12
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1
Dasar-dasar Pariwisata
2.1.1
Pengertian Umum Dalam Sistem Kepariwisataan Pariwisata bila di tinjau secara harfiah dari asal katanya bahwa wisata atau
kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenang-senang. Pariwisata adalah sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani para wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh, 1972:4). Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU RI No. 10 Tahun 2009). Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut :
Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka
selama
tinggal
di
tempat-tempat
tujuan
tersebut.(Soekadijo,2000:3)
Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf,
pariwisata dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang
13
berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.(Soekadijo,2000:12) Untuk mernbedakan pengcrtian antara wisata, wisatawan, pariwisata, keparirwisataan, usaha pariwisata obyek dan daya tarik wisata, serta kawasan wisata, studi ini akan menggunakan definisi yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1), yaitu:
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
Pariwisata adalah berbagai macam berbagai
kegiatan wisata dan didukung
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Kepariwisataan adalah keseluruhan
kegiatan
yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
bagi
pariwisata.
pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan
14
Kawasan pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial
dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tertentuj untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang mengandung mineralyang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkanatau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
Produk wisata adalah Keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah di mana ia berangkat semula. Wisata seni dan budaya adalah Berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali. Wisata alam: Bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Wisata Bahari adalah Suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, menyelam dengan perlengkapan selam lengkap. Wisata Olahraga: Mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya Asean Games, Olimpiade. (Oka A. Yoeti :1996) Pengunjung dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu wisatawan dan ekskursionis. Menurut Norval, wisatawan ialah setiap orang yang datang dari suatu negara asing, yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara teratur,
15
dan yang di negara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat. ( Soekadijo,2000;13) Pada tahun 1937, Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa menyebutkan motifmotif yang menyebabkan orang asing dapat disebut wisatawan. Mereka yang termasuk wisatawan adalah :
Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure), karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.
Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuanpertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, atletik dan sebagainya)
Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.
Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.
Akan tetapi istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang berikut :
Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di suatu negara
Orang yang datang untuk menetap.
Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu, akan tetapi bekerja di negara tetangganya.
Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan dan di sekolah-sekolah.
Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti di situ, meskipun di negara itu lebih dari 24 jam. Ekskursionis adalah pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang
dikunjunginya, tanpa bermalam. Hal tersebut juga meliputi orang-orang yang mengadakan pelayaran pesiar (cruise passanger). Di dalamnya tidak termasuk orang-
16
orang yang secara legal tidak memasuki sesuatu negara asing, seperti misalnya orang yang dalam perjalanan menunggu di daerah transit di pelabuhan udara. 2.1.2
Jenis-jenis Wisata Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu : 1. Wisata Alam, yang terdiri dari: a) Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum. b) Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik. c) Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa
udara
di
pegunungan,
keajaiban
hidup
binatang
(margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain. d) Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. e) Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya 2. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari : a) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk
golongan
budaya,
monumen
nasional,
gedung
17
bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat
bersejarah
lainnya
seperti
tempat
bekas
pertempuran (battle fields) yang merupakan daya tarik wisata utama di banyak negara. b) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya, antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.
2.1.3
Klasifikasi Motif dan Tipe Wisata Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau
setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut. Tidak ada kepastian bahwa halhal yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap dalam penelitianpenelitian motivasi wisata (motivation research) tersebut telah meliputi semua kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk mengadakan motif wisata tersebut tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Motif-motif wisata yang dapat diduga dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : 1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya. 2. Motif Budaya, motif tersebut lebih memperhatikan motif wisatawan bukan atraksinya. Hal tersebut terlihat dari motif wisatawan yang datang ke tempat wisata lebih memilih untuk mempelajari, sekedar mengenal, atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain daripada menikmati atraksi yang dapat berupa pemandangan alam atau flora dan fauna.
18
3. Motif Interpersonal, merupakan motif yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, berkenalan dengan orangorang tertentu atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal. 4. Motif Status atau Prestise, merupakan motif yang berhubungan dengan gengsi atau status seseorang. Maksudnya ada suatu anggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah berkunjung ke tempat tersebut.
2.2
Komponen Pengembangan Pariwisata Menurut (Inskeep,1991:38), di berbagai macam literatur dimuat berbagai
macam komponen wisata. Namun ada beberapa komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi
satu
sama
lain.
Komponen-komponen
wisata
tersebut
dapat
dikelompokkan sebagai berikut : ·
Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata Kegiatan-kegiatan wisata yang dimaksud dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk mengunjungi sebuah obyek wisata.
·
Akomodasi Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang mereka lakukan.
·
Fasilitas dan pelayanan wisata Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operations (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya : restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, tokotoko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cinderamata, toko-toko khusus,
19
toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi (seperti salon kecantikan), fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum (termasuk kantor polisi dan pemadam kebakaran), dan fasilitas perjalanan untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai). ·
Fasilitas dan pelayanan transportasi Meliputi transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan
yang
berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara. ·
Infrastruktur lain Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase, saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram, telex, faksimili, dan radio).
·
Elemen kelembagaan Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan; menyusun strategi marketing dan program promosi; menstrukturisasi organisasi wisata sektor umum dan swasta; peraturan dan perundangan yang berhubungan dengan wisata; menentukan kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta; mengendalikan program ekonomi, lingkungan, dan sosial kebudayaan.
Menurut (Mc.Intosh,1995:269), mengemukakan bahwa komponen pariwisata di klasifikasikan ke dalam empat kategori besar yaitu: 1. Sumber daya alam, meliputi : iklim, bentuk alam, flora, fauna, sungai, pantai, pemandangan alam, sumber mata air, sanitasi, dan lain sebagainya. 2. Infrastruktur, meliputi : jaringan air bersih, limbah, gas, listrik dan telepon, drainase, jalan raya, rel kereta api, bandara, stasiun kereta api, terminal, resort,
20
hotel, restoran, pusat perbelanjaan, tempat-tempat hiburan, museum, pertokoan dan infrastruktur lainnya. 3. Trnasportasi, meliptuit : kapal laut, pesawat terbang, kereta api, bus, dan fasilitas transportasi lainnya. 4. Keramahtamahan dan budaya setempat, diwujudkan dalam bentuk sikap ramah tamah dan sopan santun penduduk setempat dalam menerima wisatawan. Dalam hal ini yang termasuk ke dalam sumber daya budaya meliputi seni, sejarah, musik, tari-tarian, drama, festival, pameran, pertunjukan, pariwisata special, museum dan galeri seni, perbelanjaan, olah raga dan aktivitas budaya lainnya.
Menurut
(Gunn1995,: 57-7), mengemukakan bahwa komponen dasar
pariwisata yaitu : 1. Atraksi / daya tarik wisata dikategorikan dalam :
Sumber daya alam meliputi: air mancur, kolam, sungai
Sumber
daya
dan
budaya,
meliputi
arkeologi,
sejarah,
perdagangan, hiburan, kesehatan, keagamaan, dan olahraga. 2. Akomodasi, tempat makan dan minum, tempat belanja, aksesibilitas 3. Transportasi udara, mobil, kereta kuda, kereta listrik,
rel kereta api,
pelabuhan, dan lain sebagainya 4. Air bersih, pembuanagn limbah, keamanan, listrik dan pemadam kebakaran Menurut
(Pendit, 1998;8), mengemukakan bahwa komponen dasar
pariwisata yaitu : 1. Politik pemerintah , yaitu sikap pemerintah dalam menerima kunjungan wisatawan ke negaranya. Unsur ini terdapat dua bagian yaitu polotik pemerintah yang langsung yaitu politik yang langsung mempengaruhi perkembangan pariwisata di Negara tersebut, dan politik pemerintah yang
21
tidak langsung, yaitu keadaan atau kondisi social, ekonomi dan politik yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan pariwisata. 2. Perasaan ingin tahu. Dasar yang paling hirarki yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang selalu ingin mengetahui segala sesuatau selama hidupnya. 3. Sifat ramah tamah yang merupakan faktor potensial dalam pengembangan pariwisata. 4. Jarak dan waktu (aksesibilitas). Ketepatan, kecepatan dan kelancaran merupakan hal yang dapat mengurangi waktu tempuh yang dipergunakan. 5. Daya tarik, merupakan segala sesuatau yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Daya tarik ini meliputi panorama keindahaan alam, lembah, ngarai, danau, air terjun, gua, pantai, iklim dan lain sebagainya. 6. Akomodasi, merupakan unsur dengan sendirinya dibutuh kan dan merupakan rumah sementara bagi wisatawan. Akomodasi in imeliputi : hotel, penginapan, mess, griya wisata, losmen, pondik remaja dan perkemahan. 7. Pengangkutan. Syarat-syarat tertentu dalam pengangkutan jalan yang baik lalu lintas yang lancer, alat yang cepat. 8. Harga-harga : dalam menentukan harga-harga, baik itu ongkos transportasi, akomodasi, souvenir dan lainnya tidak melebihi harga standar. 9. Publisitas dan promosi, berupa propaganda yang didasarkan atas rencana atau program yang berkesinambungan. 10. Kesempatan berbelanja, yaitu kesempatan untuk membeli barang-barangatau oleh-oleh unhtuk dibawa ke tempat asalnya. Berdasarkan hasil penjelasan dari beberapa pakar pariwisata di atas, para pakr mempunyai pandangan yang berbeda mnengenai komponen dasar pariwisata namun ada beberapa bagian yang sama. Untuk lebih jelasnya persamaan komponen dasar pariwisata menurut pakar dapat dilihat pada Tabel 2.1.
22
Tabel 2. 1 Komponen Pokok Kegiatan Pariwisata Komponen Pariwisata
Inskeep Atraksi wisata yang mencakup wisata alam, budaya, dan atraksi lainnya.
Atraksi Wisata
Fasilitas Wisata
Transportasi
Alam:iklim, pemandangan indah, laut dan pantai, flora dan fauna, ruang terbuka hijau, dan kawasan lindung. Budaya: arkeologi, sejarah dan tempat-tempat budaya, pola budaya yang khas,seni dan kerajinan tangan, daya tarik aktifitas ekonomi, daya tarik pertokoan, musium dan fasilitas budaya lainnya, festifal budaya, ramah tamah kenegaraan. Khusus:Taman nasional, taman hiburan, sirkus, shoping, pertemuan, konferensi dan konvensi, even-even khusus, gambling Akomodasi, tempat makan dan minum, tempat belanja, aksesibilitas dan fasilitas umum Trasnportasi darat, laut, dan udara.
Gunn
Pendit
Mc. Intoch
Atraksi, merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Atraksi ini meliputi panorama keindahan alam, gunung, lembah, ngarai, gua, danau, air terjun, pantai, iklim, dan lain sebagainya
Sumber daya alam; meliputi
Akomodasi, tempat makan dan minum, tempat belanja, aksesibilitas
Akomodasi, restoram toko pakaian/butik, souvenir shop, dan fasilitas umum
Hotel, motel, restoran, pusat perbalanjaan, tempat-tempat hiburan, museum, pertokoan
Transportasi udara, mobil, kereta kuda, kereta listrik, rel kereta api, pelabuhan, dan lain sebagainya.
jalan yang baik, lalu lintas lancar, alat yang cepat.
Transportasi; meliputi kapal laut, pesawat terbang, kereta api, bus dan fasilitas transportasi lainnya.
Atraksi / daya tarik dikategorikan dalam:
wisata
Sumber daya alam meliputi: air mancur, kolam, sungai Sumber daya dan budaya, meliputi arkeologi, sejarah, perdagangan, hiburan, kesehatan, keagamaan, dan olahraga.
ikllim, bentuk alam, flora, fauna, sungai, pantai, pemandangan alam, sumber mat aiar, sanitasi dan lain sebagainya. Budaya/buatan : seni, sejarah, musik, tarian, drama, festival, pameran, pertunjukan, pariwisata special, museum, art gallery, shoping dan olah raga.
23
Komponen Pariwisata
Infrastruktur
Inskeep
Gunn
Pendit
Mc. Intoch
Telpon, faksimili, teleks, listrik, air bersih, sistem pembuangan air kotor dan sistem pembuangan sampah
Air bersih, pembuanagn limbah, keamanan, listrik dan pemadam kebakaran
Pendit tidak memasukan parasarana lingkungan sebagai bagian dari komponen pariwisata
jaringan air bersih, air limbah, gas, listrik, telepon, drainase, jalan raya, rel kereta api, bandara, stasiun kareta api, terminal, pusat perbalanjaan, tempat-tempat hiburan, museum, pertokoan dan infrastruktur lainnya.
Elemen institusi yang terkait dengan pengembangan pariwisata
Gunn tidak menjadikan kebijakan sebagai bagian dari komponen pariwisata, namun kebijakan ini lebih pada informasi dan promosi pariwisata
Politik pemerintah, yaitu sikap pemerintah dalam menerima kunjungan wisatawan ke negaranya .Unsur ini terdiri dari 2 abgian yaitu politik pemerintah yang langsung mempengaruhi perkembangan pariwisata di negara tersebut, dan politik pemerintah tidak langsung, yaitu keadaan atau kondisi sosial, ekonomi dan politik yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan pariwisata.
Aturan mengenai guna lahan atau zoning, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur yang menunjang pariwisata, upaya promosi dalam tingkat yang lebih luas atau lebih besar
Kebijakan Pemerintah
Sumber : Rangkuman Inskeep, 1991 Mc. Intosh, 1993;269 Gunn1995,: 57-7; Pendit, 1999;8
24
Berdasarkan studi para pakar terdahulu, terlihat bahwa banyak komponen-komponen dasar pariwisata yang memiliki nama berbeda namun memiliki makna yang sama. Dalam kaitannya dengan penelitian “arahan pengembangan pariwisata Kabupaten Majalengka berdasarkan aspek sediaan” yang dilakukan oleh penulis maka komponen-komponen pariwisata yang berada Di Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka terbagi kedalam beberapa bagian yaitu : 1. Atraksi Atraksi terbagi kedalam dua kategori yaitu : a. Obyek wisata alam, meliputi: pantai, danau, gunung, pemandangan alam, air terjun, dan sumber mata air. b. Obyek
wisata
buatan,
meliputi:
tempat
tempat
bersejarah,
keramahtamanahan dan budaya, tempat hiburan, pusat perbelanjaan, dan taman rekreasi. 2. Transportasi, meliputi: jalan, kondisi jalan, jarak, terminal, dan kendaraan angkutan lainnya. 3. Fasilitas dan Utilitas, meliputi: telepon, listrik, air bersih, pembuangan air limbah dan persampahan, restoran, pusat perbelanjaan, tempat-tempat hiburan. 4. Kebijakan dan Promosi, meliputi:
Kebijakan pemerintah : peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pariwisata baik itu dari pemerintah maupun dari swasta.
Publisitas dan promosi : berupa kampanye atau propaganda yang didasarkan atas rencana atau program yang berkesinambungan.
25
Tabel 2.2 Kesimpulan komponen Pariwisata Daya Tarik Alam
Transportasi
Budaya/buatan
Fasilitas dan Utililtas
Kebijakan dan promosi Kebijakan pemerintah: peraturan-
Danau, gunung,
Tempat-tempat
Jalan,
kondisi
pemandangan
bersejarah,
jalan,
jarak,
listrik,
alam, air terjun,
keramah tamahan
angkutan umum,
bersih,
pariwisata baik itu dari pemerintah
dan
dan
budaya,
dll.
persampahan,
maupun dari swasta.
tempat
hiburan,
sumber
mata air
Telepon, air
peraturan yang berkaitan dengan
restoran, pusat Publisitas dan promosi: berupa
pusat
perbelanjaan,
kampanye atau propaganda yang
perbelanjaan, dan
tempat-tempat
didasarkan atas rencana atau program
taman rekreasi.
hiburan
yang berkesinambungan.
Sumber : hasil kajian 2009 Inskeep, 1991 Mc. Intosh, 1993;269 Gunn1995,: 57-7; Pendit, 1999;8
Pengembangan pariwisata adalah tidak terbatas dengan membuat tempat serta pembuatan lingkungan semata-mata. Rencana pengembangan seharusnya mencoba merubah suatu objek lingkungan menjadi objek yang baik sehingga menarik perhatian wisatawan (Marpaung, 2002:1). Produk dalam industri pariwisata merupakan kombinasi dari tiga komponen yang dianggap sangat penting yang satu dengan yang lain saling melengkapi (Oka A. Yoeti , 1998: 113). yaitu : 1. The Accessibilities of the Destination yaitu semua faktor yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk dapat berkunjung pada suatu DTW (daerah tujuan wisata) seperti : Tersedianya prasarana seperti bandara, pelabuhan, terminal, stasiun kereta api, prasarana jalan dan jembatan Kemudahan untuk memperoleh visa kunjungan Adanya jadwal penerbangan atau angkutan wisata yang lain yang tepat waktu dan dapat dipedomani untuk menyusun paket wisata
26
Adanya penetapan tarif angkutan yang berlaku untuk suatu periode waktu yang efektif untuk menyusun dan promosi penjualan paket wisata Tersedianya sarana komunikasi yang memadai antara negara asal wisatawan (tourist generating countries), selama dalam perjalanan menuju DTW, dan pada negara atau daerah yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries). 2. The Facilities of the Destination Yaitu semua faktor yang dapat memberi atau melayani kebutuhan wisatawan jika sudah datang pada suatu DTW seperti : Hotel dan bentuk-bentuk akomodasi lainnya Restoran dan rumah makan lainnya Pusat hiburan dan sarana rekreasi lainnya Pusat perbelanjaan atau toko-toko cenderamata, pusat kerajinan atau art galery lainnya. 3. The Tourist Attractions of the Destination Yaitu semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan datang berkunjung pada suatu DTW tertentu seperti : Natural resources seperti flora dan fauna, keindahan alam (natural beauty), pegunungan, pantai, danau, air terjun, ngarai gua dan sebagainya. Cultural resources seperti situs-situs peninggalan sejarah, bangunan-bangunan purbakala, candi, pura, monumen, kolesium, muselium, adat istiadat, kesenian tradisional atau the way of life suku terasing dan lain-lain. Theme Park seperti Disneyland, Proyek Taman Impian Ancol, dan sebagainya.
Dalam pengembanagn pariwisata, pariwisata harus dilihat sebagai suatu sistem keterkaitan antara komponen permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri dari wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, sedangkan komponen sediaan terdiri dari aksesibilitas, objek daya tarik wisata, fasilitas dan utilitas, dan sikap penduduk terhadap pariwisata. Untuk lebih jelasnya mengenai komponen pengembangan pariwisata akan diuraikan sebagai berikut.
27
2.3
Aspek Sediaan (Supply) Wisata Kegiatan pariwisata pada dasarnya mencakup dua komponen yaitu supply dan demand.
Sebelum menguraikan tentang komponen apa saja yang termasuk kedalam komponen sediaan pariwisata, penulis akan menguraikan terlebih dahulu tentang pengertian sediaan pariwisata menutut beberapa pakar : Sediaan pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan baik wisatawan yang aktual maupun wisatawan yang potensial. Penyediaan dalam pariwisata menunjukan atraksi wisata alamiah dan buatan, jasa-jasa maupun barang-barang yang diperkirakan akan menarik perhatian orang-orang untuk mengunjungi suatu objek wisata tertentu dalam suatu negara (Wahab, 1975). Sedangkan menurut F. Weber dalam buku perencanaan ekowisata yang dimaksud dengan sediaan pariwisata adalah sesuatu hal yang bisa ditawarkan kepada konsumen yaitu berupa jasa dan produk (F. Weber 2006). Jadi yang dimaksud dengan sediaan pariwisata adalah semua elemen-elemen yang dibutuhkan oleh wisatawan yang meliputi atraksi wisata,transportasi dan amenitas. Untuk lebih jelasnya tentang komponen-komponen sediaan dalam pariwisata, akan diuraikan dalam sub bab berikut ini : 2.3.1 Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan fungsi jarak atau tingkat kemudahan untuk mencapai daerah wisata dengan berbagai kawasan tujuan wisata. Berbeda dengan industri manufaktur, dimana barang (produknya) dapat dikirim ke konsumen maka dalam pariwisata konsumen (wisatawan) harus datang ke daerah dimana terdapat produk wisata untuk mengkonsumsi produk-produk wisata tersebut terutama objek dan daya tarik wisata. Oleh karena itu tingkat kemudahan pencapaian ke daerah wisata tersebut dari daerah asal wisatawan akan mempengaruhi perkembangan daerah wisata tersebut. Jarak dan ketersediaan sarana dan prasarana transfortasi ke daerah wisata merupakan hal yang penting. Jenis, volome, tarif dan frekuensi moda angkutan kedaerah wisata tersebut juga mempengaruhi jumlah kedatangan wisatawan. Kenyamanan selama perjalanan menuju daerah wisata dan kawasan tujuan wisata tersebut harus diperhatikan. Objek wisata yang strategis secara geografis sangat tergantung kepada pencapaian lokasi wisata tesebut. Aksesibilitas yang baik sangat berpotensi untuk mendatangkan dan meningkatkan
28
jumlah wisatawan. Sebagian besar objek wisata akan berkembang jika di dukung oleh aksesibilitas yang memadai dengan menggunakan suatu metoda tertentu, seperti mobil,angkutan umum,kapal laut,pesawat, dan lain-lain. Banyak wisata yang secara potensial sangat baik untuk dikembangkan, tetapi karena aksesibilitas yang kurang mendukung, perkembangan objek wisata tersebut menjadi menurun. Sehingga dapat dinyatakan bahwa aksesibilitas merupakan derived demannd (permintaan turunan) yang dapat menentukan besar kecilnya jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke suatu objek wisata. Aksesibilitas yang dapat mendukung kegiatan pariwisata terdiri dari aksesibitas internal dan eksternal. Aksesibilitas internal yaitu suatu proses pencapaian lokasi wisata dalam lingkup lokal yang merupakan faktor ketersediaan untuk melayani wisatawan dari dalam kota. Sedangkan aksesibilitas eksternal adalah proses pencapaian lokasi wisata yang menghubungkan akses dari luar kota. 2.3.2
Objek dan Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata merupakan kekuatan untuk mendatangkan wisatawan. Suatu objek
mempunyai potensi untuk menjadi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut baru terbentuk jika objek tersebut ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan fasilitas penunjang. Disamping itu, daya tarik juga akan tercipta jika lingkungan sekitar objek tersebut mendukung (dalam PA Ardiansyah dan Rosmananto, 2004). Objek dan daya tarik dapat berupa alam, sejarah, budaya dan tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik untuk di kunjungi atau yang menjadi tujuan dari wisatawan. Untuk mengetahui batasan tentang pengertian daya tarik wisata akan diuraikan sebagai berikut : Definisi daya tarik wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat,disaksiksn dan dirasakan seperti gunung, danau,pantai,pemandanagn,vandi,monumen dan lain-lainya. Objek wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi atau mendorong sesorang meninggalkan daerah tempat tinggalnya untuk mengunjungi suatu daerah (Oka A. Yoeti 1985). Beberapa elemen dari komponen sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi objek
dan
daya
tarik
wisata
terdiri
dari
cuaca
iklim,bentang
alam,flora
dan
fauna,pantai,keindahan alam,keanekaragaman biota laut dan lain sebagainya. Beragam kombinasi dari elemen sumber daya alam tersebut dapat menjadi suatu daya tarik dalam mendatangkan wisatawan . Yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah kekuatan untuk
29
mendatangkan wisatawan. Daya tarik merupakan padanan dari kata attraction yang dapat didasarkan pada objek-objek wisata. Suatu objek mempunyai potensi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut dari terbentuk bila objek tadi ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan fasilitas penujang.Jadi obyek dan daya tarik wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi seseorang meninggalkan daerah asal untuk mengunjungi suatu daerah wisata. 2.3.3 Fasiliatas dan Utilitas Infrastruktur bangunan yang baik yang berada di bawah permukaan tanah maupun di atas permukaan tanah, seperti sistem penyediaan air,sistem pembuangan air limbah,sistem drainase,sistem komunikasi dan fasilitas lainya seperti jalan,parkir,terminal,bandara,dermaga dan laini-lain.Ketersediaan infrastruktur dapat mendukung pembangunan superstrukrur.
Dengan
kata lain, ketersediaan infrastruktur dapat berpengaruh terhadap kebersihan pengembangan pariwisata suatu daerah sekaligus ketersediaan infrastruktur yang memperhatikan kualitas lingkungan. Fasiltas suprastruktur sendiri terdiri dari fasilitas yang berada di atas permukaan tanah yang dilayani oleh infrastruktur, seperti : hotel,resort,rumah, makan,tempat hiburan,toko pusat pembelanjaan dan lain-lain (Wahab,1975). Penyediaan fasilitas superstruktur yang baik adalah fasilitas yang memiliki ciri yang unik tidak terdapat di tempat lain. Artinya bahwa fasilitas superstruktur tersebut menjadi suatu daya tarik tesendiri terhadap wisatawan yang berkunjung. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah ketersediaan akomodasi bagi wisatawan. Pada prinsipnya kunjungan wisatawan merupakan kunjungan untuk mencari kesenangan dan kepuasan sehingga harus di dukung oleh ketersediaan akomodasi yang memadai. Wisatawan cenderung akan tertarik dengan fasilitas akomodasi yang lengkap yang bisa mendukung aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan. Disisi lain, peningkatan kualitas pelayanan dan kenyamanan dari fasilitas akomodasi tersebut juga menjadi faktor penentu. Pelayanan dan kenyamanan yang baik secara langsung akan meningkatkan kualitas ketersediaan fasilitas tersebut. 2.3.4 Kebijakan dan promosi Kelembagaan yaitu kebijakan maupun kegiatan-kegiatan yang mendukung pekembangan pariwisata. Kebijakan mencakup politik pariwisata yang digagas oleh pemerintah seperti kebijakan pemasaran, jaminan keamanan, pembebasan visa, standarisasi produk dan jasa wisata dan lain sebagainya.
Perluasan jaringan jalan raya, rel kereta api, jalur pelayaran dan
30
penerbangan lokal termasuk dari pada bagian pengembangan kelembagaan pariwisata (Helmut F. Weber 200614). Promosi yaitu suatu cara untuk lebih menyesuaikan produk pariwisatadengan permintaan wisatawan sehingga produk menjadi lebih menarik. Dengan mendistribusikan produk pariwisata ke pasar terutama dalam bentuk citra pariwisata tidak begitu saja akan membelinyadalam kuantitas yang diharapkan,produk telah disesuaikan dengan permintaan pasar. Kesesuaian antara produk dan permintaan pasar itu harus ditingkatkan lagi, lebih-lebih karena adanya bermacammacam produk pariwisata yang ditawarkan dipasar, sehingga setiap produk pariwisata harus mempunyai daya saing (soekadijo, 1997:240). 2.4
Kriteria penilaian Obyek Wisata Berdasarkan penjelasan sebelumnya, komponen-komponen pariwisata diatas akan
dijadikan sebagai faktor dalam penelitian ini, hal ini disebabkan karena komponen pariwisata tersebut dapat mewakili penilaian terhadap objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Majalengka. Faktor supply dan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daya Tarik
Pemandangan dan keindahan alam
Kebersihan lingkungan
2. Transportasi
Keterjangkauan lokasi
Sarana angkutan
Kondisi jalan
3. Fasilitas dan Utilitas
Saran komunikasi
Jasa boga
Untilitas
4. Lainnya ( kebijakan pemerintah dan promosi)
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pariwisata
Kampanye atau propaganda
Adapun kriteria yang dapat diberikan terhadap obyek wisata dapat dilihat pada Table 2.3.
31
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Obyek wisata Kriteria Penilaian
Skor/bobot
Tinggi
Sedang
Atraksi Pemandangan yang indah dan alami Memiliki ciri khas khusus. Terjaga kebersihan dan kenyamanannya
Transportasi Mudah dijangkau, dekat dengan jalan utama Mudah dan tersedia kendaraa umum (angkot, omprengan, ojeg) Kondisi jalan baik
FAsilitas dan Utilitas Sarana Komuikasi : telepon umum. Jasa boga : rumah makan/restoran, warung makan dan minum. Utilitas : listrik, air bersih, WC umum, mushola.
Lainnya Adanya Peraturanperaturan yang mengatur kegiatan pariwisata Publisitas dan Promosi : Adanya promosi seperti, media cetak, elektronik dll
Pemandangan cukup indah dan alami Memiliki ciri khas umum. Terjaga kebersihan dan kenyamanannya
Cukup jauh dari jalan utama Ada dan susah didapat hanya terdapat omprengan dan ojeg Kondisi jalan cukup baik (aspal sedang) sulit dijangkau, jauh dari jalan utama tidak ada angkutan umum kondisi jalan buruk : aspal rendah, batu, krikil, tanah
Hanya terdapat fasilitas dasar yang tersedia : Listrik, air bersih, WC umu.
Hanya ada Peraturanperaturan yang mengatur kegiatan pariwisata Promosi tidak ada
Tidak terdapat infrastruktur kalaupun ada kondisinya buruk
Tidak terdapat kebijakan pemerintah atau swasta Promosi tidak ada
Pemandangan kurang kurang indah dan alami Tidak memiliki ciri khas Rendah khusus. kebersihan dan kenyamanannya tidak terjaga Sumber : hasil kajian, 2009 Inskeep, 1991 Mc. Intosh, 1993;269 Gunn1995,: 57-7; Pendit, 1999;8
32
2.5
Teknik Analisis
Analisis pembobotan faktor Penilaian terhadap derajat pengaruh suatu faktor atau variable faktor terhadap
pengembangan objek wisata di lokasi studi di gunakan dengan pembobotan. Dalam ha ini dilakukan dengan cara memberikan bobot nilai terhadap derajat pengaruh setiap faktor atau terhadap variable faktor, seperti yang diungkapka oleh (Sampurno; 1990).
Teknik Matrik Evaluasi Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode Teknik
Matrik Evaluasi (Inskeep,1995;95) yaitu metode yang memberikan penilaian terhadap obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Majalengka, dimana faktor supply yang digunakan dalam studi ini telah di modifikasi di sesuaikan dengan karakteristik obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Majalengka. Faktor supply yang digunakan sebagai analisis potensi diantaranya adalah atraksi, transportasi, Fasilitas dan utilitas, kebijakan pemerintah dan promosi. Faktor supply tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai dasar penilaian dalam kuisioner yang diberikan pihak yang berkompeten dalam bidang pariwisata, dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata dan pengunjung yang datang ke lokasi objek wisata. Setelah mendapatkan nilai atau skor dari hasil kuisioner yang disebar maka tahap selanjutnya adalah memberikan bobot atau nilai pada tiap-tiap faktor supply, masing-masing faktor dianggap memiliki bobot yang berbeda sehingga dalam perhitungannya diberikan penilaian bobot yang berbeda. Setelah masing-masing obyek wisata memiliki skor akhir hasil dari perkalian antara nilai kuesioner dan bobot masing-masing, kemudian di klasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu : Tinggi (T) = 5, Sedang (S) = 3, Rendah (R) = 1, sehingga dapat diketahui potensi obyek wisata berdasarkan jenis wisata dan kecamatan. Metode yang digunakan untuk memperoleh klasifikasi digunakan metode Sturgess (Asiyah,1992;27) :
Interval =
Jumlah nilai terbesar – Jumlah nilai terendah Jumlah kelas
33
2.6
Kajian Studi Terdahulu
1. Arni Mahardhika, Teknik Planologi Unpas 2002 “Evaluasi Potensi Pengembangan Objek Dan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Garut”, menulisakan studinya dalam upaya mengevaluasi potensi pengembangan objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Garut sehingga dapat diketahui objek dan daya tarik wisata potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Garut. Secara keseluruhan studi yang akan dilakukan terdiri dari metode pendekatan studi, metede pengambilan data dan metode penelitian.
Metode Pendekatan Studi -
Mengidentifikasi Karakteristik objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Garut baik alami maupun budaya.
-
Menganalisis potensi pengembangan objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Garut, baik alami maupun budaya.
-
Mengklasifikasi objek dan daya tarik wisata.
-
Menentukan tingkat pengembangan objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Garut.
Metode Pengumpulan Data -
Pengumpulan Data Sekunder, yaitu mempelajari dan mengumpulkan data-data dari bahan tertulis seperti : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kab. Garut, dokumen studi terdahulu, jurnal-jurnal ilmiah serta karya tulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
-
Pengumpulan Data Primer, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi secara langsung ke lokasi studi, yaitu dengan cara wawancara dan observasi.
Metode Analisis Metode analisis yang digunaka dalam studi “Evaluasi Potensi Pengembangan ODTW di Kabupaten Garut” ini mengacu pada “Teknik Matrik Evaluasi” (Inskeep, 1991 ; 95), yaitu metode untuk memberikan penilaian/evaluasi terhadap objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Garut. Penilaian terhadap ODTW tersebut bersifat institutional judgement, yaitu penilaian yang diberikan oleh instansi yang mempunyai keterkaitan langsung dengan kepariwisataan, diantaranya yaitu Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Garut, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cabang
34
Garut, wisatawan serta masyarakat umum untuk memperoleh penilaian yang bersifat objektif.
Rekomendasi Studi Berdasarkan hasil analisis, telah diketahui bahwa objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Garut Utara dan Garut Selatan memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan. Hal-hal yang dapat direkomendasikan dalam pengembangan ODTW di Kabupaten Garut berkaitan dengan studi ini adalah : a. Perlu adanya kajian lebih lanjut terhadap objek dan daya tarik wisata yang termasuk dalam klasifikasi sedang terutama ODTW Darajat, ODTW Hutan Sancang dan ODTW Pantai Rancabuaya, karena berdasarkan hasil penilaian, ODTW ini termasuk dalam klasifikasi sedang, sedangkan dalam kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Garut, ODTW tersebut dijadikan sebagai pusat SKW (Satuan Kawasan Wisata). b. Pengembangan objek dan daya tarik wisata yang termasuk dalam klasifikasi sedang dan rendah dapat dilakukan melalui optimalisasi potensi daya tarik wisata dan peningkatan penyediaan fasilitas pendukung wisata baik dasar maupun non dasar serta peningkatan penyediaan fasilitas pendukung wisata baik dasar maupun non dasar serta peningkatan aksesibilitas melalui penyediaan sarana angkutan umum yang memadai dan perbaikan prasarana jalan sehingga lokasi objek mudah dicapai. c. Peningkatan kualitas jalan serta pelayanan sarana angkutan yang menghubungkan zona utara dengan zona selatan, sehingga distribusi objek dan daya tarik wisata dan wisatawan tidak terkonsentrasi di Garut Utara. d. Perlu optimalisasi daya tarik terutama daya tarik khusus pada kecamatan-kecamatan yang tidak memiliki objek dan daya tarik wisata baik di Kabupaten Garut Utara maupun Garut Selatan.
35
2. Indra Virwandi, Teknik Planologi ITB 2005 “Arahan Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Karakteristik Sediaan Dan Pengunjung Wisata Di Kawasan Danau Maninjau”.
Metode Pendekatan Studi -
Analisis penawaran diperoleh dengan mengidentifikasi objek wisata yang diminati, perbandingan fasilitas dan utilitas objek wisata, ketersediaan aksesibilitas, dan perkembangan akomodasi pariwisata.
-
Analisis permintaan pariwisata mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi
karakteristik
demografis
(asal
wisatawan,
kelamin,
pekerjaan,
penghasilan, dan pendidikan) dan karakteristik kunjungan (moda, transpor, lama kunjungan, motif perjalanan, faktor penghambat), serta saran dari wisatawan mengenai komponen pariwisata.
Metode Pengumpulan Data -
Pengumpulan Data Sekunder, yaitu. Data survei diperoleh dari data – data dan literatur yang ada di instansi terkait serta buku – buku yang ada kaitannya dengan survei sekunder itu sendiri. Data ini umumnya sudah terpola sesuai dengan aturan masing – masing instansi. Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat sekurang – kurangnya dalam lima tahun terakhir.
-
Pengumpulan Data Primer, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi secara langsung ke lokasi studi, yaitu dengan cara wawancara dan observasi.
Metode Analisis Analisis penawaran diperoleh dengan mengidentifikasi objek wisata yang diminati, perbandingan fasilitas dan utilitas objek wisata, ketersediaan aksesibilitas, dan perkembangan akomodasi pariwisata. Sedangkan analisis permintaan pariwisata mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi karakteristik demografis (asal wisatawan, kelamin, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan) dan karakteristik kunjungan (moda, transpor, lama kunjungan, motif perjalanan, faktor penghambat), serta saran dari wisatawan mengenai komponen pariwisata.
Rekomendasi Studi Perlu pengembangan secara menyeluruh untuk tiap objek wisata dari segi ketersediaan fasilitas dan utilitas, pengembangan daya tarik wisata, serta
36
pembangunan objek wisata baru yang memiliki ciri khusus. Pengembangan pariwisata di Kawasan danau Maninjau memerlukan biaya, sumber daya manusia, sumber daya alam yang ada maupun yang akan dikembangkan. Selain itu, perlu pelibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, pembuatan master plan pariwisata, pemerataan distribusi sarana dan prasarana wisata, serta pemberdayaan SDM untuk pengelolaan objek wisata. 3. Abrar Weroile,Teknik PLanologi ITENAS 2006 “ Pengembangan Pariwisata Alam Di kawasan Konservasi”
Metode Pendekatan Studi Pendekatan yang dilakukan pada pembahasan mengenai strategi
pengembangan
Kawasan Wisata Alam di Wilayah Studi bersifat analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan menganalisis masalah melalui pengumpulan data dan meneliti secara cermat informasi yang relevan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat untuk diterapkan dalam kawasan studi yang akan direncanakan. Metodologi penelitian yang akan dilakukan terdiri dari teknik pengumpulan data dan teknik analisis data .
Metode Pengumpulan Data Pada umumnya dalam suatu penelitian data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui dua cara, yaitu survei primer dan survei sekunder. Survei primer merupakan survei yang dilaksanakan dimana peneliti berhubungan langsung dengan responden di lapangan, sedangkan survei sekunder dilakukan secara tidak langsung, dimana peneliti mendatangi organisasi atau kantor yang memiliki dokumen-dokumen yang mengandung data atau informasi yang dibutuhkan untuk penelitian (Trimadi, 1996 : 30). Survei primer dalam studi ini dilakukan dalam berbagai bentuk diantaranya dengan observasi visual di lapangan, wawancara dengan instansi dan pengelola yang berkaitan dengan objek studi dan diskusi kelompok. Berdasarkan keseluruhan teori metode pengumpulan data yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, maka diputuskan bahwa metode utama yang digunakan untuk memperoleh data adalah wawancara kepada aparat institusi yang berperan dalam pengembangan wisata alam di kawasan konservasi. Pengumpulan data juga dilengkapi dengan pengamatan visual lokasi studi dan survei sekunder untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang
37
berhubungan dengan pengembangan kegiatan kepariwisataan terutama yang berhubungan dengan konservasi alam.
Metode Analisis Adapun analisis yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Analisis Internal pengembangan wisata alam di kawasan konservasi dilakukan dengan mengidentifikasi serta mengkaji kekuatan dan kelemahan(S-W) dari pengembangan pariwisata alam berdasarkan aspek fisik dasar, fisik binaan, dan aspek potensi wisata kawasan tersebut. 2. Analisis Eksternal pengembangan wisata alam di kawasan konservasi dengan melihat peluang pengembangan dan ancaman (O-T) yang mungkin terjadi terutama persaingan dan kebutuhan wisata dari luar daerah baik terhadap Kabupaten Watan Soppeng maupun Propinsi Sulawesi Selatan dengan tidak mengabaikan fungsi konservasi kawasan. 3. Analisis Matriks dua arah SWOT, Sebagai tindak lanjut dari pengkajian ulang adalah merangkum seluruh faktor internal dan eksternal dalam sebuah matrik. Matrik di sini disebut SWOT,
Rekomendasi Studi Hasil perumusan dan penentuan strategi menunjukkan bahwa Kawasan wisata alam Lejja’ memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan untuk dapat bersaing dengan obyek wisata lain yang terdapat di lingkup Kabupaten Soppeng maupun lingkup Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya. Arahan pengembangan yang perlu diambil adalah prioritas pembangunan di kegiatan konservasi alam, dan yang terpenting adalah, masyarakat perlu dilibatkan dalam setiap sektor pembangunan kepariwisataan yang dilakukan, mulai dari tahapan perumusan rencana, hingga implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian.
38
39
40
41
Tabel 2.4 Kajian Studi-Studi Terdahulu Nama Penulis
Judul
Tahun
Tujuan
Metode
Lokasi
Mengevaluasi potensi pengembangan objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Garut sehingga dapat diketahui objek dan daya tarik wisata potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Garut Memberikan arahan pengembangan paariwisata di tinjau dari karakteristik sedaian dan karakteristik pengunjung wisata di kawasan danau Meninjau
Teknik Matrik Evaluasi (Inskeep, 1991 ; 95)
Kabupaten Garut
Analisis penawaran Analisis permintaan
Kawasan Danau Maninjau
Arni Mahardhika
Evaluasi Potensi Pengembangan Objek Dan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Garut
Unpas, 2002
Indra Virwandi
Arahan Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Karakteristik Sediaan Dan Pengunjung Wisata Di Kawasan Danau Maninjau
ITB 2005
Abrar Weroile,
Pengembangan Pariwisata Alam Di kawasan Konservasi
ITENAS 2006
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi yang tepat berkenaan dengan pengembangan kawasan wisata alam di wilayah studi sehingga kegiatan wisata dapat dilakukan pada kawasan lindung yang memiliki fungsi konservasi SDA
Analisis Internal , Analisis Eksternal , Analisis Matriks dua arah SWOT
Kawasan Wisata Alam Lejja’, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
Adiyana Rachman
Arahan Pengembangan Pariwisata di SKW Talaga Kabupaten Majalengka berdasrkan Aspek Sedian
UNPAS 2009
Penelitian
Teknik Matrik Evaluasi (Inskeep, 1991 ; 95) Teknik, pembobotan
Kabupaten Majalengka
memberikan
ini
bertujuan
Arahan
untuk
pengembangan
pariwisata berdasarkan Aspek Sediaan.