BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ruang Lingkup dan Ciri-Ciri Umum Pertanian Sektor pertanian adalah meliputi kegiatan pengusaha dan pemanfaatan bendabenda biologis (hidup) yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk konsumsi. Berdasarkan defenisi ini, sektor pertanian dapat diperinci lagi atas beberapa sub sektor. Hal ini dapat diuraikan satu-persatu, yaitu : 1. Sektor tanaman bahan makanan (Farm Food Cores) Mencakup segala jenis makanan yang dihasilkan dan dipergunakan sebagai bahan makanan seperti, padi, jagung, ketela pohon, kentang dan umbi-umbian lainya, kacang tanah, kedelai, dan kacang lainya, sayur dan buah-buahan. 2. Tanaman perkebunan. Mencakup segalah jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan seperti karet, kopi, the kina, coklat, kelapa sawit, tebu, serat manila, kelapa, kapuk, cengkeh, pala,lada, pinang dan lainya. 3. Peternakan. Mencakup kegiatan pemeliharaan ternak besar, ternak kecil, dan ungggas yang bersifat komersial dengan tujuan untuk dikembang biakan, dipotong dan diambil hasilnya seperti; sapi, kerbau, kuda , babi, kambing, domba, ayam, itik, burung, ulat sutra dan sebagainya.
11 Universitas Sumatera Utara
4. Kehutanan. Mencakup kegiatan yang dilakukan di areal hutan oleh perorangan atau badan usaha, yang mencakup usaha penanaman, pemeliharaan, penanaman kembali, dan penebangan hutan serta pengambilan getah-getahan dan akar-akaran, produksi yang dihasilkan menckup kayu glondongan, kayu belahan (pertukangan), kayu bakar, bambu, rotan dan damar. 5. Perikanan. Mencakup kegiatan penangkapan, pengambilan dan pemeliharaan/ pembiayakan segalah jenis binatang dan tumbuhan air baik air tawar maupun air asin, seperti : udang, ikan, mkepiting, rumput laut, mutiara dan lainya.
Menurut tempat
penangkapannya subsektor perikanan dibagi menjadi perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan darat terdiri dari perikanan air tawar (kolam, sawah, danau dan sungai) dan perikanan air tambak/paya. Agar berhasilnya suatu pembangunan pertanian diperlukan beberapa syarat atau pra kondisi yang untuk tiap-tiap negara atau daerah berbeda-beda. Pra kondisi ini meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lainya. AT Mosher (2002) “Telah menggolongkan syarat agar berhasilnya pembangunan pertanian menjadi syarat mutlak dan syarat pelancar”. Syarat mutlak antara lain adalah : 1. Adanya pasar untuk hasil usaha tani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang. 3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Universitas Sumatera Utara
4. Adanya perangsang produksi bagi petani. 5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu. Syarat pelancar adalah Syarat : 1. Pendidikan pembangunan. 2. Kredit produksi. 3. Kegotong -royongan petani. 4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5. Perencanaan nasional dri pada pembangunan pertanian. Dari kesepuluh syarat-syarat yang telah dikemukakian diatas, berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, membawa kita pada kesimpulan bahwa sebenarnya iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dimana dengan penekanan terhadap sektor pertanian pada Repelita pertama menghasilkan swasembada pangan yang utamanya adalah beras.pada era 80-an. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor pertanian yang antara lain: (a) Sub Sektor Tanaman Pangan Semenjak
kemerdekaan, pemerintah Indonesia telah berusaha untuk
mencapai swasembada beras. Dengan dimulainya arencana kemakmuran Kasino tahun 1952-1956, dan kemudian dilanjutkan dengan Padi Sentra tahun 1963-1964, dilanjutkan dengan program Bimas (Bimbingan massal) sejak tahun 1964, selanjutnya program Inmas (Intensifikasi Massal) tahun 1969 dan Insus (Intensifikasi Khusus) tahun 1980 dan program Supra Insus tahun 1987. Dari kesemuaan itu dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat bahwa usaha-usaha itu baru berhasil mencapai swasembada beras di tangan pemerintah orde baru sejak tahun 1984, setelah bertarung selama 32 tahun. Keberhasilan swasembada beras itu antara lain disebabkan adanya perhatian pemerintah pada sektor pertanian untuk meningkatkan pembangunan irigasi seperti pembangunan irigasi teknis, irigasi non teknis dan irigasi sedang. Pembangunan irigasi sangat diperlukan guna mengairi areal persawaan. Dengan adanya pengaturan pembagian air yang menggunakan teknologi, semakin luas areal cakupanya dan lebih efektif hasilnya terhadap peningkatan produktifitas. Untuk menerapkan teknologi pada proyek supra insus banyak dihadapi kendala-kendala yang antara lain adalah : 1. Adanya persoalan perkreditan, input dari teknologi supra insus yang memang relatif mahal dibandingkan dengan teknologi yang selama ini telah dilaksanakan dan juga bersifat lebih masal. 2. Selama ini sudah ada kredit untuk usaha insifikasi yaitu Kredit Usaha Tani (KUT), tapi masih terbentur pada kenyataan karena petani masih banyak menunggak kreditnya dan juga KUD sebagai penyalur KUT harus banyak dibina dan ditatar agar KUT bisa berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan. 3. Masalah Benih bersertifikat yang harus disediakan dalam jumlah banyak. 4. Menyangkut suplay input beberapa sarana produksi yang meliputi pupuk, obat-obatan, kususnya untuk daerah-daerah yang sulit .
Universitas Sumatera Utara
(b) Sub Sektor Perkebunan Dari perkembangan sejarah semenjak kehadiran stelsel perekbunan sampai sekarang ini, perkebunan memainkan peranan penting dari dalam segi politik, sosial, ekonomi dan dalam aspek pertahanan dan keamanan. Untuk dapat mempertahankan yang telah dicapai disamping peranan dari sub sektor perkebunan yang telah dicapai disamping dari sub sektor perkebunan dalam pembangunan, maka berbagai upaya pengembangan perkebunan telah dilakukanya antara lain adalah: 1) Pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Pola PIR adalah suatu pola pelaksanaan pengembangan perkebunan untuk mewujudkan suatu perpaduan usaha dengan sarana perbaikan keadaan sosial ekonomi peserta yang didukung oleh suatu sistem pengelolaan usaha dengan memadukan dengan berbagai kegiatan produksi pengelolaan dan pemasaran dengan menggunakan perusahaan besar sebagai inti dalam suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan serta utuh dan berkesinambungan. 2) Pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPP) Pola UPP adalah suatu pola pelaksanaan pengembangan perkebunan yang merupakan suatu perangkap pelaksanaan proyek ditingkat lokasi yang membantu petani. Perkebunan rakyat dan membimbingnya dalam membangun usaha tani dengan menerapkan teknologi maju. Di dalam pengembangan sub sektor perkebunan terdapat berbagai masalah yang
Universitas Sumatera Utara
mengganjal antara lain, pemasaran dari hasil-hasil produksi, kekurangan tenaga terampil (skill) serta hambatan di dalam perijinan yang disebabkan oleh prosedur yang terlalu ruwet dan banyaknya lembaga yang
menangani
perijinan
sehingga
menjadi
duplikasai
yang
menunjukan kurangnya koordinasi dan sebagainya. (c) Sub Sektor Perikanan Kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan di sub sektor perikanan yang sedang dijalankan dewasa ini adalah dititik beratkan pada pembinaan dan pengembangan perikanan rakyat (nelayan) diseluruh Indonesia. Ditinjau dari sudut kehidupan, kehidupan para nelayan kita kurrang memadai pada saat sekarang ini. Sebagai nelayan yang hidupnya tergantung dari hasil laut, masih merupakan usaha bersifat tradisionil yang sangat lemah dalam permodalan, sehingga hasil dari penangkapan ikan relatif kecil. Sehinggga penghasilan yang relatif kecil ini akan berpengaruh langsung pada tingkat kehidupan mereka. Nelayan kita pada umumnya masih mempergunakan alatt-alat penangkapan ikan tradisional atau secara sedrhana, demikian juga jangkauan pelayaran yang dipergunakan hanya mampu mencapai beberapa mil saja dari pantai. Dalam bidang usaha perikanan darat belum begitu banyak berkembang dan kenaikan produksinya pun belum begitu meningkat sesuai yang diharapkan. Walaupun selama ini telah ada perluasan tambak-tambak serta dimana dimanfaatkan sawah-sawah untuk memelihara ikan tawar, namun dilain pihak tambak ikan tersebut
Universitas Sumatera Utara
dibeberapa daerah telah digusur untuk kepentingan budidaya tambak udang sebagai kooditi ekspor. (d) Sub Sektor Peternakan Pembangunan pada sub sektor peternakan dipelita IV bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil perternakan guna memenuhi kebutuhan dan meningkatkan gizi masyarakat dan juga membangkitkan nilai tambah pendapatan petani ternak, pada kususnya peternakan kecil dan penganekaragaman menu masyarakat. Usaha-usaha peternakan kecil umumnya dikelolah secara tradisionil dan turun temurun, yang pada umumnya dilaksanakan petani sebagai penghasilan tambahan serta dapt membantu pekerjaan disawah dan diladang. (e) Sub Sektor Kehutanan Hutan sebagai sumber kekayaan alam yang penting perlu dikelolah dengan sebaik-baiknya agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dengan tetap menjaga kelangsungan fungsi dan kemampuan dalam melestarikan lingkungan hidup. Dalam upaya melestarikan lingkungan hidup, dengan tidak mengabaikan peranan hutan sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi penduduk. Sekitarnya, pemerintah berusaha mengadakan perlindungan penertiban dan pengamanan hutan, penanaman kembali konversi sebagian hutan alam menjadi hutan buatan, dan penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Pengertian Investasi Investasi sebagai indikator dari tumbuh kembangnya ekonomi di suatu wilayah/daerah. Investasi merupakan faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi . Besarnya investasi di suatu negara/daerah menggambarkan besarnya aktivitas perekonomian dan produktivitas dan hal ini akan terlihat jelas dalam tingkat pertumbuhan ekonomi. Investasi yang lajim disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal menurut Sukimo (2000) adalah, "Merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat". Menurut Tambunan (2001) : Didalam neraca nasional atau struktur PDB menurut penggunaannya, investasi didefenisikan sebagai pembentukan modal/kapital tetap domestik (domestic fixed capital formation). Investasi dapat dibedakan antara investasi bruto (pembentukan modal tetap domestik bruto) dan investasi netto (pembentukan modal tetap domestik netto). Menurut defenisi dari Badan Pusat Statistik (BPS,2007), pembentukan modal tetap adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barangbarang modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri maupun import, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik). Nafirin (2000) “Invesatsi merupakan salah satu komponen yang penting dalam PDB”.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Teori-Teori Investasi Para ekonom mempelajari investasi untuk memahami fluktuasi dalam output barang dan jasa perekonomian dengan lebih baik. Model pertumbuhan Harrod- Domar (Harrod –Domar growth model) menjelaskan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi perlu mengandalkan investasi dalam mekanisme perekonomian. Setiap perekonomian pada dasarnya harus mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasional untuk menambah atau mengganti barang- barang modal yang telah mengalami penyusutan (depresiasi) atau rusak. Namun untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Persamaan dari teori pertumbuhan ekonomi Harrod- Domar adalah sebagai berikut :
ΔY s = Y k ΔY adalah tingkat pertumbuhan GDP ditentukan secara bersama- sama oleh rasio Y tabungan nasional (s) dan ratio modal- output (k). Rasio tabungan nasional (s) adalah persentase atau bagian dari dari output nasional yang ditabung, sedangkan ratio modal- output atau capital output ratio (k) adalah tambahan netto terhadap stok modal yang akan menghasilkan kenaikan output nasional atau GDP.
Universitas Sumatera Utara
Secara lebih spesifik persamaan dari teori pertumbuhan menyatakan
ekonomi itu
bahwa tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional akan secara langsung atau secara positif berbanding lurus dengan rasio tabungan (yakni semakin banyak bagian GDP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GDP yang dihasilkan), dan ssecara negatif akan berbanding terbalik terhadap rasio modal –output dari suatu perekonomian (yakni semakin besar rasio modal- output nasional atau k maka tingkat pertumbuhan GDP akan semakin rendah). Jadi agar perekonomian bisa tumbuh lebih pesat, maka setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebagian dari GDP nya. Semakin banyak yang ditabung dan kemudian diinvestasikan, maka laju pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat. Akan tetapi tingkat pertumbuhan aktual yang dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan investasi – banyaknya tambahan output yang didapat dari tambahan satu unit investasi – dapat diukur dari rasio output modal atau raso output investasi (1/k).Rasio output modal (1/k) adalah banyaknya output yang dihasilkan dari setiap tambahan investasi baru ( tingkat produktifitas), maka semakin besar rasio output- modal (1/k) maka pendapatan nasional atau GDP akan naik. Dalam jangka panjang pengeluaran investasi tidak hanya mempengaruhi permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agragat. Dalam perspektif waktu jangka panjang investasi akan menambah stok kapital misalnya pembangunan pabrik, pembangunan jalan dsb. Jadi pertambahan stok modal berarti peningkatan kapasitas produksi dan selanjutnya penawaran agregat akan bertambah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sukirno (2002) Investasi dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : a. Investasi otonom adalah investasi atau pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional. Berdasarkan kepada pandangan ini maka kurva investasi berbentuk sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti yang digambarkan oleh kurva I0 , I1 dan I2 dibawah ini
Investasi
I2 I0
I1 Pendapatan nasional
0
Gambar 2.1 Kurva Investasi otonom
2. Investasi terpengaruh adalah investasi
yang dipngaruhi oleh tingkat
pendapatan nasional.Pendapatan Nasional yang tinggi akan meningkatkan daya beli masyarakat, hal ini berrati menambah permintaan masyarakat akan barang dan jasa, selanjutnya akan mendorong perusahaan melakukan lebih banyak investasi lagi..Berdasarkan teori ini kurva investasi akan bergerak dari kiri bawah kekanan atas ( slope positif) seperti ditunjukka oleh gambar dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Investasi (I)
0
I
Pendapatan Nasional (Y)
Gambar 2.2 Kurva Investasi terpengaruh Menurut Mankiw (2003) ada 3 jenis pengeluaran investasi : (1) Business fixed invesment ( investasi tetap bisnis) mencakup peralatan dan sarana yang digunakan perusahaan dalam proses produksinya. istilah ”bisnis” berarti barang- barang investasi yang dibeli perusahaan digunakan dalam produksi. Istilah ”tetap” berarti pengeluaran investasi adalah untuk modal yang akan menetap untuk sementara. Model investasi tetap bisnis standar disebut model investasi neoklasik (Neoclassical model of investment). Model neoklasik mengkaji manfaat dan biaya bagi perusahaan untuk memiliki barang- barang modal. (2)
Residential invesment ( investasi residensial) adalah investasi yang meliputi pembelian gedung baru.
(3) Inventory invesment (investasi persediaan) mencakup barang yang disimpan oleh perusahaan digudang meliputi bahan baku, persediaan, bahan setengah jadi dan
Universitas Sumatera Utara
barang jadi. Salah satu kegunaan persediaan adalah untuk meratakan tingkat produksi sepanjang waktu. Ketika penjualan rendah, perusahaan memproduksi lebih banyak dari yang dijual dan menyimpan kelebihan barang itu sebagai persediaan. ketika penjualan tinggi, perusahaan memproduksi lebih sedikit dari yang dijual dan menjual persediaannya. motif ini disebut pemerataan produksi
(production smoothing).Alasan kedua untuk menyimpan persediaan adalah persediaan membuat perusahaan beroperasi secara lebih efisien Dalam beberapa cara kita dapat memandang persediaan sebagai faktor produksi (inventories as a
factor of production). Semakin besar persediaan yang disimpan perusahaan, semakin besar output yang dapat diproduksi.Alasan ketiga menyimpan persediaan adalah menghindari kehabisan barang ketika penjualan melonjak. Sebuah model sederhana yang digunakan untuk menjelaskan investasi persediaan adalah model percepatan (accelerator model) yang mengasumsikan bahwa perusahaan menyimpan persediaan yang proporsional terhadap tingkat output perusahaan. jika N adalah persediaan perekonomian dan y adalah output, maka :
N = β Y, dimana β adalah parameter yang menunjukkan berapa
banyak persediaan yang akan disimpan perusahaan sebagai proporsi output. Investasi persediaan I adalah perubahan dalam persediaan Δ N, karena itu : I =
ΔN =
β
ΔY.
Modek percepatan memprediksi bahwa investasi persediaan adalah proporsional terhadap perubahan output. ketika output naik, perusahaan ingin menyimpan
Universitas Sumatera Utara
lebih banyak persediaan, sehingga investasi persediaan tinggi. Ketika output turun, perusahaan ingin menyimpan lebih sedikit persediaan, sehingga investasi persediaan turun. Jadi model percepatan menyatakan bahwa investasi persediaan bergantung pada apakah perekonomian tumbuh dengan cepat atau melambat. 2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Uraian yang berikut akan menerapkan beberapa faktor penting yang menentukan investasi. Investasi terutama ditentukan oleh tingkat bunga. Apabila tingkat bunga tinggi, jumlah investasi akan berkurang, sebaliknya tingkat bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak investasi. Akibat dari perubahan tingkat bunga kepada investasi digambarkan pada gambar 2.3 dibawah ini.
Misalkan apabila
tingkat bunga adalah r0 jumlah investasi adalah I0. seterusnya misalkan tingkat bunga turun ke r2, ini akan menyebabkan pertambahan investasi, menjadi I2. sebaliknya apabila tingkat bunga naik menjadi r1 akan terjadi kemerosotan investasi, yaitu menjadi I1
Universitas Sumatera Utara
Tkt bunga (r)
r0 r1 r2
I = f(r)
I0
I1
Investasi (I)
I2
Gambar 2.3
Kurva Fungsi Investasi
Investasi yang berupa investasi tetap bisnis (businesss fixed invesment) disebut juga model investasi neo klasik. Model neoklasik mengkaji manfaat dan biaya perusahaan untuk memiliki barang-barang modal. Model tersebut menunjukkan bagaimana tingkat investasi atau tambahan persediaan modal dipengaruhi oleh (1) produk marginal modal (MPK), (2) biaya modal dan (3) aturan perpajakan yang mempengaruhi perusahaan (Mankiw,2003). Produk marjinal modal (MPK) adalah output tambahan yang diproduksi dengan satu unit modal tambahan. Untuk menjelaskan bagaimana perekonomian aktual mengubah modal dan tenaga kerja menjadi barang dan jasa (output) dapat digunakan pendakatan fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Y = AK α L 1−α dimana Y adalah output, K modal, L tenaga kerja, parameter A adalah tingkat teknologi, dan α adalah parameter antara nol dan satu yang mengukur bagian modal atas out put. Produk marjinal modal adalah : MPK = α A K
α −1
L 1−α
Dari persamaan ini, dengan mengetahuii bahwa α berada antara nol dan satu, kita bisa melihat bahwa kenaikan dalam jumlah modal akan mengurangi MPK. Semakin banyak modal yang dimiliki perusahaan, semakin kecil unit modal tambahan atas output. Biaya Modal bergantung pada harga modal, tingkat bunga riil, dan tingkat penyusutan. Biaya Modal = P K ( r+ δ ) Perubahan dalam persediaan modal, yang disebut investasi netto (net investment) bergantung pada perbedaan antara Produk marginal modal dan Biaya modal. Jika produk marginal modal melebihi biaya modal, perusahaan akan menganggap menguntungkan untuk menambah persediaan modal. Jika produk marginal modal kurang dari biaya modal, mereka membiarkan persediaan modal mengecil. Jadi dapat dirumuskan sbb :
Δ K =I n
[
MPK- (P K /P)(r+ δ )
] , dimana
I n ( ) adalah fungsi yang menunjukkan berapa banyak investasi netto merespon
Universitas Sumatera Utara
insentif untuk investasi. Bila kita menderivasi fungsi investasi maka pengeluaran total atas investasi tetap bisnis adalah jumlah investasi netto dan penggantian dari modal yang disusutkan. Fungsi Investasi adalah :
I = In
[
MPK –(P K /P)(r+ δ )
]+ δ K
Dari rumusan diatas dapat diketahui bahwa Investasi tetap bisnis bergantung pada produk marginal modal, biaya modal dan jumlah penyusutan atau depresiasi. Aturan perpajakan juga dapat mempengaruhi tingkat investasi. Ada dua jenis perpajakan yang penting yang akan mempengaruhi tingkat investasi yaitu : 1) pajak pendapatan perusahaan atau yang lazim disebut “PPH Badan” adalah pajak atas laba perusahaan. Semakin besar persentase pajak pendapatan yang dikenakan pada laba perusahaan maka investasi akan berkurang, dengan demikian pajak pendapatan perusahaan menghambat investasi. 2) kredit pajak investasi (investment credit tax) adalah provisi pajak yang mendorong akumulasi modal.
Kredit pajak investasi mengurangi pajak
perusahaan dalam jumlah tertentu untuk setiap dolar yang dikeluarkan atas barang- barang modal. karena perusahaan memperoleh kembali sebagian dari pengeluarannya atas modal baru dalam pajak yang lebih rendah, kredit tersebut menurunkan harga beli efektif dari unit modal. jadi kredit pajak investasi menurunkan biaya modal dan meningkatkan investasi. Menurut Nopirin (2000) :”Faktor yang mempengaruhi investasi adalah tingkat bunga, penyusutan, kebijakan perpajakan serta perkiraan tentang penjualan dan
Universitas Sumatera Utara
kebijakan ekonomi”. Tingkat bunga dapat mempengaruhi para pengusaha dalam memutuskan apakah harus melaksanakan investasi yang direncanakan atau membatalkannya. Maka tingkat bunga dapatlah digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan para pengusaha dalam suatu tahun tertentu. Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru dikembangkan di dalam kegiatan produksi atau usaha-usaha lain mereka dinamakan mengadakan
pembaharuan
atau
inovasi.
Pada
umumnya
makin
banyak
perkembangan teknologi yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan perubahan-perubahan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal yang baru, dan ada kalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan pabrik/industri yang baru. Maka makin banyak perubahan atau pembaharuan yang dilakukan, makin tinggi tingkat investasi yang akan dicapai. Disamping oleh tingkat pendapatan nasional yang dicapai, besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha ditentukan pula oleh tingkat perubahan perubahan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Para pengusaha melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuh memenuhi permintaan atas barang-barang yang mereka produksi. Makin cepat perkembangan permintaan atas barang-barang yang mereka produksi, makin banyak pertambahan produksi yang mereka lakukan.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan menimbulkan suatu pengaruh lain atas investasi. Keuntungan yang tinggi merupakan suatu petunjuk bahwa perusahaan itu sedang menghadapi perkembangan dalam permintaan atas barang yang diproduksinya. Agar permintaan yang berkembang ini dapat dipenuhi di masa-masa yang akan datang, maka investasi baru harus segera dilakukan.
2.5 Tingkat Indeks Harga Barang-Barang Produk Pertanian Indeks harga suatu produk seringkali didasarkan pada nilai indeks harga diterima produsen (IHP). IHP dapat diartikan sebagai kualitas harga yang diterima oleh produsen dalam kaitannya dengan perkembangan yang berlangsung pada suatu perekonomian negara. Variabel ini setidaknya dapat memberikan pertimbangan rasional bagi produsen dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya pada sebuah sektor tertentu. Perkembangan yang berlangsung pada nilai IHP setidaknya mewakili penilaian pertimbangan potensi keuntungan dari suatu produk lewat sisi mikro. Artinya variabel harga secara ekonomi mendapatkan porsi yang besar dalam menilai suatu produk yang dapat memberikan kesejahteraan baik bagi para produsen maupun konsumen. Oleh karena itu, unsur harga tidak dapat diabaikan dalam pertimbangan dalam menilai apakah sebuah produk dapat memberikan keuntungan atau tidak. Dengan demikian unsur / variabel mikro yang krusial dan dapat menjadi ‘jembatan’ dalam analisis yang bersifat makro seperti yang diteliti dalam studi ini adalah variabel harga. Dalam kaitannya dengan investasi pertanian, variabel harga yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
perhatian dan pertimbangan langsung adalah ‘kualitas’ harga-harga yang diterima oleh pelaku sektor pertanian, baik petani kecil, menengah maupun petani besar. Menurut Dornbusch et all., (2005), beberapa penelitian mengenai investasi didapati baik tingkat harga penjualan maupun laba total merupakan faktor-faktor yang menjelaskan tingkat investasi. Tingkat harga penjualan tersebut dapat mencerminkan suatu harapan-harapan mengenai output dimasa depan yang selanjutnya dapat mempengaruhi apakah proyek tersebut memerlukan perluasan usaha atau bahkan investasi-investasi baru.
2.6 Tingkat Suku Bunga Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final. Pada sektor pertanian keperluan akan modal menjadi bagian penting didalamnya. Usaha-usaha yang dijalankan disektor pertanian ini sangat bergantung pada kebutuhan modal usaha, terutama para petani kecil yang terbatas pada luas lahan dan modal usaha yang pas-pasan sangat memerlukan uluran pemerintah dalam menopang struktur permodalan yang dimilikinya. Modal usaha yang kuat dapat membantu petani kecil dalam mengembangkan sistem pertaniannya terutama dalam mengimplementasikan sejumlah kemajuan teknologi pertanian yang berkembang. Dasar pertimbangan teoritis tingkat suku bunga pada pertimbangan investasi adalah gejala yang berlangsung apabila penurunan tingkat suku bunga akan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
pembelian barang-barang modal tahan lama dimasa yang akan datang dan sebaliknya apabila tingkat suku bunga meningkat, seseorang lebih memilih untuk menabung untuk mendapati resiko usaha yang paling kecil daripada bergumul dengan resiko yang cenderung lebih besar pada dunia usaha (investasi). Tingkat suku bunga yang cenderung tinggi sangat tidak menguntungkan baik petani kecil, menengah maupun petani besar. Usaha pertanian dengan tingkat resiko yang besar sangat membebani para petani, khususnya para petani kecil-menengah yang mendapatkan margin / keuntungan usaha kecil dengan hasil panen yang bersifat musiman. Oleh karena itu kondisi riil yang terjadi kredit modal kerja pertanian harus diberikan dengan mempertimbangkan kemampuan pengemabalian / angsuran kembali para petani dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga kredit secara umum.
2.7 Penelitian Terdahulu Setyari (2008) menganalis Determinan Investasi di Indonesia periode tahun 1989 sampai dengan tahun 2005. Penelitian ini menganalisi determinan investasi swasta dengan memasukkan berbagai variabel yang secara teoritis berpengaruh kuat yaitu suku bunga, pengeluaran investasi pemerintah,Produk Domestik Bruto,Kurs dan inflasi. Dengan menggunakan model Error Correction Methode (ECM).Dari hasil analisis data diperoleh Nilai probabilitas (F-stat) 0.000042 < 5% hal ini berati secara bersama- sama tingkat bunga, investasi pemerintah, Produk Domestik bruto, Kurs dan inflasi berpengaruh nyata terhadap investasi swasta pada tingkat kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
95%. Secara parsial tingkat bunga kredit, investasi pemerintah, kurs dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap investasi di Indonesia sedangkan Produk Domestik Bruto berpengaruh tidak signifikan terhadap investasi di Indonesia dengan nilai tstatistik 1.411677 < t-tabel 1.833. Salim
(2006)
menganalisis
Faktor-Faktor
Ekonomi
Makro
Yang
Mempengaruhi Investasi Pada Sektor Pertanian di Indonesia Periode Tahun 19842004. Berbagai faktor ekonomi makro diduga mempengaruhi investasi pada sektor industri pertanian. Selain suku bunga, faktor-faktor ekonomi makro lainnya baik secara individual maupun kolektif juga siknifikan mempengaruhi investasi yang ditanam baik masyarakat (PMDN) maupun investor asing (PMA), seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, indek harga produk-produk pertanian,tingkat suku bunga serta tingkat inflasi yang kaitannya dengan penjualan produk pertanian keluar negeri, nilai tukar mata uang asing menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat investasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Pertumbuhan produksi domestik bruto, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Indeks Harga produk pertanian, Tingkat suku bunga dan Inflasi secara simultan mempengaruhi besarnya investasi pada sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari Nilai F hitung (5,662) yang lebih besar dari F tabelnya (2,901). Setyowati. (2007), menganalisis faktor-Faktor yang mempengaruhi investasi dalam negeri di Jawa Tengah Tahun 1980-2002. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel sukubunga, inflasi, PDRB dan tenaga kerja terhadap investasi dalam negeri. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model koreksi
Universitas Sumatera Utara
kesalahan Engle-Granger (EG-ECM). Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Dengan melihat nilai statistik dari Error
Correction Term (ECT) sebesar –0.9993718 dan secara statistik signifikan pada derajat keyakinan sebesar 5%, hal ini berarti bahwa spesifikasi model koreksi kesalahan E-G yang digunakan menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan merupakan himpunan variabel yang berkointegrasi dan jugabisa menjelaskan hubungan kausalitas dari variabel yang sedang diuji baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hasil estimasi OLS dengan model koreksi kesalahan E-G menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh dan signifikan secara statistik dalam jangka pendek adalah investasi dalam negeri tahun sebelumnya mepunyai pengaruh yang negatif terhadap investasi dalam negeri. Hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh dan signifikan secara statistik adalah variabel suku bunga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap investasi dalam negeri. Firmansyah (2008). Menganalisis
Faktor- faktor yang mempengaruhi
Investasi di Indonesia periode tahun 1985 sampai dengan tahun 2004. Penelitian ini menganilis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah tenaga kerja yang bekerja, infrastruktur dan krisis ekonomi terhadap penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Indonesia. Dengan menggunakan alat uji regresi log linier diperoleh kesimpulan bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh tidak signifikan terhadap PMDN dengan nilai t-hitung 0,912447 < 1,753. Variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap PMDN dengan nilai t-hitung 2,050543 > 1,753.
Universitas Sumatera Utara
Variabel infrastruktur berpengaruh tidak signifikan terhadap PMDN dengan nilai thitung 1,523555 < 1,753 sedangkan krisis ekonomi berpengaruh signifikan dengan niali t-hitung -3,339502 < -1,753. Konsep Pengembangan Investasi Pertanian Realisasi, (Anonim, 2005): Investasi PMA untuk Sektor Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura dan perkebunan), Perikanan dan Industri Makanan pada periode tahun 1995–1999 cenderung berfluktuasi. Realisasi investasi terendah terjadi pada tahun 1998 Dengan nilai sebesar 63,7 milyar, menurun hampir sebesar 87,4 % bila dibandingkan dengan nilai realisasi pada tahun 1997 yang mencapai 505 milyar. Hal ini terjadi karena dampak krisis ekonomi dan keadaan politik Indonesia yang belum stabil hingga belum ada jaminan keamanan untuk berinvestasi.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Investasi sektor pertanian satu tahun sebelumnya
Indeks harga produk pertanian Investasi sektor pertanian
Suku Bunga Sektor Pertanian
Krisis Ekonomi
Gambar 2.4. Kerangka Berfikir
2.9
Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka
hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut. 1. Investasi sektor pertanian satu tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap investasi sektor pertanian tahun berikutnya. Ceteris paribus
Universitas Sumatera Utara
2. Indeks harga produk pertanian berpengaruh positif terhadap investasi sektor pertanian. Ceteris paribus. 3. Suku bunga pinjaman sektor pertanian berpengaruh negatif terhadap investasi sektor pertanian. Ceteris paribus 4. Krisis Ekonomi berpengaruh negatif terhadap investasi sektor pertanian.
Ceteris paribus.
Universitas Sumatera Utara