11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Menurut Gonarsyah (1987) ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain, yaitu (1) Keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, (2) Memperbesar penerimaan bagi kegiatan pembangunan, (3) Adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara, (4) Tidak semua negara menyediakan kebutuhan masyarakatnya serta (5) Akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Menurut Amir M.S, bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Perdagangan internasional mendorong manusia untuk menghasilkan produk-produk
terbaik
dan
sekaligus
memungkinkan
manusia
untuk
mengkonsumsi lebih banyak ragam barang dan jasa yang berasal dari seluruh dunia yang tidak dihasilkan di dalam negeri.
Selain itu, perdagangan
internasional dapat meningkatkan kesejahteraan semua negara melalui spesialisasi dalam produksi barang dan jasa yang memiliki keunggulan komparatif. Menurut Ball dan McCulloch (2001), perdagangan internasional timbul karena adanya perbedaan harga relatif di antara negara. Perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh: 1. Perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi
12
2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intesitas faktor yang digunakan. 3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi. 4. Kurs valuta asing. Pada
dasarnya
faktor
yang
mendorong
timbulnya
perdagangan
internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keinginan memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan. perdagangan
internasional
mengaji
dasar-dasar
terjadinya
Teori
perdagangan
internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan tersebut.
Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan
pengaruh
adanya
hambatan-hambatan
perdagangan,
serta
hal-hal
yang
menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997). Heckser-Ohlin
mengemukakan
bahwa
suatu
negara
melakukan
perdagangan internasional karena adanya perbedaan endowment. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara. Perbedaan tersebut menimbulkan terjadinya perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif lebih banyak dan murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka dan mahal dalam memproduksinya (Salvatore, 1997). Kegiatan perdagangan internasional atau disebut sebagai kegiatan ekspor dan impor antar negara mengatakan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh karena itu bagi suatu negara, selisih antara penawaran dan permintaan domestik (excess supply) dapat diartikan sebagai penawaran ekspor.
Sementara itu
13
permintaan impor merupakan kelebihan permintaan domestik di negara pengimpor (excess demand). Gambarannya yaitu, suatu negara (misalnya negara A) akan cenderung mengekspor suatu komoditas ke negara lain (negara B) apabila harga domestik komoditas tersebut di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditas yang sama di negara B. Terjadinya harga yang relatif murah di negara A disebabkan karena adanya kelebihan penawaran, yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sehingga memungkinkan negara A untuk menjual produksinya ke negara lain (negara B) Di sisi lain, di negara B terjadi kelebihan permintaan, yaitu konsumsi domestik melebihi produksi domestik. Akibatnya harga komoditas tersebut di negara B relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara A. Akibat kelebihan permintaan tersebut, menyebabkan negara B berkeinginan untuk membeli komoditas bersangkutan yang harganya relatif lebih murah (negara A). Jadi, adanya perbedaan kebutuhan antar negara A dan B menyebabkan timbulnya perdagangan internasional antar kedua negara, dalam hal ini akan mengekspor ke negara B. Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan memengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan memengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi harga dunia. 2.1.2 Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menerangkan tentang ciri hubungan antar jumlah permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, di antara faktorfaktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini : a. Harga barang itu sendiri. b. Harga barang lain yang berkaitan dengan barang tersebut. c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. d. Corak distribusi pandapatan dalam masyarakat. e. Cita rasa (preference) masyarakat.
14
f. Jumlah penduduk (populasi) dalam suatu negara. g. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang. Dalam menganalis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendahnya harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap suatu barang tersebut.
Sebaliknya
semakin tinggi harga barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. (Sadono Sukirno, mikroekonomi, 2002:76). Jumlah permintaan dan tingkat harga memiliki hubungan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti (substitution) yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya. Kemudian kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Menurut Kotler (1991) permintaan pasar atas suatu produk adalah jumlah yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu dalam suatu wilayah geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu yang berada di lingkungan pemasaran tertentu dengan program pemasaran tertentu. Fungsi permintaan pasar dalam Colman dan Trevor Young (1989) adalah sebagai berikut: Qs = f(P, M,POP,ID) Qs = Permintaan P = harga komoditi M = Pendapatan Perkapita POP= Populasi yang merupakan pasar produk tersebut ID = Index Disribution Income Tingkat pendapatan yang merupakan sumber daya atau kemampuan membeli (purchasing power) dari konsumen adalah determinasi permintaan terpenting. Bertambahnya pendapatan konsumen akan memengaruhi peningkatan jumlah yang diminta (Hanafiah,1986).
15
Tomek W.G (1987) mengatakan empat faktor terbesar yang memengaruhi tingkat permintaan adalah ukuran populasi dan distribusinya menurut umur, daerah geografis dan sebagainya, pendapatan konsumen dan distribusinya, harga dan penggunaan komoditi dan jasa lain, selera serta preference konsumen. Faktor-faktor tersebut merupakan determinan dari permintaan. Pada sebagian besar produk pertanian, pendapatan dan permintaan mempunyai hubungan yang positif, hal ini berarti peningkatan pendapatan akan menggeser permintaan ke kanan. Perubahan selera dan preference secara nyata mendorong perubahan permintaan untuk komoditi pertanian, walaupun efeknya sulit untuk dipisahkan karena muncul bersamaan dengan perubahan pendapatan atau variabel lain (Tomek, W.G, 1987) 2.1.3 Teori Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing ke negara kita, yang dapat digunakan untuk membayar pembelian atas impor barang dan jasa dari luar negeri. Dalam teori, pengertian ekspor adalah kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara tetapi untuk dikonsumsikan di luar batas negara tersebut (Boediono, 1990). Pengertian
ekspor
menurut
UU
Kepabeanan
adalah
kegiatan
mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru. Secara umum produk ekspor dan impor dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas adalah barang-barang yangukan berupa minyak bumi dan gas,seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas. Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan dengan ekspor terbesar adalah udang dan
16
yang kedua adalah ikan tuna, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.
2.1.4 Teori Nilai Tukar Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar adalah mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey, 1995). Nilai tukar mata uang ini memengaruhi kebijakan perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor.
Peningkatan atau
penurunan nilai mata uang asing dapat memengaruhi volume ekspor yang diperdagangkan. Bertambah mahal atau murahnya suatu komoditas ekspor di pasar internasional sangat ditentukan oleh nilai tukar mata uang suatu negara. Kebijakan mengenai permintaan ekspor seringakali dilakukan dengan pengaturan nilai tukar, karena ada dua alasan utama untuk bekerja dengan exchange rate real, pertama adalah keinginan untuk bekerja dalam batas waktu real untuk diambil analisa perdagangan dan pergerakan current account pada dasar yang sama seperti analisa real supply, real demand, dan harga riil dari komoditi.
Kedua adalah keinginan untuk memperkenalkan analisis current
account dalam dunia dengan sistem exchange rate yang berbeda (Helmers, 1988). Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang negara pengimpor utama yaitu dolar Amerika, yen Jepang dan Euro atau disebut apresiasi menyebabkan permintaan turun, sehingga akan menyebabkan: (1) Harga domestik negara pengimpor turun, (2) Meningkatkan harga di negara pengimpor, (3) Menurunkan ekspor negara pengekspor, (4) Menurunkan impor negara pengimpor (Tweeten, 1992). Secara implisit, revaluasi mata uang negara pengekspor berperan sebagai pajak ekspor yang akan menurunkan jumlah produk ekspor yang diminta pada tingkat harga tertentu. Nilai tukar terhadap mata uang negara tujuan ekspor dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam
penelitian ini, perhitungan nilai tukar yang digunakan untuk setiap negara tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan UniEropa menggunakan nilai
17
tukar riil untuk memperhitungkan Purchasing Power Parity, dan menggunakan rumusan
2.1.5 Suku Bunga Suku bunga merupakan indikator dari keadaan bisnis, karena biaya pinjaman merupakan pertimbangan paling penting dalam keputusan investasi. Biaya pinjaman yang tinggi menghambat investasi dan konsumsi, sementara biaya pinjaman yang rendah mendorong investasi dan konsumsi (Gorman, 2009) Dalam proses ekspor ikan tuna, dibutuhkan gudang pendingin, pengepakan barang, dan penyimpanan stok ikan di kapal penangkap sebelum kapal didaratkan di pelabuhan. Dibutuhkan investasi yang cukup besar, iklim investasi dapat dijaga dengan stabil dengan menjaga suku bunga Bank Indonesia stabil. Suku bunga yang relatif tinggi akan membuat para pengusaha penangkapan tuna memilih untuk menginvestasikan uangnya di bank daripada menanggung resiko menanamkan modalnya pada penangkapan tuna, demikian pula para pengusaha yang memerlukan pinjaman dari bank akan merasa keberatan dengan bunga pinjaman yang tinggi.
Apabila hal ini terjadi terus-menerus, investasi untuk
membangun fasilitas pengolahan yang mendukung ekspor ikan tuna akan terus menurun, secara tidak langsung dampaknya akan terkena kepada ekspor secara secara keseluruhan. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan ekspor ikan tuna sudah banyak dilakukan sebelumnya. Munir (1997) dan Olivia (2007) meneliti tentang ekspor ikan tuna dan ikan tuna Indonesia serta analisis ekspornya ke pasar jepang. Dengan metode 2 SLS, dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor skipjack beku dan segar Indonesia ke pasar Jepang. Munir telah memasukkan peubah ekspor negara pesaing utama seperti Thailand, namun tidak ada peubah kebijakan pemerintah dalam ekspor dan produksi sehingga tidak dapat dilihat peranan pemerintah dalam mendorong peningkatan produksi dan ekspor skipjack. Variabel harga diambil dari harga Free On Board masing-masing produk. Faktorfaktor yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor ikan tuna beku Indonesia
18
ke Jepang adalah harga FOB ekspor ikan tuna dan skipjack beku, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, pendapatan nasional Jepang dan volume ekspor ikan tuna serta skipjack beku Indonesia ke Jepang pada tahun sebelumnya Olivia (2007), dengan menggunakan model yang sama yaitu 2 SLS menunjukkan secara ekonometrika
bahwa volume ekspor skipjack beku
Indonesia ke Jepang sensitif terhadap perubahan faktor-faktor internal seperti depresiasi rupiah, peningkatan armada dan penurunan tingkat suku bunga riil. Sedangkan ekspor yellowfin segar Indonesia ke Jepang sensitif terhadap perubahan faktor eksternal seperti depresiasi yen dan kebijakan standar mutu tuna segar serta penyeragaman alat tangkap tuna ASEAN. Yellowfin segar relatif lebih sensitif dalam hal daya tahan dibanding skipjack beku. Jurnal yang diterbitkan oleh universitas Groningen yang ditulis oleh Csilla Horvath dan Jaap Wieringa membahas tentang sistem pemasaran tuna yang mengakomodasikan produk berdasarkan kualitasnya.
Dengan menggunakan
VAR, penulis mengedepankan issue heterogenity data antar cross sections. Penelitian dilakukan pada pasar tuna chicago. Observasi dilakukan selama 104 minggu terhadap 28 supermarket yang menjual ikan tuna di kota tersebut, dengan variabel yang diamati adalah jumlah pembelian, harga, dan penataan display. Penelitian ini menggunakan data panel. Sathiendrakumar (1997) meneliti tentang fungsi produksi tuna yang dibedakan pada dua tahapan bahasan, yang pertama membahas hubungan antara tangkapan dengan usaha yang dikeluarkan dalam proses penangkapan tuna, dan tahapan yang kedua adalah menemukan kombinasi input yang paling efisien untuk mendapatkan tiap tingkatan tangkapan yang diinginkan. Jurnal ini mendiskusikan model yang tepat untuk menjelaskan hubungan antara penangkapan tuna dan usaha yang optimal. Pada penelitian ini juga dipertimbangkan kebijakan dari departemen perdagangan dalam melindungi perdagangan tuna. Bambang Edi Priyono membahas hal serupa dengan menggunakan fungsi coubb douglass untuk mendapatkan skala ekonomis yang lebih menguntungkan. Pada penelitian ini juga membandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang menulis tentang perkembangan produksi dan perdagangan ikan tuna dan peranannya bagi perekonomian negara-negara yang bersangkutan, seperti pada
19
penelitian B. Wijayaratne dan Rekha Maldeniya yang membahas pentingnya perikanan bagi srilanka, Hannah Parris and R. Quentin Grafton meneliti tentang betapa pentingnya peranan perikanan tuna bagi perkembangan kawasan pasific, dan Liborio S. Cabanilla meneliti tentang hubungan perdagangan antara Filifina dan Amerika Serikat, yang salah satu komoditinya adalah ikan tuna. Bedanya penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada fokus penelitiannya dimana dalam penelitian ini membahas komoditi spesifik yaitu ikan tuna.
Karena penelitian yang sudah ada lebih banyak membahas ikan tuna
sebagai ekspor unggulan Indonesia, namun belum banyak yang membahas dari sisi permintaan ekspor dari negara-negara pengekspor ikan tuna Indonesia, dan menyempurnakan penelitian sebelumnya karena pada penelitian ini digunakan pemodelan secara simultan yang menganalisis hubungan saling memengaruhi antarfaktor-faktor di negara pengimpor tuna Indonesia yang tentunya berbeda satu sama lain dan bersinergi untuk memengaruhi permintaan ekspor di masingmasing negara terhadap ikan tuna Indonesia, dan pada akhirnya menganalisis pengaruhnya terhadap ekspor ikan tuna Indonesia .
20
Tabel 3.
Rekapitulasi penelitian terdahulu.
NO
JUDUL
PENELITI
PENERBIT
METODE
VARIABEL
DATA
RINGKASAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
University of
VAR
Combining Time
1
Series and Cross
Csilla Horváth
Groningen
models,
Harga, Jumlah Penjualan
Sectional Data for
and Jaap E.
Groningen,
Time Series
berdasarkan merk, dan
the Analysis of
Wieringa
The
and Cross
metode display sebagai
Netherlands
Sectional
variabel dummy
Dynamic Marketing Systems
penyesuaian parsial
Model
nerlove dalam
Made oka
Universitas
Penyesuaian
proyeksi
adnyana 2001
udayana
parsial
Produksi dan
nerlove
konsumsi beras University of
Optimal Economic
3
Fishery Effort in the
Sathiendra
Newcastle
Maidivian Tuna
kumar
New South
Fishery: An
1997
Wales,
Appropriate Model.
Hasil pooling terhadap 1000 responden
data
Penerapan model
2
Penelitian tentang pasar tuna Chicago.
Australia.
Observasi dilakukan selama 104 minggu terhadap 28 supermarket di kota tersebut, mengamati pembelian, harga, penataan display. Menggunakan analisis data panel.
Luas areal panen, produktivitas, harga, harga
Data tahunan
pesaing, konversi lahan,
periode 1969-
harga input, sarana irigasi,
1999
Proyeksi areal panen, produktivitas dan produksi tanaman pangan.
curah hujan Mengestimasi teknik dan
fungsi
Jumlah kapal, jumlah
Coubb
perjalanan, jumlah
Douglas
tangkapan, rata-rata tangkapan per perjalanan.
Data time series tahun 1970-1984
menghubungkan penangkapan tuna dengan usaha untuk mendapatkan skala ekonomi yang optimal, tentang penentuan harga dan kebijakan yang memengaruhi perdagangan tuna
21
Socioeconomic and
BOT, PDRB
Bioeconomic analysis of Coastal 4
Resources in Central and Northern Java,
Bambang Edi
WorldFish
Priyono
Center
2003
Conference
fungsi Coubb Douglas
dan nilai Volume ekspor, exchange
tambah tahun
rate, pendapatan nelayan,
1985-1997,
volume produksi.
Gini ratio dan faktor-faktor
Indonesia
5
Hasan Djima
Ekspor ke Cina kasus ikan tuna
mendapatkan skala ekonomis yang lebih menguntungkan, dengan berdasarkan prinsip-prinsip produksi.
produksi. Meneliti ada di kuadran mana kekuatan
Analisis Kajian Peluang
Membahas teknis2 produksi untuk
2000
deskriptif
Sumber Daya Alam,
Statistik
Universitas
tentang
tenaga kerja, suku bunga,
ekspor impor
Indonesia
politik
stabilitas keamana dan
dan hasil
ekonomi
politik
wawancara.
daya saing komoditi ikan tuna Indonesia di pasar RRC, dan menganalisis kelemahan-kelemahan ekspor ikan tuna Indonesia yang menjadi tantangan dalam peningkatan ekspor komoditi ikan tuna Indonesia ke pasar Cina.
The Role of Fisheries Sector in 6
the Coastal Fishing Communities of Sri Lanka
Analisis
Data sekunder
Membahas peran sektor perikanan bagi
B.
Ministry of
Deskriptif
Volume Produksi, Cost,
dari NARA
perekonomian, dari sisi pengaruhnya
Wijayaratne
fisheries and
peranan
Investasi, regulasi dan
tahun 1986-
bagi lingkungan, peningkatan konsumsi
Rekha
aquatic
sektor
persentase Share sektor
2000, Ministry
dan nutrisi masyarakat, pengaruhnya
Maldeniya
resources
perikanan di
perikanan terhadap total
of Fisheries
dalam meningkatkan income dan
Srilanka
Srilanka
GDP.
and Aquatic
mengurangi pengangguran di negara
Resource
tersebut, sampai pada isyu pemerataan
dengan
22
menghitung
Development
pendapatan dan besarnya profit yang
Cost dan
(MFARD) and
dihasilkan dari sektor perikanan.
total profit.
the other institutes.
7
Tuna-Led
Hannah Parris
Sustainable
and R.
Australian
Development in the
Quentin
National
Pacific
Grafton
University
2005
Analisis
Bargaining power,
deskriptif
Bundling of aid and
faktor-faktor
fisheries Access, fostering
produksi
a domestic and
tuna di
commercially competitive
pasifik.
fishing industry, HDI
Data time series tahun 1950-2003
Membahas tentang peranan dan pentingnya produksi dan perdagangan tuna di pasifik
Neoliberalism in Japan’s Tuna Fisheries, 8
Government intervention and reform in the Longline Industry
Data history Kate Barclay, Sun-Hui Koh 2005
THE AUSTRALIA NATIONAL UNIVERSITY
Analisis
Produksi perikanan,
Political
regulasi, Jumlah kapal,
Economy
strategi perusahaan.
dari tahun 1936-1965 dan data kini tahun 19802000
Membahas tentang Neoliberalism sebagai politik ekonomi dalam perdagangan tuna. Kebijakan yang berorientasi pasar dengan dasar2 teori neoliberalism.
23
Global integration of European tuna 9
markets
Membahas tentang hubungan antara
Ramòn
Laboratoire
JIMENEZ-
d’Economie et
TORIBIO et
de
VAR,
all
Management
VECM
faktor2 endogen dan eksogen yang Produksi, harga, income,
Data tahunan
memengaruhi produksi tuna beku, tuna
musim, exchange rate,
dari tahun
kaleng di Amerika dan pengaruhnya
interest rate
1995-2005
terhadap perikanan tuna. Menggunakan
Nantes2009
hubungan kointegrasi, granger causality,
Atlantique
VAR dan VECM Agricultural
Agricultural Trade
Agriculture
Between the
10
Philippines and the
Liborio S.
US:
Cabanilla
Status, Issues and
2009
Prospects
Trade,
Philippine Institute for Development Studies
US
support
programs, Domestic Analisis
Support Programs, Non-
Perdagangan
Tariff
internasional
liberalization, controls, market Access
Data tahunan
Barriers,
dari tahun
border
1994-2003
Membahas pengaruh kerjasama dengan US terhadap pertanian Filifina, termasuk pada perikanan tuna
24
linear WHY DOES THE AVERAGE PRICE 11
OF TUNA FALL DURING LENT?
data 400
correlation
Aviv Nevo 2005
weeks starting
http://www.nb
coefficient;
er.org/papers/
competitiven
Material, financial and
ess; trade
human
w11572
balance; economic opening.
September 1989, in 29 different product categories.
Membahas pola-pola kemungkinan konsumsi yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh faktor2 endogen dan eksogennya.
25
2.3 Kerangka pemikiran Ikan merupakan sumber bahan pangan yang bermutu tinggi. Ikan tuna sebagai salah satu sumber protein hewani yang kaya akan omega 3. Ikan tuna juga sebagai salah satu potensi sumber daya perikanan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam peningkatan ekspor dan menghasilkan devisa. Permodelan yang dibangun disesuaikan dengan fenomena yang ada dengan batasan penelitian sebagai berikut : 1. Penawaran ikan tuna segar di Indonesia diasumsikan tidak ada stok, sehingga produksi yang dihasilkan sama dengan total penawarannya (market clearing). 2. Produksi ikan tuna segar di Indonesia lebih diorentasikan pada permintaan domestik, dimana pemerintah melalui kementerian kelautan dan perikanan senantiasa meningkatkan target konsumsi domestik setiap tahunnya sehubungan dengan adanya kesadaran protein baik dari ikan yang dapat meningkatkan kualitas bangsa. Sehingga dengan demikian permintaan ikan tuna segar di pasar ekspor (internasional), adalah sisa dari produksi dikurangi ekspor konsumsi domestik. 3. Penawaran ekspor ikan tuna Indonesia mempunyai negara tujuan ekspor utama yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. 4. Harga Internasional dan ekspor ikan tuna Indonesia ke Rest of The World yang merupakan sisa ekspor total Indonesia selain ketiga negara importir utama yang diteliti adalah given dan dianggap merupakan eksogen dalam penelitian ini sehingga tidak dimodelkan lagi. Permintaan ekspor ke setiap negara tujuan saling bersubstitusi tergantung pada harga ekspor ikan tuna pada setiap negara tujuannya. Keterkaitan antar peubah model permintaaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional dapat ditunjukkan pada kerangka pemikiran Gambar 3
26
Keterangan :
Eksogen
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Endogen
27
2.4 Hipotesa Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka penelitian ini diajukan beberapa hipotesis yaitu : 1. Harga ikan tuna internasional Harga ikan ikan tuna internasional berhubungan positif dengan harga ikan tuna domestik, jika harga ikan tuna internasional mengalami kenaikan maka harga ikan tuna domestik mengalami kenaikan yang searah dengan harga ikan tuna internasional, dengan asumsi ceteris paribus atau faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan. 2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, yen Jepang dan euro Nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika dan mata uang negara importir lainnya berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia di pasar internasional. Jika nilai tukar rupiah terjadi depresiasi maka permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia diduga akan meningkat, dengan asumsi ceteris paribus atau faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan. 3. Jumlah penduduk (Populasi). Jumlah penduduk berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna segar dari negara yang bersangkutan dengan asumsi ceteris paribus.
Semakin besar
populasi negara pengimpor, maka kebutuhan konsumsi ikan tuna akan semakin banyak. 4. Preference yang ditunjukkan dengan trend. Preference yang ditunjukkan dengan trend diduga berhubungan positif dengan permintaan ekspor dengan asumsi ceteris paribus.
Meningkatnya trend akan
meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia di pasar internasional. 5. Harga ikan salmon sebagai substitusi ikan tuna. Harga ikan salmon diduga berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia di pasar internasional.
Meningkatnya harga ikan salmon akan
meningkatkan permintaan ikan tuna Indonesia, dan demikian pula sebaliknya, penurunan harga barang subtitusi akan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia, dengan asumsi ceteris paribus atau faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan.
28
6. Harga ikan tuna Thailand. Harga dari negara Thailand sebagai kompetitor Indonesia diduga berhubungan positif dengan permintaan ekspor. Kenaikan harga dari negara kompetitor akan menaikkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia dengan asumsi ceteris paribus atau harga ikan tuna Indonesia dan faktor-faktor lainnya tidak mengalami perubahan pula.