BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Sikap,
persepsi,
dan
partisipasi
adalah
yang
menunjang
dan
melatarbelakangi ukuran sebuah respon. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada susatu fenomena tertentu (Sobur, 2003 :359). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu : a.
Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.
b.
Sasaran respon tersebut berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat- sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan- tindakan, dan ciri- ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.
c.
Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Sarwono, 1991 :35). 21
Universitas Sumatera Utara
Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang- bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat. Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap dan tindakan. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu : 1.
Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.
2.
Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.
3.
Tindakan atau partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut (http://id.shovoong.com diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 10.15).
2.2 Persepsi Persepsi secara etimologi dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipare, yang artinya menerima atau mengambil. Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Analisis tersebut menunjukan bahwa persepsi merupakan pemahaman individu atau masyarakat pada suatu objek yang masih berada pada pemikirannya (Sobur, 2009). 22
Universitas Sumatera Utara
Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap suatu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya. Proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu : a.
Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b.
Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.
c.
Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/ sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan yang tersembunyi.
23
Universitas Sumatera Utara
2.3 Sikap Sikap adalah suatu organisasi yang megandung pendapat, perasaan dan keyakinan tentang suatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk berperilaku (Walgito, 2000:57). Sikap dalam diri seseorang memberikan kesiapan dalam dirinya untuk merespon hal- hal yang dianggap benar atau salah terhadap obyek atau situasi tertentu. Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu. Sikap
dapat
dilihat
melalui
penilaian,
penerimaan/penolakan,
mengharapkan/ menghindari suatu objek tertentu. a.
Penilaian adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang bagaimana menilai objek tersebut.
b.
Penerimaan atau penolakan adalah berhuhubungan dengan rasa senang/ tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai yang dimiliki.
c.
Mengharapkan/ menghindari adalah kesiapan seseorang bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya (Walgito, 2000:97). Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu, maka
akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan,
24
Universitas Sumatera Utara
kecurigaaan dan prasangka, pemahaman yang mendetail, ide- ide, rasa takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui : a.
Penerimaan atau penolakan
b.
Penilaian
c.
Suka atau tidak suka
d.
Kepositifan atau kenegatifan suatu objek. Selanjutnya disebutkan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai
objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan lain sebagainya) dan megandung penilaian (suka- tidak suka; setuju- tidak setuju) (Sobur, 2003:355). Pendapat lain mengenai garis besar tentang sikap, yaitu: a.
Sikap merupakan pengalaman subjektif
b.
Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan
c.
Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai
d.
Sikap bisa diungkapkan melalui bahasa
e.
Ungkapan sikap pada dasarnya bisa dipahami
f.
Sikap setiap orang bisa sama dan bisa juga tidak sama
g.
Sikap berubungan dengan perilaku sosial (Ahmadi dalam Bangun 2013).
2.4 Partisipasi Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orangorang atau anggota masyarakat aktif menyumbang aktifitas dan inisiatifnya dalam usaha menigkatkan kualitas hidupnya (Sobur, 2003: 450). Walgito juga
25
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan bahwa partisipasi berasal dari bahasa Inggris participate yang artinya mengikutsertakan atau ikut mengambil bagian. Secara umum partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta atau keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah (Walgito, 2000: 68). Partisipasi dapat timbul dengan melihat persepsi, sikap, dan respon. Adanya partisipasi merupakan keuntungan yang dapat diperoleh antara lain : a.
Mampu merangsanng timbulnya swadaya masyarakat yang merupakan dukungan penting bagi masyarakat.
b.
Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat dalam membangun.
c.
Pelaksanaan pembangunan semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
d.
Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas meskipun dengan dana yang terbatas.
e.
Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat pada pemerintah (Ahmadi dalam Bangun 2013).
26
Universitas Sumatera Utara
2.5 Masyarakat Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila anggota- anggota sesuatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yang utama. Kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Sebagai suatu perumpaan, kebutuhan seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama- sama rekan lainnya yang sesuku. Kriteria yang utama suatu masyarakat setempat adalah adanya social relationships antara anggota suatu kelompok. Mengambil pokok- pokok uraian diatas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada
bagian
masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam arti geografis. Batasbatas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Secaras singkat dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar- dasar daripada masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat setempat tersebut. Empat kriteria dari klasifikasi masyarakat setempat, yaitu : a.
Jumlah penduduk
b.
Luas, kekayaan dan kepadatan pendudk daerah pedalaman
27
Universitas Sumatera Utara
c.
Fungsi- fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
d.
Organisasi masyarakat setemapat yang bersangkutan ( Soekanto : 1990). Definisi masyarakat yang lain dikemukakan oleh :
1.
Linton ( ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas- batas tertentu.
2.
Melville J. Herskovits menulis, bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasi untuk mengikuti suatu cara hidup tertentu.
3.
J.L Gilin J.P Gilin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokanpengelompokan yang kecil.
4.
Mac. Iver menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem daripada cara kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok- kelompok dan pembagian- pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan- jaringan dari relasi itulah yang dinamakan masyarakat.Ditambahkan bahwa unsur masyarakat adalah : a.
Harus ada kelompok atau pengumpulan manusia.
b.
Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah tertentu. 28
Universitas Sumatera Utara
c.
Adanya aturan (undang- undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita- cita yang sama (Hartomo dan Azis dalam Bangun 2013).
2.6 Narkoba Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No. SE/ 03/IV/ 2002, merupakan akronim dari narkotika, psykotropika dan bahan- bahan adiktif lainnya. Narkoba yakni zat- zat kimiawi yang jika dimasukan kedalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah pikiran, suasana hati, ataupun perasaan dan perilaku seseorang. 1.
Narkotika Menurut Undang- Undang No. 35 Tahun 2009. Narkotika adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan. Jenis- jenis narkotika yang sering disalahgunakan yaitu ganja, heroin, morfin, kodein dan lain- lain.
2.
Psikotropika
Menurut Undang- Undang No. 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang 29
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Jenis psikotropika yang sering disalahgunakan adalah ekstasy, shabu- shabu dan lain- lain.Dalam penjelasan umum Undang- Undang No. 5 Tahun 1997 disebutkan bahwa psikotropika terbagi menjadi 4 golongan. Dengan berlakunya Undang- undang No. 35 Tahun 2009 maka Undang- Undang No. 5 Tahun 1997 beserta lampirannya masih berlaku, kecuali lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I.
3.
Zat adiktif Adalah bahan- bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus. Apabila dihentikan akan timbul efek putus zat diantaranya rasa sakit atau lelah yang luar biasa. Jenis zat adiktif yang sering disalahgunakan adalah amfetamine, amobarbital, minuman beralkohol, tembakau dan bahan pelarut (Zulkarnain,2004:13-24). Dampak yang disebabkan karena pemakaian narkoba, yaitu :
1.
Terhadap pribadi atau individu a. Narkotika dapat merubah kepribadian si korban secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap apa atau siapapun. b. Menimbulkan sikap bodoh sekalipun terhadap dirinya, seperti tidak lagi memperhatikan pakaian, tempat dimana ia tidur dan sebagainya. 30
Universitas Sumatera Utara
c. Semangat belajar menjadi menurun dan suatu ketika bisa saja si korban bersikap seperti orang gila karena reaksi dari penggunaan obat tersebut. d. Tidak ragu untuk mengadakan hubungan seks secara bebas karena pandangannya terhadap norma- norma masyarakat, hukum dan agama sudah mulai longgar. e. Menjadi pemalas bahkan hidup santai. f. Tidak segan- segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat ketergantungan terhadap obat bius. 2.
Terhadap Keluarga a. Tidak segan mencuri uang atau bahkan menjual barang- barnag dirumah yang bisa diuangkan. b. Tidak menjaga sopan santun dirumah bahkan melawan kepada orangtua. c. Kurang meghargai harta milik yang ada di rumah, seperti mengendarai kendaraan dengan ugal- ugalan. d. Mencemarkan nama keluarga dan keharmonisan keluarga sirna. e. Kerugian material (membeli dan mengobati).
3.
Terhadap masyarakat a. Berbuat tidak senonoh (mesum) dengan orang lain, yang berakibat tidak saja bagi diri yang berbuat melainkan mendapat hukuman masyarakat yang berkepentingan. b. Mengambil milik orang lain demi memperoleh uang untuk membeli atau mendapatkan narkoba. 31
Universitas Sumatera Utara
c. Mengganggu ketertiban umum, seperti mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi. d. Melakukan tindak kekerasan baik fisik, psikis maupun seksual. e. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum antara lain tidak menyesal apabila berbuat kesalahan. 4.
Terhadap bangsa dan negara a. Hilangnya generasi muda (lost generation). b. Kualitas generasi menurun. c. Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa pada gilirannya mudah untuk dipengaruhi oleh kepentingan- kepentingan yang menjadi ancaman terhadap ketahanan nasional dan stabilitas nasional. d. Negara terjajah kembali (Zulkarnain, 2014: 20-21).
2.7 Penyalahgunaan Narkoba Permasalahan narkoba di Indonesia jika dikaitkan dengan posisi geografis dan perkembangan hasil- hasil pembangunan, maka kewaspadaan terhadap ancaman ini harus diantisipasi. Penanggulangan bahaya yang ditimbulkan atas penyalahgunaan narkoba harus didekatkan dengan pedoman falsafah bangsa, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta ketentuan Peraturan PerundangUndangan Nasional yang ada, disamping ketentuan- ketentuan internasional yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, menurut A. Qirom Syamsudin Meilala
32
Universitas Sumatera Utara
bahwa secara umum untuk menanggulangi permasalahan anak dan remaja dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1.
Cara moralistik, dengan menyebarluaskan ajaran- ajaran agama dan norma, perundang- undangan yang baik dan sarana- sarana lain yang dapat mengekang nafsu untuk kembali ke narkoba. Sistem ini hendaknya mendapat perhatian khusus, baik oleh orang tua sendiri, apalagi bagi para ahli yang bersangkutan dan begitu juga dengan pemerintah.
2.
Cara abilisionistik, yaitu dengan memberantas sebab- sebab terjadinya penyalahgunaan narkoba, misalnya telah diselidiki bahwa faktor ekonomi (kemiskinan dan kesejahteraan) merupakan penyebabnya maka usaha mencapai kesejahteraan dan kemakmuran adalah mengurangi tindakan penyalahgunaan narkoba.
3.
Preventif, yaitu untuk menghindari penyalahgunaan narkoba jauh sebelum rencana menyalahgunakan narkoba itu tejadi dan terlaksana. Tindakan preventif ini adalah berupa memberikan kesibukan yang berarti pada anakanak, karena memasukan kedalam kursus- kursus keteramoila, pendidikan keagamaan dan lain- lain. Selain tiga upaya yang telah dijelaskan di atas, terdapat jalur- jalur upaya
yang lebih efektif, yaitu : 1.
Upaya preventif, artinya terhadap penyalahgunaan narkoba dilakukan dengan cara integral dan dinamis antara unsur- unsur aparat dan potensi masyarakat.
2.
Upaya represif, upaya penegakan hukum terhadap mereka yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. 33
Universitas Sumatera Utara
3.
Upaya pengendalian dan pengawasan, artinya penggunaan narkoba bagi kepentingan pengobatan sampai saat ini belum diperlukan. Oleh karenanya penggunaan
yang
dilakukan
untuk
pengobatan
diperlukan
upaya
pengendalian dan pengawasan (Gultom, 2014 : 132-133). Menurut Ny. Jeanne mandagi dan M. Wresniwiro sistem penanggulangan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dengan cara : 1.
Upaya pencegahan Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dengan cara integral dan dinamis antara unsur- unsur aparat dan potensi masyarakat, upaya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk mengubah sikap dan perilaku serta cara berpikir dari kelompok masyarakat yang mudah mempunyai kecenderungan manyalahgunakan narkotika dn psikotropika. Menurut Soedjono dirdjosisworo bahwa usaha- usaha penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dalam bentuk upaya- upaya prefentif, represif dan kuratif. Usaha- usaha tersebut antara lain : Inpres serta kerjasama antara instansi- instansi yang bersangkutan (preventif dan represif); kerjasama dengan luar negeri (preventif dan kuratif); penyempurnaan fasilitas dan perlengkapan (preventif, represif dan kuratif), peningkatan kemampuan aparatur penegak hukum dan meningkatkan pembinaan edukatif. Melindungi masyarakat terutama generasi muda dari penyalahgunaan narkoba yaitu dengan cara mengaktifkan kemampuan masyarakat dalam hal 34
Universitas Sumatera Utara
penerangan dan penyuluhan tentang masalah bahaya narkotika dan psikotropika. Pembinaan dilakukan dalam dua bidang, yaitu pembinaan kedalam dan pembinaan keluar. Pembinaan kedalam dilakukan unutk meningkatkan mutu para petugas, mereka yang mengabdikan diri dan mereka yang dipandang mampu untuk melaksanakan tugas penanggulangan masalah narkotika dan psikotropika sebagai masalah nasional. Sedangkan pembinaan keluar
adalah
kegiatan
melaksanakan
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
pendidikan
pencegahan
dengan menuruti syarat dan
caranya. 2.
Upaya pengendalian dan pengawasan Upaya pengendalian dan pengawasan, yaitu penggunaan narkotika dan psikotropika bagi kepentingan pengobatan sampai saat ini masih diperlukan. Oleh karena itu, penggunaan yang dilakukan untuk pengobatan diperlukan pengendalian dan pengawasan.
3.
Upaya penindakan atau represif Penindakan atau represif adalah upaya penegakan hukum tehadap mereka yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Upaya penindakan atau represif yaitu penyalahgunaan narkotika dan psikotropika merupakan perbuatan pidana sebab dapat mengakibatkan dampak politis, ekonomi, sosial budaya ataupun menjaga kondisi kamtibmas demi kestabilan nasional.
35
Universitas Sumatera Utara
4.
Pengobatan dan rehabilitasi Seseorang yang menyalahgunakan narkoba hendak diobati maka pasti akan menghadapi kesulitan yang besar sekali. Kemungkinan hasilnya akan mengecewakan, boleh disebut hampir tidak membawa hasil jarena data- data menunjukan bahwa 90 % dari mereka akan kembali menjadi pengguna. Namun demikian, rehabilitasi tetap diadakan karena didororng atas dasar pemikiran yaitu ketagihan. Ketagihan merupakan salah satu penularan infeksi. Tidak ada pengobatan yang memungkinkan karena itu para pecandu diisolasi. Membuat ketagihandan penyalahgunann menjadi ilegal, akan menimbulkan masalah atau problema. Ketagihan adalah penyakit mental yang memerlukan pengawasan, bertitik tolak dari perikemanusiaan (Gultom, 2014 : 133-135).
2.8 Pola Peredaran Narkoba Perkembangan transaksi narkoba di Jakarta tahun 2000 setiap harinya diperkirakan 1,3 milyar rupiah yang diimpor secara gelap dari mancanegara. Sindikat jaringan pengedar sangat dideteksi oleh aparat Bea Cukai. Diperkirakan masuknya narkoba dari mancanegara tidak dapat dituntaskan mengingat adanya negara di kawasan Asia yang mengandalkan ekspornya dari jenis- jenis narkoba. Disamping itu wilayah Indonesia bertetangga dengan negara Australia yang menjadi negara tujuan pemasaran setelah transit terlebih dahulu di bandara internasional Indonesia, setidaknya waktu transit dimungkinkan pengedar mengupayakan Narkoba yang tertinggal.
36
Universitas Sumatera Utara
Organisasi sindikat obat bius sekarang ini sangat rapih dan beroperasi dari beberapa negara. Mereka memanfaatkan pengawasan perbatasan yang lemah, karena banyak kapal yang beroperasi melewati laut tanpa pengawasan. Methampetamine akhir- akhir ini diproduksi langsung dalam jumlah besar di Indonesia, tapi banyak juga yang didatangkan lewat Cina,Filipina dan Iran. Pintu masuk utama ke Indonesia adalah pelabuhan- pelabuhan di Jakarta, Batam, Surabaya dan Denpasar. Crystalline Methampetamine terutama masuk dari Malaysia,
dan
diselendupkan
ke
Aceh,
Medan
dan
daerah
lain
di
Sumatera(http://www.dw.com/id/pbb-indonesia-salah-satu-jalur-utamapenyelundupan-narkoba/a-18252054 diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.20). Berbagai kajian yang dilakukan pemerhati masalah Narkoba disimpulkan bahwa pola peredaran narkoba sangat bervariasi, yakni : 1.
Lewat paket pos yang dikirim dari mancanegara kepada seseorang di negara tujuan
dengan
menggunakan
nama
alibi/alias,
guna
menghindari
tertangkapnya si pemesan. Jika barang tersebut lulus dari sensor atau pengawasan aparat, Narkoba yang dalam paket sampai ketangan pengedar / bandar. 2.
Lewat orang yang diberi gaji atau upah dengan membawa secara langsung yang tersimpan didalam kas/ koper yang telah dikemas sampai tidak terdeteksi alat sensor di pelabuhan udara.
3.
Memperalat wanita Indonesia sebagai isteri dengan tujuan dengan memudahkan keluar masuk Indonesia (orang Nigeria banyak memperistri 37
Universitas Sumatera Utara
wanita Indonesia dan tempat tinggal di pemukiman penduduk dan bersifat sosial kepada masyarakat sekitarnya). Narkoba yang berhasil lolos selanjutnya diberikan kepada bandar kemudian diberikan kepada pengedar yang bertemu langsung dengan konsumen (Zulkarnain, 2004 :46-47). 2.9 Posko Terpadu Posko adalah singkatan dari Pos Komando. Posko terpadu yang terdapat di Kampung Kubur Lingkungan I Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan terdiri dari 6 titik Posko. Posko ini di didirikan pada 8 Januari 2016 setelah pihak Kepolisian Kota Medan bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan, BNNP SUMUT, Tentara Nasional Indonesia dan LSM melakukan penggerebekan di kawasan Kampung Kubur. Dimana Posko I terletak di Gang Erlangga, Posko II di Gang Peristiwa, Posko III di Gang Taruma, Posko IV di Jalan Zainul Arifin tepatnya disebelah jembatan Kampung Kubur dan dua Posko lainnya berada didalam kampung. Kebijakan awal Pemerintah Kota Medan untuk keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur adalah selama 3 bulan. Dalam waktu yang ditentukan apabila masyarakat Kampung Kubur belum berdaya maka keberadaan Posko Terpadu akan diperpanjang sesuai dengan kebutuhan warga.Setiap Posko di jaga 24 jam oleh pihak Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia Kodim 0201/BS, BNNP SUMUT, LSM dan Pemerintah kota Medan. Tugas instansi ini selain menjaga Posko Terpadu memiliki kegiatan lain, seperti pemberian program pemberdayaan bagi masyarakat Kampung Kubur seperti home industry yang memberdayakan 38
Universitas Sumatera Utara
ibu- ibu untuk membuat aneka makanan dan kerajinan tangan.Pemerintah Kota Medan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata memberikan tempat untuk penjualan hasil program pemberdayaan seperti dodol, tempe, kue- kue dan kerajinan lainnya. Dinas Pendidikan memberikan beasiswa bagi masyarakat kurang mampu untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan. 2.10 Kerangka Pemikiran Permasalahan narkoba di Indonesia saat ini mengalami peningkatan mulai dari penyalahgunaan narkoba hingga peredaran gelap narkoba. Pemerintah, Lembaga Penegak Hukum dan LSM gencar melakukan penangkapan terhadap penyalahguna narkoba, pengedar dan bandar besar. Berbagai usaha dilakukan untuk
pembasmian peredaran narkoba agar jangan sampai menjerat generasi
bangsa mulai dari upaya preventif, represif, pengobatan dan rehabilitasi. Upaya preventif di Kampung Kubur Lingkungan I Kelurahan
Petisah
Tengah Kecamatan Medan Petisah diaplikasikan dalam bentuk kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, upaya represif dengan menangkap pengedar dan bandar lalu menyerahkan pada pihak berwajib, upaya pengobatan dan rehabilitasi dengan memfasilitasi masyarakat yang ingin menyembuhkan diri terhadap ketergantungan narkoba tanpa harus menanggung sanksi hukum. Program Kepolisianuntuk mendirikan enam Posko Terpadu bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan, TNI, BNNP SUMUT dan LSM dalam melaksanakan
berbagai
kegiatan
pemberantasan
narkoba
dan
program
pemberdayaan, respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu sangatlah diperlukan untuk melihat apakah program ini mengundang partisipasi masyarakat 39
Universitas Sumatera Utara
di Kampung Kubur. Adapun skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan Alur Pikir
RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN POSKO TERPADU DI KAMPUNG KUBUR
Persepsi
Sikap
a. Pengetahuan masyarakat atas keberadaan Posko Terpadu
a. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu
b. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan keberadaan Posko Terpadu
b. Apakah masyarakat menerima atau menolak keberadaan Posko Terpadu
c. Pemahaman masyarakat terhadap informasi yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu
c. Apakah masyarakat mengharapkan atau tidak keberadaan Posko Terpadu
Positif, Netral, Negatif
Partisipasi a. Keikutsertaa n masyarakat dalam menikmati manfaat program Posko Terpadu b. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh Posko Terpadu
40
Universitas Sumatera Utara
2.11 Definisi Konsep Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:38). Peneliti dapat memberikan batasan mengenai konsep- konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan konsep penelitian yang digunakan. Adapun batasan konsep di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Respon
diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang berwujud baik
sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. 2.
Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap suatu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
3.
Sikap adalah
keadaan dalam diri seseorang yang memberikan kesiapan
dalam dirinya untuk merespon hal- hal yang dianggap benar atau salah terhadap obyek atau situasi tertentu. 4.
Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang- orang atau anggota masyarakat aktif menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.
41
Universitas Sumatera Utara
5.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokan- pengelompokan yang kecil.
6.
Posko Terpadu adalah tempat yang difungsikan untuk
bergabungnya
berbagai instansi seperti Kepolisian Kota Medan, Pemerintah Kota Medan, Tentara Nasional Indonesia Kodim 0201/BS,
BNNP SUMUT dan LSM
dalam proses pemberantasan narkoba dan pemberdayaan masyarakat Kampung Kubur. 2.12 Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian sehingga dapat diukur transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata. Definisi operasional adalah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Perumusan definisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsepkonsep, baik berupa objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep- konsep penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011:141). Respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur dapat diukur dari : a.
Persepsi masyarakat atas keberadaan Posko Terpadu dapat diukur dari : 1.
Pengetahuan masyarakat tentang keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur.
42
Universitas Sumatera Utara
2.
Pengetahuan masyarakat tentang siapa saja pihak yang tergabung dalam Posko Terpadu.
3.
Pengetahuan masyarakat tentang
fungsi, manfaat dan tugas
Posko
Terpadu di Kampung Kubur. 4.
Pemahaman masyarakat atas informasi yang diberikan oleh Tim Posko Terpadu.
b.
Sikap masyarakat terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh
Tim Posko
Terpadu di Kampung Kubur : 1.
Penilaian masyarakat tentang keberadaan Posko Terpadu.
2.
Penilaian masyarakat tentang kegiatan yang dilaksanakan Posko Terpadu
3.
Penolakan atau penerimaan adalah berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu.
4.
Masyarakat mengharapkan atau tidak mengharapkan adalah kesiapan masyarakat dalam bertingkah laku yang berhubungan dengan keberadaan Posko Terpadu.
c.
Partisipasi masyarakat atas keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur 1. Keikutsertaan masyarakat dalam menikmati keberadaan Posko Terpadu 2. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh Posko Terpadu.
43
Universitas Sumatera Utara