BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990). Persyaratan tersebut juga memperhatikan pengamanan terhadap sistem distribusi air bersih dari instalasi air bersih sampai pada konsumen (Tim Surkesmas Laporan Data Susenas tahun 2001, Badan Litbang Kesehatan. Jakarta. 2002). Air jerigen adalah air di dalam jerigen yang biasanya banyak mengandung zat kapur yang akan banyak mempengaruhi kerja fungsi ginjal dalam filtrasi (Widiyantiet all, 2004). Pengaruh metabolisme terhadap zat kapur yang terkandung di dalam air dapat mengakibatkan kerusakan organorgan lain selain ginjal seperti hati, jantung dan liver apabila dalam jangka waktu yang lama akan berdampak buruk (Willie Japaries, 2004).
4
B. Ginjal Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitonal dengan panjang 11-12 cm disamping kiri kanan vertebrata. Pada umumnya ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebrata thorakalis XII dan batas ginjal kiri setinggi vertebrata lumbalis III, pada masa fentus ginjal berlobulasi, bertambah umur lobulasi makin kurang, sehingga waktu dewasa lobulasi ginjal akan menghilang (Evelyn, 2006). Tiap-tiap ginjal terdiri dari 1,5-2 juta nefron itu artinya terdapat 1,5-2 juta glomeruli. Pembentukan urin dimulai dari glomerolus dimana filtrat mulai terbentuk dalam bentuk isotonik dengan plasma. Pada akhir tubulus proksimal 80% filtrat telah diabsorbsi, pada saat infiltrat bergerak ke atas melalui bagian aseden, maka konsentrasinya makin lama akan makin encer atau menjadi hipoosmotik, kemudian filtratakan bergerak pada sepanjang tubulus distal, konsentrasi filtrat menjadi pekat kembali atau isoosmotik dengan plasma darah. Filtrat-filtrat tersebut mengumpul pada ujung duktus dan terjadi peningkatan konsentrasi kembali dan 99% air sudah direabsorbsi dan hanya 1% yang dieksresikan sebagai urin atau kemih (Evelyn, 2006).
C. Macam-macam urin 1. Urin sewaktu Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus. 2. Urin pagi Urin pagi adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein. 3. Urin postpradial Urin postpradial adalah urin yang pertama kali dikeluarkan 3 jam setelah makan, sangat baik untuk pemeriksaan terhadap reduksi dan kelainan sedimen ganda. 4. Urin 24 jam Urin 24 jam adalah urin yang dikeluarkan dan ditampung dalam waktu 24 jam. 5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas Urin 3 gelas dan urin 2 gelas adalah urin yang di kemihkan langsung kedalam gelas-gelas tanpa menghentikan aliran urinnya: a. Ke dalam gelas pertama ditampung 20 – 30 ml urin yang mula-mula keluar. Urin ini terutama berisi sel-sel dari pars anterior dan pars
prostatica urethrae yang dihanyutkan oleh arus urin, meskipun ada juga sejumlah kecil sel-sel dari tempat-tempat yang lebih proximal. b. Ke dalam gelass kedua dimasukkan urin berikutnya, kecuali beberapa ml yang terakhir dikeluarkan, urin dalam gelas kedua mengandung terutama unsur-unsur khusus dari kantong kencing. c. Beberapa ml urin terakhir ditampung dalam gelas ketiga, urin ini diharapkan akan mengandung unsur-unsur khusus dari pars prostatica urethrae serta getah prostat yang terperas keluar pada akhirnya berkemih (Gandasoebrata, 2007). Proses pembentukan urin tediri dari 3 tahapan yaitu : 1.
Proses filtrasi glomerolus Pembentukan urin dalam proses metabolisme dimulai dari penyaringan plasma darah pada glomerolus. Pada dinding-dinding glomerolus bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permiabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam-asam amino, glukosa dan nitrogen, setiap menit plasma melalui glomerolus sekitar 1/5 bagian atau sekitar 125 ml menuju capsula bowman yang disebut dengan laju filtrasi Glomerolus (GFR / Glomerulo filtration Rate), pada orang dewasa memiliki GFR 120 cc/menit/luas permukaan tubuh, sedangkan pada anak-anak usia 2-12 tahun memiliki GFR 30-90 cc/menit luas permukaan tubuh (Syarifuddin, 2002).
2.
Proses reabsorbsi Hasil-hasil filtrasi oleh glomerolus sebelum disekresikan terlebih dulu akan direabsorbsi oleh tubulus proksimal yang kemudian dikembalikan ke aliran darah berupa air, glukosa asam-asam amino, asam urat, protein serta elektrolit terpenting bagi tubuh seperti natrium, kalium dan klorida (Anfisman, 2010).
3.
Proses sekresi Zat-zat sisa metabolisme yang telah direabsorbsi oleh tubulus proksimal diteruskan ke uretra untuk kemudian disekresikan dalam bentuk cairan yang mengandung garam-garam sisa metabolisme (Anonimous, 2008).
D. Pemeriksaan Sedimen Urin Pemeriksaan urin penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai untuk pemeriksaan sedimen ialah urinpagi segar apabila jarak jauh bisa menggunakan pengawet sebaiknya formalin tujuannya agar urin bisa dilakukan pemeriksaan ulang (Gandasoebrata, 2007). 1.
Macam-macam Unsur Organik Pada Sedimen Urin a. Eritrosit dan lekosit di dalam sedimen urin. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria, yang dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan flour lobus (Arthur Guyton, 1994).
Gambar 1.Sel Eritrosit pada Sedimen Urin
Gambar 2.Sel Lekosit pada Sedimen Urin b. Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa gliko protein dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat lekosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Bermacam-macam bentuk silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal (Syaifuddin,2002).
Gambar 3. Silinder pada Sedimen Urin c. Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Keadaan patologik jumlah epitel dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih (Gandasoebrata, 2007).
Gambar 4.Sel Epitel dalam sedimen Urin
2.
Macam-macam Unsur Anorganik Pada Sedimen Urin a. Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, calsium oxalat, tripelfosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Banyak tergantung dari jenis makanan,
terdapatnya kristal tersebut banyak makanan,
kecepatan
metabolisme dan kepekatan urin (Wirawan, Immanuel, Dharma, 2009).
Gambar 5. kristal Ca oxalat dalam Sedimen Urin
Gambar 6. kristal Asam Urat dalam Sedimen Urin
Gambar 7. Kristal Tripelfosfat dalam Sedimen Urin b. Bahan amorf yang ditemukan pada urin dengan pH asam berupa urat-
urat dan asam urat, sedangkan pada urin dengan pH basa bahan amorf yang sering ditemukan berupa fosfat-fosfat amorf (Gandasoebrata, 2007).