BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis 2.1.1
Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan
investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi.
Return saham adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya . Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung (Robert Ang, 1997). Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.
12
Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2000). Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini sangat penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan juga digunakan sebagai landasan penghitungan return ekspektasi di masa yang akan datang. Komponen return saham terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancer) dan capital gain. Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodic seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, deviden dan sebagainya. Pendapatan tersebut disebut sebagai pendapatan lancer karena pendapatan seperti bunga obligasi maupun deviden diterima dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat. Penghitungan return saham (total return) terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 1998). Capital gain (loss) merupakan selisih antara nilai pembelian saham dengan nilai penjualan saham. Pendapatan yang berasal dari capital gain disebabkan harga jual saham lebih besar dari harga belinya. Sebaliknya jika harga jual saham lebih kecil dari harga beli disebut capital loss. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrument investasi, yang berarti bahwa instrument investasi tersebut harus diperdagangkan di
13
pasar. Sedangkan yield (dividen) merupakan pembagian laba bersih badan usaha kepada pemegang saham yang diputuskan melalui rapat umum pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Return Total
= Capital gain (loss) + yield
Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu (Jogiyanto, 1998) : Pt – Pt-1 Capital Gain (loss
= Pt-1
Keterangan : pt Pt-1
= Harga saham periode sekarang = Harga saham periode sebelumnya
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham biasa dimana pembayaran periodic sebesar Dt rupiah per lembar. Dt Yield = Pt-1 Keterangan : Dt
= Dividen kas yang dibayarkan
Pt-1
= Harga saham periode sebelumnya
Sehingga return total dapat dirumuskan sebagai berikut :
14
Pt -Pt-1 + Dt Return Total = Pt-1 Namun karena tidak semua perusahaan membagikan dividen secara periodik, maka return dapat dihitung sebagai berikut (Jogiyanto:1998) : Pt – Pt-1 Return Saham = Pt-1 2.1.2
Return On Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan
keuntungan
dengan
memanfaatkan
ekuitas
(shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Brigham dan Houston, 2004). Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin meningkatnya profitabilitas / kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri (Hanafi, 2004). Dengan demikian peningkatan ROE akan berdampak terhadap meningkatnya harga saham. Secara teoritis ROE dapat dikatakan berpengaruh positif terhadap return saham karena jika harga saham meningkat maka return saham juga akan meningkat. Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri.
15
secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, maka semakin tinggi keinginan investor untuk membeli saham tersebut. Dengan demikian maka perubahan pada Return On Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan harga saham. Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return on Equity (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor yang akan membeli saham tersebut.
2.1.3
Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Robert Ang,
16
1997). Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun modal sendiri. Return On Asset (ROA) mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh asset yang dimiliki dan ditanamkan ke dalam sebuah perusahaan (efisiensi aktiva). Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva. Return on Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan dalam keadaan bagus dan semakin efektif dalam memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan semakin meningkatnya ROA maka profitabilitas perusahaan semakin baik. Oleh karena itu, perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan ROA. Kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin baik sehingga dapat mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Pembelian saham perusahaan oleh para investor akan mempengaruhi harga saham. Semakin banyak investor yang menanamkan dananya pada perusahaan tersebut, maka harga saham
17
perusahaan akan meningkat, dengan kata lain ROA akan berdampak positif terhadap return saham.
2.1.4
Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham adalah
bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham (Irham Fahmi , 2012) . Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya mengalami peningkatan dalam penjualan dan laba. Earning per share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat laba yang diperoleh oleh para pemegang saham, dimana tingkat laba (per lembar saham ) menunjukkan kinerja perusahaan terutama dari kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar. Rasio keuangan ini sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki yaitu Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham. Earning per share (EPS) adalah salah satu rasio pasar (Robert Ang, 1997). Rasio pasar pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran investasi. Rasio ini merupakan pengukuran yang paling lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan langsung dengan tujuan perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan para pemegang saham (Robert Ang, 1997). Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam per
18
lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisa perusahaan karena Earning Per Share (EPS) menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang. Semakin besar Earning Per Share (EPS) berarti laba yang diperoleh perusahaan juga semakin besar yang juga berpengaruh terhadap kanaikan dividen. Hal ini akan memotivasi para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham dan return saham. Earning Per Share (EPS) yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar juga tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi return saham perusahaan. Oleh Karena itu, Perusahaan yang stabil akan memperlihatkan stabilitas pertumbuhan Earning Per Share (EPS), sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan EPS yang fluktuatif. Secara matematis Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba Bersih setelah pajak EPS
= Jumlah lembar saham beredar
19
2.2
Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi return saham. Hasil dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Yeye Susilowati dan Tri Turyanto (2011) yang meneliti tentang “Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan” dengan studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2006-2008. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Bambang Sudiyatno dan Toto Suharmanto (2011) tentang “Kinerja keuangan konvensional, Economic Value Added, dan Return Saham” dengan studi kasus pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) . Variabel dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Residual Income (RI), dan Economic
20
Value Added sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) dan Residual Income (RI) berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap return saham. Sedangkan Return on Equity (ROE) berpengaruh negative terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Hermi dan Ary kurniawan (2011) tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham “dengan studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20082010. Variabel dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS),dan Price to Book Value sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya EPS yang memiliki pengaruh terhadap return saham untuk pengujian parsial, sedangkan hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa NPM, ROE, PER, ROI, PBV, DER, dan EPS secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Syahib
Natarsyah
(2000)
melakukan
penelitian
mengenai
analisis
fundamental terhadap return saham. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Devidend Payout Ratio (DPR), BVES, dan Beta sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel DPR tidak berpengaruh secara signifikan
21
terhadap return saham sedangkan variabel ROA, ROE, BVES, DER, dan Beta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan kennedy
(2003) tentang “pengaruh Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS), Profit margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham”. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEJ) tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel Asset Turnover, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Rasio leverage, Debt to Equity Ratio (DER), Profit margin, dan Earning Per Share memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap return saham sebagai variabel devenden. Berikut ini adalah tabel ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return saham yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Peneliti
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Yeye Susilowati dan Tri Turyanto (2011)
Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI untuk periode 20062008
EPS, NPM, ROA, ROE dan DER sebagai variabel indevenden dan return saham sebagai variabel devenden.
DER berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan EPS, NPM, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
22
Bambang Sudiyatno dan Toto Suharmanto (2011)
Kinerja keuangan konvensional, Economic Value Added, dan Return Saham” dengan studi kasus pada perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
ROA, ROE, RI (Residual Income) , dan EVA sebagai variabel indevenden dan return saham sebagai variabel devenden.
ROA dan RI berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap return saham. ROE berpengaruh negative dan secara statistic signifikan terhadap return saham. EVA berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham
Hermi dan Ary kurniawan (2011)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham “dengan studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010
ROI, ROE, NPM, EPS ,dan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel indevenden dan return saham sebagai variabel dependen.
hanya EPS yang memiliki pengaruh terhadap return saham untuk pengujian parsial, sedangkan hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa NPM, ROE, PER, ROI, PBV, DER, dan EPS secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
23
Syahib Natarsyah (2000)
Analisis fundamental terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
ROA, ROE, DER, Devidend Payout Ratio (DPR), BVES, dan Beta sebagai variabel indevenden dan return saham sebagai variabel devenden.
variabel DPR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangkan variabel ROA, ROE, BVES, DER, dan Beta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham
Kennedy
Pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS), Profit margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham.
(ROA), Return on Equity (ROE) Earning Per share (EPS), Profit margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen.
variabel Asset Turnover, ROA, ROE, Rasio leverage, DER, Profit margin, dan EPS memberikan hubungan yang nyata dengan return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap return saham sebagai variabel devenden.
(2003)
2.3
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang diteliti. Variabel indevenden dalam penelitian ini adalah Return On Equity (ROE), Return On Asset 24
(ROA), dan Earning per Share (EPS), Sedangkan variabel devenden adalah return saham. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Return On Asset (ROA) (X1)
Return On Equity (ROE)
(X2)
Return Saham (Y)
Earning Per Share (EPS) (X3)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.1
Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham Return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten)
dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham.
25
Menurut penelitian yang dilakukan Natarsyah (2000), terdapat keterkaitan antara return saham dengan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisienan perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan, maka saham saham tersebut semakin diminati oleh investor, yang berdampak pada harga saham. Dengan demikian Jika harga saham meningkat, maka akan berpengaruh pada kenaikan return saham.
2.3.2. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva. Return on Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROA yang semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapat keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat. Hasil penelitian dari pancawati Hardiningsih dkk (2002) menunjukkan adanya keterkaitan antara Return On Asset (ROA) dengan return saham. Hasil penelitian
26
menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan dan positif terhadap return saham. Kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin baik sehingga dapat mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Permintaan yang tinggi terhadap saham perusahaan akan berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan tersebut yang pada akhirnya mendorong peningkatan return saham yang diterima oleh para investor.
2.3.3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat laba yang diperoleh tingkat laba yang diperoleh oleh para pemegang saham, dimana tingkat laba (per lembar saham) menunjukkan kinerja perusahaan terutama dari kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar. Kenaikan EPS menunjukkan bahwa semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi return perusahaan di pasar modal. Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu yang menjadi perhatian para investor sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan. Kenaikan Earning per Share (EPS) sebuah perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan atau bisa dikatakan bahwa kondisi keuangannya sedang mengalami peningkatan dalam penjualan dan laba.
27
Earning Per Share (EPS) yang semakin tinggi tentu akan mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan Earning Per Share (EPS). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel Earning per Share (EPS) memiliki hubungan yang nyata dengan return saham. Penelitian yang dilakukan Catur wulandari (2005); Imron Rosyadi (2002) juga menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap return saham.
2.4
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan
diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : H1 :
Ada pengaruh positif Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
H2 :
Ada pengaruh positif Return on Asset (ROA) terhadap return saham pada perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
28
H3 :
Ada pengaruh positif Earning Per Share (EPS) terhadap return daham pada perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
H4 :
Ada pengaruh positif Return on Equity, Return on Asset, dan Earning Per Share secara bersama-sama terhadap return saham pada perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20102013.
29