffix
/fī -un as-sābiqatu: murfīmun muqaiyyadun yasbiqu al-jizri wa yukawwinu ma`ahu kalimatan wāhidatan, mislu -`āliyati infix wa ad-dākhilati suffix. . Wa hiyā takhtalifu `an al-lāhiqati unkind superfix/. "Prefiks: morfem yang terikat dan mendahului akar kata dan membentuk bersamanya satu kata yang baru, seperti penambahan – un pada unkind. Hal ini berbeda dengan lāhiqah sufiks, dākhilah infiks, dan `āliyah superfiks". Dalam bahasa Arab prefiks dinamai dengan istilah (
/as-sābiqah/)
Contoh : -
/muflis/ ‘bangkrut’
Universitas Sumatera Utara
-
/musqā/ ‘yang diberi minum’ Pada contoh yang pertama kata
dengan pola
/aflasa/ yang merupakan fi’il şulāşī
/af’ala/ yaitu kata
mujarrad dengan kata
/muflis/ bentuk dasarnya adalah
/falasa/. Kemudian hamzah yang berada pada awal
kata tersebut diganti dengan konsonan
/mim/ yang berharkat dammah dan
konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat kasrah sehingga membentuk kata
/muflis/ berupa nomina pelaku (
konsonan /mim/ merupakan prefiks pada kata Pada contoh kedua kata
/isim fā’il/). Dengan demikian /muflis/ tersebut.
/musqā/ bentuk dasarnya adalah
/asqā/
/af’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata
dengan pola
/saqiya/. Huruf hamzah diawal kata tersebut diganti dengan konsonan
/mim/
(prefiks) yang berharkat dammah dan konsonan ketiga (huruf sebelum akhir) diberi harkat fathah sehingga membentuk kata
/musqā/ dengan mengikuti
pola
/muf’al/ berupa nomina yang menyatakan sesuau yang dikenai pekerjaan
(
/isim maf’ūl/). b.
Infiks Menurut Chaer (1994:178) infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah
bentuk dasar. Al-Khuli (1982: 131) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Infiks dalam istilah bahasa Arab adalah: ran
a
suffix
feet
ee prefix
/ad-dākhilatu: murfīmun yudāfu wasaţa al-kalimati, mislu ee fī feet wa a fī ra n . Wa a d-dākhilatu nau`un min az-zawāidi. Wa 'ammā anwa`u al-ukhrā fahiya as-sābiqatu prefix wa al-lāhiqatu suffix/. "Infiks: morfem yang ditambahkan ditengah kata, seperti ee di dalam feet dan a di dalam ran. Infiks merupakan salah satu dari bagian afiksasi. Adapun bagian dari afiksasi yang lain ialah assābiqah prefiks dan al-lāhiqah sufiks". Dalam bahasa Arab infiks dinamai dengan (
/ad-dākhilah/) .
Universitas Sumatera Utara
Contoh : -
/rāhinun/ ‘yang menggadaikan’
-
/kafīlun/ ‘yang menjamin’ Pada contoh yang pertama kata
/fā’ala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan
/rāhana/ dengan pola kata (huruf
/rahana/. Kata sebelum
akhir)
/rahana/ diberi infiks diberi
/rāhinun/dengan mengikuti pola nomina pelaku
/rāhinun/ bentuk dasarnya adalah
harkat
kasrah
/alif/,dan konsonan ketiga sehingga
menjadi
/fā’ilun/. Kemudian infiks ini membentuk
/isim fā’il/.
Pada contoh kedua kata
/kafīlun/, kata dasarnya adalah
yang yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata kata
/kafula/ dengan pola
pola
/fa’īl/ sehingga menjadi
/fa’ula/ diberi infiks
/kafula/
/kafala/. Kemudian /ya/ dengan mengikuti
/kafīlun/ yang merupakan bagian dari
/şifatu al-musyabbahah/. c.
Sufiks Menurut Chaer (1994:178) sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada
posisi akhir bentuk dasar. Al-Khuli (1982: 273) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sufiks dalam istilah bahasa Arab adalah:
affixes inflectional
blacken infixes
–en
prefixes derivational
boys movement
–ment
/al-lāhiqatu: murfīmun muqaiyyadun yudāfu ilā ākhiri al-kalimati litakwīni kalimatin musytaqqatin zāti ma`nā mukhtalifin mislu –en fī blacken. Wa al-lāhiqatu nau`un min az-zawāidi affixes, wa alanwā`u al-ukhrā hiya as-sawābiq prefixes wa ad-dawākhil infixes. Wa al-lāhiqatu immā taşrīfiyyah aw isytiqāqiyyah. Wa al -farqu bainahumā huwa anna al-lāhiqata at-taşrīfiyyata tugayyiru ma`nā
Universitas Sumatera Utara
al-kalimatu wa lā tugayyiru nau`ahā, mislu lāhiqatu al-jam`u fī boys. Fī hina anna lāhiqata al-isytiqāqiyyata tugayyiru ma`na alkalimatu wa tugayyiru nau`ahā, mislu al-lāhiqatu –ment fi movement/. "Sufiks: morfem terikat yang ditambahkan di akhir kata untuk membentuk kata yang berbeda seperti –en pada kata blacken. Adapun sufiks merupakan bagian dari afiksasi affixes, adapun jenis yang lain dari afiksasi adalah as-sawābiq prefiks, dan ad-dawākhil infiks. Sufiks bisa berbentuk infleksi dan derivasi. Adapun perbedaan antara keduanya adalah bahwa infleksi bisa merubah makna tetapi tidak dapat merubah kategorinya, seperti bentuk sufiks pada kata boys, adapun derivasi merubah makna kata dan merubah kategorinya, seperti halnya sufiks –ment pada kata movement.
Menurut Kridalaksana (2001: 205) sufiks yaitu afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata. Sufiks sering disebut dengan akhiran, misalnya morfem -an pada kata ajaran, morfem -kan pada kata usahakan dan morfem -i pada kata datangi merupakan bentuk-bentuk sufiks. Dalam bahasa Arab sufiks dinamai dengan istilah (
/al-lāhiqah/).
Contoh : -
/kufalā’/ “yang menjamin”
Pada contoh yang pertama kata dari kata /kafula/. Kata
/kufalā’/ merupakan bentuk jama’
/kafīlun/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafula/ dengan pola
/hamzah/ sehingga menjadi yang merupakan bagian dari
/fa’ula/ diberi suffiks
/kufalā’/ dengan mengikuti pola
/alif/ dan /fu’alā’/
/şifatu al-musyabbahah/.
Universitas Sumatera Utara
d.
Konfiks Menurut Chaer (1994:179) konfiks adalah afiks yang berupa morfem
terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar. Kridalaksana (2008:130) konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua bagian terpisah. Contoh : -
/takāful/ “pertanggungan yang saling berbalasan atau salin menanggung”
-
/musāhamah/ “saling memberikan saham/bagian”
Pada contoh yang pertama kata
/takāful/, bentuk dasarnya adalah
/takāfala/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata /kafula/ mendapat konfiks dengan mengikuti pola
/ta/ dan /alif/ sehingga menjadi
/takāful/
/tafā’ula/. Kemudian konfiks ini membentuk masdar.
Pada contoh yang kedua kata adalah kata
/kafula/. Kata
/musāhamah/, bentuk adasarnya
/tasāhama/ yang merupakan fi’il şulāşī mujarrad dengan kata
/sahama/. Kemudian kata sehingga menjadi
/sahama/ mendapat konfiks /mim/ dan /alif/,
/musāhamah/ dengan mengikuti pola
/mufā’alatu/
dan konfiks tersebut membentuk masdar. .
e.
Interfiks Chaer (1994:181) interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung
yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur. Interfiks banyak dijumpai dalam bahasa-bahasa Indo German. Contoh: Unsur 1 Tag
Unsur 2
Gabungan
Makna
Reise
Tag.e.reise
day’s journey
Menurut Kridalaksana (2001: 84) yang dimaksud dengan interfiks (interfix)
adalah afiks yang muncul di antara dua dasar; mis -o- dalam
jawanologi, galvanometer, tipologi.
Universitas Sumatera Utara
f.
Transfik Chaer (1994:181) transfiks adalah afiks yang berwujud vokal-vokal yang
diimbuhkan pada keseluruhan dasar. Dalam bahasa Arab transfiks dinamai dengan istilah (
/al-
'idāfatu al-harakāti/). Proses transfiks dalam bahasa Arab yaitu dengan meletakkan harakat (baris) yang berupa vokal di antara huruf konsonan. Al-Khuli (1982: 303) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan transfiks dalam istilah bahasa Arab adalah:
/idāfatu al-harakāti: idāfatu rumūzi aş-şawā'itu al-qaşīratu ilā alkalimāti al-maktūbati, ay idāfatu al-fathati wa ad-dammati wa alkasrati ilā al-kalimāti al-maktūbati, kamā fī al-`arabiyyati/ "penambahan harakat (baris): penambahan bunyi yang pendek ke dalam kata yang tertulis, atau penambahan fathah, dhammah, dan kasrah ke dalam kata yang tertulis, sebagaimana yang terdapat di dalam bahasa Arab"
Menurut Kridalaksana (2008: 245) yang dimaksud dengan transfiks (transfix) adalah afiks terbagi yang muncul tersebar dalam dasar: misalnya Ar. a-a-a , a-i-a, a-u-a 'persona ketiga', jantan, perfektum, muncul dalam leksem k-tb, sy-r-b; h-s-n, menjadi kataba 'ia menulis', syariba 'ia minum' hasuna 'ia bagus'. Adapun beberapa contoh istilah bahasa Arab yang digunakan bank syariah pada bagian transfiks antara lain sebagai berikut :
No.
1.
Transfiks
a-a-a
Contoh
,
,
/’aqada/ (mengikat)
Universitas Sumatera Utara
/ajara/ (memberi upah)
/dhamina/ 2.
a-i-a
,
,
(menjamin / menanggung)
/syarika/ (bersekutu/berserikat)
/’adula/ 3.
a-u-a
,
,
(Berlaku adil)
/amuna/ (jujur/dapat dipercaya)
/duriba/ (dipukul) 4.
u-i-a
,
, /fusikha/ (dibatalkan)
2.2
Sintaksis Menurut Chaer (1994:206) sintaksis adalah membicarakan kata dalam
hubungannya dengan kata lain sebagai satuan ujaran. Menurut Nasution (2006:124) dalam bahasa Arab pengaturan kata dalam kalimat, atau antar kalimat (
) dalam klausa atau wacana merupakan kajian
/ilmu an-nahwu/.
Universitas Sumatera Utara
Menurut El-Dahdah dalam Nasution (2006:124)
/ilmu an-nahwu/
adalah /yubhasu fi ahwāli awākhiri al-kalimāti i’rāban wa binā’, wa fi mauqi’I al-jumlatu/ “Mengkaji tentang akhiran kata baik berubah atau tidak serta menganalisis kata dalam kalimat” Kridalaksana (2008:223) sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata. Pada kajian bidang ilmu sintaksis penulis menggunakan teori Al-Gulayaini pada pembahasan
/al-murakkabāt/. Gulayaini (1992:10) menyebutkan
/al-murakkabu/ adalah : /al-murakkabu : qaulun muallafun min kalimataini aw aksar lifāidati, sawāun akānat al-faidatu tammatan, mislu : an-najātu fi as-sidqi/ “ al-murakkabu : perkataan yang terdiri dari dua kata atau lebih, karena adanya faidah (dalam pembicaraan), baik faidah itu sempurna seperti : keselamatan itu terletak dalam kejujuran”. Al-murakkab terbagi menjadi enam macam yaitu : 1.
/murakkabu al-isnādī/
2.
/murakkabu al-idāfī/
3.
/murakkabu al-bayāni/
4.
/murakkabu al-‘atfi/
5.
/murakkabu al-mazajī/
6.
/murakkabu al-adadī / Dari enam jenis murakkab di atas penulis hanya menemukan empat jenis
murakkab yang ada yang kaitannya dengan istilah bahasa Arab dalam perbankan syariah yaitu
/murakkabu al-isnādī/,
/murakkabu al-
idāfī/,
/murakkabu al-bayāni/,
a.
/murakkabu al-isnādī/ Ghulayaini (1992:10)
/murakkabu al-‘atfi/.
Universitas Sumatera Utara
/al-isnādī hua al-hukmu bisyaiin ‘alā syaiin, kā al-hukmu ‘alā “zuhair” bi il-ijtihadi fīqaulika :zuhair mujtahid/ “isnad adalah menghukumi atas sesuatu dengan sesuatu yanglain. Seperti : menghukum atas diri Zuhair dengan rajin dalam ucapanmu: Zuahir adalah orang yang rajin” Sesuatu yang untuk menghukum/mengenakan itu namanya musnad, dan sesuatu yang dihukumi/dikenakan dengan sesuatu itu namanya musnad ilaih. Maka yang dimaksud dengan musnad adalah sesuatu yang dengan kamu menghukumi atas sesuatu yang lain. Dan musnad ilaih adalah sesuatu yang kamu menghukumi atasnya, dengan sesuatu. Contoh : /kafālatu bi an-nafsi/ “aqad memberikan jaminan atas diri ”
-
/bai’u bi samanin ājilin/ “pembelian barang dengan
-
pembayaran cicilan” /kafālatu bi an-nafsi/ merupakan
Pada contoh pertama istilah bentuk yang tersusun dari unsur dari kata
/kafālatu/, harfu jar
adalah
/mubtadā’/ dan /ba/ dan
dari kata kata /bai’u/ adalah
/bai’u/ harfu jar
/bai’u bi samanin ājilin/ merupakan /mubtadā’/ dan /ba/,
/khabar/ yang terdiri
/tsaman/ dan
/mubtadā’/, khabarnya menjadi /jar wa majrūr/ pada kata
yang merupakan /ājilin/ merupakan
sehingga istilah ini merupakan bagian dari
b.
/bi an-nafsi/ sehingga
/murakkabu al-isnādī/.
Pada contoh kedua istilah bentuk yang tersusun dari unsur
/kafālatu/
/syibhu al-jumlah/ yang
/jar wa majrūr/ pada kata
istilah ini merupakan bagian dari
kata
/an-nafsu/, kata
/mubtadā’/, khabarnya menjadi
merupakan
/khabar/ yang terdiri
/ājilin/, kata /syibhu al-jumlah/
/bitsaman/ sedangkan
/na’at majrūr/ dari kata
/tsaman/
/murakkabu al-isnādī/.
/murakkabu al-idāfī/ Ghulayaini (1992:12)
Universitas Sumatera Utara
/murakkabu al-idāfī : mā tarkabu min al-mudāfun wa al-mudhafun ilaihi, mislu : “kitābu at-tilmīji”/ “murakkabu al-idāfī : kata yang tersusun dari mudhaf dan mudhafun ilaihi. Seperti : Buku murid, cincin perak,” Lafadz kata yang kedua dari contoh tersebut di atas adalah : bahwa sanya kata itu di-jar-kan untuk selama-lamanya, sebagai mana contoh di atas. Contoh : -
/baitu al-māl/ “ rumah harta/bank”
-
/baitu at-ta’jīr/ “sewa guna usaha”
Istilah sedangkan kata
/baitu al-māl/, kata /al-māl/ merupakan
/baitu/ adalah
/mudhāf/
/mudhāf ilaih/ sehingga bagian
istilah ini merupakan bagian dari murakkabu al-idāfī, Istilah
/baitu at-ta’jīr/, kata
/mudhāf/ sedangkan kata
merupakan
/bai’u/ adalah adalah /mudhāf ilaih/ sehingga
bagian istilah ini merupakan bagian dari murakkabu al-idāfī,
c.
/murakkabu al-bayānī/ Ghulayaini (1992: 12)
/Murakkabu al-bayānī : kullu kalimataini kānat sāniatuhumā muwaddhatan ma’nā al-ūlā. Wa hua salasatu aqsāmin : - murakkabu washfī :wa hua mā ta allafa min al shifati wa al-mausūf, mislu “fā ja at-tilmīja al-mujtahida”, “akramtu at-tilmīja al-mujtahida”. – murakkabu taukidī : mā ta allafa min muakkidu wal muakkaidu minhu, mislu “jā’a al-qaumu kulluhum” , “ahsantu alqaumu kulluhum”. Murakkabu badalī : huwa mā ta allafu min badali wal mubaddal minhu, mislu : “jā a khalīlu akhūka”, “ra aitu khalīlan akhaka” /
Universitas Sumatera Utara
“Murakkabu al-bayānī :tiap dua kata, dimana kata yang kedua berfungsi sebagai penjelasan atau menerangkan makna kalimat yang pertama. terbagi menjadi tiga macam yaitu murakkabu washfī : adalah kata yang tersusun dari sifat dan yang disifati, seperti “beruntung murid yang bersungguh-sunggu”, “aku memuliakan murid yang rajin”. - murakkabu taukidī : kata yang tersusun dari muakkad (yang dikuatkan) dan muakkid (yang menguatkan), seperti “kaum itu sudah dating keseluruhannya”, “aku memuliakan kaum itu keseluruhannya”. Murakkabu badalī : kata yang tersusun dari badal (kata pengganti) dan mubaddal minhu (yang digantikannya), seperti : “Khalil telah tiba, yaitu saudara lelakimu” , “aku melihat Khalil, yaitu saudara lelakimu” Contoh : /hawālatun muqayyadatun/ “pemindahan utang yang saling
mengikat”
/hawālatun mutlaqatun/ “pemindahan utang kepada yang
berutang”
Pada contoh yang pertama istilah kata
/hawālatun/ adalah bentuk masdar yang merupakan
yang kata
/hawālatun muqayyadatun/,
/marfū’/, sedangkan kata sesudah
/man’ūt/
/hawālatun/ tersebut yaitu
/muqayyadatun/ berbentuk isim maf’ūl dan berada pada posisi
/na’at/. Oleh karena itu maka kata
/muqayyadatun/ haruslah sesuai dengan
/man’ūt/ dalam hal gender (jenis) yaitu berbentuk muannas. Selain itu, karena kata
/hawālatun/ berada pada posisi rafa’ dengan tanda rafa’nya
dammah, maka kata
/muqayyadatun/ juga menyesuaikan harkat akhirnya
dengan dammah sehinnga istilah ini merupakan bagian dari /murakkab bayāni ‘alā qismi murakkab waşfi/. Pada contoh yang kedua istilah
/hawālatun mutlaqatun/, kata
/hawālatun/ adalah bentuk masdar yang merupakan /marfū’/, sedangkan kata sesudah
/hawālatun/ tersebut yaitu kata
/muthlaqatun/ berbentuk isim maf’ūl dan berada pada posisi karena itu maka kata
/man’ūt/ yang
/muthlaqatun/ haruslah sesuai dengan
/na’at/. Oleh /man’ūt/
dalam hal gender (jenis) yaitu berbentuk muannas. Selain itu, karena kata /hawālatun/ berada pada posisi rafa’ dengan tanda rafa’nya dammah, maka kata
Universitas Sumatera Utara
juga menyesuaikan harkat akhirnya dengan dammah sehinga istilah ini /murakkab bayāni ‘alā qismi
merupakan bagian dari murakkab waşfi/. d.
/murakkabu al-‘athfi/ Ghulayaini (1992:12)
/murakkabu al-athfī : mā ta allaa min al-ma’thūfun wa al-ma’thūfun ilaihi, bitawaşşuti harfu al-ma’thūf bainahumā, mislu : yanālu attilmījatu al-hamda wa as-sinā’ / “murakkabu al-athfī : kata yang tersusun dari ma’tuf (yang di ‘athafkan), dan ma’thuf ‘alaih (yang diathafi) dengan diselingi dengan huruf ‘athaf keduanya, seperti : “murid laki-laki dan perempuan mendapat pujian, dan sanjungan bila mereka tabah, dan bersungguhsungguh dalam belajar” Contoh : -
/ījābu wa al-qabūl/ “pernyataan melakukan ikatan” /ijāratu wa iqtinā’/ “akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa” Pada contoh yang pertama istilah /ījābu/ merupakan
/harfu ’athaf/ sedangkan kata merupakan bagian dari
/ma’thuf ‘alaih/, huruf /qabūl/
/harfu ’athaf/ sedangkan kata ini merupakan bagian dari
/waw/ adalah
/ma’thūf/ sehingga istilah ini
/murakkabu al-‘athfi/.
Pada contoh yang kedua istilah /ijāratu/ merupakan
/ījābu wa al-qabūl/, kata
/ijāratu wa iqtinā’/, kata
/ma’ţuf ‘alaih/, huruf /iqtinā’/
/waw/ adalah
/ma’ţūf/ sehingga istilah
/murakkabu al-‘athfi/.
Universitas Sumatera Utara