BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
2.1.
Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata Sesunguhnya pariwisata telah dimulai sejak dimulainya peradaban manusia
itu sendiri, yang ditandai oleh adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah atau perjalanan agama lainnya. Namun demikian tonggak-tonggak serjarah dalam pariwisata sebagai fenomena modern dapat ditelusuri dari perjalanan Marcopolo (1254- 1324). Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1, bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut kepariwisataan. Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berkut Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara), jalanjalan raya, pengangkutan setempat,program-program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan 6
Universitas Sumatera Utara
7 wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi : 1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya. 3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni : •
Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata);
•
Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya.
•
Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta (Yoeti ;
1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. Menurut Richard Sihite (dalam Marpaung dan Bahar 2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan
Universitas Sumatera Utara
8 yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada
Universitas Sumatera Utara
gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan di tengah-tengah industri lainnya.
2.2.
Pengertian Wisatawan, Excurtionist, dan Tourist Wisatawan adalah Orang yang melakukan kegiatan wisata. Jadi menurut
pengertian tersebut, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan "wisatawan". Pendefinisian wisatawan biasanya berada dalam perpektif kepentingan suatu wilayah atau Negara. Pendefinisian secara teknikal mencerminkan beragam kepentingan, mulai dari tujuan bisnis, organisasi, statistic, dan sebagainya, yang berhubungan dengan peramalan suatu kawasan destinasi pariwisata. Excurtionosts adalah pelancong semantara ygn tinggal kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk di dalamnya penumpang kapal pesiar/ penyebrangan. Menurut definisi IUOTO, kini UN-WTO (dalam Khodyat dan Ramaini, 1992 : 38), maksud dari excurtionist adalah setiap orang yang melintasi suatu negara dalam jangka waktu lebih dari 24 jam tanpa singgah atau setiap orang (pengunjung sementara) yang melintasi suatu negara dalam jangka waktu lebih dari 24 jam, asal saja orang tersebut mengadakan persinggahan tidak memakan waktu lama dan bukan untuk maksud kunjungan wisata. Dalam bahasa Inggris wisatawan itu disebut tourist. Menurut definisi IUOTO (dalam Khodyat dan Ramaini 1992 : 109), sebagaimana disebutkan Annex II, keputusannya tanggal 1 Juli 1960, kata tourist, dasarnya diartikan :
Universitas Sumatera Utara
10 •
Orang yang bepergian hanya untuk bersenang-senang (pleasure), keperluan keluarga, kesehatan, dan sebagainya.
•
Orang yang bepergian untuk menghadiri pertemuan-pertemuan (meetings).
•
Orang yang bepergian untuk keperluan usaha (business).
•
Orang yang datang dalam rangka pelayaran wisata (sea cruise), walaupun mereka singgah kurang dari 24 jam.
•
Siswa atau orang muda yagn tinggal di asrama atau sekolah. Oleh para pakar pariwisata dan organisasi internasional untuk kepentingan
tertentu, pengertian tourist ini diberi persyaratan seperti : •
Perjalanan dilakukan secara sukarela.
•
Perjalan ke tempat lain diluar wilayah/daerah/negara tempat tinggalnya.
•
Tidak untuk mencari nafkah.
•
Tujuannya semata-mata untuk : - Pesiar, liburan, kesehatan, belajar, keagamaan dan olahraga. - Kunjungan usaha, mengunjungi kelurga, tugas dan menghadiri pertemuan.
2.3.
Culinary Tourism (Wisata Kuliner) Culinary tourism (wisata kuliner)
merupakan relatif baru di dunia industri
pariwisata, buktinya tampak dimana wisata kuliner mulai berkembang sejak tahun 2001, dimana seorang Erik Wolf selaku Presiden Ikatan Wisata Kuliner Internasional mengesahkan di atas selembar kertas putih mengenai lahirnya Ikatan tersebut
Universitas Sumatera Utara
11 (Internatioal Culinary Tourism Association). Sepanjang tahun 2001, perakademian pariwisata di seluruh dunia telah mengadakan penelitian yang lebih serius akan wisata kuliner. Namun demikian, badan penelitian sangat khawatir kalau penemuan tersebut merupakan suatu jalan untuk jalannya usaha dunia. Nyatanya, seorang peneliti Lucy Long, dari Universitas Bowling Green di Ohio (USA) yang pertama kali mencetuskan kata – kata wisata kuliner di tahun 1998. Kemudian di tahun 2001 di bawah kepemimpinan kelompok industri penasihat, Erik Wolf menemukan International Culinary Tourism Association (ICTA). ICTA terbentuk setiap tahunnya dengan sejumlah anggota dan dirancang dengan berbagai penawaran akan beragam program mengenai kuliner. Pada tahun 2006, ICTA menciptakan sebuah Institut Wisata Kuliner Internasional, yang mengutamakan pendidikan dan pelatihan akan berbagai program yang ada di dalam komponen ICTA. Kemudian, di awal tahun 2007, mulai menyediakan beberapa solusi untuk pengembangan wisata kuliner untuk menghadapi meningkatnya jumlah permintaan akan industri ini bagi petunjuk dan kepemimpinan dalam pengembangan dan pemasaran wisata kuliner. Wisata kuliner dapat diartikan sebagai suatu pencarian akan pengalaman kuliner yang unik dan selalu terkenang dengan beragam jenis, yang sering dinikmati dalam setiap perjalanan , akan tetapi bisa juga kita menjadi wisatawan kuliner di rumah sendiri. (Culinary Tourism is defined as the pursuit of unique and memorable
Universitas Sumatera Utara
12 culinary experience of all kinds, often while travelling, but one can also be a culinary tourist at home.) Wisata kuliner tidak termasuk ke dalam wisata pertanian. Meskipun di dalamnya masakan terdapat unsur pertanian. Pertanian dan masakan merupakan satu hubungan yang tak mungkin dapat dipisahkan, namun tetap merupakan dua kata yang sangat berbeda. Wisata pertanian (agritourism) merupakan bagian dari wisata pedesaan (rural tourism), sedangkan santapan / masakan (cuisine) merupakan bagian dari dari wisata budaya (cultural tourism), dan sebagai masakan maka ia merupakan manifestasi/wujud dari budaya itu.
Wisata kuliner (culinary tourism), meliputi berbagai pengalaman akan beragam kuliner. Wisata kuliner melebihi dari tuntunan makan malam dan restoran akhir pekan. Akan tetapi wisata kuliner meliputi beberapa unsur yaitu : kursus memasak, buku panduan memasak dan toko-toko penjual perkakas dapur, tur kuliner (culinary tours) dan pemandu wisata, media kuliner dan buku panduan, pemborong makanan untuk pesta/katering, penyalur anggur (wineries), pengusaha dan penanam tumbuhan pangan, atraksi kuliner seperti festival jajanan yang diadakan suatu produk usaha swasta (Kecap Bango) di Merdeka Walk di bulan ramadhan lalu (dalam Introduction to Culinary Tourism).
Universitas Sumatera Utara