BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return espektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya). Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu, dan yield dianggap tidak diperhitungkan. Dalam berinvestasi, selalu terdapat hal yang tidak dapat dihindari yaitu adanya risiko. Menurut Reilly et al., (2000:134) risiko dapat diartikan “Risk is the uncertainty that an investment will earn its expected rate of return” dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa risiko merupakan ketidaktentuan atas investasi yang akan diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan (return). Return yang diharapkan dari sekuritas terdiri dari dua komponen utama penyusun tingkat return yang disyaratkan investor (required rate of return), yaitu tingkat return bebas risiko dan premi risiko. Para investor selalu ingin memaksimalkan tingkat pengembalian yang diharapkan berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Sejalan dengan konsep investasi “High Risk, High Return”, investor yang menyukai risiko (risk
Universitas Sumatera Utara
lover), mereka akan memilih saham-saham yang mempunyai risiko yang tinggi agar dikemudian hari akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi pula. Sebaliknya investor yang tidak menyukai risiko (risk avester) merencanakan keuntungan normal. Investasi selalu mengandung unsur risiko, karena perolehan yang diharapkan baru akan diterima pada masa yang akan datang, risiko itu juga timbul karena tingkat pengembalian yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil dari dana yang diinvestasikan. Hubungan tingkat pengembalian dan risiko searah dan linier, artinya semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko yang harus ditanggung. Dengan kata lain investor yang berharap memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, berarti bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu, tidak relevan mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui investasi pada aset yang menawarkan tingkat pengembalian paling tinggi, karena harus juga mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.
2.2 Faktor Fundamental Penelitian ini dilakukan berdasarkan sudut pandang investor terhadap nilai pasar saham yang terjadi dipasar sekunder. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental mempelajari bisnis perusahaan dan
Universitas Sumatera Utara
mencoba membuka informasi baru terhadap harga saham, persaingan di antara para peneliti
fundamental
ini
akan
cenderung untuk
membuat
harga
mencerminkan semua informasi yang relevan dan perubahan harga tidak dapat diramalkan. Faktor fundamental menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadiankejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat faktor fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan. Rasio keuangan yang akan digunakan untuk melihat pengaruh faktor fundamental terhadap tingkat pengembalian saham adalah, Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV), dan Earning per Share (EPS).
2.2.1 Return on Equity (ROE) Return on Equity sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang mengasilkan laba dilain pihak (Bambang Riyanto, 2001:44). Rasio ini dipergunakan oleh investor guna melihat tingkat pengembalian terhadap modal yang mereka tanamkan disebut juga dengan rentabilitas modal sendiri atau Return on Equity. Kesimpulan dari pengertian return on equity adalah untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor, yaitu dengan menggunakan rasio Return on Equity (ROE). ROE diformulasikan sebagai berikut: ROE =
Earning After Tax Total Equity
Earning After Tax (EAT) merupakan pendapatan bersih sesudah pajak, sedangkan total equity merupakan total ekuitas (modal pemilik) yang terdapat pada perusahaan tersebut pada periode akhir tahun.
2.2.2 Debt to Equity Ratio (DER) Rasio Debt Equity Ratio (DER) menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut dilikuidasi. Dengan kata lain solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan modalnya (Bambang riyanto, 2002:25). Debt Equity Ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat Debt Equity Ratio yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Secara matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut: DER =
Total Debts Total Equity
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Price to Book Value (PBV) Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Jogiyanto, 2003:82). Pengertian Price to Book Value menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258):”Price to Book Value merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham.. untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan . Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. semakin tinggi rasio Price to Book value yang menunjukan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Semakin baik nilai perusahaan, maka investor akan semakin tertarik untuk menginvestasikan dananya. Dengan begitu harga saham akan naik dan return saham juga ikut naik. Secara matematis PBV dapat diformulasikan sebagai berikut: PBV =
Market Price Book Value per Share
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Earning per Share (EPS) Earning per share merupakan perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang beredar selama periode perhitugan dilakukan. Fabozzi (2001:861). Kenaikan Earning per Share berarti perusahaan sedang dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami peningkatan dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain semakin besar Earning per Share menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar saham. EPS merupakan indikator yang berpengaruh terhadap return saham, karena investor percaya bahwa return saham akan bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan earning untuk setiap lembar sahamnya. Secara matematis EPS dapat diformulasikan sebagai berikut: EPS =
Earning After Tax Total of Share
Rasio ini merupakan pengukuran yang paling lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan langsung dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan para pemegang saham.
2.3 Risiko Sistematis ( beta saham) Jika berbicara tentang tingkat keuntungan (return), maka pembahasanya tidak terlepas dari namanya risiko. Karena tingkat keuntungan dan risiko mempunyai hubungan yang positif serta merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, dimana semakin tinggi pengembalian yang diharapkan dari investasi, maka semakin besar risiko yang ditanggung (high risk high return). Jones
Universitas Sumatera Utara
(2000:10) mendefenisikan “Risk is defind as the change that actual return on an investment will be different from the expected return”. Risiko merupakan perubahan dimana return aktual dari investasi akan berbeda-beda terhadap imbal hasil yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2001:50) bahwa risiko sistematis (beta saham) merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, perubahan pasar tersebut mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. risiko sistematis (beta saham) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, risiko ini juga disebut dengan risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor-faktor tersebut adalah seperti kondisi perekonomian, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kecendrungan saham untuk bergerak bersama. Indeks beta (β) ini ditentukan dengan cara membandingkan tingkat risiko suatu saham terhadap risiko. Beta (β) saham mengukur sensitivitas pengembalian saham dengan perubahan pengembalian dalam portofolio pasar. Beta (β) portofolio adalah ratarata tertimbang dari setiap beta (β) saham dalam portofolio tersebut.
2.4 Rasio Keuangan Melalui analisis fundamental yang mendalam dan menyeluruh atas kinerja keuangan suatu perusahaan, maka para investor dapat menentukan mana saham yang dinilai terlalu rendah dan mana saham yang dinilai terlalu tinggi. Faktorfaktor fundamental yang mencerminkan kinerja keuangan suatu perusahaan dapat
Universitas Sumatera Utara
dianalisis dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang tercermin melalui rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Rasio berperan sebagai alat yang membantu dalam menyediakan pandangan kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, dengan penyederhanaan ini maka dapat diperoleh informasi dan penilaian kinerja perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan
terhadap
jalannya
perusahaan,
kinerja
perusahaan
dan
pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan, akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, pihak investor membutuhkan
informasi
keuangan
suatu
perusahaan
sebagai
pedoman
pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Arista (2012), melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Return Saham (Kasus pada Perusahaaan Manufaktur yang
Universitas Sumatera Utara
Go Public di BEI periode 2005-2009)”. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa faktor-faktor fundamental yang diwakili DER dan PBV mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap x saham sedangkan ROA dan EPS tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian (return) saham pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di BEI. 2. Anastasia, et al., (2003), melakukan penelitian tentang “Analisa Faktor Fundamental (ROA, ROE, PBV, DER, r) dan Risiko Sistematis (β) Terhadap Harga Saham Properti di BEI”. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa PBV mempengaruhi harga saham secara parsial sedangkan faktor fundamental lainnya tidak berpengaruh terhadap harga saham. 3. Haruman, et al., (2005), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental, Indikator Ekonomi Makro, dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham di PT Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa faktor fundamental yang diwakili dengan EPS dan PER tidak berpengaruh secara serempak terhadap tingkat pengembalian saham tetapi PER berpengaruh parsial terhadap tingkat pengembalian saham, sedangkan EPS tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian. Faktor ekonomi makro (nilai tukar dan tingkat inflasi) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tingkat pengembalian saham dan faktor β berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pengembalian saham. 4. Hijriah (2007), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ROA, ROE, DER,
Universitas Sumatera Utara
PER, EPS, BV dan risiko sistematik memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti di BEJ. Sedangkan secara parsial hanya ROE, PER, dan BV yang berpengaruh terhadap harga saham properti di BEJ. 5. Widjarnako (2008), melakukan penelitian dengan judul “Determinan Faktor Fundamental Terhadap Return Saham (Study Pada Perusahaan Yang Masuk ILQ 45 di Bursa Efek Indonesia)”. Hasil penelitianya mengungkapkan bahwa faktor fundamental yang diwakili Price Earning Ratio(PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return Equity Ratio (ROE) dan Book Value (BV) secara bersamasama berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
No.
1.
2.
Peneliti dan Tahun Peneliti Arista, 2012.
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Variabel Teknik Penelitian Analisis Analisis FaktotFaktor yang mempengaruhi Return Saham(Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI periode 2005-2009)
Variabel independen: ROA, DER, EPS, PBV
Anastasia, et Analisa Faktor al., (2003). Fundamental (ROA, ROE, PBV, DER, r) dan Risiko Sistematis (β) Terhadap Harga Saham Properti di BEI
Variabel Dependen: Harga Saham Variabel Independen: ROA, ROE, PBV, b, DER, r, dan
Variabel Dependen: Return Saham
Hasil Penelitian
Model Faktor fundamental Regresi ,DER dan PBV Linier mempengaruhi return Berganda saham secara parsial, dan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di BEI. Regresi Linier dan Asumsi Klasik
Faktor fundamental, PBV mempengaruhi harga saham secara parsial, dan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan property di
Universitas Sumatera Utara
risiko sistematis 3.
4.
Haruman, et Pengaruh Faktor al., (2005). Fundamental, Indikator Ekonomi Makro, dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham di PT Bursa Efek Jakarta
Variabel Independen: EPS dan PER
Hijriah (2007).
Variabel Independen: ROE, DER, PER, EPS, BV
Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta
BEI
Model Regresi Linier Berganda
faktor fundamental, PER berpengaruh parsial terhadap tingkat pengembalian saham, sedangkan Faktor ekonomi makro (nilai tukar dan tingkat inflasi) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tingkat pengembalian saham dan faktor β berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pengembalian saham.
Model Regresi Linier Berganda
Faktor fundamental, ROE, PER, dan BV berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap harga saham properti di BEJ.
Regresi Linier dan Asumsi Klasik
Hasil penelitianya mengungkapkan bahwa faktor fundamental yang diwakili PER dan ROE secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dependen: Tingkat Pengembalian Saham
Variabel Dependen: Harga Saham
5.
Widjanarko (2008).
Determinan Faktor Fundamental Terhadap Return Saham (Study Pada Perusahaan Yang Masuk ILQ 45 di Bursa Efek Indonesia)
VAriabel Independen: PER, DER, ROE dan BV Variabel Dependen: Return Saham
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konseptual Dalam penulisan penelitian skripsi ini diperlukan sebuah kerangka konseptual yang sistematis untuk pemecahan masalah. Menurut Brigham dan Houston (2010:133) “rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (Return on Equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham, pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE menunjukan tingkat yang mereka peroleh”. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, semakin tinggi ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam megelola modalnaya untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut dapat menggunakan modal dari pemegang saham secara efektif dan efisien untuk memperoleh laba. Dengan adanya peningkatan laba bersih maka nilai ROE akan meningkat pula sehingga para investor tertarik untuk membeli saham tersebut yang akhirnya tingkat pengembalian saham perusahaan akan semakin besar. Debt to Equity Ratio untuk mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditor (Gitman, 2006:64). Semakin tinggi nilai DER menunjukkan semakin tinggi risiko yang harus ditanggung perusahaan dengan modal sendiri apabila perusahaan mengalami kerugian (Brigham dan Houston, 2006). Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat return yang diperoleh oleh investor adalah financial risk. Tingkat financial risk menyatakan variabilitas laba akan diterima pemegang saham. Dan financial leverages adalah salah satu faktor yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi tingkat financial risk. Semakin banyak penggunaan financial leverages maka semakin banyak penggunaan biaya tetap (jangka panjang) yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga laba operasional akan semakin kecil, karena digunakan untuk menutup biaya jangka panjang dan beban bunganya. Menurut Fabozzi (2001:861), Earing per Share adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi deviden saham preferen dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dlakukan. Laba per lembar saham merupakan hasil perolehan laba bersih yang dapat dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap lembar saham biasa yang telah dijual oleh perusahaan. Dengan demikian, laba perlembar saham (Earning per Share) adalah rasio yang menunjukan seberapa besar tingkat pengembalian saham (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham dan juga salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan. Price to Book Value adalah rasio harga per lembar saham dibagi nilai buku per lembar saham (Bodie, et al., 2006: 253) dimana saham-saham yang memiliki rasio/nilai buku yang rendah akan menghasilkan tingkat pengembalian saham (return) yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa saham-saham dengan PBV yang tinggi dihargai mahal (overvalued), sedangkan saham-saham yang mempunyai PBV rendah dihargai murah (undervalued), maka dari itu jika investor mengharapkan tingkat pengembalian (return) yang lebih
Universitas Sumatera Utara
besar disarankan untuk membeli saham-saham yang mempunyai rasio harga/nilai buku yang rendah (undervalued). Risiko sistematis (beta saham) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (dihindarkan) disebut juga dengan resiko pasar. Resiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum. Parameter yang digunakan dalam mengukur resiko ini adalah beta. Pengertian beta menurut Jones (2000:178) adalah “Beta a measure of volatility, or realitivesystematic risk” dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Tingkat Pengembalian saham atau return diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh dari dana yang ditanamkan pada suatu investasi. Untuk investasi dalam bentuk kepemilikan saham, return yang diperoleh investor adalah berupa yield dan capital gain/loss. Pernyataan tersebut sesuai dengan defenisi holdingperiod return (HPR) (Bodie, et al., 2006: 186) Berdasarkan telah pustaka dan penelitian-penelitian terdahulu diduga bahwa ROE, DER, PBV, EPS, dan beta saham berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI.
Universitas Sumatera Utara
Dengan
demikian
kerangka
konseptual
dalam
penelitian
dapat
digambarkan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:
ROE DER Tingkat Pengembalian Saham
PBV EPS BETA Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut bahwa pengaruh faktor fundamental yaitu (Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Earning per Share), dan risiko sistematis (Beta Saham) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan
property dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara