10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan merupakan tempat tinggal bagi semua mahluk hidup di bumi ini yang harus dipertahankan kelestariannya. “Sejak makhluk hidup yang berakal (homo sapiens) pertama kali hadir di bumi, apa pun yang diperlukan untuk memenuhi hajat hidupnya sudah tersedia” Darsoprajitno (2002:1). Pengertian Lingkungan Hidup berdasarkan UU No 32 tahun 2009 pada BAB 1 ayat 1 adalah : Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Untuk itu dalam mempertahankan kelestarian suatu lingkungan agar lingkungan tersebut mampu mendukung kehidupan dengan baik diperlukan pengelolaan lingkungan yang terarah dan terencana, sehingga dengan pengelolaan lingkungan yang terarah dan terencana dapat mendukung kehidupan lebih baik. Dalam Undang-undang No.32 tahun 2009 pada BAB 1 ayat 2 dikatakan bahwa: Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2009 ini pula, agar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bisa dilaksanakan maka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:
10
11
a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n)
Tanggung jawab negara; Kelestarian dan keberlanjutan; Keserasian dan keseimbangan; Keterpaduan; Manfaat; Kehati-hatian; Keadilan; Ekoregion; Keanekaragaman hayati; Pencemar membayar; Partisipatif; Kearifan lokal; Tata kelola pemerintahan yang baik; dan Otonomi daerah.
Upaya pelestarian lingkungan pada intinya adalah tugas bersama, karena berbagai upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kelestarian suatu lingkungan tidak akan berhasil apabila tingkat kesadaran dalam memahami arti penting sebuah lingkungan belum disadari oleh setiap individu di sekitar lingkungan tersebut.
B. Karst (Batugamping)
Foto: R.P. Koesoemadinata (2000) Gambar 2.1 Bentangalam Karst Kecamatan Cipatat
12
1. Pengertian “Karst adalah istilah bentangalam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat (batugamping dan dolomit)” Samoedra (2001:6). Bentangalam tersebut baik berkelompok maupun tunggal dibentuk dan dipengaruhi oleh proses pelarutan yang derajatnya lebih tinggi dibanding dengan kawasan batuan lainnya. Proses pelarutan kimiawi karena air ini dipercepat oleh CO2, baik yang berasal dari atmosfer yang terdapat di atas permukaan tanah maupun yang berada di daerah permukaan sebagai hasil dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan atau humus. Kadar CO2 asal-biogenik umumnya tinggi. Jumlah CO2 di pemukaan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah kegiatan penguapan akar tumbuhan, kegiatan mikroba dan banyak sedikitnya fauna invertebrata yang hidup dipermukaan tanah. Untuk menjaga kelangsungan karstifikasi (proses alam yang membentuk bentangalam karst) mekanisme ini harus dipertahankan. CO2 yang bereaksi dengan air hujan akan membentuk H2CO3 yang sifatnya sangat reaktif terhadap batugamping (CaCO3). Kadar CO2 di udara jumlahnya sekitar 0,03%. Di dalam gua berkisar antara 0,1-3,75 %; semakin besar ke arah kedalaman IUCN dalam Samoedra (2001:6). Reaksi kimia yang umum terjadi di kawasan batugamping adalah: H2O + CO2
→
H2CO3
H2CO3
→
HCO3 + H+
H2CO3 + CaO
→
CaCO3 + H2O
CaCO3 + H2O + CO2
→
Ca(HCO3)2
13
Darsoprajitno dalam Made (2007:16) menjelaskan bahwa : Batugamping yaitu batuan endapan yang terbentuk di dasar lautan dan disusun oleh berbagai cangkang binatang laut dalam kurun waktu jutaan tahun. Melalui proses geologi, akhirnya endapan batugamping tersebut terangkat ke permukaan laut dan membentuk dataran atau pegunungan batugamping. Selanjutnya oleh kegiatan air yang umumnya air hujan yang mengandung senyawa CO2, terjadilah proses kimiawi hingga membentuk rongga berbagai bentuk dan ukuran dalam kurun waktu ribuan tahun atau lebih. Endapan batugamping yang telah mengalami proses semacam ini disebut batugamping/Karst. Secara sempit, kawasan Karst dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang diwarnai oleh kegiatan pelarutan atau proses karsifikasi. “Dalam konteks yang luas, kawasan Karst merupakan perpaduan antara unsur-unsur morfologi, kehidupan, energi, air, gas, tanah, dan batuan, yang membentuk satu kesatuan yang utuh”. Samoedra (2001:6)
2.
Morfologi Karst Berdasarkan proses utama pada pembentukan bentangalam Karst yang
terjadi akibat proses pelarutan, maka syarat lingkungan yang diperlukan untuk pembentukan batuan Karbonat menurut Koesoemadinata dalam Samodra (2001:23), yaitu : 1. Lingkungan bebas butiran sedimen asal-darat, sehingga keadaan tektoniknya harus stabil(tidak ada pengangkatan) dan daratan di sekitarnya bermorfologi hamper-rata. Di Indonesia, lingkungan tersebut berkembang baik pada Jaman Kapur (140-65 juta tahun lalu) dan antara Oligosen dan Miosen(35-5 juta tahun lalu). 2. Merupakan daerah paparan laut dangkal, karena pengendapan karbonat membutuhkan keadaan kelewat jenuh (super-saturated), sehingga hanya dapat dicapai melalui proes penguapan di daerah yang relative dangkal (0200 m). pada laut yang kedalamanya melebihi garis CCD (carbonat compensation depth) tekanan parsial CO2 yang terlalu tinggi dibagian itu akan melarutkan kembali batugamping menjadi Ca(HCO3)2. Di kawasan Pasifik Barat, fenomena seperti itu kira-kira terjadi pada kedalaman kurang dari 3.000 m.
14
3. Beriklim tropis atau semi-tropis, sehingga banyak penguapan 4. Kedalaman lautnya harus jernih. 5. Lingkungan di sekitarnya menjamin kebutuhan nutrisi yang cukup bagi organism untuk tumbuh dan berkembang. Berdasarkan kenampakannya dan atau letaknya pada permukaan bumi, morfologi Karst di klasifikasikan ke dalam morfologi eksokarst (Karst permukaan, misalnya : Karst menara, bukit-bukit Karst, lembah Karst, dolina, dan sebagainya) dan morfologi endokarst (Karst bawah permukaan, bentukan khas endokarst adalah gua). ‘Fenomena eksokarst dipelajari oleh disiplin ilmu Karstologi, sementara fenomena endokarst dipelajari oleh disiplin ilmu Speleologi’ Sumarlin dalam Made (2007 : 19).
3.
Siklus Morfologi Kawasan Karst Ada beberapa ahli yang telah mengemukakan teori mengenai siklus
morfologi daerah Karst. Diantaranya adalah Tisnasomantri dalam Made (2009 : 19) yang mengemukakan bahwa ada 4 tingkatan dalam siklus morfologi daerah Karst, yaitu: 1. Muda (youth) Pada tingkatan ini, pengaliran masih berlangsung di permukaan, terdapat lapies dan doline yang tersebar. Tidak ada gua-gua yang besar, pengaliran di bawah tanah masih belum berkembang. 2. Dewasa (maturity) Pada tingkatan ini, pengaliran di bawah tanah telah mencapai maksimum. Pengaliran di permukaan hanya terbatas pada sinking creeks yang pendekpendek. Adanya gua-gua merupakan ciri khasnya tingkatan ini. Jadi perkembangan karst pada tingkat ini telah maksimal. 3. Akhir tingkat dewasa (late-maturity) Gejala Karst mulai berkurang. Karst window mulai terbentuk yang kemudian berkembang menjadi uvala, disamping itu terdapat pula hums. 4. Tua (old) Pengaliran di permukaan berulang kembali dan hums terbatas sekali jumlahnya.
15
Dengan memperhatikan tingkat perkembangan di atas, suatu daerah Karst dapat di klasifikasikan berada pada tingkatan siklus tertentu. Pengetahuan tentang siklus kawasan Karst dapat membantu berbagai kajian mengenai sejumlah fenomena yang berada di atas maupun di dalamnya.
4. Bentukan Khas di Kawasan Karst Dengan adanya proses pelarutan oleh air yang berlangsung terus-menerus pada suatu daerah Karst, akan menghasilkan beraneka ragam bentukan baru daerah tersebut yang akan menunjukan termasuk ke dalam tingkatan mana siklus Karst yang sedang terjadi. Bentukan-bentukan khas yang dapat terjadi di daerah Karst menurut Tisnasomantri dalam Made (2009 : 20) adalah : 1. Terra Rosa, yaitu tanah liat berwarna merah yang terdapat di permukaan. Tanah ini adalah sisa pelarutan yang tidak diangkut ke dalam celah-celah batuan. Pada lereng yang curam, terra rosa tidak akan ditemukan karena habis terhanyutkan, sedangkan untuk di daerah yang landai terra rosa akan banyak ditemukan. 2. Lapies (bahasa Perancis) atau karren, client (bahasa Inggris), yaitu bentukan permukaan dengan relief yang jelas, berlembah dan berbukit kecil-kecil, runcing-runcing dan terjal. Bentukan semacam ini terdapat di daerah kapur yang tidak tertutup oleh terra rosa. 3. Sinkholes dan bentukan-bentukan lainnya yang sejenis. Sinkholes adalah depresi di daerah karst yang dalamnya berkisar antara 1-30 meter. Luasnya mulai dari yang hanya beberapa meter persegi sampai pada yang lebih dari setengah hektar. Bentukan yang paling lazim adalah seperti corong terbuka ke arah atas, walaupun ada pula beberapa bentuk lainnya. Berdasarkan cara pembentukannya, sinkholes dapat dibagi atas 2 macam, yaitu: a. Sinkholes yang terjadi langsung oleh pelarutan tanpa disertai oleh gangguan lain terhadap batuan. Bentukan ini disebut decline atau solution sink. b. Sinkholes yang terjadi oleh adanya runtuhan. Bentukan ini pun dimulai dengan proses pelarutan yang menghasilkan rongga di bawah tanah, kemudian disusul dengan runtuhnya bagian atap rongga tersebut, sehingga
16
4.
5.
6.
7.
menghasilkan bentuk cekung di permukaan. Lerengnya terdiri dari batuan yang keras dan menurun. Bentukan ini disebut juga doline, doline yang dangkal tetapi luas biasa disebut solution pan. Swallow holes, merupakan lubang-lubang yang cukup jelas, yang terdapat pada dasar sinkholes tempat air yang mengalir ke dalam sinkholes meresap ke dalam tanah. Akan tetapi, Danau Kars dapat terjadi di tempat tersebut, jika lubang-lubang tempat meresapnya air itu tersumbat oleh tanah liat sehingga menyebab air tergenang di dalam sinkholes. Kalau genangan air itu dangkal, biasanya penduduk petani setempat banyak menanam padi di dalamnya. Sinking creeks, merupakan sungai-sungai yang menghilang ke bawah tanah, yang seluruh airnya mula-mula mengalir di atas permukaan, kemudian menghilang ke dalam lubang-lubang atau retakan-retakan. Sink, merupakan tempat menghilangnya air ke dalam tanah, di suatu tempat sink dapat tampak dengan jelas, akan tetapi tidak demikian halnya di tempat yang lain. Hal ini disebabkan karena air meresap secara berangsur-angsur.
Selain bentukan-bentukan yang telah dijelaskan di atas, masih terdapat beragam jenis bentukan khas yang terdapat di suatu kawasan Karst. Akan tetapi tidak setiap daerah Karst akan memiliki seluruh bentukan khas tersebut. Struktur atau tektonik yang mengenai kawasan Karst menjadi faktor penentu internal (endogen/geologi). Sedangkan iklim akan menjadi faktor penentu eksternal (gaya eksogen) karena dibutuhkannya proses pelarutan dalam pembentukan kawasan Karst Darsoprajitno (2007 : 130).
5.
Potensi Kawasan Karst Di bidang ilmu pengetahuan kebumian, khususnya geologi, bentukan dan
bentangalam Karst yang memiliki nilai ekonomi, ilmiah, dan kemanusiaan merupakan hal-hal penting yang berkaitan dengan strategi penyelamatan keanekaragaman bumi secara menyeluruh Samodra (2001:5).
17
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya perlindungan terhadap kawasan Karst, antara lain dikemukakan Samodra dalam bukunya
(2001)
menyebutkan bahwa kawasan Kars memiliki beberapa nilai yaitu: 1. Nilai Ilmiah Kawasan Karst a. Aspek Geologi b. Aspek hidrologi c. Aspek paleontology dan peleontropologi d. Aspek speleologi e. Aspek biologi f. Aspek arkeologi g. Aspek ekosistem h. Aspek kerekayasaan 2. Nilai Ekonomi Kawasan Karst a. Aspek pertambangan b. Aspek pariwisata c. Aspek pengelolaan air d. Aspek pertanian e. Aspek peternakan f. Aspek kehutanan g. Aspek perikanan h. Aspek bioekonomi 3. Nilai Kemanusiaan Kawasan Karst a. Aspek estetika b. Aspek kependudukan c. Aspek social, ekonomi, dan budaya d. Aspek kepercayaan, agama dan spiritual e. Aspek pendidikan f. Aspek rekreasi, dan olehraga g. Aspek kesehatan h. Aspek pertahanan Sejumlah potensi yang telah disebutkan di atas dapat dimanfaatkan dalam waktu yang panjang apabila pemanfaatan saat ini disertai dengan kesadaran dan kebijaksanaan yang tinggi. Masyarakat harus mampu memilah pemanfaatan bagaimana yang tepat dan berkesinambungan serta pemanfaatan bagaimana yang akan membawa dampak kerugian. Dalam hal ini, pemanfaatan dan perlindungan terhadap kawasan karst haruslah berjalan secara seimbang.
18
C. Konsep Kepariwisataan 1.
Pengertian Wisata Secara etimologis Wisata artinya perjalanan, dalam Bahasa Inggris disebut travel, wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan dilakukan sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata,sedangkan pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata pari yang artinya banyak, penuh atau berputar-putar. Jadi secara sederhana pariwisata menurut Yoeti (2008:14) adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Institute of Tourism in Britain dalam Nuryana (2008:7) pariwisata adalah: Kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-hari serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tmpat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, ermasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi.
Sedangkan dalam Undang-undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan tersurat bahwa: wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Banyak definisi-definisi Kepariwisataan yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan keahliannya. Pada dasarnya dalam definisi-definisi tersebut terdapat beberapa faktor penting, yaitu:
19
a. Perjalanan yang dilakukan bersifat sementara, b. Perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya, c. Perjalanan dilakukan berkaitan dengan kegiatan bertamasya atau rekreasi d. Perjalanan yang dilakukan bukan nutuk mencari keuntungan financial, akan tetapi murni sebagai konsumen di tempat tersebut.
2. Objek dan Daya Tarik Wisata Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan kepariwisataan, karena dua hal tersebut merupakan modal awal dalam pengembangan kawasan untuk dijadian tempat wisata. Pada dasarnya objek wisata dibagi kedalam dua jenis yaitu: a. Objek wisata Alam Adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada upaya budidaya. Wisata alam terdiri dari: 1. Wisata Pantai Merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olah raga air lainya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum. 2. Wisata Cagar Alam (ekowisata) Bentuk wisata ini menurut Damanik (2006:37) adalah “wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya Pariwisata”.
Sedangkan
menurut
masyarakat
Ekowisata
20
Internasional dalam Damanik (2006:37) adalah “perjalanan wisata alam
yang
bertanggungjawab
dengan
cara
mengonservasi
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal”. Begitu pentingnya sumberdaya pariwisata direktorat Jendral Pariwisata dalam Yoeti (2008:199) menggariskan prinsip-prinsip pengembangan wisata alam yang bersifat ekowisata sebagai berikut: a) Kegiatan ekowisata harus bersifat ramah lingkungan, secara ekonomis dapat berkelanjutan dan serasi dengan kondisi sosial dan kebiasaan hidup masyarakat di sekitar proyek ekowisata yang dikembangkan. b) Untuk menjamin konservasi alam dan keanekaramgaman hayati sebagai sumber daya kepariwisataan yang utama, segnap upaya yang penting harus dilaksanakan untuk mnjamin fungsi dan daya dukung lingkungan tetap terjaga. c) Kegiatan ekowisata yang secara langsung mendukung dalam upaya perlindungan alam dan pelestarian keanekaragaman hayati harus dipromosikan secara berkesinambungan agar diketahui orang secara luas. d) Harus ada yindakan pencegahan untuk menghindari dan meminimalkandampak negative pada keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegiatan pengembangan ekowisata. e) Dalam pengambangan kegiatan ekowisata hendaknya selalu menggunakan teknologi ramah lingkungan. f) Semua yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata, mulai dari pemerintah, swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) harus bertanggung jawab secara bersama-sama untuk mencapai bentuk ekowisata yang berkelanjutan. g) Konsep dan criteria ekowisata yang berkelanjutan harus dikembangkan dan dikaitkan dengan program pendidikan dan pelatihan bagi SDM sektor pariwisata. h) Masyarakat harus diberikan kemudahan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai manfaat perlindungan lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati melalui bentuk pengembangan ekowisata yang berkelanjutan tadi. Selain ke delapan prinsip di atas menurut Yoeti (2008:205) kebijakan pengembangan ekowisata hendaknya berpedoman pada:
21
1. Dalam hal pembangunan prasarana dan sarana, sangat dianjurkan dilakukan sesuai kebutuhan saja, tidak berlebihan dan dengan menggunakan bahan-bahan yan terdapat di daerah tersebut. 2. Diusahan agar penggunaan teknologi dan fasilitas modern dilakukan masyarakat setempat 3. Pembangunan dan aktivitas dalam proyek dengan melibatkan penduduk lokal semaksaimal mungkin dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyaraka setempat. 4. Masyarakat setempat dihimbau agar tetap memelihara adat dan kebiasaannya sehari-hari (the way of life) tanpa terpengaruh dengan kedatangan wisatawan yang datang berkunjung, seperti suku badui di daerah Banten. 3. Wisata Buru Merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai again atau biro perjalanan 4. Wisata Agro Merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang serta pembibitan tanaman
dimana
rombongan
wisatawan
dapat
mengadakan
kunjungan dan peninjauan untuk tujuan sudi maupun menikmati segarnya tanaman disekitarnya. b. Objek Wisata Budaya Objek wisata budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi: museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan. Sedangkan
22
menurut Marpaung dalam Nuryana (2008:12) objek dan daya tarik wisata Budaya terdiri dari: 1. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monument termasuk golongan budaya,monument nasional, gedung bersejarah,kota desa bangunan keagamaan, tempat-tempat bersejarah. 2. Museum dan fasilitas budaya lainnya, jenis objek dan daya tarik wisata ini berhubungan dengan aspek alam dan aspek kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. 3. Pola kehidupan, dan tradisi, termasuk adat istiadat, pakaian, uapacara dan kepercayaan dari suatu suku bangsa tertentu merupakan komponen kebudayaan yang penting,sebagai objek dan daya tarik wisata yang dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pengunjung, selain keuntungan ekonomi bagi daerah tersebut. 4. Wisata keagamaan, etnis dan nostalgia, jenis kegitan wisata keagamaan keagamaan, etnis dan nostalgia erat kaitannya dengan wisatawan atau pengunjung yang memiliki latar belakang budaya,agama, etnis dan sejarah yang sama atau halhal yang berhubungan dengan masa lalunya. a.
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam: 1. pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, Dalam kedudukannya yang sangat penting menentukan daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara professional seingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.
b.
Umumnya daya tarik wisata suatu objek wisata berdasar pada: 1. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih. 2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka. 4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayanai para wisatawan yang datang. 5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pasir, hutan.
23
6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. c.
3.
Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan: 1. Kelayakan Finansial, menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut, berapa perkiraan untung rugi, dan berapa lama modal kembali. 2. Kelayakan sosial Ekonomi Regional, melihat investasi yang akan ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi regional; dapat menciptakan lapangan kerja/berusaha, dapat mningkatkan penrimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan padasektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, dan pertanian. 3. Kelayakan teknis, pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara tekhnis dengan melihat daya dukung yang ada. 4. Kelayakan lingkungan sebagai acuan kegiatan pembangunan objek wisata. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumberdaya alam untuk keabaikan manusia sehingga terjadi keseimbangan, keselarasa, dan keserasian hubungan antara manusia dengan manusia, lingkungan alam, dan manusia dengan tuhannya.
Syarat berkembangnya objek wisata Suatu obyek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, menurut Maryani dalam (1991:11) syarat-syarat tersebut adalah : 1.
2.
What to see Di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan ”entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam,kegiatan kesenian, dan atraksi wisata. What to do Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama di tempat itu.
24
3.
4.
5.
What to buy Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal. What to arrived Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunjungi obyek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan, dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata tersebut. What to stay Bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama dia berlibur di obyek wisata itu. Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya.
Perkembangan kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peranan para pengelola kawasan wisata dalam mengemas objek dan menyajikan atraksi wisata. Oka A. Yoeti (2008:16) berhasilnya suatu tempat wisata hingga terciptanya industry wisata sangat tergantung pada 3A, yaitu: Atraksi (atraction), mudah dicapai (accessibility), dan Fasilitas (amenities).
a. Atraksi (attraction) Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlbih dahulu agar dapat dilihat, dinikmayi dan yang termasuk dalam ini adalah: tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat trdisional, upacara adat, dan lain-lain. hal ini tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan objk wisatanya, karena akan berkaitan. Objek wisata dan atraksi wisata yang sudah menjadi bagian dari industry pariwisata ditentukan oleh 2 faktor yang berkaitan, yaitu tourism resources dan tourist service. Yoeti (2008:16) tourism resources disebut attracrive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang
25
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah: 1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta,yang dalam istilah pariwisata disebut dengan istilah Natural Aminities. Yang termasuk kelompok ini adalah : a. Iklim, misalnya curah hujan,sinar matahari, panas, hujan dan salju. b. Bentuk tanah dan pemandangan. Contoh: pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan Gunungapi. c. Hutan belukar d. Fauna dan flora, yang tersedia dicagar alam, dan daerah perburuan. e. Pusat-pusat kesehatan, misalnya: sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi lumpur. Dimana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit. 2. Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam 4 produk wisata yang berkaitan dengan 3 unsur penting, yaitu: historical (sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama). a. Monument bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact). b. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajinan tangan. c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, dan khitanan. d. Rumah-rumah ibadah, seperti : mesjid, candi, gereja, dan kuil. b. Aksesibilitas (accessibility) Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi, karena factor jarak dan waktu yag sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalama ksesibilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Selain transportasi yang berkaitan erat dengan aksesibilitas adalah prsarananya yaitu jalan, jembatan, terminal stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan sauatu tempat ke tempat yang lain.
26
keberadaan sarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.
c. Fasilitas (amenities) Fasilitas pariwisata tidak akan terpisahkan dengan akomodasi perhotelan. Karena pariwisata tidaka akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkmbangan pariwisata adalah sebagai berikut: 1. Akomodasi hotel 2. Restoran 3. Air bersih
4. Komunikasi 5. Hiburan 6. Keamanan
Pengembangan objek wisata pada umumnya untuk pengelolaan sumberdaya alam, manusia, teknologi, dan unsur-unsur budaya yang saling mempengaruhi. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut maka dasar pembangunan dan pengembangannya dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Komersial 2. Pengembangan sosial ekonomi lokal, regional, dan nasional. 3. Kebutuhan rekreasi mayarakat. 4. Optimalisasi sumberdaya yang mempunyai fungsi lain seperti: penelitian, pengobatan, dan pelestarian alam.