12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan sektor perekonomian itu adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan atau konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor yang membentuk sektor pertanian tersebut. Sub sektor tersebut adalah sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Pembagian sub sektor tersebut sama hal nya terkait definisi pertanian itu sendiri. Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan tradisional3.
3
Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. BPS, Jakarta. Hal. 26.
13
Dengan demikian, sektor pertanian menjadi variabel dalam penelitian ini yang akan dilihat pengaruhnya terhadap kedelapan sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia.
2.2. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional Pembangunan dapat diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama dapat menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan
nasional.
Diperlukan
suatu
ukuran
dalam
mengidentifikasi
pembangunan suatu negara. Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dalam bidang ekonomi adalah nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu yang sering dijadikan sebagai metode untuk menghitung pendapatan nasional4. Dalam pemahaman ekonomi makro, PDB dapat dipelajari dengan pendekatan dari sisi penerimaan, pengeluaran, dan produksi. Menghitung nilai PDB dengan pendekatan pengeluaran dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor). Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah serta ekspor dan impor adalah pengeluaran bersih atas perdagangan luar negeri. Menghitung nilai PDB dengan 4
Gregory Mankiw. 2005. Teori Makroekonom. Edisi ke-5. Erlangga, Jakarta. Hal. 16.
14
pendekatan pendapatan juga dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = sewa + upah + bunga + laba. Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha5. Pendekatan produksi dapat digunakan untuk melihat peran suatu sektor dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja. Nilai PDB juga dapat diperoleh dari penjumlahan nilai tambah (barang dan jasa akhir) dalam produksi barrang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian6. Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat pertumbuhan pendapatan nasional. Meskipun demikian, selama perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi, para teoritikus ilmu pengetahuan masa kini masih menyempurnakan makna, hakikat, dan konsep pertumbuhan ekonomi. Ini dipahami karena ketika banyak di antara negara-negara Dunia Ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai target mereka, namun gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam definisi pertumbuhan ekonomi yang dianut selama ini. Nilai PDB belum dapat mencerminkan kondisi atau peran menyeluruh sektor-sektor
ekonomi
dalam
perekonomian.
Nilai
PDB
menunjukkan
perkembangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi untuk konsumsi akhir berupa konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi
5 6
Ibid. Hal. 18-19 Ibid.
15
dan ekspor impor. Nilai PDB juga diperoleh dari penjumlahan nilai tambah dalam produksi barang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian. Nilai PDB tidak dapat melihat kontribusi suatu sektor terkait perannya dalam menyediakan barang dan jasa antara bagi sektor-sektor lain dalam perekonomian. Hal ini dipahami karena contohnya sektor pertanian dalam proses pembangunan ekonomi memiliki pengaruh terhadap sektor-sektor lain terkait penyediaan input antara bagi sektor lain atau pun sebaliknya penggunaan input antara dari sektor lain. Untuk itu, PDB bukan merupakan indikator tunggal untuk melihat peran menyeluruh suatu sektor.
2.3 Konsep Keterkaitan Ada berbagai teori yang menjelaskan bagaimana keterkaitan antar sektor mempengaruhi perekonomian suatu negara. Keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor lain dalam perekonomian. Keterkaitan ke belakang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi, sedangkan keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya7. Keterkaitan antar sektor dapat terjadi paling tidak melalui empat media, yaitu:
7
Sahara dan D.S. Priyarsono. 2006. Modul MK Ekonomi Regional. Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Hal. 8. 13
16
1. Keterkaitan Produk Merupakan keterkaitan yang terjadi melalui penggunaan produk suatu sektor sebagai bahan baku bagi sektor lain. 2. Keterkaitan Konsumsi Keterkaitan yang tercipta karena suatu sektor dapat menemukan nilai tambah suatu produk dari sektor lain sehingga produk tersebut dikonsumsi oleh rumah tangga. 3. Keterkaitan Investasi Keterkaitan ini tercipta karena nilai tambah dari suatu sektor dipergunakan untuk membeli barang-barang modal dalam rangka meningkatan produksi berbagai sektor. 4. Keterkaitan Fiskal Merupakan keterkaitan yang tercipta karena pajak yang ditarik dari suatu sektor dipergunakan untuk membiayai investasi dan pelayanan pemerintah yang berperan dalam meningkatkan produksi sektor-sektor lainnya Dalam hal ini, sektor pertanian dapat memiliki keterkaitan dengan sektor lain melalui ke empat media tersebut. Keterkaitan melalui empat media ini dapat dijelaskan dengan beberapa contoh yaitu: 1. Keterkaitan Produk Penggunaan produk dari sektor pertanian dapat digunakan oleh sektor lain sebagai bahan baku sektor tersebut misalnya sektor industri pengolahan minuman yang mengolah bahan dasar jeruk dari sektor pertanian untuk dijadikan produk akhir berupa sirup.
17
2. Keterkaitan Konsumsi Suatu masyarakat mempunyai nilai selera yang tinggi terhadap suatu produk pertanian misalnya buah durian dan adanya produk olahan dari suatu industri yang mengolah durian tersebut menjadi produk baru berupa permen rasa durian menyebabkan permen durian laku dipasaran. Industri pengolahan mengambil keuntungan dengan menciptakan produk baru dari produk dasar durian yang sebelumnya memiliki nilai rasa yang tinggi di suatu masyarakat. Sehingga keterkaitan konsumsi durian oleh masyarakat menyebabkan meningkatnya konsumsi permen durian yang dihasilkan suatu industri. 3. Keterkaitan Investasi Pendapatan yang besar ketika sektor pertanian mengalami peningkatan produksi dapat digunakan sebagai modal. Modal ini digunakan untuk tujuan investasi ke sektor non pertanian. Sehingga ada transfer modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Contohnya ketika subsektor tanaman pangan meningkat dan menghasilkan pendapatan, pendapatan tersebut digunakan sebagai modal untuk berinvestasi ke sektor perdagangan. Investasi ke sektor perdagangan ini dipilih karena sektor ini dapat berperan sebagai tempat penyalur maupun pemasaran produk-produk tanaman pangan tersebut. Sehingga keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor perdagangan dapat dikaitkan melalui media investasi. 4. Keterkaitan fiskal. Pajak yang ditarik dari sektor pertanian dapat digunakan untuk membiayai investasi atau pelayanan pemerintahan seperti contoh pembangunan jalan raya.
18
Pembangunan jalan raya untuk menghubungkan daerah pedesaan tempat dimana sektor pertanian melaksanakan aktivitasnya ke daerah perkotaan tempat dimana produk pertanian tersebut di pasarkan menyebabkan alur distribusi produk pertanian lancar. Dengan keadaan seperti itu, sektor perhubungan dan pengangkutan dapat berkembang seiring kebutuhan pelayanan pengangkutan produk pertanian. Sehingga keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor pengangkutan melalui media keterkaitan fiskal dari pembangunan jalan raya tersebut dapat terjadi. Uraian di atas menggambarkan beberapa contoh keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lainnya. Dalam perekonomian sebenarnya masih banyak hubungan keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor lainnya. Akan tetapi setiap keterkaitan tersebut akan dapat dijelaskan melalui empat media yang disebutkan diatas. Keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain ternyata dapat mempengaruhi pertumbuhan atau pembangunan ekonomi. Alasannya adalah ketika sektor pertanian dapat menunjang pertumbuhan sektor lain melalui keterkaitan yang dimiliki maka secara agregat pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Kuznets (1964) menjelaskan pertanian di negara sedang berkembang merupakan suatu sektor yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu8:
8
Kuznets dalam Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Haris Munandar dan Puji [ penerjemah]. Edisi ke-8. Erlangga, Jakarta. Hal. 135.
19
1. Kontribusi Produk Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-produk sektor pertanian. Bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan tetapi juga untuk penyediaan bahan baku kegiatan produksi di sektor non pertanian. Misalnya industri pengolahan seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi yang bahan inputnya berasal dari produk pertanian kapas, barang-barang dari kulit dan farmasi dari tanaman holtikultura. 2. Kontribusi Pasar Kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik. Sehingga permintaan produkproduk dari industri dan sektor-sektor lain sangat besar mengalir di daerah pedesaan. 3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi Pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan pertanian dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi. Sektor ini dilihat sebagai sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
20
4. Kontribusi Devisa Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan baik melalui ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi pertanian menggantikan impor. Dengan demikian pentingnya untuk memperlajari seberapa besar keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain dan pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi memfokuskan penelitian ini dengan menggunakan Analisis Input Output. Dengan menggunakan analisis ini, dapat diketahui seberapa besar keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia.
2.4 Model Input Output Model Input Output atau Tabel Input Output pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontif pada tahun 1930-an. Menurut BPS (2008)9 pengertian Tabel Input Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor yang lainnya dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel Input Output menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.
9
Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. PT. Tionarayana Marbuejaya , Jakarta. Hal 9.
21
Sedangkan masing masing kolomnya menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksi. Dengan kata lain, penggunaan Tabel Input Output dapat menunjukkan bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya. Analisis Input Output (Analisis I-O) menunjukkan bahwa dalam perekonomian secara keseluruhan mengandung keterkaitan dan ketergantungan sektoral, yang mana output suatu sektor merupakan input pada sektor lain dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang membawa mereka ke arah keseimbangan (equilibrium) antara permintaan dan penawaran dalam perekonomian secara menyeluruh. Sebagai metode kuantitatif, Tabel Input Output memberikan gambaran secara menyeluruh tentang: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar negeri. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.
22
Kegunaan dari Tabel Input Output menurut BPS (2008)10, antara lain: 1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja diberbagai sektor produksi. 2. Menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro. 3. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. 5. Melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan. Penyempurnaan, dan pengembangan lebih lanjut. 6. Menganalisis perubahan harga, yaitu melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 2.4.1 Asumsi Tabel Input Output Data dalam Tabel Input Output merupakan rincian informasi tentang input output sektoral, sehingga mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian. Suatu Model Input Output yang bersifat terbuka dan statis, maka transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input Output harus memenuhi asumsi dasar11, yaitu:
10 11
Ibid. Hal 7. Ibid. Hal. 14.
23
1. Keseragaman (Homogenitas) Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output (barang dan jasa) dengan struktur input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (Proportionality) Kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan. 3. Penjumlahan (Additivitas) Jumlah pengaruh kegiatan produksi diberbagai sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. 2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Tabel Input-Output Analisis I-O merupakan varian terbaik keseimbangan umum (general equilibrium) yang memiliki tiga unsur utama. Unsur-unsur tersebut antara lain (1) memusatkan perhatiannya pada perekonomian dalam keadaan ekuilibrium, (2) tidak berpusat pada analisis permintaan tetapi pada masalah teknis produksi, (3) analisis ini didasari pada penelitian empiris. Keunggulan dari Tabel Input Output Indonesia 2005 adalah12: 1. Kemampuannya untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian secara rinci sehingga membuat analisis I-O cocok bagi proses perencanaan. 2. Kemampuannya untuk menganalisis keterkaitan dan hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian.
12
Ibid. Hal. 15
24
Sedangkan keterbatasan Tabel Input Output Indonesia 2005 adalah13: 1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output. 2. Besarnya biaya yang harus dilakukan dalam penyusunan Tabel Input Output dengan menggunakan metode survey. 3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya. 2.4.3 Struktur Dasar Tabel Input-Output Output yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi dapat didistribusikan kepada dua jenis pengguna, yaitu sektor produksi dan sektor konsumen akhir. Jenis pengguna pada sektor produksi, menggunakan output dari suatu sektor dijadikan input pada sektor lain dalam proses produksinya. Jenis pengguna untuk konsumen akhir menggunakan output dari suatu sektor dijadikan sebagain permintaan akhirnya. Input antara dapat terjadi arus perpindahan barang dan jasa antar sektor. Artinya, bahwa dari sektor i ke sektor j terjadi perpindahan atau sebaliknya. Sama
13
Ibid. Hal. 15.
25
halnya dalam sektor itu sendiri, perpindahan terjadi dari sektor i ke sektor j jika i=j. Hal tersebut dapat dinotasikan dalam bentuk umum, sebagai berikut: Xi =
∑
n j
x ij + Fi ......................................................................................(2.1)
Keterangan: Xi = total output sektor i xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j Fi = total permintaan akhir dari sektor i i = 1,2,3,... j = 1,2,3,... Jenis pengguna pada sektor produksi yang menggunakan output suatu sektor (sektor i) yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara di sektor lain (sektor j) adalah xij. Maka total permintaan antara dapat dinotasikan sebagai berikut:
∑
n j =1
x ij = x i1 + x i2 + ... + x ij ...............................................................(2.2)
Jadi pengguna untuk konsumen akhir (permintaan akhir) terdiri dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan pihak luar negeri. Permintaan akhir tersebut terdiri dari konsumsi rumah tangga untuk rumah tangga, investasi untuk perusahaan, pengeluaran pemerintah untuk pemerintah, dan ekspor dari luar negeri. Hal tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut: Fi = Ci + Ii + Gi + ... + Ei .....................................................................(2.3) Keterangan:
Fi = total permintaan akhir sektor i Ci = konsumsi rumah tangga dari sektor i Ii = investasi dari sektor i Gi = pengeluaran pemerintah dari sektor i Ei = ekspor dari sektor i i = 1,2,3,...
Susunan input terdiri dari input antara dan input primer. Input antara digunakan dalam proses produksi, sedangkan input primer dibutuhkan dalam
26
pembiayaan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, lahan, dan sebagainya. Berdasarkan penggunaan faktor produksi, ada balas jasa dari input primer yang akan diterima. Balas jasa tersebut adalah nilai tambah dari proses produksi. Oleh karena itu, dalam prosesnya (input dan output) dapat dijabarkan dalam bentuk Tabel I-O yang terdiri dari suatu kerangka matriks yang berukuran i x j dimensi yang terbagi menjadi empat kuadran dan setiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Tabel 2.1 Tabel Input Output Alokasi
Permintaan Antara
Permintaan Akhir
Output Sektor Produksi Susunan
1
2
...
C
I
G
...
E
Total Output
j
Input Input antara
Sektor Produksi
1 2 . . . n
I
II
III
IV
Upah dan Gaji RT Surplus Usaha Input Primer lainnya Total Input
Sumber: BPS, 2005 Keterangan: xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j Ci = konsumsi rumah tangga sektor i
Ii Gi Ei Xi Xj Uj Sj Pj i j
= = = = = = = = = =
investasi perusahaan sektor i pengeluaran pemerintah sektor i ekspor sektor i total output akhir dari sektor i total input sektor j upah dan gaji sektor j surplus usaha sektor j input primer lainnya dari sektor j 1,2,3... 1,2,3...
X1 X2 . . . Xi
27
Berdasarkan asumsi kesebandingan, dapat dikatakan bahwa total output sektor i sama dengan total input sektor j (Xi=Xj). Berdasarkan Tabel 2.1, isian sepanjang baris menunjukkan bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Lain halnya untuk isian sepanjang kolom menunjukkan pemakaian input antara (xi1 + xi2 + ... + xij) dan input primer (Uj, Sj, Pj) oleh suatu sektor. Oleh karena itu, bentuk aljabar, bentuk notasi, dan bentuk matriksnya adalah sebagai berikut: a) Sektor dalam baris: (i) Bentuk aljabar x11 + x12+ ... + x1j + F1 = X1 x21 + x22+ ... + x2j + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . xi1 + xi2+ ... + xij + Fi = X2 ............................................... ........................................................(2.4.i) Jika: Ci + Ii + Gi + ... + Ei = Fi (ii) Bentuk notasi
∑
n j =1
x ij + Fi =Xi .........................................................................................................................(2.4.ii)
(iii)Bentuk matriks
x11 x 21 M xi1
x12 K x1j x22 K x2 j M O M xi2 K xij
F1 X1 F X 2 2 + M = M Fi Xi
28
b) Sektor dalam kolom -
Bentuk aljabar x11 + x21+ ... + xi1 + V1 = X1 x12 + x22+ ... + xi2 + V2 = X2 . . . . . . . . . . . . X1j + x2j+ ... + xij + Vj = Xj ........................................................................................................(2.5.i) Jika: Uj + Sj + Pj = Vj
-
Bentuk notasi
∑
n j =1
x ij + Vi =Xi ..........................................................................................................................(2.5.ii)
Angka-angka
pada
Tabel
I-O
sebenarnya
digunakan
untuk
menyempurnakan data nilai PDB menurut sektor produksi dan penggunaan. Berdasarkan Tabel I-O, nilai PDB sektoral dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (kode I-O = 209) masing-masing sektor ditambah dengan pajak penjualan impor (kode I-O = 402) dan bea masuk (kode I-O = 403). Untuk memperbandingkan nilai PDB yang diperoleh dari Tabel I-O dengan nilai PDB, maka nilai pajak penjualan impor dan bea masuk barang impor harus digabungkan dalam sektor perdagangan. Nilai PDB menurut penggunaan dibandingkan dengan mengurangkan permintaan akhir dengan impor barang dan jasa. Berdasarkan Tabel I-O Indonesia 2005, secara umum matriks tersebut terbagi menjadi empat kuadran14, yaitu:
14
Ibid. Hal 10.
29
1. Kuadran I (Intermediate Quadrant) Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa dalam proses produksi. Pada kuadran ini menunjukkan ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian dan dalam analisisnya memiliki peranan penting dalam melakukan proses produksi karena terdapat keterkaitan antar sektor ekonomi. 2. Kuadran II (Final Demand Quadrant) Dalam kuadran II terdapat transaksi barang dan jasa dalam sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III (Primary Input Quadrant) Kuadaran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah dan gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) Kuadran IV merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran IV ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel Input-Output sering diabaikan.
30
2.5 Definisi dan Konsep Variabel dalam Tabel Input Output Konsep dan definisi ini menjelaskan variabel-variabel yang terdapat dalam Tabel Input Output Indonesia. Konsep dan definisi ini dijelaskan menurut pengertian Tabel Input Output15. a. Output Output adalah nilai barang dan Jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perorangan dari dalam negeri ataupun perusahaan atau perorangan asing yang dihasilkan di dalam negeri. Unit usaha yang produksinya berupa barang output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak dibidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. b. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor yang berperan sebagai konsumen ditunjukkan pada sektor yang terdapat di masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan 15
Ibid. Hal. 21.
31
disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara. c. Permintaan Akhir Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran ini merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran ini juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Konsumsi penduduk di suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlukan sebagai impor untuk menjaga konsistensi data. Konsumsi oleh penduduk asing di domestik diperlakukan sebagai ekspor. 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah. 3. Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dalam maupun impor, termasuk barang bekas dari luar daerah.
32
4. Perubahan Stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan setengan jadi yang disimpan oleh produsen, contohnya pada kasus peternakan yaitu perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barangbarang dagangan yang belum terjual. 5. Ekspor dan Impor Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor barang dagangan, jasa angkutan, komunikasi, asuransi dan jasa lainnya. Transaksi ekspor barang ke luar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b). Free on board adalah suatu nilai yang mencakup semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang mengangkutnya. Transaksi impor barang dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost). Biaya pendaratan terdiri dari cost insuraance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan bea penjualan impor. d. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut
33
juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan nilai antara. Berikut ini adalah termasuk dalam input primer: 1. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. 2. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilik modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. 3. Penyusutan Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi 4. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung netto mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Sedangkan subsidi adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen untuk
34
menutupi biaya produksi. Dengan demikian subsidi merupakan tambahan pendapatan bagi produsen dan sering disebut sebagai pajak tak langsung negatif. Subsidi pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu dari suatu produk.
2.6 Analisis Input-Output 2.5.1. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis) Analisis keterkaitan ini merupakan suatu konsep yang dijadikan dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkage), menunjukkan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan dan keterkaitan ke belakang (backward linkage), menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan koefisien input (matriks leontief). Matriks kebalikan koefisien input yang mengandung informasi tingkat pertumbuhan suatu sektor, dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Oleh karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu:
35
1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan (Direct-Indirect Forward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 3. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (Direct-Indirect Backward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 2.6.2 Analisis Dampak Penyebaran (Dispersion Effect Analysis) Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang karena membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung dikali jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan
36
langsung dan tidak langsung dari seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Koefisien Penyebaran (Coeffisient on Dispersion) Koefisien
ini
digunakan
untuk
mengetahui
distribusi
manfaat
dari
pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Artinya, bahwa kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya. 2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion) Kepekaan ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya, bahwa kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya yang memakai input dari sektor ini. 2.6.3Analisis Pengganda (Multiplier Analysis) Analisis
pengganda
digunakan
untuk
menghitung
dampak
yang
ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis pengganda Input-Output, pendorong perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Oleh karena itu, analisis pengganda terbagi menjadi tiga macam, yaitu pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja. Masing-masing pengganda terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II. Analisis tipe I merupakan model terbuka, yang mana faktor rumah tangga
37
dijadikan sebagai faktor eksogen, sedangkan analisis tipe II merupakan model tertutup, yang mana faktor rumah tangga dijadikan sebagai faktor endogen. a. Pengganda Output (Output Multiplier) Pengganda output menentukan besarnya kelipatan perubahan output regional akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor. Artinya, bahwa nilai total output yang dihasilkan oleh perekonomian akibat adanya perubahan suatu unit mata uang permintaan akhir sektor tersebut. Peningkatan permintaan akhir suatu sektor akan meningkatkan output itu sendiri dari sektor-sektor lain dalam perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lain tercipta akibat adanya dampak langsung dan tidak langsung (hubungan teknis antar sektor) dari peningkatan permintaan akhir. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu: - Tipe I Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah. - Tipe II Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan efek induksi konsumsi dalam perekonomian suatu wilayah. b. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Pengganda ini mengukur peningkatan pendapatan akibat perubahan output dalam perekonomian. Berdasarkan Tabel I-O Indonesia, yang termasuk ke
38
dalam pengganda ini adalah pendapatan berupa upah dan gaji yang diterima rumah tangga, deviden, dan sebagainya. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu: - Tipe I Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah tangga sebagai eksogenus model sebesar Pengganda totalnya akibat perubahan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara langsung maupun tidak langsung. - Tipe II Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah tangga sebagai endogenus model sebesar Pengganda totalnya akibat perubahan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan efek induksi konsumsi. c. Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier) Pengganda ini menunjukkan perubahan tenaga kerja akibat perubahan awal dari sisi output. Pengganda ini tidak ada dalam Tabel I-O karena tidak mengandung variabel yang berhubungan dengan tenaga kerja, maka dalam Tabel I-O harus menambahkan baris jumlah tenaga kerja untuk masingmasing sektor dalam perekonomian. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
39
- Tipe I Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh penciptaan lapangan kerja akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan. - Tipe II Tipe ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan lapangan kerja akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan dan memasukan efek induksi konsumsi.
2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian dengan menggunakan Analisis Input Output telah banyak dilakukan. Penelitian dengan menggunakan analisis ini pada umumnya mempelajari bagaimana pengaruh suatu sektor dalam perekonomian, melihat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian, dampak penyebaran sektor-sektor tersebut, serta efek
pengganda
yang ditimbulkan suatu sektor dalam
perekonomian. Penelitian yang menganalisis peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi dengan menggunakan alat Analisis Input Output sudah pernah dilakukan sebelumnya. Nugroho (2002)16 meneliti tahap industrialisasi sektor pertanian serta dampak investasi dan peranannya dalam perekonomian Propinsi Jawa Tengah. Penelitian tersebut menggunakan Tabel Input Output updating Jawa Tengah
16
Bramantyo Tri Adi Nugroho. 2003. Tahap Industrialisasi Sektor Pertanian Serta Dampak Investasi dan Peranannya Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah (Analisi Input Output). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
40
Tahun 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah masih cukup besar walaupun sektor tersebut tidak menjadi sektor ungulan dalam Provinsi Jawa Tengah. Hal ini di buktikan dari pembentukan output sektor pertanian menduduki peringkat kedua. Nilai keterkaitan ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung lebih besar daripada keterkaitan ke belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa output pertanian lebih banyak digunakan sebagai input bagi sektor-sektor lain. Analisis pengganda sektor pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lainnya. Analisis koefisien pertanian menunjukkan bahwa industrialisasi yang terjadi di sektor pertanian masih belum maju. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurlela (2003)17, melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan Tabel Input Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan ke depan sektor pertanian berada pada peringkat kedua dan keterkaitan kebelakang berada pada peringkat ke delapan dari sepuluh sektor perekonomian. Berdasarkan analisis dampak penyebaran, subsektor pertanian berada pada peringkat ke delapan (koefisien penyebaran) dan peringkat ketiga (kepekaan penyebaran) dari sepuluh sektor yang ada. Analisis pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai relatif rendah untuk pengganda output, pengganda pendapatan, dan tenaga kerja.
17
Fitri Nurlela. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input Output). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
41
Penelitian-penelitian terdahulu untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak dari aspek cakupan wilayah penelitiannya. Penelitian-penelitian terdahulu cakupan wilayah penelitiannya
pada
tingkat
provinsi
sedangkan
penelitian
ini
cakupan
penelitiannya
pada tingkat nasional. Ada beberapa penelitian terdahulu yang
menganalisis sektor pertanian dengan cakupan wilayah penelitiannya sama dengan penelitian ini yaitu secara nasional, akan tetapi penelitian terdahulu menganalisis sektor pertanian dari permasalah yang berbeda. Berdasarkan studi literatur penelitian terdahulu bahwa analisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan Tabel Input Output 2005 klasifikasi 9 sektor belum pernah dilakukan.
42 Tabel 2.2 Penelitian-Penelitan Terdahulu Nama 1. Dyah Ayu Mariana Handari (2006)
Judul Dampak Investasi di Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian di Indonesia
Tabel IO Tabel IO Indonesia Updating Tahun 2003 Klasifikasi 27 sektor
Hasil Penelitian Deskripsi a) Analisis Keterkaitan: a) Nilai langsung dan tidak langsung 1. Langsung ke Depan: 0,46 ke depan sektor pertanian sebesar 2. Langsung dan Tidak Langsung ke 2,02 berada pada urutan ketiga Depan: 2,02 terbesar dari klasifikasi 10 sektor. 3. Langsung ke Belakang: 0,25 Hal tersebut menunjukkan bahwa 4. Langsung dan Tidak Langsung ke sektor pertanian dapat mendorong Belakang: 1,45 pertumbuhan sektor hilirnya b) Analisis Penyebaran: melalui penyediaan input jika 1. Penyebaran ke Depan: 1,06 dibandingkan dengan sektor2. Penyebaran ke Belakang: 0,76 sektor lain. Kemudian, nilai c) Analisis Pengganda: langsung dan tidak langsung ke 1. Pengganda Output: belakang sektor pertanian sebesar Tipe I: 1,45 1,45 berada pada urutan Tipe II: 1,80 kesembilan. Hal tersebut 2. Pengganda Pendapatan: menunjukkan bahwa sektor Tipe I: 1,38 pertanian kurang mampu Tipe II: 1,66 merangsang pertumbuhan sektor3. Pengganda Tenaga Kerja: sektor hulunya melalui Tipe I: 1,19 penggunaan input jika Tipe II: 1,27 dibandingkan dengan sektord) Analisis Dampak Investasi menunjukkan sektor lain. bahwa sub sektor dari sektor pertanian b) Analisis penyebaran menunjukkan yang memiliki nilai investasi yang baik bahwa sektor pertanian lebih adalah sub sektor perkebunan. mampu untuk mendorong pertumbuhan seluruh sektor
43
2. Siera Aninditha Casandri Putri (2008)
Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Bangka Belikung
Tabel IO Bangka Belitung Tahun 2005 klasifikasi 9 sektor
a) Analisis Keterkaitan: 1. Langsung ke Depan: 0,18 2. Langsung dan Tidak Langsung ke Depan: 1,26 3. Langsung ke Belakang: 0,09 4. Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang: 1,12 b) Analisis Penyebaran: 1. Penyebaran ke Depan: 0,92 2. Penyebaran ke Belakang: 0,81 c) Analisis Pengganda: 1. Pengganda Output: Tipe I:1,06 Tipe II: 1,13 2. Pengganda Pendapatan: Tipe I:1,11 Tipe II:1,26 3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:1,04 Tipe II:1,08
hilirnya dibandingkan merangsang pertumbuhan seluruh sektor hulunya. c) Analisis Pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki efek pengganda yang rendah baik pengganda output, pendapatan maupun tenaga kerja terhadap sektor-sektor lain. a) Nilai langsung dan tidak langsung ke depan sektor pertanian sebesar 1,26 berada pada urutan ketujuh dari klasifikasi 9 sektor. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian kurang dapat mendorong pertumbuhan sektor hilirnya melalui penyediaan input jika dibandingkan dengan sektorsektor lain. Kemudian, nilai langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pertanian sebesar 1,12 berada pada urutan Hal tersebut kedelapan. menunjukkan bahwa sektor pertanian kurang mampu merangsang pertumbuhan sektorsektor hulunya melalui penggunaan input jika dibandingkan dengan sektor-
44
sektor lain. b) Analisis penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan merangsang pertumbuhan sektor hulunya walaupun jika dibandingkan dengan sektorsektor lain dampak penyebaran sektor pertanian masih sangat rendah. c) Analisis Pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki efek pengganda yang rendah baik pengganda output, pendapatan maupun tenaga kerja terhadap sektor-sektor lain. 3. Dyah Hapsari Amalina S. (2008)
Pengaruh Keterkaitan Antar Sektor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tabel IO Provinsi Tahun 2000
a)
Analisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian dalam perekonomian daerah menunjukkan keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan ke depan yang tinggi terdapat pada provinsi Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara. Sedangkan keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan total ke depan yang rendah
45
4. Annisa Kurniawati (2008)
Analisis Peran Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Indonesia Tahun 2005
Tabel IO Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 66 sektor
terdapat pada Provinsi Maluku Utara, NTT, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. b) Analisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor perdagangan, hotel, restoran dalam perekonomian daerah menunjukkan bahwa tidak ada provinsi dalam penelitian yang memiliki keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan total ke depan yang tinggi. Semua provinsi yang diteliti memiliki keterkaitan total ke belakang dan ke depan yang rendah. a) Analisis keterkaitan menunjukkan a) Analisis Keterkaitan Perkebunan Kelapa bahwa perkebunan kelapa sawit Sawit: 1. Langsung ke Depan: 0,2 dan industri kelapa sawit memiliki keterkaitan ke belakang dan 2. Langsung dan Tidak Langsung ke Depan: 1,3 kedepan yang tinggi baik langsung maupun langsung dan 3. Langsung ke Belakang: 0,32 4. Langsung dan Tidak Langsung ke tidak langsung. Ini artinya, Belakang: 1,52 perkebunan kelapa sawit maupun industri kelapa sawit dapat Analisis Keterkaitan Industri Kelapa Sawit: mendorong dan merangsang 1. Langsung ke Depan: 0,312 2. Langsung dan Tidak Langsung ke pertumbuhan sektor hulu dan Depan: 1,47 hilirnya. b)Analisis dampak penyebaran 3. Langsung ke Belakang: 0,64 menunjukkan bahwa perkebunan 4. Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang: 2,16 kelapa sawit dan industri kelapa sawit memiliki daya penyebaran
46
b) Analisis Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit: 1. Penyebaran ke Depan: 0,88 2. Penyebaran ke Belakang: 1,03 Analisis Penyebaran Industri Kelapa Sawit: 1. Penyebaran ke Depan: 1,00 2. Penyebaran ke Belakang: 1,47 c) Analisis Pengganda Perkebunan Kelapa Sawit: 1. Pengganda Output: Tipe I:1,52 Tipe II: 1,69 2. Pengganda Pendapatan: Tipe I:2,20 Tipe II:2,60 3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:1,10 Tipe II:1,14 Analisis Pengganda Industri Kelapa Sawit: 1. Pengganda Output: Tipe I:2,16 Tipe II: 2,26 2. Pengganda Pendapatan: Tipe I:10,06 Tipe II:11,83 3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:7,29 Tipe II:1,08
ke belakang dan ke depan yang tinggi. Artinya, ketika perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit dapat tumbuh dan berkembang maka sektor-sektor tersebut dapat mendorong dan merangsang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian. c) Analisis pengganda menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit memiliki nilai pengganda pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan pengganda output dan pengganda tenaga kerjanya. Akan tetapi jika dibandingkan dengan sektorsektor lainnya dalam perekonomian, efek pengganda perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit masih sangat rendah.
47 2.8 Kerangka Pemikiran Operasional Suatu pemahaman yang luas terhadap peran sektor pertanian, tidak hanya dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (dimana PDB hanya menggambarkan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor tersebut). Akan tetapi sektor pertanian dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun pengguna input antara dari sektor lain. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada Analisis Input Output. Analisis Input Output dilakukan dengan cara mengolah Tabel Input Output dengan menggunakan software Grimp7.2 atau Microsoft Excel 2007. Hasil Analisis Input Output dapat menunjukkan seberapa besar keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan dapat mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian. Selanjutnya Analisis Input Output dapat melakukan pengembangan dari analisis keterkaitan untuk melihat dampak penyebaran sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan juga dapat melihat dampak pengganda dari sektor pertanian terhadap peningkatan output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor-sektor lain dalam perekonomian. Dengan mengetahui sektor-sektor mana saja yang memiliki pengaruh yang besar atau keterkaitan yang tinggi terkait penggunaan input dari sektor pertanian atau penyediaan input bagi sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektorsektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Sehingga
48
diharapkan dapat menciptakan sinergitas antara sektor-sektor tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian Indonesia
Sektor Pertanian
Tabel Input Output Indonesia 2005 Grimp 7.2 Microsoft Excel Exel 2007
Analisis Input Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Penyebaran
Analisis Multiplier
Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Ekonomi Indonesia
Solusi Pembangunan Sektor Pertanian
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Operasional