24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tabungan Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menjalankan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Bermacam kegiatan tersebut tak bisa dipisahkan dari aspek-aspek ekonomis. Setiap rumah tangga secara rutin akan mengeluarkan sejumlah pengorbanan, baik dari waktu maupun penghasilan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan yang didasari pada pengalaman dan ekspektasi sehari-hari. Akan tetapi terkadang ada beberapa hal yang tak diduga yang bisa saja memaksa untuk mengorbankan lebih dari yang rumah tangga tersebut biasa hadapi seharihari, dikarenaka sifatnya yang datang tiba-tiba dan tidak terduga, seperti misalnya bencana, penyakit atau kebutuhan mendadak lainnya. Untuk itu, rumah tangga yang baik, bahkan bisa dibilang individu yang baik harusnya sudah siap sedia mengantisipasi hal tersebut. Salah satu caranya tentunya dengan menyediakan dana yang telah disisihkan sebelumnya dari penghasilan. Sisihan dana ini kita kenal dengan nama tabungan. Chandler (1962) mengemukakan bahwa tabungan pribadi adalah sebagian dari pendapatan pribadi yang tersedia dan tidak dibelanjakan untuk konsumsi. Sementara menurut Bank Indonesia (2010) menabung adalah menyisihkan uang untuk diakumulasikan guna mencapai target dana tertentu supaya kelak bisa dipakai untuk tujuan tertentu di masa yang akan datang.
25
Menurut Keynes (1936) ada 8 motif yang berbeda dalam menabung yaitu : a. Precaution (tindakan pencegahan), berimplikasi pada menambah cadangan untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga; b. Foresight (tinjauan masa depan), untuk mengantisipasi perbedaan antara pendapatan dengan pengeluaran belanja di masa depan (the life-cycle motive); c. Calculation (perhitungan), ingin memperoleh keununtungan (bunga uang); d. Improvement (perbaikan), meningkatkan standar hidup untuk waktu yang lama; e. Independence
(kebebasan),
menunjukkan
adanya
kebutuhan
akan
kebebasan dan memiliki kekuasaan untuk melakukan sesuatu; f. Enterprise (usaha), adanya kebebasan untuk menanamkan uang ketika ia memungkinkan (mendukung); g. Pride (kebanggaan), lebih tertuju pada menempatkan uang untuk ahli waris (the bequest motive); h. Avarice (keserakahan harta) atau kekikiran yang sesungguhnya. Sedangkan menurut Sumarni (1996), terdapat beberapa faktor yang menentukan keputusan seseorang untuk menabung, yaitu: a. Produk Produk tabungan merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap keputusan menabung dimana produk ini harus sesuai dengan kebutuhan konsumen.
26
b. Promosi Promosi merupakan suatu penawaran yang diberikan oleh pihak penyedia jasa kepada nasabah untuk membuat nasabah tertarik untuk menabung. c. Pelayanan Kualitas pelayanan merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang prima akan membuat nasabah semakin tertarik untukmenabung pada lembaga tersebut. d. Lokasi Lokasi yang dekat, dan mudah dijangkau membuat nasabah semakin tertarik untuk menabung. Berdasarkan Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dari sisi perbankan, Affif, Aripurnomo, Setiawati, Savitri, dan Mulyana (1996) menuturkan bahwa tabungan merupakan salah satu sumber bagi bank untuk menghimpun dana masyarakat, dipergunakan untuk kegiatan opersional aktif bagi suatu bank untuk memperoleh pendapatan. Kasmir (2012) mendefinisikan tabungan sebagai simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan
yang
ditetapkan
oleh
bank.
Penarikan
tabungan
dilakukan
menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
27
Sementara Samuelson dan Nordhaus (2004) menjelaskan lebih terperinci dan matematis dalam buku Ilmu Makroekonomi-nya, diawali dengan memberikan penjelasan melalui kurva fungsi konsumsi. Sebagaimana ditampilkan pada gambar berikut: Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi
Sumber : Samuelson-Nordhaus, 2004
Garis dengan titik A – G merupakan fungsi konsumsi. Garis horizontal merupakan tingkat pendapatan setelah pajak (disposable income = DI). Garis 45° menunjukkan apakah pengeluaran konsumsi sama dengan, atau lebih besar daripada, atau lebih kecil daripada tingkat pendapatan setelah pajak. Garis 45° menunjukkan kepada kita bahwa ke arah kiri dari titik B, rumahtangga membelanjakan lebih banyak daripada pendapatannya, sehingga
28
jumlah tabungan adalah 0. Sementara jika rumahtangga tersebut memiliki disposable income yang semakin tinggi, maka fungsi konsumsi berada dibawah garis 45° . Jarak vertikal antara fungsi konsumsi dengan garis 45° inilah yang kemudian menjadi tabungan. Lebih lanjut, Samuelson-Nordhaus memaparkan bahwa fungsi tabungan diperoleh dengan mengurangi konsumsi dari pendapatan setelah pajak, yang dijelaskan dalam gambar berikut bahwa fungsi tabungan merupakan bayangan terbalik dari fungsi konsumsi. Gambar 2.2 Fungsi Tabungan Merupakan Bayangan Terbalik Fungsi Konumsi
Sumber : Samuelson-Nordhaus, 2004
Apa yang tidak dibelanjakan oleh rumah tangga, itulah yang disebut dengan tabungan. Kita bisa melihat secara manual dari gambar, bahwa semakin
29
tinggi pendapatan, maka akan semakin tinggi pula tabungan, atau yang kita kenal dengan nama Marginal Propensity to Save. Heilbroner (1968) berpendapat, menabung adalah tindakan yang dilakukan masyarakat dengan melepaskan sumber daya yang dahulunya mungkin digunakan untuk konsumsi, sehingga membuatnya tersedia untuk aliran dana bagi pertumbuhan modal. Ia juga melanjutkan, menabung menimbulkan dilema. Di satu sisi, tabungan akan merusak circular flow dan menciptakan demand gap. Tapi di sisi lain, jika tidak ada tabungan maka tidak ada investasi. Dan jawaban dari dilema tersebut adalah menabung –yang merupakan hal penting dari pertumbuhan, haruslah digantikan dengan pengeluaran tambahan dari sektor lain melebihi pendapatannya. Uang yang ditabung oleh masyarakat akan kembali lagi dalam bentuk pembiayaan kredit untuk masyarakat, baik perorangan maupun dalam lingkup badan usaha. Simorangkir, (2004), menjelaskan siklus uang ditinjau dari segi tabungan masyarakat dapat dipahami dengan tahap-tahap: 1. Tabungan disimpan di bank berupa giro, deposito, dan tabungan. 2. Tabungan ini disalurkan oleh bank kepada perusahaan berupa kredit. 3. Kredit yang diterima oleh perusahaan-perusahaan dipergunakan untuk membiayai produksi. Uang kredit (pinjaman) ini jika tidak dibutuhkan oleh perusahaan maka akan dikembalikan ke bank. 4. Tabungan masyarakat disimpan berupa giro, deposito dan tabungan. Akan tetapi, dapat juga dibelikan surat-surat berharga.
30
5. Pembelian surat-surat berharga, yaitu saham, obligasi, dan lain-lain biasanya dilakukan melalui pasar modal (bursa saham) yang menerima dari perusahaan yang menerbitkan surat berharga. 6. Bursa saham (security exchange) menerima uang tabungan dari masyarakat, kemudian menyerahkan surat-surat berharga. 7. Surat-surat berharga diserahkan kepada masyarakat. 8. Hasil penjualan surat-surat berharga diterima oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan surat-surat berharga tersebut. Hasil penjualan surat-surat berharga ini berupa uang, dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam proses produksi untuk memperbesar produksi nasional. Gambar 2.3 Arus Uang Ditinjau dari Segi Tabungan Masyarakat
Sumber : Simorangkir, 2004
Rahman (2011) berpendapat, menabung tidaklah sama dengan investasi, dan memiliki sisi lemah karena bunga tabungan tidak mampu melawan tingginya inflasi. Tabungan atau saving merupakan tindakan menyimpan daya beli untuk
31
tujuan jangka panjang. Sementara investasi lebih berorientasi pada penanaman dana atau aset untuk mengalami kenaikan atau menghasilkan dari waktu ke waktu. Sementara Darmawan, (1992) menjelaskan, faktor-faktor yang menentukan saving tergantung secara pasif pada income, sedangkan investasi tergantung pertamapertama pada faktor-faktor ‘autonomus’ dari perkembangan dinamika. Faizal (2009) menjelaskan, bahwa masyarakat menabung atau berinvestasi untuk dua sebab, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa, lalu untuk memenuhi keinginan masyarakat akan barang dan jasa. Sekilas terlihat mirip, akan tetapi ada perbedaan mendasar pada kata kebutuhan dan keinginan. Dimana kebutuhan merupakan sesuatu hajat yang tak bisa ditinggalkan kecuali terpaksa oleh pemiliknya, sementara keinginan lebih kepada minat seseorang akan sesuatu yang belum atau sedang tidak dimilikinya. Menabung atau saving merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan konsumsi. Menilik hal ini, Boulding (1966) pernah mengoreksi teori Keynes dalam konsep menabung. Ia mengatakan bahwa konsep menabung Keynes yang dituangkan dalam bukunya General Theory, kurang sesuai dengan keadaan dunia ekonomi yang berkembang, dimana Keynes mengatakan saving adalah kelebihan pendapatan terhadap pengeluaran konsumen. Menurutnya, pengeluaran konsumen berbeda dengan konsumsi, yakni lebih mengarah kepada durable goods,dan household purchases.Boulding sendiri berpendapat, bahwa menabung adalah kelebihan pendapatan terhadap konsumsi sehari-hari, dimana menabung adalah sebuah proses untuk menentukan bagian mana yang harus di akumulasi dan dikorbankan dari konsumsi seseorang.
32
Deliarnov (1995) menerangkan tabungan dimulai dari sisi konsumsi, dimana Konsumsi ( C ) = a + bY, maka C = a jika Y = 0 (pendapatan [Y] tidak ada atau sama dengan 0) . konsumsi sebesar a bisa diperoleh dengan ‘mengorek’ tabungan (dissaving) sebesar –a. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sifat hemat memang baik bagi segilintir orang, sebab dengan adanya tabungan, kita lebih mampu menanggulangi keadaan pada saat ditimpa musibah atau ada pengeluaran mendadak. Tetapi terhadap pendapatan nasional secara keseluruhan dampak sifat hemat ini tidak menguntungkan, sebab dapat menyebabkan berkurangmya konsumsi agregat. Jika pengeluaran agregat berkurang, maka pada giliran selanjutnya menyebabkan pendapatan nasional berkurang. Akan tetapi, walau bagaimanapun juga menabung merupakan sebuah cerminan sikap perencanaan rumah tangga yang tanggap dalam menjalani kegiatan ekonomi sehari-hari. Dalam perkembangannya dari masa ke masa, tabungan kini tak lagi hanya ada di celengan maupun bawah bantal. Hadirnya perbankan sebagai penyedia jasa keuangan memberikan kemudahan bagi masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk dialokasikan pada tabungan. 2.2 Masyarakat Menengah Ke Bawah Seperti yang sudah disinggung pada bagian awal, kelas menengah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang merupakan negara berkembang. Easterly (2001) mengatakan, Kelas menengah adalah ukuran yang membedakan keberhasilan pembangunan dari kegagalan. Ia melanjutkan, kelas
33
menengah juga berpengaruh terhadap hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi setelah adanya polarisasi budaya dalam sebuah negara. Birdsall (2007) mendefinisikan middle class atau kelas menengah yaitu orang-orang yang memiliki penghasilan US$ 10/hari atau diatasnya, dan dibawah 90% dari distribusi pendapatan di negaranya. Definisi ini menyiratkan bahwa kelas menengah cenderung absolut pada masyarakat bawah, tetapi bersifat relatif pada masyarakat kelas atas. Banerjee dan Duflo (2007) mengemukakan, middle class atau kelas menengah adalah orang-orang yang konsumsi perkapita hariannya berkisar antara US$ 2 - US$ 4, atau antara US$ 6 - US$ 10. Masih menurut mereka, Data-data yang ada menitik-beratkan perbedaan dan persamaan antara kelas menenngah dan miskin, juga membantu membedakan berbagai teori mengenai kelas menengah dalam kaitannya dengan proses pembangunan. Ia menambahkan, bahwa satu karakteristik penting dari kelas menengah yaitu mereka lebih cenderung memiliki pekerjaan tetap. Mungkin karena itu, masyarakat menengah
punya tingkat
kesehatan dan pendidikan anak yang rendah. Sedangkan Asian Development Bank (ADB) (2010) mendefinisikan kelas menengah melalui ukuran pengeluaran. Yaitu dengan rentang pengeluaran perkapita perhari sebasar US$ 2-20. Rentang inilah yang kini banyak dipakai untuk mengukur jumlah kelas menengah di Indonesia. Rentang pengeluaran perkapita tersebut dibagi lagi ke dalam tiga kelompok yaitu masyarakat kelas menengah bawah (lower middle class) dengan pengeluaran perkapita perhari
34
sebesar US$ 2-4 (Rp 780.000 – Rp 1.560.000 / bulan); kelas menengah tengah (middle-middle class) sebesar US$ 4-10 / hari (Rp. 1.560.000 – Rp 3.900.000 / bulan); dan kelas menengah atas (upper-middle class) US$ 10-20 / hari (Rp. 3.900.000 – Rp 7.800.000 / bulan). Definisi ini dianggap yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan masyarakat Indonesia.
2.3. Perbankan 2.3.1
Definisi Perbankan Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998,
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.Sementara Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kamus Perbankan yang disusun oleh Kertopati (1980 : 12) mengartikan bank sebagai “badan usaha di bidang keuangan yang menraik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat teruatama dengan memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang” 2.3.2 Jenis – Jenis Bank 1. Bank Sentral Pertama kali diatur dalam UU No. 11 Tahun 1953 tentang Undang-undang Pokok Bank Indonesia, yang kemudian diganti menjadi UU No. 13 Tahun
35
1968 tentang Bank Sentral, Bank Indonesia merupakan Bank Sentral yang dimiliki oleh negara dan merupakan badan hukum. Masih menurut UU No. 13 Tahun 1968, Bank Indonesia mempunyai dua tugas pokok dalam membantu pemerintah, yaitu: • Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah • Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. 2. Bank Umum Bank Umum ialah bank yang dalam usahanya menghimpun dana terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya. di dalam usahanya bank umum terutama memberikan kredit berjangka pendek. Bank Umum dapat dibagi lagi dalam beberapa jenis, yakni : • Bank Pemerintah Bank pemerintah adalah bank dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah. Contoh bank pemerintah antara lain Bank Mandiri, BNI, dan BRI • Bank Swasta Nasional Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta dari dalam negeri. Contoh bank swasta nasional yaitu Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Niaga, dan sebagainya.
36
• Bank Asing dan Campuran Bank asing dan campuran artinya sebagian besar atau bahkan seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak swasta asing. Bank asing biasanya hanya merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, contohnya City Bank, AMRO Bank, dan lain-lain. 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau tabungan pada bank lain.
2.4. Gerakan Indonesia Menabung Kegiatan Edukasi Keuangan dan Kampanye Gerakan Indonesia Menabung (GIM) dicanangkan pada tanggal 20 Februari 2010 oleh Presiden Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia. Pencanangan GIM dilakukan bersamaan dengan peluncuran produk TabunganKu. Sebagai bagian dari pelaksanaan GIM, Bank Indonesia dan perbankan telah melakukan kampanye bersama pada tanggal 27 Juni 2012, dimana pada kesempatan tersebut, Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono telah menetapkan Hari Rabu setiap awal bulan sebagai Hari Rajin Menabung. Untuk tahun 2013, Bank Indonesia bekerja sama dengan 21 Bank yang bergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) Edukasi Keuangan dan TabunganKu serta Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) telah dan akan melaksanakan kampanye GIM pada 9 wilayah di bawah Koordinator Kantor Perwakilan Bank Indonesia, yaitu Makassar, Banjarmasin, Denpasar, Surabaya,
37
Semarang, Bandung, Palembang, Pekanbaru, dan Medan. Keseluruhan rangkaian acara GIM tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesadaran pelajar dan masyarakat akan pentingnya kebiasaan menabung sejak usia dini. TabunganKu adalah tabungan dengan persyaratan mudah dan ringan, antara lain tidak dibebani dengan biaya administrasi. Produk TabunganKu diselenggarakan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung. TabunganKu diharapkan dapat menjangkau penduduk dewasa Indonesia yang belum memiliki tabungan di bank. Program TabunganKu merupakan perwujudan kepedulian perbankan dan Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk tabungan yang sesuai dan sebagai salah satu untuk meningkatkan budaya menabung. Fitur produk TabunganKu dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Fitur Standar (Mandatory) adalah fitur produk TabunganKu yang harus diterapkan secara seragam oleh seluruh bank yang meluncurkan produk TabunganKu. 2. Fitur Customized (Optional) adalah fitur produk TabunganKu yang dapat dipilih untuk diterapkan oleh bank. Bank dapat memberikan tambahan fitur lainnya kepada produk TabunganKu seperti buku tabungan, lembar statement, kartu ATM atau layanan jasa perbankan lainnya, selama tidak melanggar kesepakatan bersama.
38
Tabel 2.1 Fitur TabunganKu Fitur Standar
Bank Umum
BPR/Bank Syariah
Nama Produk
TabunganKu
TabunganKu
Biaya Administrasi
Rp. 0,-
Rp. 0,-
Minimum Setoran Awal (pembukaan rekening)
Rp. 20.000,-
Rp. 10.000,-
Minimum Setoran Tunai
Rp. 10.000,-
-
Saldo Minimum
Rp. 20.000,-
Rp. 10.000,-
Rp. 2000,-/bulan
Rp. 1000,-/bulan
Rp. 100.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 20.000,-
Rp. 5000,-
Biaya Pinalti Saldo Dorman* Minimum Penarikan Tunai di Counter Biaya Penutupan Rekening
• •
Suku Bunga/Bonus Wadiah**
Biaya Penggantian Buku
•
Rp. 0 – Rp. 500.000 (tanpa bunga) Rp. 500.000 s/d Rp. 1000.000 (bunga 0,25% / tahun) Diatas Rp. 1000.000 (bunga 1% / tahun)
Rp. 0,-
•
• •
Bank Umum Syariah bonus Maksimal setara dengan 1% / tahun BPR 4%/ tahun BPRS nisbah bagi hasil dengan indicate rate sekitar 4%/ tahun
Rp. 0,-
Sumber : Bank Indonesia, 2010 *) Rekening Dorman adalah rekening yang tidak melakukan transaksi selama 6 (enam) bulan berturut-turut. Apabila saldo rekening mencapai < Rp20.000,00 (Bank Umum) atau < Rp10.000,00 (BPR/Syariah), maka rekening akan ditutup oleh sistem dengan biaya penutupan rekening sebesar sisa saldo **) Bunga/Bonus Wadiah dihitung berdasarkan saldo harian dan tidak progresif dan dibayarkan mengikuti periode pembayaran masing-masing bank.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2010) menegaskan dalam sambutan Presiden Republik Indonesia pada acara pencanangan Gerakan Indonesia Menabung dan peluncuran produk TabunganKu di JI Expo Kemayoran, 20 Februari 2010, bahwa beliau ingin mengajak dan menyeru kepada seluruh
39
masyarakat. Yang pertama, bagi yang mampu untuk menabung, maka dianjurkan menabung, berapa pun yang bisa ditabung, termasuk masyarakat yang berpenghasilan masih rendah melalui scheme Produk Tabunganku. Yang kedua, bagi Bank Indonesia dan kalangan perbankan, haruslah memberikan kemudahan dan pelayanan terbaik bagi rakyat.
2.5 Penelitian Terdahulu Saputri (2012), menuliskan dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pemahaman Mengenai Bank dan Faktor Pribadi Terhadap Keputusan Menabung pada Bank Syariah, memaparkan bahwa pemahaman mengenai bank terhadap keputusan menabung secara parsial sebesar 44,4%. Hal ini berarti bahwa pemahaman
mengenai
bank
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
menabung. Pengaruh variabel faktor pribadi terhadap keputusan menabung secara parsial sebesar 32,7%. Dapat dikatakan bahwa faktor pribadi berpengaruh secara signifikan
terhadap
keputusan
menabung.
Diketahui
pengaruh
variabel
pemahaman mengenai bank dan faktor pribadi secara simultan sebesar 84,1%. Sedangkan besarnya pengaruh variabel–variabel lain terhadap keputusan menabung sebesar 15,9%. Rosannia (2009) dalam hasil penelitiannya berjudul Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Iklan Layanan Masyarakat “AYO Ke Bank” menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat “AYO ke Bank” termasuk rendah meskipun perbandingan jumlah antara tingkat pengetahuan rendah dan sedang tidak terlalu besar. Hal ini
40
bisa disebabkan beberapa faktor antara lain iklan hanya muncul pada bersamaan dengan iklan bank lainnya, sehingga informasi yang diberikan tidak dapat maksimal selain itu letak beberapa papan iklan spanduk yang tidak strategis sehingga mempersulit masyarakat Surabaya untuk melihat secara detail iklan tersebut sehingga pada akhirnya tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang iklan layanan masyarakat “AYO ke Bank” tidak maksimal serta kata-kata yang digunakan terlalu sedikit dan tidak ada keterangan tentang informasi-informasi penting. Sementara itu, Pramana (2012) dalam hasil penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen dalam Keputusan Menjadi Nasabah Pada BPR Pusaka Denpasar, menyatakan ada lima faktor yang dipertimbangkan calon nasabah/konsumen sebelum mengambil keputusan untuk menjadi nasabah, yakni: Lokasi, Pendidikan, Produk, Domisili, dan Usia.
2.5. Kerangka Konseptual Sesuai dengan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa jumlah nasabah dari tabungan bank pemerintah di Sumatera Utara adalah sekitar sekitar 40,5% dari jumlah penduduk Sumatera Utara. Program Gerakan Indonesia Menabung pada tahun 2010 menggencarkan budaya menabung pada setiap lapisan masyarakat, bersamaan dengan peluncuran produk perbankan yaitu TabunganKu. Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana kesadaran untuk menabung pada bank pemerintah setelah adanya “Gerakan Indonesia Menabung” pada masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor.
41
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual Gerakan Indonesia Menabung
Masyarakat Menengah Ke Bawah di Medan johor
Kesadaran Menabung