BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah kegitan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, hewan sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia iu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berbicara, berjalan menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.(Notoatmojo, 2003)
2.2. Ruang lingkup Perilaku Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai runag linngkup yang sangat luas. Menurut Benjamin Bloom (1908) dalam Notoatmojo (2005) bahwa perilaku dibagi dalam 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan . 2.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.(Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan manusia banyak digunakan untuk kebutuhan sehari – hari, terutama pengetahuan umum sangat bermanfaat untuk keperluan hidup manusia sehari – hari. Pengetahuan ini diperlukan dalam rumah tangga, pertanian, kesehatan dan sebagainya. Setiap orang akan mempergunakan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan namun tidak tahu benar akan seluk beluk pengetahuan itu. Manusia berani bertindak tidak hanya berguna secara kebetulan melainkan demikian mutlaknya sehingga tidak ragu – ragu lagi. Jadi pengetahuan yang digunakan orang untuk hidupmnya sehari – hari adalah pengetahuan umum. Dalam domain kogitif pengetahuan dicakup kedalam 6 (enam) tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan ini ialah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ’tahu’ merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan seseorang yang menyebutkanya. Menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaska, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari 3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebabagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
Universitas Sumatera Utara
diartikan sebagai hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 4. Analisis (analysis) Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan
dan
sebagainya. 5. Sintetis (synthetis) Intetis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian dalam keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah sutu kemampuan untuk menyusun formulasi dari formulasi – formulasi yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atai penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian ini berdasarkan suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kreteria – kreteria yang telah ada. Dari semua unsur pengetahuan tersebut terisi dalam akal dan jiwa manusia secara individu yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dilingkungan ada bermacam – macam hal yang dialami individu melalui penerimaan panca inderanya, serta alat penerimaan atau reseptor. Hal – hal yang dialami tersebut masuk kedalam sel – sel otaknya sehingga menjadi
Universitas Sumatera Utara
bermacam – macam proses seperti fisik, fisiologis dan psikologis kemuadian dipancarkan oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang suatu objek secara sabjektif oleh masing – masing idividu. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : 1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberkn oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tingi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. 2. Pekerjaan Lingkungan
pekerjaan
dapat
menjadikan
seseorang
memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4. Minat Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan sesorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh penetahuan yang lebih mendalam. 5. Pengalaman
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan agi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara sabjektif. 6. Informasi Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membant mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. (Wahid dkk, 2007) 2.2.2. Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respon sseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari – hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. (Wahid dkk, 2007) Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan yang relevan, individu lain atau fenomena – fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri – ciri sikap adalah sebagai berikut: 1.
Sikap itu dipelajari (learnability) Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif – motif
psikologi lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan eropa adalah sikap.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa sikap dipelajari
tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai
individu.. 2.
Memiliki kesetabilan (stability) Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap
dan stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang – ulang. 3.
Personal Societal Significance Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan
juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan merasa bebas dan nyaman. 4.
Berisi Kognitif dan effecty Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual,
misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan 5.
Approach – avoidence directionality Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap
sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang susah beradaptasi maka mereka akan menghindarinya. (Ahmadi, 1999) Selanjutnya ciri – ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut : 1.
Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan – pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan
Universitas Sumatera Utara
modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta sumberdaya yang tersedia. 2.
Adanya orang lain yang menjadi acuan (personnal references) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan – pertimbangan individu
3.
Sumber daya (resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4.
Sosial budaya (culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang
untuk
bersikap
terhadap
objek
/
stimulus
tertentu.
(Notoatmojo,2005) Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan yaitu : 1.
Sebagai Alat Menyesuaikan Diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu
yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain. 2.
Sebagai Pengatur Tingkah Laku. Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa dan yang
sudah lanjut usianya tidak ada perangsang itu. Pada umumnya tidak diberi perangsang secara sepontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang – perangsang itu. 3.
Sebagai alat Pengatur Pengalaman – Pengalaman.
Universitas Sumatera Utara
Manusia didalam menerima pengalaman – pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang bersasal dari luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi menusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih. 4.
Sebagai Pernyataan Kepribadian Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena
sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karna itu dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. (Ahmadi, 1991) Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1.
Menerima
(Receiving) diartikan bahwa orang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan. 2.
Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3.
Menghargai (Valuing) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah, merupakan indikasi sikap tingkat ini.
4.
Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmojo, 2003)
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek 2.2.3. Tindakan ( Practice ) Secara logis, sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu sikap belum tentu mewujudkan tindakan. Untuk terwujutnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung (support) atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor dukungan dari berbagai pihak. (Notoatmojo, 2003) Selanjutnya Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan menurut kualitasnya, yakni: 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (Guide Response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara atomatis, atau sesuatu itu sudah merupaka kebiasaan. 4. Adaptasi (adaptation)
Universitas Sumatera Utara
Adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan mewawancarai terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, minggu atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. (Notoatmojo, 2003) 2.3. Prubahan Perilaku Menurut WHO yang Dikutip oleh Notoatmojo (2005), perubahan peilaku dikelompokkan menjadai 2 bagian yaitu : 1. Perubahan Alamiah (Natural Change) Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kajadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkunga fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota – anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan. 2. Perubahan Terencana (Planned Change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perubahan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program – program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagai sangat cepat untuk mengerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut. (Notoatmodjo, 2003)
Universitas Sumatera Utara
2.4. Teori Perubahan Perilaku Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang – kadang tidak sempat menerapkan perilaku tertentu. Karena itu sangat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut. (Muzaham, 1995) Health Belief Model (HBM) adalah model kepercayaan kesehatan, merupakan salah satu model yang paling sering digunakan dalam aplikasi perilaku kesehatan. HBM dikembangkan oleh Rosenstock (1950) untuk membantu menjelaskan mengapa orang-orang menggunakan atau tidak menggunakan pelayanan kesehatan, HBM telah digunakan untuk membantu menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. HBM menghipotesakan bahwa kesehatan merupakan kaitan hubungan antara 3 fakor yang mempengaruhi yaitu : 1. Keberadaan motivasi yang cukup (berhubungan dengan Kesehatan) untuk membuat kesehatan suatu hal yang penting 2. Suatu kepercayaan yang peka terhadap suatu masalah kesehatan yang serius menyangkut
kondisi penyakit ini berkitan dengan
besarnya
ancaman yang dirasakan. 3. Suatu kepercayaan bila mengikuti anjuran kesehatan tertentu akan bersifat diuntungkan dalam mengurangi ancaman yang dirasa, dan biaya bisa
Universitas Sumatera Utara
tanggulangi. Biaya mengacu pada penghalang yang dirasakan yang harus digunakan dalam rangka mengikuti anjuran kesehatan; tetapi tidaklah terbatas untuk pengeluaran keuangan saja. Health Belief Model (HBM) didasarkan atas 3 faktor esensial, yaitu: kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suat penyakit atau memperkecil resiko (komplikasi) penyakit. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku sendiri. Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, pengalaman berhubungan dengan sarana dan prasarana kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit/ komplikasi penyakit, potensi ancaman, motivasi memperkecil kerentanan penyakit dan potensi komplikasi serta adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu, terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa. Health Belief Model (HBM) sering kali dipertimbangkan sebagai kerangka utama yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan orang mengenai kesehatan. (Machfoedz,2006). HBM ini digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. HBM merupakan model kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut HBM
kemungkinan
individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung
Universitas Sumatera Utara
pada hasil dari dua keyakinan atau penialaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan perimbangan tentang keuntungan dan kerugian. Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul – betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut maka perilaku pencegahan juga dapat meningkat. (Machfoedz,2006). Penilaian teatang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada : (a). Kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan kemungkinan bahwa orang – orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka, (b). Keseriusan yang dirasakan (perceived severity). Orang – orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan dan membiarkan penyakitnya tidak ditangani. (Machfoedz,2006). Penilaian kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai ancaman perilaku seperti check up untuk mencegah atau pemeriksaan awal dan imunisasi. (Machfoedz,2006). Sebagai kesimpulan, apabila individu bertindak untuk melakukan pengobatan dan pencegahan komplikasi penyakitnya ada 3 variabel kunci yang berpengaruh terhadap upaya yang akan diambil yaitu : 1. Kerentanan Yang Dirasakan
Universitas Sumatera Utara
Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasa bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. 2. Keseriusan yang dirasakan Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. 3. Manfaat dan Rintangan – rintangan yang dirasakan Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan tersebut tergantung pada manfaat dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.
2.5. Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasar oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni : 1. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (ketertarikan), dimana orang mulai tertarik pada stimulus. 3. Evaluation (mempertimbangkan terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah baik. 4. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.
Universitas Sumatera Utara
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus (Notoatmojo, 2003). Apabila peneriamaan perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila adopsi perilaku tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmojo, 2003) 2.6. Konsep Sehat – Sakit Persepsi masyarakat tentang sehat – sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial; budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan symptom yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seseorang. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang – kadang orang tidak pergi berobat ke petugas kesehatan sebab dia tidak merasa mengidap penyakit. Atau jika individu merasa bahwa penyakitnya disebabkan oleh mahluk halus, maka ia akan memilih untuk berobat pada ”orang pandai” yang dianggap mampu mengusir mahluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu hilang. (sarwono, 1997)
Universitas Sumatera Utara
2.7. Hipertensi 2.7.1. Pengertian Hipertensi Tekanan darah tinggi (HBP) berarti hipertensi atau tekanan tinggi (ketegangan) pada arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi tidak berarti ketegangan emosional yang berlebihan, walaupun ketegangan emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan darah sementara. Tekanan darah normal di bawah 120/80; tekanan darah antara 120/80 dan 139/89 disebut "pre-hipertensi", dan tekanan darah dari 140/90 atau lebih adalah hipertensi. (Patrick, 2002). Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan idealnya
ditunjukkan dengan angka seperti berikut - 120 /80
mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi, disebut dengan tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring dan diukur minimal 2 kali (Ariefmansjoer, 2001) 2.7.2. Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1. Hipertensi
esensial
atau
hipertensi
primer
yang
tidak
diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat pada sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lengkungan,
Universitas Sumatera Utara
hiperaktifitas susunan syaraf simpatis, sistem renin – angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor – faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vasikular renal, hiperaldosteronisme primer, dan Sindrom Custing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Prince, 2005). 2.7.3. Manifestasi Klinis Peninggian tekanan darah kadang – kadang merupakan satu – satunya gejala. Bila demikian gejala baru akan muncul setelah komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala hipertensi yang sering ditemukan adalah sakit kepala, pening, berdebar, gampang capek, pandangan berkunang – kunang , sering buang air kecil, mual, telinga berdengung dan lain sebagainya. (Prince, 2005). 2.7.4. Diagnosis Sebagai indikator yang digunakan pada pemeriksaan tekanan darah, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Biasanya dokter akan mengecek dua kali atau lebih sebelum menentukan anda terkena tekanan darah tinggi atau tidak. Apabila pada kesempatan tersebut tekanan darah anda berada pada 140/90 mmHg atau lebih yang diukur minimal 2 kali maka akan didiagnosa sebagai hipertensi (tekanan darah tinggi). (Prince, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.7.5. Klasifikasi tekanan darah pada dewasa Tabel 2.1. Kategori Tingkatan Hipertensi berdasarkan tingkatan tekanan darah Tekanan Darah Kategori Tekanan Darah Sistolik Diastolik normal dibawah 130 mmhg dibawah 85 mmhg normal tinggi 130 -139 mmhg 85 - 89 mmhg (hipertensi ringan) 140 -159 mmhg 90 - 99 mmhg (hipertensi sedang) 160 -179 mmhg 100 -109 mmhg (hipertensi berat) 180 - 209 mmhg 110-119 mmhg (hipertensi 210 mmhg atau 120 mmhg atau maligna) lebih lebih (Ariefmansjoer, 2001) Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang apabila tidak diobati akan menimbulkan kematian dalam 3 - 6 bulan, Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari 200 orang yang menderita hipertensi. 2.7.6. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Hipertensi Faktor resiko hipertensi adalah faktor – faktor yang
bila semakin
banyak menyertai penderita hipertensi maka dapat menyebabkan orang tersebut akan menderita tekanan darah tinggi ( hipertensi ) yang lebih berat dan beresiko menimbulkan komplikasi. Faktor resiko ini ada yang dapat dihindarkan atau dimodifikasi dan ada juga yang tidak dapat di dimodifikasi. (Effendi ,2004) 2.7.6.1. Faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi 1. Obesitas ( Kegemukan). Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor resiko dari beberapa penyakit degeneratif dan metabolik termasuk hipertensi. Obesitas dan tekanan darah tinggi sering dikataken dikatakan berjalan bersama – sama.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu pertimbangan utama dalam perawatan tekanan darah tinggi adalah pengurangan berat badan sampai ke tingkat normal. (Rosmery, 2006) Pada individu yang obesitas banyak diketahui terjadinya retensi insulin. Akibat dari retensi insulin adalah diproduksinya insulin secara berlebihan eleh sel beta pankreas, sehingga insulin didalam darah menjadi erlebihan (hiperinsulinemia). Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran natrium oleh ginjal da meningkatkan kadar plasma neropineprin. (Rosmery, 2006) Kegemukan merupakan ciri khas populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor resiko ini mempunyai keterkaitan yang erat dengan kejadian hipertensi dikemudian hari. Dari penyelidikan di buktikan bahwa curah jantung dan volume sirkulasi darah pada orang yang obesiatas lebih tinggi dibandingakan dengan orang yang mempunyai berat badan normal. Dalam menentukan seseorang obesitas atau tidak obesitas dengan menggunakan standart Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus: Berat Badan (Kg) IMT = (Tinggi badan (m)) 2 Kemuadian skor yang diperoleh akan dikategorikan sebagai berikut: IMT < 20
:
Berat badan Kurang / kurus
IMT 20 – 25 :
Berat badan Normal / sehat
IMT 25 – 29 :
Berat badan lebih / gemuk
IMT > 30
Berat badan sangat gemuk (Obesitas)
:
Pengamatan Framingham Study selama 18 tahun pengamatan menunjukkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam kejadian penyakit kardiovasikuler, terutama kejadian hipertensi. Pada penelitian ini juga di tujukan bahwa prevalensi hipertensi adalah 10 kali lebih
Universitas Sumatera Utara
besar pada kelompok obesitas. Dengan penurunan berat badan 15 % dari keadaan obesitas akan menurunkan sistol 10 %, sedangkan bila berat badan meningkat 15 % dari berat badan normal akan menaikkan sistol sebanyak 18 %. (Rosmery, 2006) Pada obesitas atau kelebihan berat badan > 20% diatas berat badan normal akan mengalami hipertensi 2 kali lebih beresiko terhadap komlikasi hipertensi dibandingkan orang dengan berat badan normal. Beberapa mekanisme yang diduga berperan dalam meningkatkan tekanan darah adalah : a. Peningkatan intake kalori, protein dan karbohidrat akan meningkatkan katekolamin plasma dan meningkatkan sistem saraf simpatis. Faktor ini meningkatkan retensi natrium pada ginjal dan stimulasi sistem renin angiotensi – aldrosteron. Akibatnya akan terjadi peningkatan curah jantung dan retensi perifer. b. Intake kalori yang tinggi pada obesitas biasanya disertai dengan konsumsi natrium yang tinggi c. Terjadinya Hypervolemia dan peningkatan curah jantung tanpa penurunan dari retensi perifer d. Peningkatan intake kalori akan meningkatkan plasma insulin yang yang merupakan suatu natriuretic yang kuat menyebabkan reabsorbsi natrium oleh ginjal dan akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah. (Rosmery, 2006) 2. Konsumsi Garam Yang Berlebihan Garam merupakan hal yang sangat netral dalam dalam patofisiologi hipertensi. Hiprtensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku
Universitas Sumatera Utara
bangsa dengan asupan garam minimal. Apabila asupan garam kurang dari 5 g/hari sangat kecil kemungkinan menyebabkan hipertensi. Sedangkan pada asupan lebih dari 5 g/hari akan meningkatkan tekanan darah 15 – 20 %. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekan darah. keadaan ini akan di ikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal. (Rosmery, 2006) Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara aspan natrium yang berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat akan menyebabkan tubuh menyerap kembali cairan, yang meningkatkan Volume darah/ disamping itu, garam yang berlebihan dapat mengecilkan diameter arteri sehingga jantung akan memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit sehingga menyebabkan hipertensi. Peranan natrium dapal patogenesis hipertensi telah lama diketahui. Pada populasi dengan konsumsi garam natrium yang lebih tinggi tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya umur dan hipertensi lebih banyak ditemukan. (Rosmery, 2006) 3. Konsumsi Tembakau (Perokok) Dan Kopi Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketergantungan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya sehingga bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung. Merokok memberi efek berupa pelepasan hormon pertumbuhan, serta meningkatkan asam lemak bebas, gliserol dan laktat yang dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
peningkatan retensi insulin dan hiperinsulinemia yang pada akhirnya menyebabkan kelainan jantung, pembuluh darah dan tekanan darah serta meningkatkan resiko penyakit jantung. Umumnya fokos penelitian dari efek rokok terhadap kejadian hipertensi ditujukan peranan nikotin dan CO. Kedua bahan in selain meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, juga akan
mengganggu
sitem
endokrin
(
pelepasan
Adrenalin,
sehingga
meningkatkan frekuensi detak jantung, tekan darah, kebutuhan okasigen meningkat, serta menyebabkan gangguan irama detak jantung. Selanjutnya nikotin juga dapat menyebabkan adhesi trombisit ke dinbing pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah. (Rosmery, 2006) Dari hasil penelitian Rosmery (2006), yng mengkaji determinan faktor penyebab hipertensi menyimpulkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian hipertensi, dimana merokok Rata – rata 10 batang pak perhari selama setahun mempunyai peluang 7 kali menderita hipertensi dibandingkan orang yang tidak merokok. Jika seseorang yang menghisap rokok, denyut jantungnya akan meningkat 30 % setelah 10 menit, kemudian sistolik akan meningkat 10 % dan di ikuti dengan peningkatan diastolik sebesar 7 %. Selain rokok, kopi juga berakibat buruk bagi penderita hipertensi. Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Konsumsi bubuk kopi 2 – 3 sendok teh akan meningkatkan tekanan darah 5 – 15 mmHg dalam waktu 15 menit. Peningkatan tekanan darah ini bertahan sampai 2 jam.
Jumlah kafein yang dikonsumsi yang bersamaan
Universitas Sumatera Utara
dengan lama mengkonsumsi akan mempercepat efek peningktan tekan darah dan peningkatan tekanan darah akan semakin lama bahkan permanen. Dari hasil penelitian Saifulah (2007) yang menganalisa pengaruh minum kopi terhadap kejadian hipertensi menyimpulkan meminum bubuk kopi lebih dari 2 sendok teh per hari mempunyai resiko menderita komplikasi hipertensi 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak minum kopi atau yang minum bubuk kopi tidak lebih dari 2 sendok teh. 4. Mengkonsumsi Alkohol Alkohol juga sering dihubungka dengan hipertensi. Orang – orang yang meminum alkohol terlalu sering dan terlalu banyak akan memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada orang tidak meminum atau meminum sedikit. Menurut Hendra Budiman (1993), pada penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional, rata – rata tekanan darah akan meningkat bila intake alkohol diatas 2 gelas perhari. Alkohohol menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekan darah dan mengacu pada timbulnya trombosis, serta meningkatkan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah. selanjutnya pada penimum alkohol dengan frekensi lebih dalam waktu lebih dari 3 bulan akan menyebabkan defesiensi piridoksin (vitamin B6) dalam jumlah yang besar yang akan mengakibatkan tekanan darah. Dari hasil penelitian Rosmery (2006), yang mengkaji determinan faktor penyebab hipertensi menyimpulkan bahwa ada hubungan konsumsi alkohol denga kejadian hipertensi, dimana meminum alkohol pada tingkat rata – rata 15
Universitas Sumatera Utara
% sebanyak 2 gelas atau lebih mempunyai resiko 4 kali menderia komplikasi hipertensi hipertensi dibandingkan orang yang tidak meminum alkohol atau yang minum kurang 1 gelas perhari.
5. Kurang Olah raga Dari studi epidemiologi secara experimen yang dilakukan oleh Effendi (2004) membuktikan bahwa dengan melakukan latihan yang meningkatkan kesegaran jasmani dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang signifikan. Selain itu olah raga di tujukan untuk menurunkan berat badan bagi yang obesitas, mengndalikan stress, meningkatkan kesehagaran tubuh dan memperlancar sirkulasi darah. oleh raga secara teratur dapat menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah. Menurut Rosmery (2006), yang menganalisa kaitan olah raga dengan kejadian hipertensi menyimpulkan bahwa orang yang jarang ( < 3 kali / minggu) atau tidak pernah, beresiko 3 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan orang yang berolah raga secara rutin (> 3 kali / minggu) Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan hpertensi. Melalui olah raga yang isotonik yang teratur ( aktifitas aerobik 30 – 45 menit ) dengan frekuensi 3 – 4 kali / minggu akan menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada sistolik dan diastolik. Latihan yang diberikan ditunjukkan untuk meningkatkan daya tahan (endurane) dan tidak boleh menambah peningkatan tekanan (pressure). Sehingga bentuk latihan yang paling tepat adalah jalan kaki, bersepeda, senam dan berenang atau olahraga erobik, sedangkan Olahraga yang bersifat kompetisi tidak
Universitas Sumatera Utara
diperbolehkan. Olahraga yang bersifat kompetisi akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan darah. Dengan demikian meskipun bentuk olagraganya bertujuan meningkatkan daya tahan (bulu tangkis, tenis, sepak bola dll.) tetapi bila dilakukan dalam rangka pertandingan maka sebaiknya dihindari. Akan tetapi ada kalanya oah raga ini dilakukan tidak bersifat kompetisi maka dapat dilakukan sesuai proporsinya. (Efendi, 2004) Selanjutnya olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan. Olahraga kekuatan yang bertujuan meningkatkan besar otot, sepertri angkat berat dan sejenisnya tidak diperkenankan. Olahraga ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak dan melonjak. (Efendi, 2004) 6. Faktor stress Menurut sumitro (1999) dalam Efendi (2004) Hubungan stress dengan hipertensi melalui syaraf para simpatis, dalam kondisi stress maka adrenalin dan kortisol masuk kealiran darah, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah agar tubuh siap bereaksi. Stres adalah respon terhadap setiap keadaan yang mengancam kesehatan jasmani ataupun emosional. Bila seseorang terus menerus dalam keadaan ini maka tekanan darah akan selalu meningkat. Tanda – tanda stess antara lain : denyut jantung meningkat, kekakuan pada otot, terutama leher dan bahu, sulit tidur, konsentrasi menurun, nafas pendek, gelisah, tremor, berkeringat, penglihatan kabur, konsentarsi menurun dan kurang mampu menyelesaikan masalah. Dari hasil penelitian Medicall Collage menemukan bahwa penyebab stress terbesar bertasal dari pekerjaan rutinitas, bila terjadi kejenuhan dengan situasi pekerjaan maka akan beresiko meningkatnya tekanan darah 3 kali lebih
Universitas Sumatera Utara
besar. Dalam mengendalikan stres banyak cara yang dapat dilakukan dengan berbagai cara relaksasi seperti, melancong, meditasi, yoga atau hipnotis termasuk mendengarkan penyuluhan – penyuluhan yang menyangkut hipertensi akan dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. (Efendi, 2004). 7. Mengkonsumsi Obat Penambah Stamina dan minuman penambah stamina. Obat penambah stamina / obat kuat dapat memperburuk hipertensi dimana berkaitan dengan kombinasi obat – obat yang sesuai atau tidak dengan hipertensi. Dalam komposisi seara umum dalam obat penambah stamina / obat kuat dan minuman penambah stamina cenderung di kombinasikan dengan zat senyawa nikotinamida, yang ditujukan untuk respirasi jaringan tetapi efek yang ditimbulkan adalah ekskresi adrenalin selanjutnya akan mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga dapat menaikkan tekanan darah. ( Suryati, 2005) 8.
Konsumsi Daging Yang Berlebihan Mengkonsumsi daging berlebih berakibat meningkatnya kolesterol.
Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan teradinya endapan kolesterol pada dindng pembulih darah ang akan mempersempit diameteri pembuluh darah sehingga akan mempengaruhi jantung
memompa darah
menjadi lebih kuat dan mengakibakan peningkatan tekanan darah. (Efendi, 2004) Menurut Rosmery (2006) yang menganalisa determinan faktor resiko terhadap kejadian hipertensi menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
Universitas Sumatera Utara
konsumsi daging dengan kejadian hipertensi, dimana pada perbandingan orang yang mengkonsumsi daging rata – rata > 2 kali seminggu akan beresiko terhadap peningkatan tekanan darah sebanyak 19 kali dibandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumi daging atau mengkonsumsi < 2 kali seminggu. Resiko bersumber dari kandungan kolesterol dalam daging. Kolesterol adalah zat lemak yang beredar dalam darah, dalam keadaan normal kolesterol merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh akan tetapi, jika kadarnya sudah berlebih didalam tubuh akan menimbulkan masalah kesehatan terutama pada pembuluh darah dan otak. Kolesterol berlebihan akan diendapkan pada dinding pembuluh darah. Yang endapannya akan membentuk bekuan yang dapat mempersempit pembuluh darah dan bahkan menyumbat sehingga dapat memberi dampak berupa peningkatan tekanan darah. 9. Kurang Mengkonsumsi Sayur dan Buah Sayur dan buah banyak mengandung air serat dan senyawa anti oksidan ß carotene, licopene, chlorophyl, vitamin C, yang mampu meredam kenaikan tekanan darah. Buah – buahan yang merupakan sumber vitamin C antara lain jeruk, pepaya, jambu biji lokal, mangga, nanas, belimbing manis, rambuan, sirsak, srikaya, kiwi. Beberapa sayuran seperti kol, kol merah, paprika, cabai, merupakan sumber vitamin C. Yang tidak kalah penting adalah tempe, enzim protease yang dihasilkan ragi selama pemeraman kedelai akan menguraikan protein kedelai menjadi asam – asam amino. Sebagian dari asam – asam amino tersebut (5 – 10 asam amino) bekerjasama menghambat kerja Angiotensin-1 Converting Enzyme (ACE), yang merupakan sumber pemicu naiknya tekanan darah.
Universitas Sumatera Utara
Disamping sayur dan buah, dari penelitian yang dirangkum dalam Effendy (2004) ada beberaa bumbu dapaur yang justru telah teruji dapat menekan resiko peningkatan tekanan darah antara lain : Tomat, seledri, bawang putih, bawang merah dan bawang bombay, kunyit, lada hitam, kumangi dan adas. 2.7.6.2. Faktor Yang Tidak Dapat Dimodifikasi 1.
Faktor Keturunan Keturunan mempengaruhi 70 – 80 % penderita hipertensi, akan tetapi
hal tersebut bukan hal mutlak terjadi karena faktor keturunan sendiri tidak apat berdiri sendiri jika tidak bersamaan dengan faktor resiko lainnya seperti merokok, kegemukan, kurang olah raga, asupan garam natrium berlebihan dan lain sebagainya. ( Suryati, 2005) 2.
Umur Pendeita hipertensi esensial sebagian besar timbul pada uasia diatas 35
Tahun dan hanya 20 % yang berada dibawah usia 35 tahun, prevalensi hipertensi umumnya dijumpai pada usia >40 tahun, dan kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah otak 6 – 10 kali lebih besar dibandingakan usia >50 Tahun. ( Suryati, 2005) 3.
Jenis Kelamin Prevalensi penderita hipertensi lebih sering di temukan pada pria dari
pada wanita, hal ini disebabkan pada umumnya yang bekerja adalah pria dan pada asaat menghadapi masalah pria cenderung emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk – mabuk minum alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darah meningkat.
Sedangkan pada wanita dalam
Universitas Sumatera Utara
mengatasi maslah stress, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan stabil. Tetapi tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopuse, hal ini disebabkan oleh faktor psikologis adan sistem endokrin. Namun ketiga faktor resiko keturunan, umur dan jenis kelamin bukan hal mutlak beresiko terhadap kejadian hipertensi jika tidak bersamaan dengan faktor resiko lainnya seperti merokok, kegemukan, kurang olah raga, asupan garam natrium berlebihan dan lain sebagainya.( Suryati, 2005) 2.7.7. Komplikasi Hipertensi Menurut Elizabeth J Corwin (2000) dalam Efendi (2004) komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark miokardium, gagal ginjal , ensefalopati (kerusakan otak), dan pregnancy – incuded hypertension (PIH). 1. Stroke Menurut Fazidah (2006) yang menganalisa determinan faktor penyebab stroke membuktikan bahwa hipertensi beresiko 9 – 10 kali menyebabkan stroke dinadingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi. Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embulus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah–daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri–arteri otak yang mengalami
arterosklerosis
dapat
melemah
sehingga
meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma. (Efendi, 2004) 2. Infark Miokardium
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fazidah (2006) yang menganalisis faktor resiko penyakit jantung koroner menyimpulkan bahwa penderita hipertensi
beresiko 10
terkena penyakit jantung dibandingakan dengan orang yang tidak menderita hipertensi. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritma, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan . (Efendi, 2004) 3. Gagal Ginjal Menurut Ariefmanjoer (2001), hipertensi beresiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi. Terjadinya gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerous, protein akan keluar melalui urin sehingga sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. (Efendi, 2004)
Universitas Sumatera Utara
4. Ensefalopati (Kerusakan Otak) Ensefalopati (kerusukan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps yang dapat mnyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga terjadi koma serta kematian mendadak. Keterkaitan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi beresiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderia hipertensi (Efendi, 2004) 2.7.8. Penatalaksanaan Hipertensi. Dalam penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk menghentikan kelanjutan kenaikan tekanan darah yang dapat menyebabkan komplikasi. Untuk komplikasi hipertensi seperti stroke, gagal jantung, gagal ginjal dan kerusakan otak faktor resiko utamanya adalah riwayat hipertensi dan disertai faktor resiko penyebab hipertensi seperti merokok, pola makan yang tidak sehat dan tidak seimbang, konsumsi alkohol dana lain sebagainya. Sehingga dengan penatalaksanaan sedini mungkin akan mengurang kemungkinan terjadinya komplikasi antara 75 – 80 %. (Efendi, 2004) Upaya intervensi yang efektif pada penekanan angka kesakitan dan kematian adalah melalui promosi kesehatan dan perlindungan khusus ditujukan pada orang yang sehat dan orang yang sakit dengan tujuan untuk mengarahkan pengobatan simtomatis, memperpanjang usia, mencegah keadaan penyakit yang bertambah parah, mencegah cacat dan rehabilitasi. Pada penatalaksanaan hipertensi terfokus dan bertujuan untuk dapat mengndalikan tekanan ke
Universitas Sumatera Utara
stabilan tekanan darah agar tidak menimbulkan komplikasi dengan memodifikasi determinan faktor yang menyebabkan hipertensi yaitu : Obesitas, Konsumsi garam, merokok, minum alkohol, konsumsi daging berlebih, olah raga, kurag mengkonsumsi sayur dan buah, stress dan lain sebagainya 1. Mempertahankan/ Menurunkan Berat Badan Pada Batas Normal Cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi resiko berat badan tterhadap peningkatan tekanan darah yaitu dengan menggunakan skor IMT (Indeks Massa Tubuh ) dimana pada skor 20 – 24 adalah normal dan tidak beresiko, sedangkan pada skor 25 – 29 beresiko sedang dan beresiko tinggi pada skor > 30. dalam mengontrol / memperkecil resiko berat badan lebih terhadap peningkatan tekanan darah dapat dimodifikasi dengan berolah raga, membatasi konsumsi karbohiat, membatasi konsumsi lemak dan menambah porsi sayur dan buah pada hidangan makanan sehari – hari. (Efendi, 2004) 2. Mengurangi Konsumsi Garam Membatasi asupan garam sangat dianjurkan, pembatasan di upayakan tidak lebih dari 5 gr ( <1 sendok teh ) garam dapur untuk diet setiap hari, akan tetapi untuk ikan asin (makanan yang diasinkan), sayur tauco, kecap asin, mentega yang mengandung natrium, minuman bersoda, daging kaleng serta bahan makanan yang diawetkan sebaiknya di hindarkan. (Efendi, 2004) 3. Membatasi Konsumsi Lemak Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah dapat menurun pada batas normal ( 200 – 250 mg/ dl). Karena kadar kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
Universitas Sumatera Utara
darah.
juka endapan kolesterol bertambah akan memperkecil diameter
pembuluh darah yang akan memperberat kerja jantung dan dapat meningkatkan tekanan darah. Untuk menjaga agar kolesterol dalam darah tidak bertambah tinggi maka untuk penderita hipertensi diperbolehkan mengkonsumsi daging tidak lebih dari 100 gr pada setiap mengkonsumsi daging (100gr = sebesar kotak korek api) untuk daging hewan secara umum, akan tetapi harus menghindari konsumsi organ hewan misalnya, Ginjal, Jeroan dan otak termasuk darah hewan yang sering diolah menjadi menu makanan). Untuk penderitta hipertensi sebaiknya mengkonsumsi daging hewan tidak lebih 2 kali dalam seminggu sampai tidak mengkonsumsinya lagi. (Efendi, 2004). 4. Olahraga Teratur Bagi penderita hipertensi disarankan melakukan olahraga isotonik yaitu : olah raga yang ringan dan tidak terlalu menguras tenaga. Latihan yang diberikan ditunjukkan untuk meningkatkan daya tahan (endurane) dan tidak boleh menambah peningkatan tekanan (pressure). Sehingga bentuk latihan yang paling tepat adalah jalan kaki, bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik.
Frekuensi latihan yang dianjurkan secara rutin atau
setidaknya 3 – 4 kali / minggu yang efektifnya dilakukan 30 – 45 menit. (Efendi, 2004) Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan. Olahraga yang bersifat kompetisi akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan darah. Dengan demikian meskipun bentuk olagraganya bertujuan meningkatkan daya tahan (bulu tangkis, tenis, sepak bola dll.) tetapi
Universitas Sumatera Utara
bila dilakukan dalam rangka pertandingan maka sebaiknya dihindari. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan. Olahraga kekuatan yang bertujuan meningkatkan besar otot, sepertri angkat berat dan sejenisnya tidak diperkenankan. Olahraga ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak dan melonjak. (Efendi, 2004) Dan tujuan olah raga untuk penderita hipertensi efetifnya selain untuk menjaga kebugaran tubuh juga berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan metode pengendaian stres. (Efendi, 2004) 5. Mengkonsumsi Buah Dan Sayuran Segar Buah dan sayur segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Efektivitas vitamin yang dapat menangkal radikal bebas sedangkan meneral kalium secara langsung dapat menurunkan tekanan darah. (Efendi, 2004) Untuk sayur yang baik dikonsumsi oleh penderita hipertensi sebaiknya sayur segar/ lalapan asupun direbus tanpa merubah warna dan tidak dianjurkan diolah dengan di tumis atau disantan. Sedangkan untuk yang dianjurkan yang mengandung vitamin C, kalium, magnesium serta yang tepenting pontasium namun pengecualian pada buah durian (karena mengandung Tinggi lemak dan mengandung alkohol 5 – 10%). 6. Membatasi / Menghindarkan Konsumsi Rokok, Akohol Dan Kopi Untuk mengurangi
konsumsi secara
rokok
beratahap
pada mulai
pecandu
(riwayat
dari
batang
5
sebelumnya), rokok
sampai
memberhentikan total. Sama halnya dengan alkohol jika pada penderi hipertensi
yang mempunyai riwayat candu alkohol sebaiknya mengurangi
Universitas Sumatera Utara
minuman alkohol pada batas maksimal 1 gelas (pada kadar 15% alkohol) sampai memberhentikan mengkonsumsinya (Efendi, 2004) Selain pembatasan pada rokok dan alkohol, untuk penderita hipertensi juga dianjurkan agar tidak mengkonsumsi kopi, karena zat kaffein yang ada pada kopi justru akan meningkatkan detak jantung sehingga akan menaikkan tekanan darah.
Sehingga untuk penderita hipertensi sebaiknya dikurangi
konsentrat kopi yang dikonsumsi mulai dari < 2 sendok teh setiap hari sampai tidak mengkonsumsinya lagi. 7. Mengendalikan Stess Dalam mengendalikan stress faktor keseimbangan antara jiwa dan raga merupakan pertimbangan utama, dalam hal ini penilaian terhadap hal – hal yang menyenangkan pada setiap individu berbeda – beda akan tetapi inti menanggulangi stres dapat dilakukan dengan cara – cara sebagai berikut: a. Latihan Relaksasi atau Meditasi Relaksasi dan meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dilakukan mengan mengncangan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan melakukan dengan, jalan – jalan, mendengarkan musik, bernyanyi, berjoget (menari) atau senam dan lain sebagainya. Kegiatan ini akan efektif untuk mengurangi stres dilakukan minimal sekali dalam seminggu b. Berusaha Membina Hubungan Yang Positif -
Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah. Jika suatu masalah mengganggu pikiran
sebaiknya ceritakan kepada teman, orang tua,
Universitas Sumatera Utara
suami/istri atau kepada rohaniawan. Dengan adanya komunikasi isi hati akan terasa lebih lega karena masalahnya telah dikeluarkan dan komunikasi tersebut akan timbul ide / saran yang biasanya akan mebantu menyelesaikan masalah. -
Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu intuk beristirahat atau waktu kegiatan santai. Dalam hal ini untuk penderita hipertensi sebaiknya tidur 6 – 8 jam pada malam hari dan 1 jam untuk bersantai atau tidur pada siang hari.
-
Mengerjakan kegiatan satu tugas pada satu waktu ( tidak mempunyai 2 atau lebih kerjaan pada saat yang bersamaan)
-
Belajar untuk berdamai dengan orang lain, mencoba untuk menolong orang lain dan menghindarkan iri dan dengki. (Efendi, 2004)
8. Mengkonsumsi Obat Sesuai Dengan Anjuran Dokter Banyak kasus bahwa mengkonsumsi obat penambang stamina ( obat kuat) serta minuman berbergi yang dijual bebas dipasaran justru memperburuk kondisi hipertensi hal ini berkaitan dengan kombinasi komposisi yang digunakan dalam obat / minuman tersebut. Zat yang harus dihindari pada obat / minuman penambah stamina adalah nikotinamida, karena zat tersebut dapat mempengaruhi ekskresi adrenalin ke pembuluh darah yang akan meningkatkan detak jantung dan akan beresiko terhadap kenaikan tekanan darah. (suryati, 2005) Namun untuk mecegah agar hipertensi tidak menimbulkan komplikasi faktor resiko tersebut haruslah dimodifikasi secara bersamaan. Selain itu dianjurkan juga untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dengan panel
Universitas Sumatera Utara
evaluasi awal hipertensi atau panel hidup sehat dengan hipertensi. Tujuan pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi : 1.
Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder
2.
Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target
3.
Untuk memperkirakan prognosis
4.
Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi risiko penyakit jantung koroner dan stroke (Price, 2005). Pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi ada 2 macam yaitu :
1.
Panel Evaluasi Awal Hipertensi : Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah didiagnosis Hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan
2.
Panel Hidup Sehat: Untuk memantau keberhasilan terapi (Prince, 2005).
2.8. Program Pencegahan Dan Penanggulangan Hipertensi Di Indonesia Departemen Kesehatan RI, Pemerintah memberi apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit tidak menular. Sejak bulan Februari 2006 Departemen Kesehatan membentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi. dan degeneratif lainnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa langkah,
yaitu
mendistribusikan
buku
pedoman,
Juklak
dan Juknis
pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi, akselerasi dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jejaring
Universitas Sumatera Utara
kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi. Di Puskesmas Berastagi, hipertensi
Program Penanggulangan dan pencegahan
dilakukan bersamaan untuk memberikan satu wawasan kepada
masyarakat secara umum dan secara khusus kepada penderita hipertensi. Hal ini dikembangkan untuk membantu masyarakat agar bisa merubah perilaku dalam menangani masalah kesehatannya. Program ini dilaksanakan secara berkesinambungan dari petugas kesehatan dan masyarakat. Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam upaya pelaksanaan program ini antara lain: 1. Memberikan penyuluhan berupa tatacara penatalaksanaan penanggulangan hipertensi bersamaan dengan pola hidup sehat yang semestinya dilakukan oleh penderita hipertensi segera pada saat case finding. Sehingga dapat memberikan pemahaman dalam menunjang keberhasilan pengobatan. 2. Penyuluhan Kesehatan tentang hipertensi dan komplikasinya dengan menggunakan media seperti, Poster – poster, buku – buku yang berkaitan dengan hipertensi dan komplikasinya, pembuatan film dan lain sebagainya. 3. Pembinaan kelompok beresiko melalui Posyandu lansia di puskesmas dan dikelurahan 4. Pemeriksaan tekanan darah secara berkala. 5. Senam sehat penderita hipertensi yang dilakukan di Puskesmas sekali dalam sebulan
Universitas Sumatera Utara
2.9. Alogaritma Pencegahan Komplikasi Hipertensi PASIEN Pengukur tekanan darah : ≥ 2 kali pengukuran TD : ≥ 140 / 90 mmHg (Hipertensi )
Pengobatan dan Penatalaksanaan Faktor Resiko
Faktor Resiko yang dapat dirubah
Faktor Resiko tidak dapat dirubah
Genetik Umur Jenis Kelamin
Mempertahankan/ Menurunkan Berat Badan Pada Batas Normal Mengurani Konsumsi Garam Membatasi Konsumsi Lemak Olahraga Teratur Mengkonsumsi Buah Dan Sayuran Segar Membatasi / menghindarkan Konsumsi Rokok, akohol dan kopi Mengendalikan Stess Mengkonsumsi Obat sesuai dengan anjuran Dokter
Hipertensi
Therapy
Pengobatan
TD Normal
Tekanan darah Normal
TIDAK TERJADI KOMPLIKASI
(Efendi, 2004)
Universitas Sumatera Utara
2.10. Kerangka Konsep. Berdasarkan teori dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti membatasi hal – hal yang akan diteliti. Hal – hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini: Faktor Internal - Jenis kelamin - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan - Lama menderita hipertensi - Tingkat Hipertensi - Indeks Masa Tubuh
Pengetahuan terhadap : - Hipertensi - Komplikasi hipertensi
Sikap terhadap : - Hipertensi dan komplikasinya - Kerentanan yang dirasakan - Keseriusan penyakit yang dirasakan - Pertimbangan terhadap manfaat dan rintangan
Faktor Eksternal
-
Keluarga Teman Sebaya Petugas kesehatan Media Informasi
Tindakan Terhadap Upaya pencegahan komplikasi oleh penderita hipertensi
Dari kerangka kosep diatas menjelaskan bahwa faktor internal (Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Penghasilan, Suku, Lama Menderita tingkat hipertensi) dan faktor eksternal (keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan dan media informasi) keduanya akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap terhadap hipertensi dan komplikasinya. Sedangkan pengetahuan da sikap terhadap
hipertensi
dan
komplikasinya
saling
mempengaruhi
untuk
menentukan tindakan terhadap upaya pencegahan komplikasi dari hipertensi.
Universitas Sumatera Utara