Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
tentang
Penerapan
mendefinisikan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tenaga kerja yang dimaksud adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Lambang (logo/simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) beserta arti dan maknanya tertuang
dalam
Kepmenaker
RI
1135/MEN/1987
tentang
Bendera
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berikut ialah penjelasan mengenai arti dan makna lambang/logo/simbol K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut : 1.
Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna dasar putih.
2.
Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 : a) Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). b) Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani. c) Warna Putih : bersih dan suci. II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
d) Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera. e) Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Gambar 2.1 Lambang K3
(Sumber : https://www.prodev-consulting.com/group/arti-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-dan-maknalambang-k3/, 2017 )
2.1.1 Dasar Hukum K3 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian terpenting dalam ketenagakerjaan. Dalam hal perlindungan tenaga kerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam menentukan kebijaksanaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, pemerintah selalu berlandaskan pada peraturan perundangan yang ada. Berikut adalah beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang keselamatan dan kesehatan kerja: 1.
UU No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
2.
PP No 50 tahun 2012 tentang SMK3
3.
Permenaker no 01/Men/1980, tentang K3 pada konstruksi bangunan
4.
Keputusan bersama Menaker & Men. PU No 174/Men/1986 & 104/KPTS/1986 tentang K3 pada tempat kegiatan konstruksi. II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
2.1.2 Tujuan Penerapan K3 Berdasarkan pendekatan filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah atau rokhaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu K3 memiliki tujuan untuk mencegah dan meminimalisir risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, tujuan utama K3 yaitu: 1.
Melindungi dan menjamin tenaga kerja dan orang di sekitarnya yang berada di tempat kerja mendapatkan jaminan perlindungan terhadap keselamatannya sehingga merasa nyaman dalam bekerja.
2.
Menjamin setiap sumber produksi yang digunakan dalam kegiatan operasinya dapat dipakai dan dipergunakan secara efektif dan efisien.
3.
Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.
2.1.3 Sarana dan Prasarana K3 Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/ pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja, contohnya berupa APD, peralatan kerja, dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama dalam terselenggarakannya produksi dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Contohnya berupa tempat kerja, lahan, gudang, dan lain-lain.
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Sehingga sarana dan prasarana merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan pengertian diatas, maka sarana dan prasarana pada dasarnya memiliki fungsi utama sebagai berikut: 1.
Menghemat waktu pelaksanaan pekerjaan
2.
Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa
3.
Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin
4.
Lebih memudahkan dalam gerak para pengguna
5.
Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin Sarana dan prasarana K3 yang ada diproyek meliputi Alat Pelindung Diri
(APD), Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maupun pelatihan tentang K3.
2.1.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 Menurut PP No. 50 tahun 2012, pemantuan dan evaluasi kinerja K3 yang dilaksanakan di perusahaan meliputi pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran. Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum meliputi: a)
Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup;
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
b) Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor kerja yang terkait; c)
Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3;
d) Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran; e)
Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden; dan
f)
Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang. Proses pelaksanaan K3 harus dipantau secara berkala dari waktu ke waktu untuk
memastikan bahwa sistem K3 berjalan sesuai rencana. Pemantauan dapat dilakukan melalui observasi, laporan atau rapat pelaksanaan yang diadakan secara berkala untuk melihat progress report kemajuan pelaksanaan K3. Pengukuran kinerja K3, sejalan dengan konsep manajemen modern, dilakukan sepanjang proses SMK3 sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya. Pengukuran dilakukan secara konseptional agar dapat memberikan makna dan manfaat bagi manajemen. Kinerja dengan proses keclakaan yang meliputi 3 tahap yaitu pengukuran sebelum kejadian (pre-contact), saat kejadian (contact), dan sesudah kejadian (postcontact).
2.2
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem Manajemen K3 merupakan konsep pengolahan K3 secara sistematis dan komperhensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pegawasan.
2.2.1 Tujuan Penerapan SMK3 Sistem Manajemen K3 memiliki tujuan sesuai dengan PP No 50 tahun 2012 sebagai berikut: 1.
Untuk meningkatkan efektifitas perlindunganK3 dengan cara : terencana, terukur, terstruktur, terintegrasi.
2.
Untuk mencegah kecelakaan dan mengurangi penyakit akibat kerja, dengan melibatkan : manajemen, tenaga kerja dan serikat pekerja. Berdasarkan Permennaker No. 05/1996 tujuan penerapan SMK3 adalah
menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2.2.2 Dasar Penerapan SMK3 Sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012 dasar dari penerapan K3 adalah berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3. Berdasarkan PP No. 5 tahun 2012 dasar undang-undang yang II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
digunakan adalah UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, sedangkan apabila berdasarkan dengan Permennaker No. 05/1996 dasar undang-undang yang digunakan adalah UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja dan UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
2.3
Potensi Bahaya Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1
menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada: 1)
Manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan
2)
Properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin
3)
Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan
4)
Kualitas produk barang dan jasa
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upayaupaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1.
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
2.
Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
3.
Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
4.
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin. 5.
Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
6.
Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
2.4
Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi bahaya
dari suatu bahan, alat, atau sistem (Department of Occupational Safety and Health). Potensi bahaya yang ditemukan pada tahap identifikasi bahaya akan dilakukan penilaian risiko guna menentukan tingkat risiko (risk rating) dari bahaya tersebut. Penilaian risiko dilakukan dengan berpedoman pada skala Australian Standard/New Zealand Standard for Risk Management (AS/NZS 4360:2004). Ada 2 parameter yang digunakan dalam
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
penilaian risiko, yaitu probability dan severity. Skala penilaian risiko dan keterangannya yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1, tabel 2.2 dan tabel 2.3.
Tabel 2.1 Tingkat Keparahan (Severity)
Tingkatan 1
Kriteria Insignificant (kecil sekali)
Penjelasan Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil
2
Minor (kecil)
Cidera ringan, memerlukan perawatan P3K, langsung dapat ditangani di lokasi kejadian, kerugian materi sedang
3
Moderate (sedang)
4
Major (besar)
5
Catastrophic (bencana)
Cidera sedang, hilang hari kerja, memerlukan perawatan medis, kerugian materi cukup besar Cidera berat >1 orang, mengakibatkan cacat atau hilang fungsi tubuh secara total, kerugian materi besar Cidera fatal >1 orang, menyebabkan kematian, kerugian materi sangat besar
Sumber : AS/NZS 4360:2004
Tabel 2.2 Kemungkinan atau Peluang(Probability)
Tingkatan A
Kriteria Almost certain (hampir pasti akan terjadi)
Penjelasan Terjadi hampir pada semua keadaan, misalnya terjadi 1 kejadian dalam setiap hari
B
Likely (cenderung untuk terjadi)
Sangat mungkin terjadi pada semua keadaan, misalnya terjadi 1 kejadian dalam 1 minggu
C
Moderate (mungkin dapat terjadi)
Dapat terjadi sewaktu-waktu, misalnya terjadi 1 kejadian dalam 1 bulan
D
Unlikely (kecil kemungkinan terjadi)
Mungkin terjadi sewaktu-waktu, misalnya terjadi 1 kejadian dalam 1 tahun
E
Rare (jarang sekali terjadi)
Hanya dapat terjadi pada keadaan tertentu, misalnya terjadi 1 kejadian dalam lebih dari 1 tahun
Sumber : AS/NZS 4360:2004
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Tabel 2.3 Matriks Penilaian Risiko Keparahan atau akibat
Kemungkinan (peluang)
1
2
3
4
5
A
H
H
E
E
E
B
M
H
H
E
E
C
L
M
H
E
E
D
L
L
M
H
E
E
L
L
M
H
H
Sumber : AS/NZS 4360:2004
2.5
Kecelakaan Kerja Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda, Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan. Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dapat berupa banyak hal yang mana telah dikelompokkan menjadi 5, yaitu : a.
Kerusakan
b.
Kekacauan organisasi
c.
Keluhan, kesakitan dan kesedihan
d.
Kelainan dan cacat
e.
Kematian Menurut OHSAS 18001 : 1999, kecelakaan adalah kejadian yang tidak
diinginkan yang mengakibatkan kematian, sakit, luka, rusak atau kecelakaan lainnya. Sedangkan
berdasarkan
Peraturan
menteri
03/Men/1994
mengenai
Program II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
JAMSOSTEK, Bab I pasal 1 butir 7, kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich, kecelakaan terjadi melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit akibat kerja / PAK) serta beberapa kerugian lainnya. Menurut H.W. Heinrich (1930) dengan teori dominonya, fakto-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan digolongkan atas: 1.
Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act), misalnya tidak mau menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau bekerja sambil bergurau.
2.
Kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe condition) yaitu kondisi dilingkungan kerja baik alat, material atau lingkungan yang tidak aman dan membahayakan. Selain itu terdapat juga faktor penyebab terjadinya kecelakaan berdasarkan
Three Main Theory Factor, menurut teori ini disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersbut dapat diuraikan menjadi: 1. Faktor Manusia a. Umur Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya rendah (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:54). Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. b. Masa kerja Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1. Masa Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa Kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa Kerja lama : < 10 tahun (MA. Tulus, 1992:121). c. Alat pelindung diri Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri.
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
d. Tingkat pendidikan Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. e. Perilaku Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan. 2. Faktor Lingkungan a. Kebisingan Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja. b. Suhu udara Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi kelincahan, II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. c. Penerangan Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi bendabenda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu. Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja. 3. Faktor Peralatan a. Kondisi mesin Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketersediaan alat pengaman mesin Mesin dan alat mekanik terutama diamankan dengan pemasangan pagar dan perlengkapan pengamanan mesin ata disebut pengaman mesin. Dapat ditekannya angka kecelakaan kerja oleh mesin adalah akibat dari secara meluasnya dipergunakan pengaman tersebut. b. Letak mesin Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi manusia dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah sebagai pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah (AM. Sugeng Budiono, 2003:65). Termasuk juga
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
dalam tata letak dalam menempatkan posisi mesin. Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil.
2.6
Variabel Penelitian Menurut Hidayat (2013), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik simpulannya. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Variabel Independent (bebas), variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat), pada penelitian ini variabel independent disebut sebagai variabel X. Variabel X dalam penelitian ini adalah risiko dan kategori potensi bahaya pada proyek.
2.
Variabel Dependent (terikat), variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, pada penelitian ini variabel dependent disebut sebagai variabel Y. Variabel Y dalam penelitian ini adalah identifikasi potensi bahaya kerja. Potensi Bahaya (hazard) adalah suatu kondis/keadaan pada suatu proses, alat,
mesin, bahan atau cara kerja yang secara intrisik/alamiah dapat menjadikan luka, cidera bahkan kematian pada manusia serta menimbulkan kerusakan pada alat dan lingkungan. Bahaya (danger) adalah suatu kondisi hazard yang terekspos atau terpapar pada lingkungan sekitar dan terdapat peluang besar terjadinya kecelakan/insiden. Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan dan proses kerja agar dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan akibat kerja, melakukan tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan akibat kerja. II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
2.6
Penelitian Terdahulu Jurnal penelitian terdahulu selama 10 tahun terakhir yang relevan terhadap penelitian penulis dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu No
Tahun
1
Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK 2011
Penulis Ferraz Romadiaty dan Eko Nurmianto
Kata Kunci Evaluasi kinerja, SMK3, Risk assessment, STS
Masalah Penelitian Pengevaluasian penerapan prosedur operasional SMK3 PT. Petrokimia Gresik dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengembangkan SMK3.
Metode Penelitian Data dari perusahaan, pengamatan langsung, dan evaluasi kinerja K3 menggunakan frequency rate, severity rate, dan Safety-TScore. Data diolah menggunakan risk assesment ANZS Standard 4630 utnuk membandingkan keadaan di lapangan dan prosedur yangs udah ditentukan perusahaan.
Tujuan Mengetahui pelaksanaan SMK3 PT. Petrokimia Gresik.
Hasil Penelitian Pelaksanaan SMK3 sudah terintegrasi dengan dengan baik dengan sistem yang lain, yaitu SMM ISO 9001:2000, SM Halal edisi I tahun 2003, SML ISO 14001:2004, SMK3 PERMENAKER No. 5 tahun 1996 serta UU No.1 tahun 1970 dan SNI 01-4852-1998, implementasi K3 di lapangan sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan perusahaan, nilai FR tertinggi adalah pada tahun 2005 dan 2006 yaitu 8, SR terhadap data kecelakaan kerja selama lima tahun terakhir adalah 0 untuk semua periode, dan nilai STS yang diperoleh menunjukkan bahwa keadaan K3 semakin membaik dengan nilai STS ≤ –2,00.
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) No 2
Tahun Penulis Kata Kunci Masalah Penelitian Metode Penelitian Tujuan Hasil Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Konstruksi di Indonesia (Studi Kasus: Pembangunan Jembatan Dr. Ir. Soekarno - Manado) 2012 Febyana SMK3, OHSAS Proyek tersebut memiliki menyusun dan Mengevaluasi Dalam pelaksanaannya Sistem Pangkey 18001:1999 risiko kecelakaan kerja membahas hasil penerapan SMK3 Manajemen Keselamatan dan yang tinggi. Penyebabnya wawancara dengan pada proyek Kesehatan Kerja (SMK3) telah penggunaan alat-alat berat petugas K3, hasil pembangunan direncanakan dan diterapkan dengan dan mesin-mesin canggih observasi langsung di Jembatan Dr. Ir. baik oleh perusahaan. Hal tersebut yang memerlukan lokasi proyek dan Soekarno terlihat dari hasil wawancara, keahlian untuk evaluasi data-data Manado. observasi serta kelengkapan enggunakannya dengan SMK3 yang tersedia, prosedur-prosedur untuk mengatur benar. studi kepustakaan data terlaksananya pekerjaan dengan aman pendukung. dan efisien.
3
Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi 2012
Wieke Yuni Christina, Ludfi Djakfar, Armanu Thoyib
Kecelakaan kerja, budaya keselamatan dan kesehatan kerja, kinerja proyek konstruksi
Apa saja faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi, apakah faktor tersebut berpengaruh terhadap kinerja proyek konstruksi.
Menggunakan metode kuantitatif, skala pengukuran dengan skala Likert. Analisis terbagi menjadi tahap pengkoden (coding), uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda.
Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi budaya K3 pada proyek konstruksi dan menganalisa pengaruh faktorfaktor tersebut khusunya terhadap kinerja proyek.
Secara simultan dan parsial variabel bebas yaitu Komitmen Top Management terhadap K3 (X1), Peraturan dan Prosedur K3 (X2), Komunikasi Pekerja (X3), Kompetensi Pekerja (X4), Lingkungan Kerja (X5), Keterlibatan Pekerja dalam K3 (X6) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Proyek (Y).
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) No 4
Tahun Penulis Kata Kunci Masalah Penelitian Metode Penelitian Tujuan Kajian Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Kupang 2012
5
Yunita A Messah, Yohana Bolu Tena, I Made Udiana
Implementasi, SMK3, perusahaan jasa konstruksi
Data kecelakaan kerja untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Triwulan IV tahun 2011 terdapat 22 kasus kecelakaan kerja dan di Kota Kupang pada tahun 2011 adalah 8 kasus.
Analisis menggunakan rumus Normalisasi de Boer dengan konsep Traffic Light System. Acuan penelitian ini adalah ketentuan yang ditetapkan dalam SMK3 berdasarkan Permenaker No.PER.05/MEN/1996.
Mengetahui sejauh mana penerapan SMK3 oleh kontraktor kelas menengah dan besar di Kota Kupang dan dampak yang diakibatkannya.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan implementasi SMK3 perusahaan jasa konstruksi di Kota Kupang termasuk dalam kategori kuning dengan prosentase 62,38 % dan tingkat kecelakaan masuk dalam kategori hijau maka implementasi SMK3 berada pada level 2 (cukup aman). Ketentuan-ketentuan SMK3 sebagian besar telah dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi.
Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Persiapan Lahan Pusri IIB PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang 2013
Jula Nujhani dan Ika Juliantina
Kecelakaan, SMK3
PT. Pupuk Sriwidjaja memahami tentang pentingnya penerapan SMK3 pad a kegiatan konstruksi, namun kontraktor dan pekerja belum sepenuhnya mengerti tentang SMK3 sehingga upaya program K3 belum terlaksana.
Analisis menggunakan skala Likert dengan menyebarkan kuesioner yang menjadi indikator dalam menerapkan SMK3.
Mengetahui gambaran penerapan SMK3 dan untuk evaluasi sejauh mana penerapan program SMK3 sesuai dengan peraturan yang diberlakukan.
Berdasarkan hasil analisis kuesioner secara keseluruhan diperoleh rata-rata hitung sebesar 83,87. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan SMK3 pada proyek persiapan lahan pusri IIB adalah cukup baik.
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) No
Tahun
6
Evaluasi Perilaku Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) dan Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) Pada Proyek Konstruksi Gedung Ruko Bertingkat Di Palangkaraya 2013 Subrata Kecelakaan Kontraktor sering lalai Menggunakan observed Mencari unsafe act Berdasarkan pengamatan didapat Aditama kerja, gedung dalam memperhatikan dan item untuk index dan unsafe bahwa alat pelindung diri (APD) K.A.U dan ruko bertingkat, mengawasi pekerjaan para pengumpulan data, lalu condition index memiliki Unsafe Act Index sebesar Erik Adi G konstruksi, pekerja, karena hampir dianalisis menggunakan secara total dan 98,4%. Berbeda dengan Unsafe Act tindakan tidak seluruh kecelakaan rumus unsafe act index menentukan jenis tingkah laku yang menghasilkan aman, kondisi disebabkan oleh dan unsafe condition tindakan tidak Unsafe Act Index sebesar 62,1%. tidak aman, banyaknya unsafe act index. aman dan kondisi Sedangkan untuk Unsafe Condition unsafe ac index, dalam proses kegiatan tidak aman yang Index sebesar 66,1%. Maka dapat unsafe konstruksi. sering dilakukan diambil kesimpulan bahwa peluang condition index oleh para pekerja. kecelakaan kerja lebih dipengaruhi oleh faktor Unsafe Act.
7
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Identifikasi Potensi Bahaya Kerja (Studi Kasus di PT LTX Kota Cilegon – Banten) 2013
Penulis
Wahyu Susihono, Feni Akbar Rini
Kata Kunci
Penerapan SMK3, potensi bahaya, HIRA, FTA
Masalah Penelitian
Perusahaan telah menyediakan kebutuhan alat pelindung diri untuk semua karyawannya, akan tetapi operator atau karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.
Metode Penelitian
Menggunakan pendekatang metode HIRA dan FTA.
Tujuan
Mengetahui nilai risiko potensi bahaya kerja dan kategori potensi bahaya kerja di perusahaan serta mengetahui faktor penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja
Hasil Penelitian
Penerapan SMK3 telah sesuai dengan UU yang berlaku. Nilai risiko potensi bahaya bagian fluid utility menunjukkan tingkat keparahan bahaya kerja kecil dan kemungkinan terjadinya potensi bahaya kerja juga kecil, faktor penyebab potensial terjadinya potensi bahaya adalah suara mesin bising, SOP belum terpasang secara ergonomis, terdapat benda asing yang menghalangi jalan, temperatur ruangan meningkat 50C dari temperatur normal.
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) No
Tahun
8
Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Peningkatan Fasilitas PT. Trakindo Utama Balikpapan 2013
9
Penulis Marisca Imaculata FM, J Tjakra, JE Ch Langi, DRO Walangitan
Kata Kunci Kecelakaan kerja, SMK3, SHE Committee
Masalah Penelitian Untuk mengurangi dan mencegah potensi kecelakaan sekaligus juga membantu perusahaan dalam menangani karyawan dengan cepat dan tepat.
Metode Penelitian Menggunakan metode survai melalui lembar kuesioner yang dibagikan kepada 18 orang anggota Safety Health Executive (SHE) Comittee di PT. Cakra Buana Megah lalu diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Tujuan Memahami dan mengevaluasi penerapan SMK3 PT. Cakra Buana Megah pada peningkatan fasilitas PT. Trakindo Utama Balikpapan.
Hasil Penelitian Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian langsung di lapangan, hasil wawancara kepada pihak SHE Committee perusahaan dan berdasarkan hasil kuesioner dari para responden dinyatakan bahwa PT. Cakra Buana Megah telah menerapkan SMK3 pada peningkatan fasilitas PT. Trakindo Uama Balikpapan dengan baik.
Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Gedung (Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan) 2015 Sherly SMK3, proyek Bagaimana gambaran Mengguankan metode Mengetahui Berdasarkan hasil penelitian, total Meyklya konstruksi, pelaksanaan penerapan kuantitatif dan analisis gambaran penerapan SMK3 sebesar 91.81% Sembiring evaluasi dan berapa tingkat univariat dengan pelaksanaan tergolong dalam kategori nomor 3 dan 1r. keberhasilan penerapan berdasarkan hasil penerapan SMK3 yaitu tingkat pencapaian penerapan Syahrizal, SMK3 pada proyek penyebaran kuesioner. proyek 85-100% yang pengertiannya layak MT pembangunan gedung pembangunan untuk diberi sertifikat dan peringkat Siloam Hospital. gedung Siloam bendera emas. Hospital dan Berdasarkan hasil audit internal mengetahui tingkat sebesar 92.34% tergolong dalam keberhasilan kategori >90% yang pengertiannya penerapan SMK3. termasuk pencapaian nilai yang istimewa.
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) No
Tahun
10
Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Apartemen Gunawangsa Merr Surabaya 2015 Cahya Dewi Keselamatan, Bagaimana tingkat Menggunakan metode Mengetahui Hasil dari penelitian ini adalah W, Mika kesehatan, penerapan dari PP No. 50 kualitatif, pengambilan gambaran tingkat penerapan dari PP Nomor 50 Kusuma W, proyek tahun 2012 oleh data dilakukan dengan pelaksanaan Tahun 2012 sebesar 95,20% Feri konstruksi, perusahaan pada proyek wawancara dan penerapan SMK3 dikategorikan tingkat penerapan yang Harianto program tersebut. kuisioner. Analisis yang yang berdasarkan memuaskan, terdapat 16 digunakan adalah PP Nomor 50 ketidaksesuaian, karena terjadi analisis deskriptif. Tahun 2012 pada ketidak konsistenan dalam proyek pemenuhan persyaratan. Dengan pembangunan demikian, perusahaan dinyatakan siap Apartemen untuk menerapkan PP Nomor 50 Gunawangasa Merr Tahun 2012 karena telah melebihi Surabaya batas pencapaian memuaskan yaitu 85% dan kriteria yang tidak sesuai dibawah 20 kriteria.
11
Studi Monitoring dan Evaluasi Implementasi Kebijakan SMK3 Konstruksi di Kota Makassar 2016
Penulis
Mulyono
Kata Kunci
SMK3, K3, univariate, deksriptif, implementasi
Masalah Penelitian
Berdasarkan data hisroris kecelakaan kerja di Indonesia, ILO mencatat bahwa setiap tahunnya Indonesia mendapatkan 99.000 kecelakaan dengan 70% di antaranya menyebabkan kematian dan cacat seumur hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah membuat Negara Indonesia merugi hingga Rp. 280Triliun
Metode Penelitian
Menggunakan program SPSS data univariate. Data didapat dari survei berupa kuesioner dan data proyek dari setiap setiap proyek konstruksi gedung di kota Makassar.
Tujuan
Mengetahui komitmen dan kebijakan pihak manajemen terhadak SMK3 dan mengetahui gambaran penerapan SMK3 dalam upaya meminimalkan kecelakaan kerja pada proyek konstruksi di wilayah Makassar.
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tingkat penerapan SMK3 pada proyek pembangunan Apartement Vida View (PT. PP) 99.31%, pada proyek pembangunan RS. Bersalin Makassar (PT.PP Precast) 80.97%, pada proyek pembangunan RS. Pendidikan UMI (PT. Ukhuwa Teknik UMI) 0.33 %, pada proyek pembangunan RS. Stella Maris (PT. Waskita Karya) 98.42% dan pada proyek pembangunan Saint Moriz Mixed Development (PT.PP) 99.31%.Dapat disimpulkan dari hasil pengujian hipotesis deskriptif diperoleh bahwa pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek konstruksi gedung
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu (lanjutan) No
Tahun
Penulis
Kata Kunci
Masalah Penelitian
Metode Penelitian
Tujuan
(tahun 2012).
12
Hasil Penelitian yang di kerjakan perusahaan BUMN di Kota Makassar tergolong baik, sedangkan pada proyek konstruksi gedung yang di kerjakan perusahaan Swasta tergolong buruk.
Pengaruh Manajemen K3 dan Budaya K3 Terhadap Kinerja Pekerja Proyek (Studi Kasus Proyek Pembangunan Cengkareng Business City Lot 5) 2016
Desi Supriyan, Ian Rico Andreas Ricardo
Penerapan Manajemen K3, budaya K3, kinerja pekerja proyek
Peneliti menemukan pelanggaran prosedur K3 yang dilakukan pekerja pada proyek tersebut.
Pengujian menggunakan korelasi berganda dan regresi linier berganda, untuk menguji hipotesis menggunakan uji-F dan uji-t serta analisis faktor dominan. Data didapat dengan menggunakan kuesioner dan observasi pasif melalui dokumentasi.
Sumber : Data olahan penulis, 2017
Menganalisa pengaruh penerapan, mengidentifikasi dan menganalisa faktorfaktor dominan dalam penerapan manajemen K3 dan budaya K3 di lapangan yang mempengaruhi kinerja pekerja proyek konstruksi.
Secara parsial variabel independen yaitu Penerapan Manajemen K3 dan Budaya K3 memiliki pengaruh terhadap Kinerja Pekerja Konstruksi, faktor yang lebih dominan mempengaruhi kinerja pekerja proyek adalah faktor keterlibatan pekerja dalam K3 yang merupakan bagian dari variabel Budaya K3. Selain itu, kedua variabel independen dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja pekerja proyek sebesar 42,2% diluar faktor lainnya yang kemungkinan berpengaruh.
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab 1 Pendahuluan
2.7
Kerangka Pemikiran Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui nilai risiko dan potensi bahaya
kerja dan faktor terbesar penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada Proyek Instalasi PVD dan Geotextile di Kawasan Industri Kendal berdasarkan hazzard identification and risk assessment. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan dan potensi bahaya sebagai variabel X dan identifikasi potensi bahaya sebagai variabel Y. Sebagai konsep dalam penelitian ini menjelaskan sub-variabel X yaitu: 1. Unsafe action 2. Unsafe condition Variabel Y dalam penelitian ini yaitu identifikasi potensi bahaya, yang dalam proses analisisnya akan menggunakan analisis data dengan SPSS, pengumpulan data berupa data primer yang berupa kuesioner dan observasi serta data sekunder berupa data yang didapat dari proyek. Setelah data diuji validitas dan reliabilitasnya dengan SPSS, lalu data akan dianalisis menggunakan metode fault tree analysis (FTA) yang nantinya dari setiap kejadian yang timbul dari hasil kuesioner akan disederhanakan dengan persamaan boolean untuk mencari minilam cut set. Kerangka pemikiran disajikan dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran (Sumber : Data olahan penulis, 2017)
II-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/