BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1.
Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan
pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarakat. Belajar adalah suatu usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. Akan tetapi menurut konsep Eropa, arti belajar agak sempit hanya mencakup menghapal, mengingat, dan mereproduksi sesuatu yang dipelajari (Notoatmodjo. 2007. hlm. 38).
2.
Proses belajar Menurut Notoatmodjo (2007, hlm.
39), dalam belajar tercakup hal-hal
berikut : a.
Latihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu. Latihan adalah suatu perbuatan pokok dalam kegiatan belajar, sama halnya dengan pembiasaan.
b.
Menambah/ memperoleh tingkah laku baru Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui, sekarang diketahui, yang dahulu belum mengerti, sekarang dimengerti.
7
Universitas Sumatera Utara
8
3.
Ciri-ciri kegiatan belajar Menurut Notoatmodjo (2007, hlm. 40), ciri-ciri kegiatan belajar :
a.
Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial.
b.
Perubahan didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama.
c.
Perubahan-perubahan terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar Menurut Notoatmodjo (2007) dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan
pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persolan masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Dalam hal ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode belajar mengajar yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahanyang dipelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. Proses kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :
Metode belajar
Input
Alat – alat bantu
Proses Belajar (Subjek Belajar)
Fasilitas belajar
Output (Hasil belajar)
Bahan belajar
Skema 2.1. Proses Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya
Universitas Sumatera Utara
9
5.
Proses belajar pada orang dewasa Menurut UNESCO, pendidikan orang dewasa menurut isi, tingkatan,
metodenya, formal maupun tidak formal merupakan lanjutan atau pengganti pendidikan di sekolah ataupun universitas. Hasil pendidikan orang dewasa berupa perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya (Notoatmodjo, 2007). Perubahan perilaku di dalam proses pendidikan orang dewasa (andragogi) umumnya lebih sulit daripada perubahan perilaku di dalam pendidikan anak (pedagogi) karena orang dewasa sudah mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu. Untuk itu diperlukan usaha-usaha agar subjek belajar meyakini pentingnya pengetahuan, sikap, dan perilaku tersebut bagi kehidupan yaitu dengan cara atau metode belajar mengajar yang tepat. Salah satu metode yang sangat cocok untuk pendidikan orang dewasa adalah dengan diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi (Notoatmodjo, 2007).
B. Metode Pembelajaran Kooperatif 1.
Defenisi Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan mahasiswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa, memfasilitasi mahasiswa dengan sikap kepemimpinan, membuat keputusan dalam kelompok, memberikan kesempatan untuk berinteraksi serta belajar bersama-sama antar mahasiswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2011).
Universitas Sumatera Utara
10
Tabel 2.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, Pengajar sering membiarkan adanya saling membantu, saling memberikan mahasiswa yang mendominasi kelompok motivasi sehingga ada interaksi promotif. atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas individual sering diabaikan mengukur penguasaan materi pelajaran sehingga tugas-tugas sering diborong tiap anggota kelompok, dan kelompok oleh salah seorang anggota kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar sedangkan anggota kelompok lainnya para anggotanya sehingga dapat saling hanya “mendompleng” keberhasilan mengetahui siapa yang memerlukan “pemborong”. bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen. kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan demokratis atau bergilir untuk oleh pengajar atau kelompok dibiarkan memberikan pengalaman memimpin bagi untuk memeilih pemimpinnya dengan para anggotanya. cara masing-masing. Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak secara dalam kerja gotong royong seperti langsung diajarkan. kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan berlangsung, pengajar terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan oleh pemantauan melalui observasi dan guru pada saat belajar kelompok sedang melakukan intervensi jika terjadi masalah berlangsung. dalam kerja sama antar-anggota kelompok. Pengajar memperhatikan secara proses Pengajar sering tidak memperhatikan kelompok yang terjadi dalam kelompok- proses kelompok yang terjadi dalam kelompok belajar. kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan penyelesaian tugas. interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) (Killen, dalam Trianto 2011)
Universitas Sumatera Utara
11
Menurut
Ibrahim
dalam
Jauhari
(2011)
Pembelajaran
kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu : a.
Hasil belajar akademik Belajar kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi mahasiswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat model ini unggul dalam membantu mahasiswa memahami konsep-konsep sulit, meningkatkan nilai mahasiswa pada belajar akademik, perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar dan dapat member keuntungan baik pada mahasiswa kelompok bawah maupun atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.
Penerimaaan terhadap perbedaan individu Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya tentang tugastugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial Mengajarkan kepada mahasiswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh mahasiswa.
2.
Unsur penting dan prinsip utama pembelajaran kooperatif Menurut Johnson & Sutton (1992 dalam Trianto 2011), terdapat lima unsur
penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : a.
Saling ketergantungan yang bersifat positif antara mahasiswa. Dalam belajar kooperatif mahasiswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
12
b.
Interaksi antara mahasiswa yang semakin meningkat. Seorang mahasiswa akan membantu mahasiswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi yang terjadi dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
c.
Tanggung jawab individual. Tanggung jawab mahasiswa berupa : membantu mahasiswa yang membutuhkan bantuan, mahasiswa tidak hanya sekedar membantu hasil kerja dan teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Mahasiswa dituntut untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain dalam kelompok dan bagaimana bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok sehingga menuntut keterampilan khusus. e. Proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Model pembelajaran kooperatif juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995, dalam Trianto, 2011) adalah sebagai berikut : a.
Penghargaaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
b.
Tanggung jawab individual, suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
13
c.
Kesempatan yang sama untuk sukses, mahasiswa membantu kelompom dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa mahasiswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai
3.
Fase-Fase pembelajaran kooperatif Menurut Jauhari (2011, hlm. 54), terdapat enam fase dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu : Tabel 2.2. Fase pembelajaran kooperatif No. Fase Peran Pengajar 1. Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang memotivasi mahasiswa ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar. 2. Menyajikan informasi Menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan jalan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3. Mengorganisasi siswa ke Menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana dalam kelompok-kelompok cara membentuk kelompok belajar dan belajar membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Membimbing kelompok Membimbing kelompok dalam belajar, yaitu bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 5. Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari kelompok atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Memberikan penghargaan Memberi penghargaan kepada individu atau kelompok yang mendapatkan hasil yang baik. Misalnya dengan memberi hadiah.
Universitas Sumatera Utara
14
C. Group investigation (investigasi kelompok) 1. Defenisi Model pembelajaran ini berasal dari John Dewey (1970), diperbaharui dan diteliti oleh Shlomo dan Yael Sharan dari Universitas Tel Aviv, serta Rachellazarowitz di Israel. Pembelajaran model group investigation adalah model pembelajaran dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 mahasiswa yang heterogen, dimana kelompok mahasiswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu (Jauhari, 2011).
2. Langkah-langkah implementasi group investigation. Menurut Slavin (2005), Implementasi group investigation sebagai berikut: a.
Mengidentifikasikan topik dan mengatur mahasiswa ke dalam kelompok 1) Para mahasiswa memiliki beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran 2) Para mahasiswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih 3) Komposisi kelompok didasarkan pada keterkaitan mahasiswa dan harus bersifat heterogen 4) Pengajar membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan
Universitas Sumatera Utara
15
b.
Merencanakan tugas yang akan dipelajari 1) Para mahasiswa merencanakan bersama mengenai : a) Apa yang kita pelajari ? b) Bagaimana kita mempelajarinya ? siapa melakukan apa ? (pembagian tugas) c) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini ?
c.
Melaksanakan investigasi 1) Para mahasiswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan 2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya 3) Para
mahasiswa
saling
bertukar,
berdiskusi,
mengklarifikasi,
dan
mensisntesis semua gagasan d.
Menyiapkan laporan akhir 1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka 2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka 3) Wakil-wakil
kelompok
membentuk
sebuah
panitia
acara
untuk
mengkoordinasikan rencana presentasi. e.
Mempresentasikan laporan akhir 1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk 2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya secara aktif
Universitas Sumatera Utara
16
3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. f.
Evaluasi 1) Para mahasiswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka 2) Pengajar dan mahasiswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran mahasiswa. 3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
3.
Kelebihan dan kekurangan group investigation Menurut Istarani (2012, hlm. 86) ada kelebihan dan kekurangan pembelajaran
group investigation : a.
Kelebihan pembelajaran group investigation 1) Dapat memadukan antara mahasiswa yang berbeda kemampuan melalui kelompok yang heterogen. 2) Melatih mahasiswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok. 3) Melatih mahasiswa untuk bertanggungjawab sebab akan diberi tugas untuk diselesaikan dalam kelompok. 4) Mahasiswa dilatih untuk menemukan hal-hal baru dari hasil kelompok yang dilakukannya. 5) Melatih mahasiswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru melalui penemuan yang ditemukannya.
Universitas Sumatera Utara
17
b.
Kekurangan Pembelajaran Group Investigation 1) Dalam berdiskusi seringkali yang aktif hanya sebagian mahasiswa saja. 2) Adanya pertentangan diantara mahasiswa yang sulit disatukan karena dalam kelompok sering berbeda pendapat. 3) Sulit bagi mahasiswa untuk menemukan hal yang baru sebab ia belum terbiasa untuk melakukan hal itu. 4) Bahan yang tersedia untuk melakukan penemuan kurang lengkap.
D. Metode pembelajaran konvensional Metode
pembelajaran
konvensional
adalah
pembelajaran
tradisional
menggunakan metode ceramah dalam proses belajar dan mengajar, dimana pengajar mentransfer ilmu pengetahuan kepada mahasiswa, sedangkan mahasiswa lebih banyak sebagai penerima. Mahasiswa dipandang sebagai mahasiswa yang belum mengetahui suatu apapun dan hanya menerima bahan-bahan yang diberikan. Pengajar adalah orang dewasa yang memiliki pengetahuan dan wewenang untuk menyampaikan pengetahuan kepada mahasiswa. Tujuan pembelajaran terbatas pada pemilik pengetahuan. Dalam pembelajaran konvensional, penyaji materi pembelajaran, biasanya seorang pengajar selalu berusaha membuat peserta didik dapat memahami dan mengerti setiap maeri yang diberikan. Akan tetapi keaktifan pengajar dalam memberi pelajaran dan inovasi pengajar terhadap pemilihan metode yang digunakan juga akan dapat menunjukkan tingkat proses belajar mengajar dan keberhasilan mahasiswa. Di dalam kelas pembelajaran konvensional, pengajar lebih dominan menggunakan metode ceramah dimana dominasi pengajar sebagai pemberi pembelajaran lebih banyak sehingga menciptakan situasi dan kondisi komunikasi
Universitas Sumatera Utara
18
searah. Pembelajaran konvensional merupakan sutau penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah mahasiswa, kegiatan pada penceramahan dan komunikasi yang terjadi adalah satu arah. Tujuan utama pembelajaran konvensional adalah mengembangkan daya intelektual mahasiswa, maka pembelajaran konvensional berpusat pada usaha menyampaikan pengetahuan. Tugas pengajar adalah mengajar dari sudut pengajar, yaitu berdasarkan pada apa yang dilakukannya dan bukan yang terjadi pada mahasiswa.
E. Hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yakni : Skema 2.2. Hubungan Belajar Mengajar Tujuan Instruksional (a)
Pengalaman belajar (proses belajar mengajar)
(c)
Hasil Belajar (b)
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar (Sudjana, 2009). Kegiatan penilaian (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauhmana tujuan-tujuan instruksionsl telah dapat dicapai atau dikuasai mahasiswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar mengajar). Maka, hasil belajar adalah evaluasi
Universitas Sumatera Utara
19
pembelajaran dalam bentuk nilai dengan instrument test. Hasil belajar mahasiswa berupa perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris (Sudjana, 2009). Penilaian dilakukan dengan memberi skor pada butir-butir soal dan tanpa hukuman yaitu banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Berikut tabel skor dalam buku panduan akademik Fakultas Kedokteran UMSU sebagai berikut : Tabel 2.3. Tabel skor hasil belajar NILAI ANGKA
NILAI HURUF PREDIKAT A Istimewa B/A Sangat baik B Baik C/B Cukup baik C Cukup D/C Kurang dari cukup D Kurang E Gagal (Panduan akademik Fakultas Kedokteran UMSU, 2011) 85 – 100 80 - 84,99 75 - 79,99 70 - 74,99 65 - 69,99 60 - 64,99 55 - 59,99 0 - 54,99
F. Materi Blok Metabolisme dan Nutrisi Terlampir
Universitas Sumatera Utara