BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Penyuluhan Gizi Masyarakat mampu berperan aktif seperti yang diinginkan maka
diperlukan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan sikap yang positif dalam bidang kesehatan. Pengetahuan dan sikap merupakan ranah perilaku kesehatan masyarakat sehingga perlu ditingkatkan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat
yaitu melalui
pendekatan edukasi.
Pendekatan edukasi bertujuan agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, dan memberikan informasi. Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu mau dan mampu melaksanakan perubahan perubahan yang lebih baik (Setiana, 2005). Penyuluhan gizi di masyarakat merupakan upaya pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan masyarakat. Penyuluhan gizi merupakan suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi baik. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Suharjo dalam Emilia, 2008). Tujuan dari penyuluhan antara lain agar individu atau masyarakat mengubah perilaku menjadi perilaku hidup sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar dalam Fitriani (2011) bahwa penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan
yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dedy (2010), bahwa penyuluhan efektif untuk menurunkan angka rata-rata pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2010) bahwa penyuluhan meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam pencegahan demam berdarah dengue di Kecamatan Denai. Oleh karena itu penyuluhan merupakan salah satu upaya pendekatan edukatif yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar mengenai gizi. 2.2
Media Penyuluhan Gizi Menurut Van Deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005),
pilihanseorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantungpada tujuan khusus yang ingin dicapai. Untuk dapat menyampaikan pesan secara jelas dan dapat dimengerti makapenyuluhan memerlukan media. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Alat bantu atau media adalah alat-alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan. Alat bantu atau disebut juga alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam proses promosi kesehatan (Sadiman dkk, 2005).
Media penyuluhan gizi adalah alat bantu yang digunakan dalam melaksanakan penyuluhan gizi. Media akan membantu saat melakukan proses penyuluhan sehingga sasaran akan lebih memahami isi/ pesan yang disampaikan. Daya tarik yang tinggi akan menjadi aset awal bagi partisipan untuk mencermati setiap isi pesan yang dituangkan dalam media. 2.2.1
Macam-Macam Media Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu atau media yaitu
(Notoatmodjo, 2007) : 1. Alat bantu lihat (visual aids), yaitu media yang membantu menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan. Alat ini ada dua bentuk yaitu : a. Alat yang diproyeksikan seperti slide, flim, dan flim strip. b. Alat yang tidak diproyeksikan seperti gambar , peta, bola dunia, boneka dan bagan. 2. Alat
bantu
dengar
(audio
aids),
yaitu
media
yang
membantu
menstimulasikan indra pendengar pada proses penyampaian bahan pendidikan/ pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, dan pita suara. 3. Alat bantu lihat-dengar (Audio Visual Aids), yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu : audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide dan audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
2.2.2
Buku Cerita Bergambar Saat proses penyuluhan agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan
lebih jelas, sasaran dapat menerima pesan dengan jelas dan tepat maka dibutuhkan suatu alat bantu atau media. Salah satu media yang sederhana dan mudah dibuat dengan bahan setempat yaitu media yang berupa cetakan atau grafis. Media grafis termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Media cetakan dan grafis termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar, simbolsimbol yang mengandung arti, disebut media grafis. Secara khusus grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat dilupakan atau di abaikan bila tidak digrafiskan. Beberapa contoh media grafis yaitu gambar, sketsa, diagram, grafik, kartun, poster, buletin, buku cerita bergambar dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007) Menurut Ikada (2010) media grafis seperti buku cerita bergambar, menggunakan bahasa yang umum dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Kelebihan dari media ini adalah sifatnya kongkrit (lebih realistik dibandingkan dengan media verbal), dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda maupun tua, dan murah harganya serta tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya.
Buku bergambar merupakan salah satu strategi dalam menarik perhatian anak dan pembaca pada umumnya. Buku bergambar menjadi daya tarik untuk semangat membaca buku. Ilustrasi yang disiratkan dalam bacaan memperjelas makna kata. Karena ilustrasi merupakan teks visual dengan maksud agar buku tampil menarik dan anak tertarik untuk membaca buku (Nurgiyanto dalam Astuti, 2012). Menurut Nurhaida (2007) studi yang dilakukan oleh Parlato dkk, (1980) di negara-negara Asia Selatan, Amerika Latin, dan Afrika menyatakatan bahwa buku cerita bergambar dapat digunakan dengan hasil yang sangat mengesankan untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan mengenai nurtiris, kesehatan, keluarga berencana, dan demografi pada masyarakat yang tendah tingkal literasinya. Buku cerita bergambar merupakan media grafis berupa bacan yang berisi pesan-pesan berbentuk literal yang dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi untuk memperjelas isi pesan- pesannya. Cerita bergambar memiliki beberapa sifat dan fungsi, yaitu untuk menjelaskan keadaan yang dilihat atau hal fakta, memvisualisasikan apa yang diimajinasikan, memvisualisasikan ide atau konsep (biasanya dalam bentuk simbolisasi). Berfungsi pula untuk menghias, yang biasa disebut dekoratif dengan tujuan untuk memperindah, menambah nilai estetis karya sehingga memberikan daya tarik dan memenuhi kepuasan estetis bagi pengamatnya. Selain itu, cerita bergambar juga berfungsi sebagai jembatan dalam memahami bahasa verbal. Cergam memiliki tiga macam elemen visual, yaitu layout, gambar, dan teks. Ketiganya merupakan bagian utama cergam sebagai ciri
khususnya. Layout yang digunakan adalah salah satu dari jenis layout cerita bergambar maupun gabungan dari kesemuanya yang ditata secara baik, sedangkan gambar dalam cergam dapat berupa gambar tangan secara manual, hasil olahan komputer maupun berupa dokumentasi hasil fotografi.Teks dalam cergam lebih menitikberatkan pada bentuk huruf dan kesesuaian jenis font yang digunakan serta penempatan dalam layout (Jovita dalam Ikada, 2010). Pembuatan buku cerita bergambar dalam penelitian ini dilakukan secara semi manual. Dimana penggambaran, pewarnaan dan penulisan teks dilakukan secara komputerisasi. Anak sekolah dasar memiliki kertertarikan yang tinggi terhadap gambar visual dan juga terhadap cerita. Ketertarikan tersebut akan sangat penting bagi tercapainya penyampain informasi gizi (Christ dalam Faizah, 2009). Buku cerita bergambar merupakan salah satu media yang bisa dijadikan untuk meningkatkan pengetahuan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikada (2010) terhadap 81 orang anak sekolah dasar bahwa buku yang paling banyak dipilih oleh anak sekolah sebagai buku yang disukai yaitu komik, buku cerita bergambar, buku sekolah, enksiklopedi, majalah dan novel. Hal ini menunjukkan bahwa buku cerita bergambar merupakan media yang menyenangkan serta disukai anak-anak. Menurut Nurgiyantoro dalam Astuti (2012) gambar dalam buku mengandung cerita. Gambar digunakan untuk memperkaya teks, mengkonkritkan karakter dan alur secara naratif serta digunakan sebagai daya tangkap dan imajinasi anak terhadap narasi teks yang masih terbatas. Dengan buku bergambar mampu merangsang imajinasi anak dan membantu anak dalam memperkaya imajinasi. Selain itu, kegiatan membaca buku bergambar akan membantu anak
lebih memahami hubungan cerita dan gambar, juga menanamkan kesadaran pada diri anak akan pentingnya aktifitas membaca untuk dapat memperoleh informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Umi (2009) kepada anak sekolah dasar menyatakan bahwa hasil belajar keterampilan berbahasa (menyimak, membaca) siswa yang diberi pelajaran dengan menggunakan cerita bergambar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelompok yang diberi pelajaran tanpa menggunakan cerita bergambar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia yang menggunakan cerita bergambar,mereka memiliki ketertarikan dan keaktifan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengalami proses pembelajaran bahasa Indonesia tanpa menggunakan cerita bergambar. Hal ini senada dengan penilitan yang dilakukan oleh Nurhaida, dkk (2005) bahwa media buku cerita bergambar sangat efektif dalam menyampaikan praktekpraktek penanaman kopi yang baik kepada petani kopi. Setting setempat atau latar belakang fisik mampu meningkatkan keterlibatan dan daya tarik atau gratifikasi terhadap media cerita bergambar sehingga pemahaman sasaran terhadap isi lebih tinggi. 2.3
Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berumur 6-12 tahun. Kelompok ini
berada pada masa pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dan apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Anak sekolah biasanya memiliki aktivitas bermain yang mengurangi
banyak tenaga. Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Aktivitas fisik anak semakin meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan teman, akan meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Khomsan, 2010). Masalah-masalah yang timbul pada kelompok anak sekolah antara lain berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur ini anak banyak kegiatan di sekolah maupun di lingkungan rumah tangganya dan sangat aktif bermain. Di pihak lain, anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makannya menurun, dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar atau konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan (Notoatmodjo, 2003). 2.3.1 Rekomendasi Gizi Untuk Anak Sekolah Dasar Ada enam rekomendasi gizi yang perlu diperhatikan (Devi, 2012) yaitu : 1. Konsumsi Menu Gizi Seimbang Pada prinsipnya anak sekolah harus mengonsumsi menu gizi seimbang yang terdiri dari semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Sumber karbohidrat seperti nasi, mi, roti, ubi sebanyak 3-8 porsi, sayuran 2-3 porsi, buah-buahan 3-5 porsi, protein hewani seperti ikan, daging, telur sebanyak 3-2 porsi, protein nabati seperti tahu, tempe,
2-3 porsi dan
makanan berlemak, makanan manis, garam dalam jumlah yang dibatasi.
2. Sesuaikan Konsumsi Zat Gizi dengan Angka Kecukupan Gizi Anak usia sekolah 10-15 tahun mempunyai kebutuhan kalsium 1.000 mg per hari yang merupakan kebutuhan tertinggi karena pada usia tersebut anak dalam pertumbuhan tinggi badan yang pesat sehingga membutuhkan kalsium yang banyak untuk pertumbuhan tulang. Kebutuhan zat besi pada wanita lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena zat besi dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah untuk persiapan periode menstruasi bagi wanita. 3. Sarapan Pagi Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak agar dapat berkonsentrasi disekolah. Banyak penelitian membuktikan bahwa sarapan teratur membuat anak lebih berprestasi disekolah daripada anak yang tidak sarapan. Studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak yang sarapan pagi lebih mudah dalam belajar, lebih berkonsentrasi, lebih kreatif dan lebih cepat bekerja. 4. Hindari Makanan Berisiko Anak sekolah harus menghindari makanan yang beresiko, menghindari makanan manis yang berlebih, kurangi makanan junk food, kurangi makanan yang terlalu asin, dan hindari makanan yang berwarnam mencolok. 5. Hindari merokok, dan hindari minuman beralkohol. 2.4
Pengetahuan Gizi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka semakin besar persiapan kita dimodifikan dengan realita baru didalam lingkungan (Jalaluddin dan Abdullah, 2002 dalam Sihotang, 2013). Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi diperoleh dari pengalaman empiris dan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyediakan, mengolah, menyajikan makanan bagi dirinya dan orang lain, oleh karena penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dan memilih makanan, menentukan cara pengolahan yang benar dan sesuai kesehatan (Suharjdo, 1996 dalam Emilia, 2009). Menurut pendapat Emilia (2013) yang mengutip pendapat Ginting dan Cyntia, bahwa pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya. Rendahnya pendidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan, mesikpun didaerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan, serta pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. 2.5
Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadapsuatu
stimulus
atau
kesiapan
atau
kesediaan
untuk
bertindak
(Notoatmodjo, 2013). Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra
terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan, diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. 2.6 2.6.1
Makanan Beragam Bergizi Seimbang dan Aman Makanan Beragam Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-
unsurzat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur (Almatsier, 2009). Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanansumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kalimakan siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). 2.6.2
Makanan Bergizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
Menurut Almatsier (2009) makanan bergizi adalah makanan yang memiliki kandungan-kandungan atau unsur ikatan kimia yang dapat membantu seluruh pertumbuhan pada tubuh, mulai dari pertumbuhan badan hingga pertumbuhan otak. Gizi seimbang untuk anak sekolah harus memenuhi zat gizi makro dengan karbohidrat 45-65 persen total energi, protein 10-25 persen total energi dengan perbandingan protein hewani dan nabati = 2:1, lemak 25-40 persen total energi, selain itu harus memenuhi kebutuhan zat gizi mikro seperti halnya vitamin dan mineral (Devi, 2012). 2.6.3
Makanan Seimbang Gizi seimbang merupakan pedoman dalam mengonsumsi makanan yang
sehatdan aman untuk mempertahankan gizi yang optimal. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok gizi dalam jumlah yang cukup tidak kurang dan tidak lebih (Dirjen BinaKesehatan Masyarakat, 2002). Dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) susunan makanan yangdianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapaidengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan setiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. Ketiga golongan makanan digambarkan dalam bentuk kerucut dengan urutan menurut banyaknya digunakan dalam hidangan sehari-hari. Dasar kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan makanan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur, sedangkan bagian atas menggambarkan
sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit dimakan setiap hari. (Almatsier, 2009). Dalam praktek sehari-hari perbandingan tersebut dapat diperoleh jika makandilakukan dengan frekuensi tiga kali sehari dengan jumlah cukup dan tidak berlebihan. Menu yang tidak berimbang terjadi jika salah satu zat gizi mayor terutama lemak atau protein berlebihan dikonsumsi (Liputo, 2007). 2.6.4
Makanan Aman Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari pencemaran
mikrobiologi dan tidak melebihi ambang batas zat kimia (Iswaranti, 2007 dalam Syofia, 2010). Pendapat lain tentang makanan aman yaitu menurut Soekirman (2000), makanan dapat dikatakan aman apabila kecil kemungkinan atau sama sekali tidak mungkin menjadi sumber penyakit atau yang dikenal sebagai penyakit yang bersumber dari makanan (foodborne disease). Oleh sebab itu, makanan harus dipersiapkan, diolah, disimpan, diangkut dan disajikan dengan serba bersih dan telah dimasak dengan benar. Pangan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas daribahaya fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis (Direktorat PerlindunganKonsumen, 2006). Bahaya tersebut adalah bahaya fisik seperti isi stapler, batu/kerikil, rambut, kaca.Bahaya kimia seperti cairan pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, jengkol. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan pangan, seperti: virus, parasit, kapang, dan bakteri. Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara
lain:berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. 2.7
Penyuluhan dan Perubahan Perilaku Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu, kesehatan kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Upaya yang dilakukan untuk perubahan perilaku yaitu ada dua cara melalui paksaan atau koersi dan juga melalui pendidikan. Upaya perubahan perilaku melalui paksaan bisa berupa undang-undang, peraturan-peraturan dan juga sanksi. Cara ini menimbulkan dampak yang cepat terhadap perubahan perilaku akan tetapi tidak bersifat langgeng karena tidak didasari dengan pengertian dan kesadaran yang tinggi. Upaya perubahan perilaku melalui pendidikan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, memberikan infomasi dan kesadaran. Dalam rangka peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, pendekatan edukatif lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi. Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilandan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan
perubahan-perubahandalam
kehidupannya
demi
tercapainya
perbaikan kesejahteraan keluarga yangingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Menurut
Green dalam
Notoatmodjo (2007)
sendiriditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
bahwa
faktor perilaku
1.
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
2.
Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
3.
Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Berdasarkan teori Green tentang faktor yang menyebabkan perubahan
perilaku, penyuluhan merupakan salah satu proses untuk meningkatkan faktor predisposisi (predisposing factors), yang termasuk pengetahuan dan sikap. 2.7.1
Proses Adopsi dalam Penyuluhan Hasil perubahan perilaku melalui pemberian informasi akan bersifat lebih
langgeng karena didasari oleh pengetahuan dan juga kesadaran. Menurut Rogers dalam dalam Notoatmodjo (2003) bahwa individu akan melakukan perubahan perilaku dengan mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, interest (tertarik), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus, evaluation (evaluasi), yakni orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, trial (mencoba), yakni orang tersebut telah mulai mencoba perilaku baru, adoption
(adopsi), yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap yang ditunjukkan bersifat subjektif karena sikap berasal dari diri individu Alport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponenyaitu kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dengan adanya informasi yang diberikan, maka dapat mempengaruhi komponen kecenderungan untuk bertindak karena telah diberikan pengetahuan yang sesuai untuk bertindak yang sesuai. Sikap memiliki beberapa tingkatan (Notoadmojo, 2007) yaitu menerima (receiving) yakni subjek
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan,
merespon (responding) yakni subjek memberi suatu respon baik berupa pertanyaan maupun tanggapan atau mengerjakan tugas yang diberikan, menghargai (valuing) yakni seseorang yang mempenyai sikap yang positif. Subjek mau mengajak orang lain untuk ikut berpastisipasi terhadap suatu objek dan bertanggung jawab (responsible) yakni berani mengambil resiko terhadap sesuatu yang dipilihnya. Menurut WHO strategi untuk merubah perilaku yaitu dikelompokkan menjadi 3 yaitu perubahan menggunakan kekuasaan berupa paksaan agar seseorang bertindak, pemberian informasi agar seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilkinya, diskusi partisipasi yaitu dalam hal ini
masyarakat harus aktif dan mau berpastisipasi melalui diskusi tentang informasi yang diterimanya. Didalam merubah perilaku agar orang berprilaku sehat maka salah satu cara yang digunakan yaitu melalui pemberian informasi berupa penyuluhan gizi disekolah dasar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Syofia (2010), yang menunjukkan bahwa ada perubahan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang makanan beragam, berigizi, seimbang dan aman
sesudah diberi
penyuluhan dengan menggunakan flash card. Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2007), ada pengaruh penyuluhan dengan media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi kurang dan buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Demikian juga dengan hasil penelitian Rostania (2013) ada pengaruh bermakna antara edukasi gizi dengan perubahan pengetahuan dan gaya hidup sedentary pada anak gizi lebih di SDN Sudirman Kelas 1 Makassar. 2.8
Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian
iniadalah sebagai berikut: Penyuluhan gizi meggunakan buku cerita bergambar
Peningkatan pengetahuan dan sikap
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : Dalam kerangka konsep yang ingin diteliti adalah bagaimana pengaruh
penyuluhan gizi menggunakan buku cerita bergambar terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang makanan beragam, bergizi seimbang dan aman. 2.9 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah ada perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan gizi tentang makanan beragam, bergizi seimbang, dan aman melalui buku cerita bergambar pada anak SDN 060895 Medan.