BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI Bab II ini berisi tinjauan pustaka, konsep, dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Penulis mengutip beberapa konsep dan definisi yang terkait dengan objek kajian, mengulas beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan Selanjutnya dijelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam kitab San Zi Jing. Berikut adalah penjelasan tentang tinjauan pustaka, konsep dan kerangka teori ini : 2.1 Penelitian yang Relevan Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dirujuk sehingga mendukung penulis dalam mengkaji ajaran San Zi Jing dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya: 1.
Artikel berjudul 解读《三字经》品味传承文化 (jiědú “sānzìjīng” pǐnwèi chuánchéng wénhuà) ditulis oleh Forum Pendidikan Dasar (2013) yang diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House. Artikel ini membahas tentang arti pada setiap bait dari ajaran San Zi Jing. Arti setiap bait yang terdapat di dalam artikel ini mempermudah penulis untuk lebih memahami San Zi Jing. Metode yang digunakan oleh peneliti memberi kontribusi kepada penulis dalam hal teknik analisis data.
2.
Buku Tiga Karakter Klasik China ditulis oleh Supapto (2011) diterbitkan oleh Pustaka Internasional membahas sebagian cerita San Zi Jing, dalam bentuk komik untuk menggungkapkan isi San Zi Jing yang sangat mendalam artinya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana penelitian ini memfokuskan pada analisis nilai-nilai pendidikan pada cerita-cerita sejarah yang terdapat di dalam kitab ini, maka buku ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam memahami perilaku tokoh sejarah dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam ceritacerita kitab San Zi Jing. 3.
Artikel berjudul 浅谈《三字经》的思想内涵与现实意义 (qiǎn tán sānzìjīng de sīxiǎng nèihán yǔ xiànshí yìyì), ditulis oleh Zuo Zhao Hui dan diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House pada bulan April 2010. Artikel ini membahas tentang peran penting dari nilai pendidikan ajaran San Zi Jing, tetapi tidak difokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial dan budaya. Tulisan ini memberi kontribusi kepada penulis dalam memahami ajaran San Zi Jing dan mempermudah penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan moral, sosial dan budaya pada kitab San Zi Jing tersebut.
4.
Wang Pin dalam artikel yang berjudul《三字经》 的文化教育价值 (sānzìjīng” de wénhuà jiàoyù jiàzhí) telah diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House. Tulisan ini membahas tentang nilai-nilai budaya pendidikan dan warisan nilai budaya San Zi Jing pada masyarakat China. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian ini menganalisis tentang nilai-nilai budaya pendidikan, sedangkan penulis memfokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial, dan budaya. Penelitian pada artikel ini memberi kontribusi pada penelitian ini, khususnya dalam memperkuat
Universitas Sumatera Utara
bagian penting dari nilai-nilai pendidikan budaya yang terdapat didalam kitab San Zi Jing yang perlu diwariskan.
2.2 Konsep 2.2.1 Nilai Nilai dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga, penghargaan, atau tafsiran. Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau perilaku. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Hasan (1995:114) menyatakan nilai adalah “sesuatu yang menjadi kriteria apakah suatu tindakan, pendapat, tau hasil kerja itu bagus/positif tau tidak bagus/negatif”. Nilai ada yang dikembangkan secara pribadi sehingga menghasilkan nilai pribadi dan ada yang dikembangkan dalam masyarakat dan warga negara bertindak, berpikir, dan menghasilkan sesuatu berdasarkan nilai yang dianut atau diakui masyarakat dan negara. Nilai adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai yang bersifat mendidik dan berguna bagi pembacanya, selain itu juga dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman hidup dalam berfikir dan bertindak. Dengan demikian, nilai memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kehidupan manusia (pembaca).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1. Nilai Pendidikan Membicarakan tentang nilai pendidikan tentu tidak lepas dari membicarakan tentang pendidikan. Menurut Ihsan (2005:4) pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Menurut Tilaar (2002:435) hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia dan juga dinyatakan bahwa anak dilahirkan seperti kertas putih yang akan diisi oleh pendidikan. Menurut Daroeso (1986:20) nilai adalah sesuatu atau hal yang dapat digunakan sebagai dasar penentu tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu menyenangkan (pleasant), memuaskan (saflying) menarik (interest), berguna (believe). Nilai mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai bersifat normatif, merupakan keharusan (dassollen) untuk diwujudkan dalam tingkah laku dalam kehidupan manusia. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Sehingga nilai pendidikan dalam karya sastra di sini yang dimaksud adalah nilai-nilai yang bertujuan mendidik seseorang atau individu agar menjadi manusia yang baik dalam arti berpendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Amalia (2010:33) nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra terbagi empat, yaitu: Nilai Pendidikan Religius, Nilai Pendidikan Moral, Nilai Pendidikan Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Berikut adalah penjelasan tentang keempat nilai tersebut. 1.
Nilai Pendidikan Religius Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.
2.
Nilai Pendidikan Moral Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
3.
Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu
Universitas Sumatera Utara
yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku. Nilai sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai social merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting. 4.
Nilai Pendidikan Budaya Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Nilai Pendidikan Budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan
Universitas Sumatera Utara
bendabenda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola. Pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada tiga nilai yaitu, Nilai Pendidikan Moral, Nilai Pendidikan Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Ketiga nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan ajaran San Zi Jing. Pada penelitian ini Nilai Pendidikan Religius tidak dibahas karena di dalam kitab San Zi Jing tidak terdapat ajaran agama atau kandungan unsur keagamaan. 2.2.2 Kitab San Zi Jing Dalam bahasa Indonesia terdapat kata kitab yang diserap dari bahasa Arab, yang memiliki arti buku. Kemudian pada penggunaan kata tersebut, kata kitab ditujukan hanya kepada sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Biasanya kitab merujuk kepada jenis tulisan kuno yang mempunyai implikasi hukum, atau dengan kata lain merupakan undang-undang yang mengatur. Istilah kitab biasanya digunakan untuk menyebut karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa masa lampau. Sejak 1500 SM masyarakat Tiongkok dahulu telah mengenal tulisan sejak yang ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Tiongkok yang dibuat sangat sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han (206-220SM), seni sastra Tiongkok kuno berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas. Sastra Tiongkok Kuno bersumber pada ajaran-ajaran filsafat. Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dikitabkan baik oleh filsuf itu sendiri
Universitas Sumatera Utara
maupun para pengikutnya. Pengaruh ajaran tersebut menjadikan keadaan pemerintahan yang semula kacau menjadi baik. San Zi Jing adalah sebuah kitab ajaran kuno yang ditulis oleh Wang Yinglin pada zaman Dinasti Song. Kata “Jing” dalam San Zi Jing adalah ajaran yang selalu benar. Pada zaman kuno sebuah buku yang disebut sebagai “Jing” berarti menggambarkan sebuah karya yang bernilai tinggi. San Zi Jing adalah kitab yang wajib dibaca sebelum mempelajari budaya Tiongkok dan merupakan perwakilan kitab kuno yang paling diminati. Kitab San Zi Jing ini dibagi menjadi enam pokok pikiran : 1. Pengajaran dari orang tua dan guru kepada anak, 2. Menghormati guru dan orang yang lebih tua, 3. Pengetahuan umum dan dasar tentang kebajikan, 4. Isi dari Kitab kuno Tiongkok, 5. Belajar dari sejarah Tiongkok, 6. Cara dan sikap dalam belajar.
Kitab San Zi Jing menamankan nilai-nilai yang baik dari cara dan sikap belajar maupun proses belajar. Nilai-nilai tersebut disajikan dalam bentuk cerita di mana di dalam cerita-cerita tersebut digambarkan tokoh-tokoh sejarah dan para filosofi yang dapat dijadikan teladan bagi pembaca.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Landasan Teori Teori merupakan yang alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1998:3). Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis NilaiNilai Pendidikan dalam Kitab San Zi Jing 《 三 字 经 》 ” menggunakan teori kesusastraan dan teori pendidikan untuk membahas lebih dalam tentang nilai-nilai pendidikan moral, sosial dan budaya yang terdapat dalam Kitab San Zi Jing. 2.3.1 Teori Kesusastraan Teori kesusastraan yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, berkawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sash (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberikan petunjuk dan instruksi. Akhiran tras berarti alat, sarana. Merujuk dari defenisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Zainal (1986: 11) berpendapat pendekatan sosiologi melihat segala macam nilainilai dalam masyarakat, institusi-institusi sosial, serta komunikasi atau individu dari hasil karya tertentu. Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan. Karya Sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Yasa (2012: 21) mengatakan sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang ditujukan pada cara-cara seorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Semua itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah perwatakan tokoh-tokohnya. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan dimana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra. San Zi Jing adalah salah satu karya sastra Tiongkok kuno yang menyenangkan dan berguna karena karya ini tidak hanya memiliki cerita yang menghibur tetapi juga memberikan manfaat pelajaran bagi manusia. Ratna (2004:332-333) mengemukakan bahwa, sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut: 1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat. 2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. 3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisa, dipinjam melalui kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat,dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkadang terkandung estetika,etik,bahkan logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut. 5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat inter subjektifitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya sastra. Dengan demikian sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya. Sosiologi sastra tidak hanya membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarsakat dan lingkungan serta kebudayaan yang menghasilkannya. 2.3.2 Teori Pendidikan Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas, memiliki karakter yang kuat dan memiliki pengetahuan yang luas agar dapat meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupannya. Pendidikan dapat terbagi menjadi dua, yaitu teori dan praktek. Seseorang mempelajari sebuah teori untuk dipahami dan diresapi kemudian dipraktekkan dengan pola pikir maupun sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan diterima oleh seseorang semenjak ia lahir dan didapat melalui proses komunikasi maupun media pembelajaran. Menurut O’Connor dalam Barnadib (2010:8) berpendapat bahwa: “… Teori pendidikan perlu memiliki syarat-syarat seperti logis, deskriptif dan menjelaskan. Logis artinya memenuhi syarat-syarat untuk berpikir lurus dan benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas, sedangkan menjelaskan berarti memberikan penerangan”.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, Pratte mengemukakan pendapat bahwa teori pendidikan harus memiliki latar belakang yang benar, nyata dan dapat diterima oleh akal. Pratte dalam Barnadib (2010:9) berpendapat bahwa: “… Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk menemukan sejumlah penemuan dalam praktek”. Istilah direktif bermakna bahwa pendidikan mengarah pada tujuan yang pada hakikatnya adalah terwujudunya kesejahteraan yang setinggi-tingginya pada subjek didik. Teori pendidikan ini digunakan untuk mengkaji nilai pendidikan moral, sosial dan budaya yang terdapat dalam kitab San Zi Jing.
Universitas Sumatera Utara