BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Menulis
Para pakar pada umumnya memiliki pandangan yang sama tentang menulis, yakni suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1986:72).
Menulis merupakan kegiatan dan sekaligus keterampilan menuangkan dan mengungkapkan gagasan melalui saluran tulis. Oleh sebab itu, dapat dikemukakan bahwa menulis merupakan suatu rangkaian proses mulai dari memikirkan gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca sampai dengan menentukan cara mengungkapkan atau menyajikan gagasan itu dalam rangkaian kalimat menurut (Mustofa, 2000:6). Definisi menulis juga dikemukakan oleh Akhadiah dkk. (1999:2) bahwa kegiatan menulis ialah proses, yakni proses penulisan. Ini berarti bahwa melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan tahap revisi.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Mustofa yang menyatakan bahwa menulis merupakan suatu rangkaian proses mulai dari memikirkan gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca sampai dengan menentukan cara mengungkapkan atau menyajikan gagasan itu dalam rangkaian kalimat.
B. Pengertian Slogan
Slogan merupakan bentuk penyampaian informasi atau pemberitahuan dan slogan biasanya ditulis dengan kalimat pendek yang menarik, singkat, mudah diingat, dan persuasi yang memiliki tujuan untuk menegaskan sebuah pemikiran atau prinsip, bahkan slogan juga merupakan perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi, organisasi, dan partai politik (Alwi 2003:108).
Hal senada diungkapkan oleh Haryanto (2006) yang mendefinisikan slogan sebagai frase atau kalimat pendek yang mudah diingat, dipakai untuk memberi tahu atau menjelaskan tujuan organisasi, ideologi golongan dan sebagainya. Sukini (2005:162) juga menambahkan bahwa slogan merupakan kalimat singkat dan bersifat persuasi, serta susunan dalam kalimat tidak seperti biasa.
Penulisan slogan dibuat dalam bentuk yang memikat untuk menarik perhatian pembacanya yang merupakan alat/media untuk memberitahukan sesuatu yang ditujukan kepada masyarakat/khalayak ramai (edukasi.depdiknas.go.id).
Dari pendapat dan beberapa sumber di atas mengenai pengertian slogan, dapat disimpulkan bahwa slogan adalah perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk memberitahukan sesuatu dan merupakan alat/media yang memiliki tujuan untuk menjelaskan sesuatu kepada khalayak ramai, dengan bentuk slogan yang bervarisi dari yang tertulis sampai yang diucapkan/ lisan.
C. Menulis Slogan
Menulis slogan adalah kegiatan menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk tulisan yang bertujuan untuk memberikan informasi dan mengajak untuk melakukan sesuatu. Menulis sebuah slogan harus memerlukan suatu ide dalam memilih kata yang menarik serta menyesuaikan slogan dengan tujuan yang diinginkan. Misalnya untuk mengajak masyarakat melakukan sesuatu sesuai dengan tema yang digunakan.
Menulis slogan merupakan salah satu kompetensi dasar keterampilan menulis siswa kelas VIII SMP yang terdapat di semester genap. Dalam standar kompetensi dasar tersebut, terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, yakni mampu menulis slogan untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata yang menarik dan bervariasi, serta persuasi (BSNP, 2006:33).
Slogan juga banyak digunakan dalam masyarakat kita, terutama sebuah organisasi dan kegiatan. Untuk itu, aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan untuk menguasai kompetensi menulis slogan untuk berbagai keperluan adalah (1) mengenali ciri slogan, (2) langkah menyusun slogan, dan (3) kriteria penulisan slogan. (Depdiknas, 2008:139).
1. Ciri-Ciri Slogan
Pardjimin (2005:33) menjelaskan bahwa slogan berupa kelompok kata/kalimat pendek yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk memberitahukan tujuan/visi suatu organisasi, kegiatan, golongan, organisasi, atau perusahaan. Isi slogan menggambarkan visi, tujuan, dan harapan dari sebuah kegiatan/organisasi/perusahaan. Slogan dibuat untuk menginformasikan suatu hal. Kata kata dalam slogan disusun sedemikian rupa agar dapat mempengaruhi pembaca dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Kata-katanya singkat, menarik, dan mudah diingat
Dalam sebuah slogan baik itu berbentuk tulisan atau lisan, penggunaan kata di dalamnya berisi kata yang singkat dan menarik yaitu kata-kata dalam slogan menarik untuk dibaca. Dengan menggunakan pilihan kata, kemudian dari penggunaan kata-kata yang singkat, seseorang yang melihat akan mudah mengingat tulisan pada slogan yang dimaksud.
Setelah membaca slogan, pembaca dapat menyimpulkan sendiri tanpa dijelaskan sehingga dapat menjadikan sarana komunikasi yang tujuannya di samping untuk pendidikan masyarakat secara tidak langsung juga dapat menjadikan slogan yang bisa dibudayakan oleh generasi muda.
b. Merupakan semboyan suatu organisasi atau masyarakat Slogan selain berfungsi sebagai alat/media informasi dan slogan biasanya berupa semboyan untuk menjelaskan tujuan suatu organisasi tertentu dalam bentuk perkataan atau kalimat pendek yang dipakai sebagai dasar .tuntunan /pegangan hidup. Berikut salah satu contoh slogan yang berisi semboyan yang sering kita dengar.
Tut Wuri Handayani
Slogan di atas merupakan slogan yang berisi semboyan pendidikan. kata “Tut Wuri Handayani” memiliki arti dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.
2. Langkah Menyusun Slogan
Slogan sebagai media informasi yang berisi ajakan, pesan dan imbauan sering ditemukan di tempat-tempat umum, berupa pengumuman yang bertujuan mempengaruhi pembaca agar melakukan suatu tindakan. Di dalam menyusun slogan, harus diperhatikan langkah atau cara menyusun slogan yang dikemukakan menurut Sukini (2005:163) berikut ini.
a. Menentukan visi dan tujuan. b. Menggambarkan tujuan dengan kalimat singkat dan mudah diingat masyarakat. c. Pilihlah kata yang menarik.
3. Kriteria Penulisan Slogan Sebelum memulai menulis slogan, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Kriteria penulisan slogan menurut Laksono (2008:141) adalah sebagai berikut.
a. Kepadatan isi/singkat (slogan yang ditulis harus singkat, padat, dan jelas); b. Kesesuaian slogan dengan tujuan yang ditentukan; c. Keaslian slogan (slogan yang dibuat tidak meniru dari slogan yang telah ada).
a. Kepadatan isi/ singkat Slogan yang ditulis harus padat, singkat dan isinya jelas. Hal ini dilakukan agar slogan tersebut dapat dipahami oleh orang yang melihat/mendengarnya. Melalui kepadatan
isi/singkat tersebut, maka slogan yang dilihat akan mudah diingat karena slogan merupakan kumpulan kata-kata yang dilihat dengan sekali baca tanpa perlu menghapal.
b. Kesesuaian slogan dengan tujuan yang ditentukan Untuk menulis slogan, yang harus dipahami adalah fungsi slogan dan khalayak yang dituju. Selanjutnya harus mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan menjadi tujuan utama slogan apakah remaja, anak-anak, atau orang dewasa. Setelah itu dapat menulis slogan yang berkriteria sebagai berikut.
(a) Merupakan hal baru, tidak biasa, dan unik. (b) Juga dapat menggunakan permainan bunyi dalam kata atau rima.
c. Keaslian slogan/ kreativitas Kreativitas yaitu sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Seseorang diharapkan memiliki kreativitas untuk menulis slogan karena dengan slogan yang menarik dapat menarik hati dan dapat mudah diingat oleh orang yang melihat atau mengetahui.
Di dalam penelitian ini, siswa diharapkan mampu menulis slogan dengan ide dan kreativitas mereka. Maka dari itu, siswa harus bisa menciptakan slogan yang menarik dan kreatif. Dalam bentuk persuasi dan pilihan kata yang menarik yang dapat menggugah hati pembaca.
D. Tujuan dan Fungsi Slogan
Tujuan slogan adalah memacu semangat suatu kelompok (individu) atau menjadi cita-cita suatu lembaga/organisasi yang kemudian harus memahami khalayak yang dituju. Fungsi
slogan adalah untuk pendidikan masyarakat, memacu semangat, dan cita-cita. Selain itu, merupakan suatu ekspresi, gagasan atau tujuan yang diulang-ulang agar dapat mudah diingat oleh setiap orang (Depdiknas, 2008:77).
E. Tujuan Menulis Slogan
Setiap tulisan memiliki tujuan. Selanjutnya menurut Tarigan (1994:26) tujuan menulis adalah memberitahukan atau menginformasikan, meyakinkan, mengungkapkan perasaan, dan emosi. Tujuan menulis diklasifikasikan seperti berikut. a. Penugasan (assignment purpose). Kegiatan menulis ini dilakukan karena ditugaskan menulis sesuatu, bukan atas kemauan sendiri. b.
Altruistik (altruistic purpose). Kegiatan menulis dengan tujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c.
Persuasif (persuasive purpose). Tulisan bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran akan gagasan yang diutarakan.
d.
Penerangan (informational purpose). Tulisan ini bertujuan memberikan informasi atau keterangan/penerangan kepada pembaca.
e.
Pernyataan Diri (self ekspresive purpose). Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.
f.
Kreatif (creative purpose). Tujuan ini erat kaitannya dengan tujuan pernyataan diri. Namun, keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, seni ideal, atau seni idaman. Tulisan ini juga bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesenian.
g.
Pemecahan Masalah (problem solving purpose). Dalam tulisan seperti ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Berdasarkan tujuan menulis yang telah diungkapkan oleh Tarigan, maka tujuan menulis slogan masuk ke dalam salah satu tujuan menulis yaitu persuasif yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran yang diutarakan. Sehingga, menulis slogan memiliki tujuan untuk memberi informasi dan bisa memengaruhi, menimbulkan semangat yang baik secara langsung maupun tidak langsung.
F. Pengertian Kemampuan
Secara umum, kemampuan didefinisikan sebagai kesanggupan yang dimiliki oleh seseorang. Selanjutnya Ahmadi (1998:70) berpendapat bahwa kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu
yang diamatinya. Poerwadarminta (1986:628) juga menambahkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau keterampilan yang dimiliki seseorang.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis mengacu pada pendapat Nababan (1981:39) yang menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan tertentu dalam keadaan sesuai.
G. Kemampuan Menulis Slogan
Menulis slogan adalah salah satu kompetensi dasar keterampilan menulis pada siswa kelas VIII SMP. Berdasarkan silabus dari BSNP (2006:33), dalam standar kompetensi dasar
tersebut, terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, yaitu mampu menulis slogan untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata yang menarik dan bervariasi, serta persuasi. Selanjutnya dari kompetensi dasar tersebut, ada tujuan yang harus dicapai siswa setelah mempelajari materi slogan. Dapat diuraikan sebagai berikut.
(1) Mampu menunjukkan jenis-jenis slogan Dalam kegiatan pembelajaran menulis slogan di sekolah, siswa diajarkan untuk mengetahui jenis-jenis slogan, mengamati bermacam-macam slogan, dan bertanya jawab tentang slogan. Jenis-jenis slogan yang dimaksud diantaranya adalah slogan pendidikan, kebersihan, kesehatan, kemanusiaan, dan antinarkoba. Kemudian siswa dilatih untuk menulis slogan berdasarkan tema yang telah mereka ketahui.
(2) Mampu menulis slogan sesuai dengan konteks Setelah memahami jenis-jenis slogan, siswa dilatih menulis slogan berdasarkan tema yang mereka pilih dan menulis sesuai dengan konteks/situasi, yang ditujukan untuk (1) mengajak, mengimbau, dan memberikan pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang bisa memengaruhi pandangan pembaca. Dan (2) memilih kata yang menarik agar slogan yang dibuat lebih khas dan menarik.
(3) Mampu menyunting slogan Selanjutnya, setelah siswa menulis slogan, mereka bisa menyunting slogan satu sama lain dengan memperhatikan isi dan penggunaan kata-kata yang menarik.
Evaluasi pembelajaran tersebut bisa dilakukan dengan menilai langsung slogan yang ditulis siswa. Artinya, penulisan slogan berkaitan langsung dengan ranah psikomotor, lebih khususnya pada keterampilan menulis.
Berdasarkan poin-poin di atas disimpulkan bahwa kemampuan menulis slogan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan yang dimiliki seseorang dalam menuangkan ide, gagasannya yang bertujuan memberikan informasi secara tetulis. Selanjutnya, siswa dikatakan mampu menulis slogan dengan baik apabila pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan tercapai sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang harus dikuasai siswa.
Diantara tiga hal yang telah dikemukakan, poin (1) dan (2) merupakan kegiatan yang paling berkaitan dengan penelitian ini yaitu siswa menulis slogan dengan terlebih dahulu mengetahui jenis-jenisnya, kemudian siswa menulis slogan sesuai dengan konteks/situasi yang mereka ketahui dengan berdasarkan tema yang mereka pilih dengan memperhatikan isi dalam bentuk persuasi dan pilihan kata yang menarik. Dari penjelasan di atas, maka tujuan menulis slogan bagi siswa yaitu dapat menambah pengetahuan dan melatih keterampilan menulis siswa khususnya dalam menulis slogan.
H. Kriteria Penilaian Menulis Slogan Siswa
Kriteria penulisan dalam penilaian kemampuan menulis slogan siswa difokuskan pada dua indikator yaitu persuasi dan pilihan kata yang menarik. Karena tujuan dari slogan yaitu (1) untuk mengajak, mengimbau, serta ada pesan yang bisa disampaikan dalam bentuk persuasi; dan (2) pilihan kata yang menarik yang dilihat dari penggunaan kata-kata yang menarik yang bisa menimbulkan nilai rasa. Dua kriteria penilaian slogan tersebut berdasarkan pendapat Sukini dan Setyorini.
Kriteria penilaian slogan didasari juga pada pedoman dari silabus KTSP Bahasa Indonesia kelas VIII SMP semester genap BSNP (2006:33) dengan kompetensi dasar yaitu siswa diharapkan dapat menulis slogan untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata yang menarik dan bervariasi serta persuasi. Mengenai pengertian persuasi dan pilihan kata yang menarik, akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Persuasi
Sukini (2005:162) mengungkapkan bahwa slogan merupakan kalimat singkat dan bersifat persuasi serta susunan kata dalam kalimat tidak seperti biasa. Coba perhatikan contoh slogan berikut!
Contoh slogan
Maksud
Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Bermaksud untuk mengajak bersatu. Jagalah sehatmu sebelum sakitmu.
Mengajak untuk kesehatan.
selalu
menjaga
Tujuan dari penulisan persuasi itu ada tiga, yakni:
1. Meyakinkan pembaca. Penulis berusaha meyakinkan pendapat yang sudah dimiliki pembaca sebelumnya. 2. Mempengaruhi pendapat pembaca. Penulis berusaha memengaruhi pembaca agar pandangan yang dimilikinya selama ini dipertimbangkannya kembali. 3.
Mengajak bertindak. Penulis berusaha mengajak pembaca agar mau melakukan perbuatan seperti yang diinginkan penulis (Keraf, 1981:119).
Persuasi dalam slogan selain bertujuan untuk mengajak, ada imbauan dan pesan yang bisa disampaikan.
a. Imbauan Imbauan adalah mengajak untuk melakukan tindakan/tidak. Kalimat himbauan ada yang bersifat langsung (dengan menggunakan kata harus, perintah, perlu dilarang, jangan, hendaknya) dan ada yang bersifat tidak langsung (menunjukkan akibat baik / buruk jika suatu tindakan dilakukan / tidak dilakukan. Contoh: awas, jauhi, jangan.
b. Pesan pesan adalah serangkaian isyarat/simbol yang diciptakan oleh seseorang untuk maksud tertentu dengan harapan bahwa penyampaian isyarat/simbol itu akan berhasil dalam menimbulkan sesuatu. Selain itu pesan dapat diartikan pernyataan yang mempunyai arti. Hal tersebut dapat terbentuk melalui beberapa unsur di antaranya, (1) diucapkan/tertulis/tercetak dan (2) disampaikan dengan tertulis dan diucapkan juga dalam bentuk gerakgerik/isyarat/gambar lukisan dan warna. Menyampaikan pesan dapat dilakukan dengan banyak cara. Ada pesan yang disampaikan secara langsung, ada pula yang menggunakan media tertentu. Media yang digunakan pun bermacam-macam.
Slogan
merupakan
salah
satu
sarana
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan tertentu. Slogan biasanya dipilih oleh pihak tertentu, baik instansi, organisasi, maupun perusahaan karena dipandang lebih efektif. Selain bentuknya menarik, pemasangannya biasanya diletakkan di tempat-tempat umum sehingga mudah dibaca oleh khalayak ramai (Depdiknas,2008:76).
Sebagai contoh dapat dilihat pada slogan (1) berikut.
Jagalah Sehatmu Sebelum Sakitmu
Pada slogan contoh (1) berisi tujuan untuk mengajak dan meyakinkan pembaca, serta berisi imbauan dan pesan. berbunyi “ jagalah” kata tersebut merupakan suatu bentuk ajakan serta imbauan yang disampaikan untuk menjaga kesehatan. Kata “jagalah” sangat mempengaruhi pembaca apabila mendengar bunyi tersebut. Pembaca diajak untuk menjaga kesehatan sebelum penyakit datang. Selanjutnya, Imbauannya yaitu berbentuk kalimat perintah yang menegaskan agar menjaga kesehatan. Pesan yang terdapat di slogan tersebut ialah selalu jaga kesehatan karena kesehatan mahal harganya.
Selanjutnya, kriteria penilaian yang kedua yaitu pilihan kata yang menarik yang akan dijelaskan sebagai berikut.
2. Pilihan Kata yang Menarik Pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh pendengar/pembaca. Dalam slogan, kekuatan kata harus diperhatikan benar-benar. Meskipun hanya beberapa kata, makna yang ingin diungkapkan amat luas dan dalam (Setyorini, 2008:104).
Keraf (1980:22) juga menambahkan bahwa pengertian kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, persoalan gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokkan atau susunannya, atau ungkapan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka kajian bahasan indikator pilihan kata yang menarik dilihat berdasarkan makna kata yang terdapat dalam slogan.
a. Pengertian makna Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
b. jenis-jenis makna.
1. Makna Emotif Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Contoh: Engkau kerbau
Kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain, kata kerbau mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan.
Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa Indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif
dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai. Makna emotif (bahasa Inggris emotive meaning) adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar; penulis dan pembaca) ke arah yang positif.
2. Makna Konotatif Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar.
Contoh: Anita menjadi bunga desa.
Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata bunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
Sementara Kridalaksana (1993), memberikan pengertian bahwa makna konotatif (connotative meaning) sama dengan konotasi, yaitu aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.
Contoh: babi, kurus.
Misalnya, kata babi, pada orang yang beragama Islam kata babi tersebut mempunyai konotasi negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak bila mendengar kata tersebut. Contoh lain, kata kurus, berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi kata ramping, yang bersinonim dengan kata kurus memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan, orang akan senang bila dikatakan ramping. Begitu juga dengan kata kerempeng, yang juga bersinonim dengan kata kurus dan kata ramping, mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak mengenakkan, orang akan merasa tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
Ketepatan pilihan kata yang dapat mendukung gagasan yang hendak diungkapkan dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat bergantung pada makna kata. Dalam garis besarnya makna kata itu dapat dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna yang bersifat konotatif. Makna kata yang bersifat denotatif adalah makna yang sebenarnya, makna kata yang sesuai dengan konsepnya seperti yang terdapat dalam kamus (makna leksikal). Makna kata yang bersifat konotatif ialah makna tambahan atau sampingan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu pemakai bahasa tersebut. Kata yang tidak mengandung makna/perasaan tambahan disebut denotasi, sedangkan makna kata yang mengandung arti tambahan atau perasaan tertentu disamping arti umum disebut konotasi (Keraf, 1980:23). Berikut contoh kata yang digunakan dalam slogan. Contoh (2)
Narkoba Jurang Kematian
Slogan pada contoh (2) mengandung nilai rasa yang sangat menggugah. Terdapat pada kata “jurang kematian”. Kata jurang bermakna konotasi negatif yakni sebagai tempat yang menjerumuskan. Ada nilai rasa yang tidak enak setelah mendengar kata tersebut. Orang yang mendengar kata jurang akan merasa takut, dan merasakan bagaimana kalau dirinya terjerumus kedalam jurang. Kata jurang dalam slogan tersebut bermakna lubang/tempat berbahaya. Selanjutnya kata “kematian” yang bermakna konotasi karena denotasinya yakni sudah hilang nyawanya, tidak hidup lagi. Kata kematian dalam slogan tersebut bermakna orang yang akan mati. Jadi bunyi dari slogan “Narkoba Jurang Kematian” dapat membuat pembaca menjadi tergugah hatinya setelah mendengar bunyi tersebut dan kata-kata yang digunakan dalam slogan tersebut sangat mengandung perasaan yang mengerikan serta memiliki nilai rasa yang sangat menggugah.
Penggunaan kata-kata tersebut dapat menimbulkan nilai rasa tersendiri dari pembacanya. Karena narkoba diibaratkan sebagai jurang kematian. Dengan demikian dalam slogan tersebut terdapat penggunaan kata yang bermakna kias. Yakni (Narkoba) singkatan dari Narkotika, obat, dan bahan berbahaya, yang merupakan sekelompok obat, bahan, atau zat bukan makanan yang jika diminum, diisap, ditelan, atau disuntikkan akan berpengaruh pada kerja tubuh, terutama otak, dan sering menimbulkan ketergantungan yang diibaratkan sebagai jurang kematian sehingga siapapun yang menggunakan narkoba akan mengalami kematian yang mengenaskan.