BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Umum dalam Sistem Kepariwisataan Pariwisata bila ditinjau secara harfiah berasal dari asal kata wisata dengan kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenangsenang.Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.(UU RI No. 10 Tahun 2009). Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata.Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut : a. Menurut Burkart, dkk pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan – kegiatanmereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut.(Soekadijo,2000:3).
10
b. Menurut Hunzieker,dkk,
pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
jaringan dan gejala – gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara. (Soekadijo,2000:12). c. Menurut Kuntowijoyo, pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek
substansial,
yaitu
sebuah
aktivitas
manusia.
Dilihat
dari
sisi
kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai dari
direncanakan,
dikelola,
sampai
dipasarkan
pada
pembeli
yakni
wisatawan.(Wardiyanta, 2006 : 49) d. Kepariwisataan adalah segala usaha, kegiatan dan macam lalu lintas wisata antar negara, atau dengan kata lain yang dilakukan dan diselenggarakan oleh wisatawan – wisatawandi luar negara asalnya. (Darmadji, 2001 : 73)
11
2.2 Pengertian Wisatawan Segmentasi permintaan wisata, wisatawan memiliki beragam motif, minat, ekspektasi, karakteristik, social, ekonomi, budaya dan sebagainya. Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan (tourist). Batasan mengenai wisatawan juga sangat bervariasi, mulai dari yang umum sampai dengan yang sangat tekhnis spesifik.Adapun pengertian wisatawan antara lain: 1. Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain. 2. Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan kedalam tiga bagian yaitu: a. Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya. b. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: • Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga. • Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.
12
c. Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar. d. Menurut
Komisi
Liga
Bangsa–bangsa
1937
(dalam
Irawan,
2010:12),
“…wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa.” e. U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam Irawan, 2010:12), menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori : 1. Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan. 2. Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam. f. Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam Irawan, 2010:12), “…setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama– lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”.
13
g. Di dalam UU No. 10 tahun 2009 (Ismayanti, 2010:3) dijelaskan bahwa Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari – hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor. (Kusumaningrum, 2009: 17). Sementara itu menurut sifatnya, wisatawan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Wisatawan modern idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual. 2. Wisatawan modern materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok. 3. Wisatawan tradisional idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi. 4. Wisatawan tradisional materialis, wistawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.(Kusumaningrum, 2009:18) Swarbrooke, dkk mengidentifikasi empat jenis wisatawan yaitu: a. Wisatawan Massal Kelompok atau Organized Mass Tourist
14
b. Wisatawan Massal Individu atau Individual Mass Tourist c. Penjelajah atau Explorer d. Petualang atau Drifter Wisatawan adalah aktor dalam kegiatan wisata.Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa didalam kehidupan. (Ismayanti, 2010 : 3)
15
2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata Untuk
mengembangkan pariwisata diperlukan sarana dan prasarana
kepariwisataan (Tourist Supply), Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata, yang dapat
diartikan
sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dansebagainya serta prasarana jalan dan tranportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan.Tim Peneliti PMB–LIPI (2006:339). 2.3.1 Sarana Pariwisata Adapun sarana kepariwisataan, terbagi atas : a. Sarana Pokok Kepariwisataan(Main Tourism Superstructures) Sesuai dengan namanya, sarana ini menyediakan fasilitas pokok yang ikut menentukan keberhasilan sesuatu daerah menjadi daerah tujuan wisata.Banyak perusahaan yang menggantungkan hidupnya dari arus kunjungan wisatawan, atau orang yang melakukan perjalanan wisata, baik wisatawan manca-negara maupun wisatawan nusantara. Sarana pokok kepariwisataan ialah perubahan-perubahan yang hidup dan kehidupannya sangat bergantung pada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya. Fungsinya adalah untuk menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatngan wisatawan. Sarana pokok kepariwisataan terbagi atas :
16
•
Receptive Tourist Plan : yaitu perusahaan – perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour seperti Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation (bus turis, taxi dan sebagainya)
•
Residential Tourist Plan : yaitu perusahaan – perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menydeiakan makanan / minuman di daerah tujuan : Hotel, Motel, Bar, Restaurant, Coffe Shop dan sebagainya.
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan(Suplementing Tourism Superstructures) Sarana pelengkap adalah fasilitas – fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok, fungsinya adalah untuk mengusahakan agar wisatawan dapat lebih lama tinggal di daerah yang dikunjungi. Fungsi yang terpenting adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu ODTW. Contoh : olahraga seperti main ski dan berenang sehingga diusahakan agar tamu tidak mudah merasa bosan. c. Sarana Penunjang Kepariwisataan(Supporting Tourism Superstructure) Sarana penunjang adalah fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan. Fungsinya adalah sebagai berikut : •
Melengkapi sarana pokok
•
Melengkapi sarana pelengkap
17
•
Melengkapi sarana diatas agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya ditempat yang dikungjunginya.
Ketiga sarana – sarana diatas, pembangunannya harus dilaksanakan untuk lebih banyak menarik wisatawan dan pengadaannya mutlak harus diadakan agar devisa negara dari sektor pariwisata dapat lebih banyak dihasilkan. Yang termasuk sarana penunjang kepariwisataan ini adalah : •
Night Club
•
Casino
•
Steambath
2.3.2 Prasarana Pariwisata Prasarana (infrastuctures) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21). Lothar A. Kreck dalam bukunya Internasional Tourism dalam Yoeti (1996:186) membagi prasarana atas dua bagian yang penting, yaitu:
18
a. Prasarana Perekonomian(Economy Infrastructures) dibagi atas : •
Pengangkutan (Transportation) Pengangkutan di sini adalah pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara dimana ia biasanya tinggal ketempat atau negarayang merupakan daerah tujuan wisata.
•
Komunikasi (Commication Infrastructures) Tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para wisatawan untuk mengadakanperjalanan jarak jauh. Dengan demikian wisatawan tidak ragu -ragu meninggalkan rumah dan anak - anaknya. Termasuk dalam kelompok ini diantaranya telepon, telegraph, radio, TV, surat kabar, internet, kantor pos.
•
Kelompok yang termasuk Utilities Sarana Utilities adalah penerangan listrik, persediaan air minum, sistem irigasi dan sumber energi.
•
Sistem Perbankan Adanya pelayanan bank bagi para wisatawan berarti bahwa wisatawan mendapat jaminan mutu dengan mudah menerima atau mengirim uangnya dari dan negara asalnya tanpa mengalami birokrasi pelayanan. Sedangkan untuk pembayaran lokal, wisatawan dapat menukarkan uangnya pada tempat – tempat penukaran valuta asing (money changer)setempat.
19
b. Prasarana Sosial(Social Infrastructure) Prasarana sosial adalah semua faktor yangmenunjang kemajuan atau menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada. Termasuk dalam kelompok ini adalah : •
Sistem pendidikan (School System) Adanya lembaga - lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam, pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan.
•
Pelayanan kesehatan (Health Service Facilities) Harus ada jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia pelayanan bagi suatu penyakit yang mungkin akan diderita dalam perjalanan.
•
Faktor keamanan (Safety Factor) Perasaan tidak aman (unsafe) dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja dikunjungi. Adanya perlakuan yang tidak wajar dari penduduk setempat seakan – akan wisatwan yang datang mengganggu ketentraman.
•
Petugas yang langsung melayani wisatawan (Government Apparatus) Termasuk dalam kelompok ini antara lain petugas imigrasi, petugas bea cukai, petugas kesehatan, polisi, dan pejabat - pejabat lainnya yang berkaitan dengan pelayanan para wisatawan.
20
c. Prasarana Kepariwisataan, diantaranya adalah • Receptive Tourist Plan Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk badan usahatani atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata. • Recidental Tourist Plan Recedintal tourist plan adalah semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untk menginap dan tinggal untuk sementraa waktu di daerah tujuan wisata. • Recreative and Sportive Plan Recreative and Sportive Plan adalah semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olahraga. Prasarana kepariwisataan sesungguhnya perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri pariwisata karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekenomian juga. Prasaranaadalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Fungsi prasarana adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Yang termasuk prasarana adalah :
21
a. Prasarana Umum : • Sistem penyediaan air bersih • Pembangkit tenaga listrik • Jaringan jalan raya dan jembatan • Airport, pelabuhan laut, terminal, stasiun • Kapal tambang (ferry), kereta api, dan lain – lain • Telekomunikasi b. Kebutuhan Masyarakat Banyak Prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak, yang termasuk dalam hal ini adalah : Rumah Sakit, Apotek, Bank, Kantor Pos, Pompa Bensin, Administration Office (Pemerintah Umum, Polisi, Pengadilan, Badan Legislatif, dan sebagainya ). Tanpa prasarana yang baik, sarana – sarana kepariwisataan tidak dapat memenuhi fungsinya dalam memberikan pelayanan bagi wisatawan.Berdasarkan prasarana dan sarana yang telah diuraikan, maka untuk lebih jelas dapat lihat tabel berikut ini :
22
Tabel 2.1Standar Kelayakan menjadi Daerah Tujuan Wisata
(Sumber : Lothar A.Kreck dalam Yoeti,1996) Sektor kepariwisataan menunjukkan perkembangan dan kontribusi ekonomi yang signifikan, dalam
mendukung kegiatan pariwisata diperlukan sarana dan
prasarana pariwisata (tourist supply). Bila disusun dengan jelas sarana dan prasarana pariwisata sebagai tourist supply, dapat terlihat berbagai sub sektor industri maupun jasa lainnya ikut terhubung dalam kegiatan pariwisata.
23
Skema 2.2Tourist Supply
T
Prasarana Umum
O Prasarana
Air Bersih Tenaga Listrik Jalan Raya dan Jembatan Jalur Transportasi Transportasi Telekomunikasi
U R Kebutuhan Masyarakat Banyak
I S
Rumah Sakit dan Apotek Bank Kantor Pos Pompa Bensin Kantor Polisi Kantor Pemerintahan Kantor Pengadilan
T
S
Travel
Residential Tourist Plan
Hotel Restauran
Sarana Pokok
U P P
Receptive Tourist Plan
Sarana
Sarana Pelengkap
Olahraga
L Y Sarana Penunjang
Night Club, Casino, Bioskop, Souvenir, dan lain
(Sumber : Dimodifikasi dari hasil penelitianSyarah, 2006)
24
2.4 Pengertian Industri Pariwisata dan Produk Wisata Industri pariwisata memberikan kontibusi langsung terhadap devisa negara. Dalam
perkembangannya
pariwisata
telah
menjadi
industri
terbesar
dan
memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun, diketahui dari banyaknya produk wisata yang tercipta dan terhubung dalam industri ini.Dalam industri pariwisata keseluruhan rangkaian kegiatan tercipta dalam usaha menjual barang dan jasa yang diperlukan wisatawan. 2.4.1 Pengertian Industri Pariwisata Pengertian kata industri disini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri disini lebih cenderung memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama – sama menghasilkan barang dan jasa (good and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan biro perjalanan wisata pada umumnya.Industri pariwisata adalah industri yang menyediakan jasa, daya tarik dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit – unit usaha atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi, diantaranya adalah Daerah Asal Wisatawan (DAW), Daerah Transit (DT), Daerah Tujuan Wisata (DTW), sebagai contoh biro perjalanan wisata bisa ditemukan baik itu daerah asal wisatawan maupun daerah transit, dan akomodasi bisa ditemukan di daerah tujuan wisata. (Ismayanti, 2010, 3)
25
Menurut Damardjati, industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan pelayanan (service) yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan. Bila orang mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan orang adalah suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai cerobong asap dengan menggunakan mesin dalam proses produksinya. (Karyono 1997 : 24) Dalam UU Kepariwisataan No. 10 tahun 2009, industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan / atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.Pariwisata
merupakan
kegiatan
yang
sifatnya
dinamik,
banyak
memerlukan prasarana dan sarana untuk kemudahan. Karena sifatnya sementara, maka tiap waktu kemungkinan besar sering berganti pengujung yang berbeda atau mungkin saja orang / kelompok yang sama untuk menikmati kembali suasana wisata ditempat tersebut. Citra baik dari daya tarik wisata adalah membuat rasa puas orang lain sehingga orang tersebut merasa ingin kembali pada obyek wisata tersebut pada kesempatan lain. Bahkan terkadang suka mempromosikan kepada orang lain atau kerabatnya untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut, agar dapat menikmati kesenangan yang sama ditempat tersebut.
26
Dengan demikian secara tidak langsung mereka telah bertindak sebagai agen promosi (agent of promotion) dengan menyampaikan pengalaman yang menarik dalam kunjungan wisata yang mereka lakukan kepada orang lain di daerah atau negaranya. Bahkan terkadang pengalaman mereka akan mereka tulis pada media cetak yang ada di negerinya. Suasana demikian akan dapat menumbuh kembangkan citra wisata daerah dan akan sangat membawa dampak positif terhadap kemajuan dan perkembangan pariwisata, sehingga dalam proses modernisasi, dinamika Industri Pariwisataan akan berkembang dalam suatu konsep pendekatan dalam kegiatan ke pariwisataan yang dikategorikan menjadi salah satu kegiatan Industri jasa pariwisata, dengan jangkauan ruang lingkup yang lebih luas untuk memperkaya output dari pariwisata. Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.Pembangunan pariwisata perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan. Adapun yang menjadi tujuan kepariwisataan diantaranya adalah : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. Menghapus kemiskinan; d. Mengatasi pengangguran; e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
27
f. Memajukan kebudayaan; g. Mengangkat citra bangsa; h. Memupuk rasa cinta tanah air; i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. Mempererat persahabatan antar bangsa. (UU Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009).
2.4.2 Pengertian Produk Wisata Dalam hal pariwisata, produk yang dipasarkan itu adalah dalam arti jasa atau pelayanan (service). Produk pariwisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang disediakan dan diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu sumber daya yang terdapat pada suatu daerah tujuan wisata, fasilitas, dan transportasi (Yoeti, 2002 : 128). Menurut Burkart dan Medlik“The tourist product may be seen as a composite product, as an amalgam of attractions, transport, accommodation and of entertainment”.
Dikatakan bahwa produk industri pariwisata merupakan suatu
susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi (angkutan), akomodasi dan hiburan, di mana tiap unsur dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah. (Karyono, 1997 : 25).
28
Menurut Ngafenan dalam kamus pariwisata : “Produk wisata (tourist product), segala aspek wisata yang dialami oleh wisatawan selama mengadakan suatu perjalanan wisata, meliputi atraksi wisata, fasilitas wisata, dan kemudahankemudahan yang didapatkannya. (Karyono, 1997 ; 25) Menurut batasan ini produk wisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan dari mulai berangkat meninggalkan tempat tinggalnya hingga kembali pulang. Adapun unsur-unsur dari produk wisata yang merupakan suatu paket yang tidak terpisah, yaitu : 1. Tourist Objects yang terdapat pada daerah daerah tujuan wisata yang menjadi daya tarik orang – orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. 2. Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi, restoran, bar, entertainment, dan rekreasi. 3. Transportsi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata seperti transportasi ditempat tujuan ke objek-objek wisata. Ciri-ciri produk pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipisahkan 2. Calon konsumen tidak dapat mencicipi produk yang akan dibeli 3. Hasil atau produk wisata tidak dapat ditimbun 4. Hasil atau produk wisata banyak tergantung pada tenaga manusia 5. Hasil atau produk wisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang objektif’
29
6. Peranan perantara tidak diperlukan kecuali biro perjalanan (travel agent) atau operator perjalanan (tour operator) 7. Dari segi kepemilikan usaha penyediaan produk wisata memerlukan biaya yang besar, resiko tinggi dan permintaan sangat peka. Produk pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan dimana setiap unsure persiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.Berdasarkan batasan – batasan industri pariwisata itu maka secara umum dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan dari macam – macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang – barang dan jasa jasa (good and servis) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanan”. Menurut Damardjati (Karyono, 1997 : 24), industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama – sama menghasilkan produk – produk maupun jasa – jasa, yang nantinya baik secara langsung maupun secara tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya. Usaha – usaha pariwisata, dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, sebagai berikut :
30
a. Transportasi 1. Dengan kapal 2. Dengan kereta api 3. Dengan mobil dan hus 4. Pesawat terbang b. Akomodasi dan perusahaan pangan 1. Jenis akomodasi yaitu hotel, apartemen, sanatorium, bungalow, pondok, perkemahan, pusat peristirahatan dan sebagainya 2. Jenis perusahaan pangan yaitu restoran, rumah makan, cafe, warung, kantin, bar, pub dan sebaginya c. Perusahaan jasa khusus Dapat berupa birp perjalanan, agen perjalanan, pelayanan wisata, pramuwisata, pelayanan angkutan barang atau (porter), perusahaan hiburan, penukaran uang, asuransi wisata dan lain sebagainya d. Penyediaan barang Barang disini adalah sesuatu benda ataupun hasil bumi yang dapat ditawarkan yang mempunyai keterkaitan dengan lokasi daerah tujuan wisata.Barang tersebut berupa souvenir, kerajinan tangan, patung seni dari kayu dan batu, soseki, papan selancar, buah – buahan dan sebagainya.
31
Jadi produk yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan dalam bentuk jasa yang diperlukan oleh wisatawan dapat merupakan paket wisata yang perjalanannya dapat dilaksanakan oleh Biro Perjalan Wisata (BPW).Dalam uraian diatas, maka jelas bahwa komitmen (pemakai) adalah wisatawan, sedangkan produsennya adalah Kantor Pariwisata untuk daerah dan Direktorat Jenderal Pariwisata untuk seluruh Indonesia. 2.5 Pengertian Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk dating ke suatu daerah atau tempat tertentu.Obyek dan daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi.Dalam arti, obyek dan daya tarik wisata sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Contoh wisatawan akan mendatangi pesisir pantai yang memiliki ombak tinggi, pasir putih dan air biru sebagai daya tarik. Daya tarik wisata juga menjadi fokus orientasi bagi pembangunan wisata terpadu. Misalnya dengan ditemukannya situs sejarah purbakala, wisatawan yang tertarik akan datang mengunjungi dan masyarakat setempat menyediakan berbagai fasilitas untuk kebutuhan wisatawan selama berlibur, seperti akomodasi, fasilitas makan minum, dan transportasi. (Ismayanti , 2010 : 147),
32
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.Daya tarik wisata itu harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungannya dan kesinabungannya terjamin. Adapun daya tarik wisata sebagai berikut : a. Daya tarik wisata ciptaan tuhan yang maha esa yang berwujud keadaan alam flora dan fauna. Daya tarik alam merupakan daya tarik alami yang telah ada dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia b. Daya tarik wisata hasil ciptaan manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, seni budaya dan tempat hiburan. daya tarik buatan manusia bisa juga merupakan perpaduan buatan manusia dan keadaan alami, seperti wisata argo, wisata buru. Daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata seperti berikut : a. Cipataan Tuhan yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang – binatang langka. b. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata argo, wisata tirta, wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
33
c. Saran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat – tempat ibadah dan tempat-tempat ziarah. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat
yang
saling
terkait
dan
melengkapi
terwujudnya
kepariwisataan.(Ismayanti, 2010) Beberapa elemen dari komponen sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi objek dan daya tarik wisata terdiri dari cuaca iklim,bentang alam,flora dan fauna,pantai,keindahan alam,keanekaragaman biota laut dan lain sebagainya. Beragam kombinasi dari elemen sumber daya alam tersebut dapat menjadi suatu daya tarik dalam mendatangkan wisatawan, yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah kekuatan untuk mendatangkan wisatawan.Daya tarik merupakan padanan dari kata atraski yang dapat didasarkan pada objek - objek wisata.Suatu objek mempunyai potensi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut dari terbentuk bila objek tadi ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan fasilitas penujang.Jadi obyek dan daya tarik wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi seseorang meninggalkan daerah asal untuk mengunjungi suatu daerah wisata.
34
2.6 Wisata Bahari Bidang - bidang Usaha Pariwisata (sesuai Pasal 14, UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Pariwisata) diantaranya adalah : Daya Tarik Wisata, Kawasan Pariwisata, Jasa Transportasi Wisata, Jasa Perjalanan Wisata, Jasa Makanan dan Minuman, Penyediaan Akomodasi, Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Rekreasi, MICE, Jasa Informasi Pariwisata, Jasa Konsultan Pariwisata, Jasa Pramuwisata, Wisata Tirta, dan Spa. Wisata Tirta merupakan kawasan perairan yang dapat digunakan, baik untuk rekreasi maupun untuk kegiatan olahraga air. Dalam bidang usaha wisata tirta, salah satu jenis usaha wisatanya adalah wisata bahari yang merupakan penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial diperairan laut. Adapaun jenis usaha wisata bahari, sebagai berikut : •
Wisata selam;
•
Wisata perahu layar;
•
Wisata memancing;
•
Wisata selancar;
•
Dermaga bahari;
•
Sub – jenis usaha lainnya ditetapkan oleh bupati, walikota dan / atau gubernur.(Permenbudpar No.PM.96/HK.501/MKP/2010)
35
Wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan di atas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistem nya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut (Suwantoro, 2000:2) Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional dengan arah pengembangan yang terdiri dari pengenalan destinasi diving, surfing, cruise, dan mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari serta peningkatan wisata budaya bahari (Menteri Pariwisata Arief Yahya pada pembukaan Seminar Nasional Pariwisata Bahari, 8 – 9 Desember 2014). Secara umum sumberdaya pesisir dapat dibagi menjadi : (1) sumberdaya dapat pulih (renewable resource) seperti : ikan, udang, rumput laut, kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut; (2) sumberdaya tidak dapat pulih (non renewable resource) meliputi : mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas; (3) energi kelautan, seperti : OTEC, pasang surut, gelombang; (4) jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental service) seperti : pariwisata dan perhubungan laut (Purnomowati, 2003) Pengembangan
pariwisata
bahari
pada
hakikatnya
adalah
upaya
mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik wisata bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias.Objek wisata bahari lainnya yang berpotensi besar adalah wilayah pantai.Pada umumnya, Indonesia memiliki kondisi pantai yang indah dan alami.Diantaranya adalah pantai barat
36
Sumatera, Pesisir Sibolga, Pulau Simeuleu, Nusa Dua Bali dan pantai terjal berbatu di selatan Pulau Lombok.Wilayah pantai menawarkan jasa dalam bentuk panorama pantai yang indah, tempat pemandian yang bersih dan juga tempat untuk melakukan kegiatan berselancar air atau surfing.Terutama pada pantai yang landai, memiliki ombak yang besar dan berkesinambungan. Obyek dan daya tarik wisata bahari Pulau Mursala merupakan lingkungan yang didasarkan pada daya tarik kawasan yang di dominasi perairan laut, dengan keindahan dan keunikan pulau di wilayah perairan laut serta kegiatan – kegiatan wisata bahari yang menunjangbaik yang dilakukan di atas permukaan di wilayah laut maupun di dalam laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut,. Pulau Mursala memiliki potensi wisata bahari yang cukup besar sehingga perlu pembangunan dengan konsep wisata bahari.Pembangunan pulau mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata bahari saat ini diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Pulau Mursala dengan air terjun tawar yang jatuh ke permukaan laut berada di Kabupaten Tapanuli Tengah, Pulau Sumatera berhadapan dengan Samudera Hindia memiliki panorama yang indah, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar daerah pulau Mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata bahari. Kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan di Pulau Mursala seperti berperahu, berenang, snorkling, diving, mancing serta piknik menikmati atmosfer pemandangan wilayah laut dan pesisir.
37
Empat strategi dasar pengembangan wisata bahari yang akan dijalankan Kementrian Pariwisata yaitu pertama destinition level strategy di mana potensi yang sudah ada harus selalu tumbuh dan tumbuhnya
harusnya lebih tinggi agar
berkelanjutan. Strategi kedua, dibutuhkan portofolio strategi untuk meminta meminimalkan resiko bisnis.Itu karena ketika wisata sudah menjadi bisnis pariwisata maka harus tunduk pada hukum bisnis dan itu perlu dikembangkan sehingga lebih tinggi dari competitor.Ketiga adalahparenting strategyagar mengetahui siapa leader dan siapa pendukungnya. Terakhir yang keempat adalah bisnis yang terbagi dalam tiga bagian dan dapat dipilih atau disesuaikan yaitu pertamacomparative strategi, berdasarkan riset kedua competitive strategy berdasarkan market dan ketiga ialah fungsional strategi dengan pendekatan pada area fungsiona. Denagn memicu pada empat strategi dasar tersebut menjadi wisata bahari terpadu dan memiliki pengaruh besar di kemudian hari. (Yahya, 2014) Dalam pengembangan wisata bahari ini
Kementrian Pariwisata dan
menyesuaikan dengan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) dimana telah menetapkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang berbasis bahari sehingga kerjasama antar sektor di tingkat pusat dan provinsi serta membangun kerja sama antara daerah akan dijadikan strategi di dalam pengembangan destinasi bahari.
38
Dalam upaya pengembangan wisata bahari di tanah air kedepannya ada berbagai tantangan yang perlu diperhatikan antara lain adalah sensitifitas lingkungan pantai dan pesisir, dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya dari kegiatan wisata bahari. Meningkatnya kecenderungan pasar pariwisata internasional untuk berwisata di kawasan yang masih alami memberikan peluang bagi pengembangan pariwisata di pulau-pulaukecil.Kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap upaya pemeliharaan dan kelestarian lingkungan berdampak pada perlunya pengemhangan pariwisata yang berkelanjutan dan memperhatikan lingkungan yang lebih luas. Pulau-pulau kecil perlu diberdayakan secara optimal dan lestari sesuai dengan karakteristik dan potensinya masin-masing.Dilain pihak pulau-pulau kecil memiliki daya dukung yang terbatas yang perludipertimbangkan dalam pemanfaatannya untuk suatu kegiatan, termasuk kegiatanpariwisata. Karakteristik fisik pulau yang kecil, umumnya berakibat pada keterbatasansumber daya air, kerentanan terhadap ancaman bencana alam, penduduk yang relatif miskin, serta keterisolasian dari wilayah lain. Pengembangan kegiatan pariwisata di pulau-pulaukecil berpotensi member ikan dampak baik positif maupun negatif terhadap lingkungan sekitarnya.Dampak tersebut dapat dilihat dari segi fisik alami, binaan, sosial budaya dan ekonomi.Dampak positif perlu dioptimalkan sementara dampak negatif tentunya harus diminimasi bahkan jika memungkinkan dihilangkan.
39