BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II Tinjauan Teoritis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Penilangan
Di Indonesia pelanggaran lalu lintas selalu menjadi bahan pembicaraan
yang hangat, tidak jarang masyarakat yang terkena tilang mengumpat dari para petugas lalu lintas.
Gambar 2. 1 Penilangan Memang kita semua tahu birokrasi di negeri ini belum sampai pada tahap yang ideal, namun kita tidak dapat menimpakan seluruh kesalahan pada Polantas, karena sedikit banyak kita telah ikut ambil bagian dalam praktek-praktek penyuapan "kecil" seperti ini. Ada baiknya jika anda para pengendara baik itu motor maupun mobil harus tahu Peraturan Lalu Lintas yang sekarang ini, dan juga tahu prosedur sebenarnya dari penilangan itu sendiri.[5] 2.1.1
Prosedur penilangan Polisi yang memberhentikan pelanggar wajib menyapa dengan sopan serta
menunjukan jati diri dengan jelas. Polisi harus menerangkan dengan jelas kepada pelanggar apa kesalahan yang terjadi, pasal berapa yang telah dilanggar dan tabel berisi jumlah denda yang harus dibayar oleh pelanggar. Dalam proses hokum penilangan ada 3 macam slip yang akan diberikan pada penilang, yaitu :
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
5
BAB II Tinjauan Teoritis
Slip putih: slip ini dipegang sama pihak kepolisian..
Slip merah: berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan, dan
mau membela diri secara hukum/sidang di pengadilan setempat.
Slip biru: berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita tinggal transfer dana via ATM BRI.
Sesudah itu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan
SIM/STNK kita yang ditahan. Dana tersebut akan langsung masuk
ke Kas Negara. Pengadilan kemudian yang akan memutuskan apakah pelanggar bersalah
atau tidak, dengan mendengarkan keterangan dari polisi bersangkutan dan pelanggar dalam persidangan di kehakiman setempat, pada waktu yang telah ditentukan (biasanya 5 sampai 10 hari kerja dari tanggal pelanggaran). Berikut Prosedur Penilangan Pelanggaran Lalu Lintas yang seharusnya dan hal yang harus di perhatikan selama proses penilangan. 1. Kenali Si Petugas Cobalah mengenali nama dan pangkat Polisi yang tercantum dalam pakaian seragam. “Mereka mempunyai kewajiban menunjukkan tanda pengenal sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam mengemban fungsinya “ (Psl. 25 UU 28/1997) Nama dan pangkat polisi menjadi penting apabila polisi bertindak di luar prosedur. Jangan hentikan kendaraan anda, bila ada orang berpakaian preman mengaku sebagai Polantas. 2. Kenali Kesalahan Anda Tanyakanlah apa kesalahan anda, pasal berapa yang dilanggar dan berapa dendanya
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
6
BAB II Tinjauan Teoritis
“Sebagai pembimbing masyarakat,Polisi harus menjelaskan kesalahan
pengemudi agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Alasan pelanggaran
dan besarnya denda juga harus didasarkan hukum yang berlaku.” (Psl. 19 UU 28/1997). 3. Pastikan Tuduhan Pelanggaran
Pengemudi sudah selayaknya mengecek tuduhan pelanggaran polisi tersebut, apakah benar atau tidak. Jika polisi menyatakan Anda dilarang belok ke kiri karena ada tanda dilarang belok kiri. Anda harus yakin bahwa tanda tersebut benar-benar ada, bukan rekayasa polisi semata.
“Tugas polisi yang utama adalah pencegahan (Psl. 19 (2) UU No. 28/1997). Sehingga tidak dibenarkan polisi membiarkan pengemudi melakukan percobaan pelanggaran.Bila polisi mengetahui secara jelas ada pengemudi yang berupaya melanggar, polisi mempunyai kewajiban untuk memberitahukannya agar tidak melakukan pelanggaran. Percobaan pelanggaran tidak dapat didenda” (Psl. 54 KUHP). Dalam suatu kasus, ada polisi membiarkan pelanggaran itu terjadi, baru bertindak agar pengemudi dapat didenda. Bila ini terjadi, anda dapat berdalih mengapa setelah mengetahui akan adanya pelanggaran polisi tidak mencegah. Di sini polisi dapat dipersalahkan tidak melakukan tugas utamanya dan tidak mempunyai itikad baik terhadap pengemudi. 4. Penyitaan Kendaraan atau STNK “Polisi tidak berhak menyita kendaraan bermotor atau STNK kecuali kendaraan bermotor diduga hasil tindak pidana, pelanggaran mengakibatkan kematian, pengemudi tidak dapat menunjukan STNK, atau pengemudi tidak dapat menunjukan SIM” (Psl. 52 UU No. 14 1992).
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
7
BAB II Tinjauan Teoritis
5. Menerima atau Menolak Tuduhan
Setiap pengemudi mempunyai dua alternatif terhadap tuduhan pelanggaran yang diajukan Polantas, yaitu menerima atau menolak tuduhan tersebut.
Disetiap pilihan mempunyai proses yang berbeda untuk proses hukumnya.
6. Proses Persidangan Penentuan hari sidang dapat memerlukan waktu 5-12 hari dan barang
sitaan baru dapat dikembalikan pada pelanggar setelah ada keputusan Hakim serta
menyelesaikan perkaranya. Pertimbangkanlah resiko ini sebelum menolak tuduhan Polantas.
Persidangan kasus lalu lintas adalah Acara Pemeriksaan Cepat. Dalam proses tersebut, para tertuduh pelanggaran ditempatkan di suatu ruangan. Kemudian hakim akan memanggil nama tertuduh satu persatu untuk membacakan denda. Setelah denda dibacakan hakim akan mengetukan palu sebagai tanda keluarnya suatu putusan. Sebelum palu diketukkan, maka pengemudi dapat mengajukan keberatan. Secara teori, Polantas yang bersangkutan akan turut ke Pengadilan. Kemudian, pengemudi dan Polantas akan beradu argumentasi di depan hakim. Pada prakteknya, pengemudi tidak sempat lagi mengajukan argumentasi karena hakim setelah membacakan denda langsung mengetukan palu. Di samping itu, Polantas yang bersangkutan juga kerap tidak ada di tempat. Bila pengemudi keberatan atas keputusan hakim, dapat mengajukan kasasi. Kasasi akan berlangsung di ruangan yang berbeda dan anda akan dipersilakan menanti dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa prosedur dan pelayanan yang jelas.[5]
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
8
BAB II Tinjauan Teoritis
2.2
CSC (Contactless Smart Card) Contactless Smart Card merupakan jenis smart card yang telah
dikembangkan baru-baru ini. Kartu ini cukup unik, berbeda dengan jenis smart card umumnya, Contactless Smart Card tidak memerlukan kontak fisik dalam
pemakaiannya. Selain itu, kartu tersebut mempunyai kode unik tersendiri sebagai
kode identitas kartu tersebut.
Gambar 2. 2 TI-Smart Card , bentuk Badge Contactless Smart Card (CSC) ini tergolong kartu pasif, yaitu kartu yang hanya mampu menyimpan transaksi tanpa melakukan pengolahan data seperti halnya Smart Card magnetik yang umum kita kenal dan gunakan. Namun, bukan berarti teknologi ini mempunyai kemampuan terbatas. Teknologi ini bahkan dapat dipadukan dengan teknologi lain semacam barcode, Smart Card Magnetik, atau bahkan mikroprosesor bila diperlukan. Sifat contactless ini merupakan ciri utama dari aplikasi CSC. Sifat ini sekaligus menjadi keunggulan teknologi ini. Dengan memanfaatkan sifat contactless, penggunaan aplikasi mampu meminimalisir kerusakan kartu dan juga edukasi bagi penggunanya. Kartu tidak perlu digesekkan dalam penggunaanya sehingga umur kartu lebih lama. Selain itu, kondisi contactless memberikan kemudahan bagi penggunanya karena pengguna hampir tidak perlu turut campur secara langsung.
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
9
BAB II Tinjauan Teoritis
Secara teknis, penggunaan teknologi ini memberikan keuntungan yang
cukup banyak. Tabel 2.1 berikut memberikan gambaran sekilas mengenai
kelebihan teknologi ini.[7]
Tabel 2. 1 Kelebihan Contactless Smart Card
Kelebihan
Keterangan
Tidak memerlukan kontak fisik Mudah untuk digunakan
Umur kartu lebih lama
fisik pada penggunaannya. Kapasitas memori besar dan Variatif
Kartu berukuran 1kByte mampu menyimpan lebih dari 200 transaksi
Penggunaan dengan teknologi
Penggunaan dual interface
Lain
semacam mikroprosesor
Sekuritas tinggi
Data terenkripsi pada kanal RF dan atau pada memori
Mampu memproses lebih dari 1 kartu pada waktu yang sama
Adanya manejemen akses jamak, dengan anti collision
Jarak baca variatif
Jarak dekat maupun jauh
2.3
Akibat tidak adanya kontak
RFID (Range Frequency Idnetification) Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) merupakan inti dari
sebuahContactless Smart Card (CSC). Oleh karenanya diperlukan pengetahuan mengenai teknologi RFID untuk mendalami teknologi CSC. Pembahasan mengenai teknologi RFID pada bab ini akan ditinjau secara meluas dan tidak dibatasi pada aplikasi Smart Card. Materi ini akan mengantarkan pada pemahaman aplikasi RFID yang merupakan teknologi kunci dari Contactless Smart Card. Teknologi RFID pada dasarnya merupakan teknologi identifikasi secara mandiri (baca: automatis). Pembahasan mengenai teknologi ini tak lepas dari teknologi identifikasi automatis lainnya yang sudah ada khususnya Barcode. Barcode merupakan teknologi Identifikasi yang cukup luas digunakan dan kini
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
10
BAB II Tinjauan Teoritis
mulai tergeser fungsinya oleh teknologi RFID. Sehingga, pembahasan RFID tidak
akan lepas dari keberadaan Barcode khususnya pada bidang manajemen barang
dan produk.[7]
2.3.1
Teknologi adalah kunci untuk mengatur perputaran barang dan produk,
Tipe Data
meski demikian terdapat gap antara dunia digital dengan dunia fisik. Suatu data mungkin dapat merepresentasikan keadaan objek secara fisik meskipun tidak
terhubung secara langsung terhadap objek tersebut. Suatu masukan data pada basis data yang menunjukkan bahwa barang tersimpan pada suatu lokasi suatu
(misal : gudang), pada dasarnya tak lebih dari hasil interaksi sekilas manusia. Interaksi tersebut telah berlangsung pada waktu lampau dan bersifat sementara. Meskipun demikian, basis data tersebut dianggap valid hingga pengecekan berikutnya (re-check). Kondisi
ini
pada
akhirnya
berubah
dengan
adanya Automatic
Identification(Auto-ID). Auto-ID merupakan komponen utama dalam otomasi identifikasi barang dengan lebih efisien dan real-time (waktu nyata). Dengan adanya Auto-Id , kemampuan updating basis data dapat dilakukan lebih cepat bahkanReal-Time. Auto-ID dapat dianggap sebagai usaha manusia untuk mengotomasi kegiatan identifikasi. 2.3.2
Barcode Barcode merupakan produk Auto-ID yang pertama kali digunakan secara
meluas terutama untuk identifikasi barang dan produk. Teknologi ini dimanfaatkan dengan menempelkan barang atau produk dengan suatu kode digital berbentuk label Barcode. Kode tersebut terhubung dengan basis data yang kemudian merepresentasikan keberadaan barang atau produk.
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
11
BAB II Tinjauan Teoritis
Gambar 2. 3 Label Barcode
Uniform Code Council (UCC) , konsorsium asosiasi perdagangan dan
distribusi makanan , mulai pengembangan untuk standarisasi barcode melalui Universal Product Code (UPC) pada tahun 1969. UPC pertama yang
dikembangkan bersifat linear atau 1 dimensi (gambar 2.1). Barcode hanya
menyimpan kode manufaktur dan informasi merek tetapi tidak menyimpan kode
unik yang berkorelasi terhadap produk itu sendiri. Hingga tahun 1974, lahir jenis Barcode yang bersifat 2 dimensi yang mempunyai kapasitas dalam menyimpan informasi jauh lebih banyak dan terdapat kode unik barang. Suatu sistem barcode terdiri dari 3 bagian, yaitu kode barcode, alat pembaca yang disebut Scanner dan basis data. Kode barcode biasanya berupa label yang menempel pada produk baik tercetak secara langsung pada bungkusproduk
maupun
produk. Scannnermerupakan
ditempel suatu
secara alat
manual baca
pada
muka
khusus
kode
barcode. Scanner dibangun dari sebuah perangkat optis semacam LED maupun Laser intensitas rendah dan sebuah antarmuka dengan basis data. Basis data berfungsi untuk menerima data yang dikirimkan oleh Scanner dan melakukan proses inisialisasi dan korelasi data terhadap barang yang dibaca.
Gambar 2. 4 Barcode 2 Dimensi
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
12
BAB II Tinjauan Teoritis
Permasalahan Barcode muncul ketika dilakukan identifikasi terhadap
produk menggunakan Scanner. Kadangkala, dan acapkali kita temui pengguna Scanner semacam di kasir swalayan memerlukan waktu yang tidak
sebentar untuk mengidentifikasi barang. Barang perlu dibolak-balik didepan scanner agar posisinya tepat untuk pembacaan. Akibatnya, banyak waktu
yang terbuang dan antrian pada kasir pun bertambah.[7]
2.3.3
Konstanta
Barcode sebagai teknologi identifikasi pada implementasinya telah
terbukti memberikan kontribusi efisiensi dan efektifitas cukup tinggi. Tetapi, hal
ini tak terlepas dari kelemahannya yaitu kendala optis yang cukup mengganggu. Kelemahan ini disebabkan oleh kharakteristik cahaya yang memerlukan kondisi tertentu untuk dapat digunakan. Setidaknya diperlukan kondisi tatap muka (Line of Sight –LOS), posisi pembacaan yang benar dan label kode yang bersih untuk pembacaan barcode yang sempurna. Bila salah satu kondisi tidak terpenuhi maka identifikasi akan gagal. Tabel 2. 2 Perbandingan kemampuan RFID dengan Barcode Barcode
RFID pasif
Kondisi Baca
Line of Sight (LOS)
Non-Los
Posisi baca
Vertikal atau horisontal Bebas, segala dengan toleransi tertentu kondisi memenuhi
Kecepatan Baca
Relative (2-5 detik)
< 100 milidetik per item
Jarak baca maksimum
± 7 cm (pendek)
± 30 cm (pendek) ± 3 m (menengah) ± 10 m (jauh)
Kemampuan
Baca saja
Baca tulis
Kapasitas memori
kecil
hingga 64kB atau lebih
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
dan/atau
13
BAB II Tinjauan Teoritis
Proses pembacaan
Per item, proses satu per satu
Kondisi buruk (debu, air )
Kemudahan duplikasi
Merusak label pembacaan error
Multi item (100 unit) per proses
barcode, Tidak berpengaruh
Mudah
hampir mustahil
Tabel tersebut sekaligus menegaskan keunggulan RFID dibanding dengan
Barcode.
RFID muncul sebagai media identifikasi otomasi yang mampu mengatasi
kelemahan teknologi Barcode. Hal ini dimungkinkan karena teknologi ini tidak
memanfaatkan medium optis melainkan menggunakan media udara melalui perantara Gelombang Elektromagnetik (GEM). GEM dapat menjalarkan suatu informasi melalui udara hampir tanpa kendala yang berarti. Oleh karenanya pada proses identifikasi RFID tidak disyaratkan hal-hal semacam Barcode. RFID tidak membutuhkan kondisi LOS, jarak baca lebih jauh (hingga lebih dari 10 m pada mode Backscatter), tidak dibutuhkan posisi pembacaan khusus dan mampu mengidentifikasi lebih dari 100 item per detik. Bahkan, barang atau media yang ingin diidentifikasi cukup sekilas melewati suatu alat pembaca (baca: Reader) dan media tersebut sudah dapat diidentifikasi. Teknologi RFId memanfaatkan komponen chip memori yang mampu menampung informasi lebih banyak. Apalagi mengingat teknologi ROM (Read Only Memory) yang telah sampai pada kemampuan tulis dan baca secara elektrik , EEPROM. Maka, tidaklah mengherankan bila teknologi RFID mampu tidak sekedar membaca kode tetapi bahkan menyimpan kegiatan transaksi pada memori. Selain itu, kapasitas memori sebuah Transponder pun memungkinkan bervariasi dari kapasitas 64 bit , yang berisi kode unik saja, hingga 64kB yang mampu menyimpan kegiatan transaksi hingga orde ratusan. Teknologi RFID mengadopsi teknologi akses jamak untuk mendukung kemampuan pembacaan multi tag. Dengan teknologi tersebut, beberapa transponder dapat diidentifikasi, diproses secara simultan. Sehingga, pemakaian
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
14
BAB II Tinjauan Teoritis
teknologi ini cukup praktis. Pembacaan barang-barang dapat dilakukan secara
simultan dan bahkan tanpa perlu campur tangan manusia karena penggunaan
media GEM.
Alasan yang cukup kuat kenapa RFID lebih unggul daripada Barcode
imunitasnya terhadap kondisi lingkungan buruk. Berbeda dengan Barcode adalah
yang terpengaruh kondisi lingkungan semacam air, debu dan kondisi buruk
lainnya, suatu transponder terbebas dari pengaruh tersebut. Pembacaan berjalan lancar baik pada kondisi terburuk dengan menggunakan teknologi RFID. Hal ini
tentunya melegakan bagi pemakai teknologi identifikasi khususnya barcode yang
ingin bermigrasi pada teknologi RFID.
Umumnya, penulisan kode barcode dilakukan pada sebuah media tertentu dengan cara cetak yang dapat dilihat secara langsung. Kode dengan jelas terpampang dalam pola-pola tertentu yang sangat mudah ditiru. Kondisi demikian, cukup rentan terhadap pembobolan dan duplikasi. Apalagi bila aplikasi diterapkan pada bidang Access Control, yaitu pembatasan akses pada ruang tertentu berdasar hak yang dimilikinya. Teknologi RFID mempunyai kemampuan enkripsi baik dari sisi kanal RF maupun memori. Duplikasi tidak dengan mudah dapat dilakukan meskipun mungkin. Setidaknya dalam beberapa level, teknologi RFID mampu memberikan jaminan keamanan dibandingkan Barcode. Implementasi teknologi RFID tidak terbatas pada bidang identifikasi barang,
melainkan
dapat
diterapkan
hampir
disemua
jenis
otomasi
identifikasi. Beberapa diantaranya adalah Access Control, E-payment, Identifikasi hewan, dan Anti pencuri. 2.3.4
Komponen utama RFID RFID sebagai teknologi identifikasi mempunyai 2 komponen utama, yaitu
Reader dan Transponder (umum suatu
media
yang
dikenal
menyimpan
kode
sebagai Tag). Transpondermerupakan unik
yang
digunakan
sebagai
identifikasi. Transponder ditempelkan pada media yang ingin diidentifikasi. Sedangkan Reader merupakan perangkat yang digunakan untuk mengekstrak kode unik yang tersimpan pada Transponder.
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
15
BAB II Tinjauan Teoritis
Gambar 2. 5 Tag RFID
Gambar 2. 6 Transponder Transponder pada dasarnya merupakan suatu perangkat komunikasi Radio. Sebuah Transponder dapat berupa pemancar dan penerima (Transceiver : Transmitter -Receiver) gelombang Radio. Meski dapat pula suatu transponder hanya berupa perangkat pancar gelombang radio. Pemilihan teknologi ini tergantung jenis mode komunikasi yang digunakan. Pada mode Read-Only,yaitu mode dimana hanya melibatkan kegiatan baca saja dan tidak melakukan kegiatan tulis, transponder umumnya hanya berupaTransmitter karena tidak diperlukan pengiriman informasi untuk ditulis Tag oleh Reader. Sedangkan pada mode ReadWrite dapat dipastikan transponder adalah suatu transceiver. Tag mampu menerima perintah dan bahkan informasi dari Reader untuk kemudian dieksekusi maupun disimpan. Sistem RFId dengan transponder bersifat transciever dapat menerapkan teknologi akses jamak, yaitu kemampuan untuk melakukan pembacaan 2 atau lebih transponder pada masa yang sama. Teknologi ini selain meningkatkan
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
16
BAB II Tinjauan Teoritis
efisiensi proses pembacaan juga dapat memastikan tidak adanya kesalahan baca
pada saat terdapat lebih dari 1 kartu pada daerah baca.
Gambar 2. 7 Ukuran Tag RFID Sebagai perangkat komunikasi radio, Transponder dapat dibangun dalam ukuran yang kecil dan tipis. Kondisi ini dimungkinkan oleh karena transponder memanfaatkan teknologi radio yang cukup sederhana dan juga proses produksi transponder yang memanfaatkan teknologi silikon. Hingga saat ini, transponder dapat diproduksi hingga setipis label kertas. Umumnya, suatu transponder diproduksi dalam bentuk yang kompak tanpa menggunakan baterai disebut sebagai Transponder pasif. Pasif disini diartikan sebagai kondisi dimana tidak adanya elemen pemberi energi internal semacam baterai. Sebagai gantinya, energi didapat dari udara melalui ekstraksi GEM oleh Transponder. Reader senantiasa diradiasikan oleh Reader untuk memastikan radiasi GEM cukup untuk mengoperasikan Transponder. Transponder mempunyai berbagai macam jenis, rupa dan bentuk . Umumnya, bentuk ini disesuaikan dengan fungsi dari Transponder tersebut. Selain itu juga dipengaruhi oleh parameter-parameter gelombang radio yang digunakan, pemilihan frekuensi khususnya akan berdampak langsung pada jenis antena dan dimensi yang harus digunakan. Sebagai contoh, pada range Low Frequency (LF) dan High Frequency (HF) umumnya digunakan antena berbentuk loop dengan jumlah putaran tertentu. Sedangkan pada range Ultra High Frequency (UHF) digunakan antenna Dipole λ/2. Akibatnya, mau tidak mau , dimensi antenna akan memberikan implikasi terhadap bentuk dan ukuran transponder.
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
17
BAB II Tinjauan Teoritis
Belum lagi pemilihan terhadap kemampuan jarak baca perangkat yang
menentukan apakah digunakan komponen pencatu aktif atau tidak. Suatu
transponder dengan pencatu aktif akan menuntut dimensi transponder yang lebih besar dan tebal.[7]
2.4
Mikrokontroller ATMega 8535
Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan
transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat
diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan microprocessor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggi serta dalam bidang pendidikan. Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya), Microcontroller hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan Pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAMnya yang besar artinya program control disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk registerregister yang digunakan pada Microcontroller yang bersangkutan. Microcontroller ATmega8535 merupakan salah satu keluarga dari MCS51 keluaran Atmel. Jenis Microcontroller ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan.
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
18
BAB II Tinjauan Teoritis
Pada prinsipnya program pada Microcontroller dijalankan bertahap, jadi
pada program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu
dijalankan secara bertahap atau berurutan. Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh microcontroller ATmega8535 adalah sebagai berikut :
1. Saluran I/O sebanyak 23 buah terbagi menjadi 3 port 2. ADC sebanyak 6 saluran dengan 4 saluran 10 bit dan 2 saluran 8 bit
3. Tiga
buah
timer
counter,dua
diantaranya
memiliki
fasilitas
embanding.
4. CPU dengan 32 buah register.
5. EEPROM sebesar 512 byte. 6. Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan buah jalur I/O 7. Memori flash sebesar 8K bites system Self-progamable Flash 8. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada frekuensi 16 MHz.
2.4.1
Kontruksi ATMega8535 Microcontroller ATmega8535 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1
resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 micro-fard dan resistor 10 kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian riset ini ATmega8535 otomatis diriset begitu rangka ian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja Microcontroller.
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
19
BAB II Tinjauan Teoritis
Memori merupakan bagian yang sangat penting pada Microcontroller.
Microcontroller memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.
Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC
kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.
Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.
Ada berbagai jenis ROM. Untuk Microcontroller dengan program yang
sudah baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC Microcontroller dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu Microcontroller menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau ProgrambleEraseable ROM yang disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UVEPROM (Ultra Violet Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah. Jenis memori yang dipakai untuk memori program ATmega8535 adalah flash PEROM, program untuk mengendalikan Microcontroller diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai ATmega8535 flash PEROM Programmer. Memori data yang disediakan dalam chip AT*(S51 sebesar 128 kilo byte meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup. ATmega8
dilengkapi
UART
(Universal
Asyncronous
Receiver/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor 2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0 dan T1 dipakai.
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
20
BAB II Tinjauan Teoritis
ATmega8
mempunyai
enam
sumber
pembangkit
interupsi,
dua
diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1.
Kedua kaki ini berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.
Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang
secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register (SFR).
2.4.2
Pin-Pin pada Microcontroller ATmega8535
Gambar 2. 8 Pin pin Mikrokontroller ATMega 8535
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
21
BAB II Tinjauan Teoritis
Deskripsi pin-pin pada Microcontroller ATmega8535 :
4,5 – 5,5V untuk ATmega8 dan 2,7 – 5,5V untuk ATmega8
VCC Suplai tegangan digital. Besarnya tegangan berkisar antara
GND Ground. Referensi nol suplai tegangan digital.
PORTB(PB7..PB0)
PORTB
adalah
port
I/O
dua-arah
(bidirectional) 8-bit dengan resistor pull-up internal yang dapat
dipilih. Buffer keluaran port ini memiliki karakteristik yang
simetrik ketika digunakan sebagai source ataupun sink. Ketika
digunakan sebagai input, pin yang di pull-low secara eksternal akan
memancarkan arus jika resistor pull-up-nya diaktifkan. Pin-pin PORTB akan berada pada kondisi tri-state ketika RESET aktif, meskipun clock tidak running.
PORTC(PC5..PC0)
PORTC
adalah
port
I/O
dua-arah
(bidirectional) 7-bit dengan resistor pull-up internal yang dapat dipilih. Buffer keluaran port ini memiliki karakteristik yang simetrik ketika digunakan sebagai source ataupun sink. Ketika digunakan sebagai input, pin yang di pull-low secara eksternal akan memancarkan arus jika resistor pull-up-nya diaktifkan. Pin-pin PORTC akan berada pada kondisi tri-state ketika RESET aktif, meskipun clock tidak running.
PC6/RESET Jika Fuse RSTDISBL diprogram, maka PC6 berfungsi sebagai pin I/O akan tetapi dengan karakteristik yang berbeda dengan PC5..PC0. Jika Fuse RSTDISBL tidak diprogram, maka PC6 berfungsi sebagai masukan Reset. Sinyal LOW pada pin ini dengan
lebar
minimum
1,5
mikrodetik
akan
membawa
mikrokontroler ke kondisi Reset, meskipun clock tidak running.
PORTD(PD7..PD0)
PORTD
adalah
port
I/O
dua-arah
(bidirectional) 8-bit dengan resistor pull-up internal yang dapat dipilih. Buffer keluaran port ini memiliki karakteristik yang
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
22
BAB II Tinjauan Teoritis
simetrik ketika digunakan sebagai source ataupun sink. Ketika
digunakan sebagai input, pin yang di pull-low secara eksternal akan
memancarkan arus jika resistor pull-up-nya diaktifkan. Pin-pin
PORTD akan berada pada kondisi tri-state ketika RESET aktif,
meskipun clock tidak running.
RESET Pin masukan Reset. Sinyal LOW pada pin ini dengan lebar minimum 1,5 mikrodetik akan membawa mikrokontroler ke
kondisi Reset, meskipun clock tidak running. Sinyal dengan lebar
kurang dari 1,5 mikrodetik tidak menjamin terjadinya kondisi
Reset.
AVCC AVCC adalah pin suplai tegangan untuk ADC, PC3..PC0, dan ADC7..ADC6. Pin ini harus dihubungkan dengan VCC, meskipun ADC tidak digunakan. Jika ADC digunakan, VCC harus dihubungkan ke AVCC melalui low-pass filter untuk mengurangi noise.
AREF Pin Analog Reference untuk ADC.
ADC7..ADC6 Analog input ADC. Hanya ada pada ATmega8 dengan package TQFP dan QFP/MLF.
Port 3 (Pin 10 – pin 17) Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masingmasing, yaitu sebagai berikut : P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal) P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0) P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1) P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori) P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
23
BAB II Tinjauan Teoritis
RST (pin 9) Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
ALE/PROG (pin 30) Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori
eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama
memprogam Flash.
PSEN (pin 29) Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.
EA (pin 31) Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.
2.5
XTAL1 (pin 19) Input untuk clock internal.
XTAL2 (pin 18) Output dari osilator.[2]
Modulasi Digital Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit
stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang dikandungnya. Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi). Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim ke penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam atau optik) atau non fisik (gelombang-gelombang radio). Pada dasarnya dikenal 3 prinsip atau sistem modulasi digital yaitu:
Amplitude Shift Keying (ASK) atau pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran amplitude, merupakan suatu metoda modulasi dengan
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
24
BAB II Tinjauan Teoritis
mengubah-ubah amplitude. Dalam proses modulasi ini kemunculan
frekuensi gelombang pembawa tergantung pada ada atau tidak adanya sinyal informasi digital.
Frequency Shift Keying (FSK) atau pengiriman sinyal melalui
penggeseran frekuensi. Metoda ini merupakan suatu bentuk modulasi yang
memungkinkan
gelombang pembawa. Teknik FSK adalah mengubah pulsa-pulsa biner
gelombang
modulasi
menggeser
frekuensi
output
menjadi gelombang harmonis sinusoidal. Untuk logic 0 diubah menjadi frekuensi fs (space frequency) dan logic 1 menjadi Fm (mark frequency).
Diagram blok modulator FSK dan bentuk – bentuk fs dan fm untuk beberapa logic 0 dan 1 yang dapat dilihat pada gambar dan VCO (Voltagecontrolled Oscillator) adalah modulator FSK.[3]
Gambar 2. 9 Gambaran umum FSK
Phase Shift Keying (PSK) atau pengiriman sinyal melalui pergeseran fasa. Metoda ini merupakan suatu bentuk modulasi fasa yang memungkinkan fungsi pemodulasi fasa gelombang termodulasi di antara nilai-nilai diskrit
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
25
BAB II Tinjauan Teoritis
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses modulasi ini fasa dari
frekuensi gelombang pembawa berubah-ubah sesuai denganperubahan status sinyal informasi digital. Dua jenis modulasi PSK yang sering kita
jumpai yaitu : BPSK QPSK
Bastian Agus Priyana (091331004) Laporan Tugas/Proyek Akhir Tahun 2012
26