BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Abnormal Return 2.1.1.1 Return Saham Return saham dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh investor dari hasil investasi saham yang dimilikinya. Menurut Tandelilin (2010:47) return saham juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Jogiyanto (2013:609) membagi return menjadi return sesungguhnya (actual return) dan return ekspektasi (expected return). Actual return adalah keuntungan yang dapat diterima atas suatu investasi saham pada periode tertentu, secara matematis diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, 2013:609):
π
π
ππ.π‘π‘ = Keterangan :
ππππ.π‘π‘ β ππππ.π‘π‘β1 ππππ.π‘π‘β1
Ri.t
= return realisasian/actual return saham i pada waktu t
Pi.t
= harga saham harian sekuritas i pada waktu t
Pi.t-1
= harga saham harian sekuritas i pada waktu t-1 (hari sebelumnya)
11
Return pasar adalah indeks pasar dalam periode tertentu, dalam penelitian ini indeks pasar yang digunakan adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Cara menghitung return pasar (Jogiyanto, 2013:610) :
Keterangan :
π
π
ππππ = οΏ½
πΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπ‘π‘ β πΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπ‘π‘β1 οΏ½ πΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπΌπ‘π‘β1
Rmt
= return pasar pada waktu t
IHSGt
= indeks harga saham gabungan pada waktu t
IHSGt-1
= indeks harga saham gabungan pada waktu t-1
Dalam penelitian ini, expectedreturn dihitung menggunakan metode market model karena dianggap lebih akurat dibandingkan metode lainnya karena perhitungan expected return dihitung dengan regresi pada periode normal yaitu periode di mana tidak adanya abnormal return terhadap aksi korporasi yang dilakukan perusahaan. Rumus ekspektasi return yaitu (Jogiyanto, 2013:610) :
Keterangan :
πΈπΈ(π
π
ππππ ) = πΌπΌππ + π½π½ππ π
π
ππππ + ππππππ
E(Rit)
= return saham yang diharapkan
Ξ±i
= intercept untuk sekuritas i
Ξ²i
= koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas i
Rmt
= return pasar pada waktu t
Ξ΅it
= kesalahan residu sekuritas i pada waktu t
12
2.1.1.2 Pengertian Abnormal Return Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut dapat ditunjukkan dari adanya perubahan harga suatu sekuritas. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencerminkan apakah informasi yang ada mempengaruhi pasar ataukah tidak yaitu menggunakan abnormal return. (Jogiyanto, 2013:586) Abnormal return pada umumnya sering digunakan untuk mengukur reaksi pasar dan efisiensi pasar. Syahyunan (2015:245) berpendapat Abnormal return adalah suatu istilah yang menunjukkan suatu keuntungan atau return yang tidak normal/lazim. Menurut Bodie et al. (2008:627), Abnormal Return atau return tidak normal adalah imbal hasil suatu saham yang melebihi perkiraan pasar. Menurut Jogiyanto (2013:609) menyatakan bahwa Abnormal return merupakan kelebihan atau kekurangan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi, yaitu return yang diharapkan investor. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.
2.1.1.3 Pengukuran Abnormal Return Abnormal Return saham i pada hari ke-t dapat diukur dengan (Jogiyanto, 2013:610) : AR it = R it β E(R it ) 13
Keterangan : ARit
= abnormal return saham i pada waktu t
Rit
= return realisasi saham i pada waktu t
E(Rit)
= return saham yang diharapkan saham i pada waktu t Menurut
teori
Brown
dan
Warner
(1985)
dalam
buku
(Jogiyanto,2013:610) menjelaskan bahwa untuk mengestimasi return yang diharapkan (expected return) dapat digunakan tiga model, yaitu : 1. Model Disesuaikan Rata-rata(Mean Adjusted Model) Model Disesuaikan Rata-rata(Mean Adjusted Model) ini mengasumsikan bahwa expectedreturn memiliki nilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. expectedreturn pada pada periode tertentu didapatkan dengan lamanya periode estimasi. 2. Model Pasar (Market Model) Model Pasar (Market Model) dihitung dengan melalui dua tahapan yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode return estimasi. Mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela dengan menggunakan model ekspektasi ini. Model ekspektasi deibentuk dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square). 3. Model Disesuaikan pasar (Market Adjusted Model) Model Disesuaikan pasar (Market Adjusted Model)menganggap bahwa penduga paling baik dalam mengestimasi return dari suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat ini. Model ini tidak menggunakan periode
14
estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks harga pasar.
2.1.2 Kinerja Keuangan 2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Jumingan (2009:239) pengertian kinerja adalah sebagai berikut kinerja merupkan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya. Kinerja keuangan menurut Fahmi (2012:2) merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Menurut Sutrisno (2009:53) menyatakan kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja keuangan menurut Jumingan (2009:239) adalah sebagai berikut kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan 15
pada suatu periode tertentu baik menyangkut penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menurut Kuncoro (2009:8), antara lain: 1. Risiko Keuntungan atau return yang didapat oleh investor tidak terlepas dari risiko yang melekat pada setiap perusahaan. Risiko adalah kemungkinan realized return suatu investasi akan berbeda dengan expected return investasi tersebut. 2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (firm size) adalah salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi. Indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran perusahaan adalah total penjualan, total aktiva, jumlah karyawan, value added, kapitalisasi nilai pasar dan berbagai parameter lainnya. 3. Keputusan Manajemen Kinerja keuangan perusahaan tidak akan terlepas dari keputusan-keputusan yang diambil manajemen. Jika manajemen mengambil keputusan yang salah, akan sangat berdampak pada hal-hal yang akan dikerjakan dan pasti akan sangat berpengaruh pada kinerja keuangannya.
16
4. Kualitas Sumber Daya Manusia Para pekerja yang dipekerjakan di suatu perusahaan memiliki partisipasi penting dalam kinerja keuangan. Sumber daya manusia yang baik akan terus berfokus pada tujuan perusahaan, yaitu profit.
2.1.2.3 Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Kasmir (2010:92) menyatakan bahwa tujuan dan manfaat dari pengukuran kinerja keuangan melalui analisis laporan keuangan adalah: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena telah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
2.1.2.4 Analisis Rasio Keuangan 2.1.2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio menurut Fahmi (2014:51) adalah perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingan dengan harapan
17
nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Rasio keuangan menurut Hary (2015:138) merupakan perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Ataupun dapat diartikan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Analisis rasio keuangan menurut Syahyunan (2013:91) merupakan analisis analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Menurut Munawir (2007:64) rasio keuangan adalah suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart.
2.1.2.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Brigham dan Houston (2010:134) jenis-jenis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi : 1. Liquidity Ratio (Rasio Likuiditas) Liquidity Ratio merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio yang umum digunakan, yaitu Current Ratio (Rasio Lancar), Acid Test (Rasio Cepat).
18
2. Asset Management Ratio (Rasio Manajemen aktiva) Asset Management Ratiomerupakan seperangkat rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasioyang umum digunakan, yaitu Inventory Turnover Ratio (Rasio Perputaran Persediaan), Days Sales Outstanding(Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih), Fixed Assets Turnover Ratio (Rasio Perputaran Aktiva Tetap), Total Assets Turnover Ratio (Rasio Perputaran Total Aktiva). 3. Leverage Ratio (Rasio Manajemen Utang) Leverage Ratio merupakan rasio yang menunjukkan penggunaan pembiayaan dengan utang. Rasio yang umum digunakan, yaitu Debt Ratio (Rasio Utang), Time Interest Earned Ratio (Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga), EBITDA Coverage Ratio (Rasio Cakupan EBITDA). 4. Profitability Ratio (Rasio Profitabilitas) Profitability Ratio merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi. Rasio yang umum digunakan, yaitu Profit Margin on Sales (Marjin Laba Atas Penjualan) , Return on Assets (Pengembalian Atas Total Aktiva), Basic Earning Power Ratio (Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba), Return on Equity (Pengembalian Atas Ekuitas Saham Biasa). 5. Market Value Ratio (Rasio Nilai Pasar) Market Value Ratio merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio yang umum
19
digunakan, yaitu Price/Earnining Ratio (Rasio Harga/Laba), Price/Cash Flow Ratio(Rasio Harga/Arus Kas), Market/Book Ratio (Rasio Nilai Pasar/Buku). Dalam penelitian ini, adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah Liquidity Ratio yaitu Current Ratio (CR), Asset Management Ratio yaitu Total Assets Turnover Ratio (TATO), Leverage Ratio yaitu Debt Ratio (DR), Profitability Ratio yaitu Return on Equity (ROE), serta Market Value Ratio yang digunakan yaitu Price/Earning Ratio (P/E).
2.1.3 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha yang tertuang dalam IFRS 3 adalah Sebuah transaksi atau peristiwa lain di mana pengakuisisi memperoleh kendali dari satu atau lebih bisnis. Transaksi kadang-kadang disebut sebagai true merger atau merger of equals. Sejalan
dengan IFRS 3, PSAK 22 revisi 2010 juga menyatakan
penggabungan usaha adalah suatu transaksi atau peristiwa lain di mana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Transaksi yang kadangkala disebut sebagai penggabungan sesungguhnya (true merger) atau penggabungan setara (merger of equals). Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 9 tentang perseroan terbatas, Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
20
Dari uraian diatas, penggabungan usaha dapat diartikan pembelian ataupun peleburan 2 (dua) perusahaan atau lebih dengan memiliki maksud dan tujuan tertentu yang diatur dalam hukum. Penggabungan usaha secara umum terbagi menjadi merger dan akuisisi.
2.1.4 Merger 2.1.4.1 Pengertian Merger Menurut Samsul (2006:69) Merger adalah tindakan dua perusahaan untuk bergabung menjadi satu dengan menggunakan salah satu nama perusahaan lama, sedangkan satu nama yang lain duhapuskan. Prihadi (2012:279) menyatakan bahwa merger terjadi apabila sebuah perusahaan membeli perusahaan target dan seluruh asset dan kewajiban target dipindahkan kepada perusahaan pembeli. Entitas target menjadi hilang dan bergabung menjadi satu di perusahaan pembeli. Menurut Moin (2010:5) Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Sebelum Merger Bank
Danamon
Setelah Merger Bank Danamon
Bank Duta Sumber : Moin (2010:7)
Gambar 2.1 Skema Merger
21
2.1.4.2 Klasifikasi Merger Menurut Utari et al. (2014:280) merger dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Horizontal Merger adalah penggabungan dua perusahaan yang menghasilkan jenis produk atau jasa yang sama. 2. Vertical Merger adalah penggabungan suatu perusahaan dengan pemasoknya atau pelanggannya. 3. Congeneric Merger adalah penggabungan perusahaan dalam jenis industri yang sama, tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan pemasok. 4. Conglomerate Merger adalah penggabungan perusahaan yang jenis usahanya berbeda.
2.1.5 Akuisisi 2.1.5.1 Pengertian Akuisisi Menurut Samsul (2006:69) Akuisisi adalah tindakan suatu perusahaan untuk memiliki perusahaan lain dengan cara membeli sebagian atau seluruh sahamnya melalui pasar modal, tanpa mengubah nama perusahaan lain tersebut. Menurut Moin (2010:8) Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan atau perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambilalih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 11 tentang perseroan terbatas, Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan yang melibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut. 22
Sebelum Akuisisi PT Semen Gresik
Setelah Akuisisi PT Semen Gresik Pengendalia
PT Semen Padang
PT Semen Padang
Sumber : Moin (2010:9)
Gambar 2.2 Skema Akuisisi
2.1.5.2 Klasifikasi Akuisisi Menurut Assauri (2013:131) bentuk akuisisi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1. Akuisisi Horizontal Akuisisi horizontal adalah akuisisi yang dijalankan oleh suatu perusahan dengan membeli perusahaan pesaing dalam industri yang sama. Akuisisi jenis ini diharapkan untuk meningkatkan penguasaan pasar suatu perusahaan. 2. Akuisisi Vertikal Akuisisi vertikal adalah akuisisi yang dijalankan suatu perusahaan dengn membeli satu pemasok atau distributor dari barang dan jasa yang dibutuhkan. Dengan akuisisi ini, perusahaan dapat melakukan pengendalian bahan atau parts tambahan dari suatu rantai nilai. 3. Akuisisi yang Terkait atau Related Akuisisi related adalah akuisisi yang dilakukan suatu perusahaan atas perusahaan lain dalam suatu industri yang terkait.
23
2.1.6 Tahapan Merger dan Akuisisi Tahapan merger dan akuisisi menurut Moin (2010:112) terdiri dari : 1. Identifikasi awal, perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diakuisisi. Identifikasi dapat berupa kekuatan dan kelemahan, pemasaran, kinerja keuangan, kinerja manajemen, sumber daya manusia, organisasi, pemegang saham, sejarah masa lalu, status perusahaan, posisi dalam industri, ukuran perusahaan. 2. Screening adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon target tersebut yang paling layak untuk diakuisisi. 3. Penawaran formal, di mana perusahaan membentuk tim untuk bertanggung jawab dalam pelaksanaan merger dan akuisisi yang akan melakukan pendekatan dengan target melalui pemberitahuaan resmi dan tertulis yang ditujukan kepada manajemen puncak perusahaan target. 4. Due diligence atau uji tuntas adalah investigasi yang menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini dimaksudkan untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target dilihat dari semua aspek seperti aspek hukum, keuangan, organisasi dan sumber daya manusia, pemasaran, teknologi, produksi. 5. Negosiasi/deal, di mana dua pihak perusahaan target harus memberikan persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal (tidak terjadi hostile take over) yaitu antara manajemen dan pemegang saham. Ketika kedua pihak setuju dengan syarat-syarat yang disepakati antara pengakuisisi dengan target,
24
selanjutnya mereka menandatangani nota kesepakatan (memorandum of understanding) sebagai kelanjutan dari deal mereka. 6. Closing merupakan penutupan transaksi merger dan akuisisi. Pada merger, closing berarti berakhirnya status hukum perusahaan yang dimerger ke dalam perusahaan hasil merger bersamaan dengan diserahkannya saham perusahaan hasil merger kepada pemegang saham perusahaan yang dimerger. Sedangkan pada akuisisi, closing berarti diserahkannya pembayaran oleh pengakuisisi kepada pemegang saham perusahaan yang diakuisisi. 7. Integrasi berarti tahap dimulainya βkehidupan baruβ setelah perusahaan melakukan penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi. Perusahaan hasil merger atau pengakuisisi mulai melaksanakan perencanaan strategik yang telah disusun sebelumnya.
2.1.7 Motif Merger dan Akuisisi Dalam teori yang diungkapkan Lani Dharmasetya dan Sulaimin (2009) dalam penelitian yang dilakukan oleh (Wangi,2010) di mana motivasi yang melatarbelakangi perusahan melakukan merger dan akuisisi tertuang dalam beberapa teori, antara lain: 1. Teori Efisiensi Merger dapat meningkatkan efisiensi karena akan terbentuk sinergi, yang secara sederhana diartikan sebagai 2+2=5, yaitu konsep dalam ilmu ekonomi yang
mengatakan
gabungan
faktor-faktor
yang
komplementer
akan
25
menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi manajemen, sinergi operasi, dan sinergi keuangan. 2. Teori Diversifikasi Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam maka suatu perusahaan dapat menjaga stabilitas pendapatannya. 3. Teori Kekuatan Pasar Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang sama, secara teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda. 4. Teori Keuntungan Pajak Keuntungan di bidang perpajakan melalui pengurangan kewajiban pembayaran pajak dapat menjadi motivasi yang melatarbelakangi suatu merger. Merger dapat dipilih untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas yang berlebih dan mengurangi laba kena pajak. Sebagai contoh, perusahaan yang menguntungkan dan berada di rentang pajak tertinggi dapat mengakuisisi sebuah perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian pajak dalam jumlah besar. Kerugian secara pajak ini selanjutnya dapat langsung diubah menjadi penghematan pajak daripada dibawa ke tahun berikutnya dan digunakan di masa mendatang.
26
5. Teori Undervaluation Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu perusahaan akan mendorong minat perusahaan lain untuk menggabungkan diri ke dalam perusahaannya melalui merger. 6. Teori Prestise Meskipun sulit diterima logika, namun kenyataannya banyak merger dilakukan bukan motivasi ekonomis, melainkan motivasi ingin meningkatkan prestise. Menurut Pardede (2011:604) ada beberapa alasan atau motif perusahaan untuk melakukan penggabungan atau pengambilalihan, yaitu: 1. Memperbesar ukuran perusahaan Untuk memperbesar ukurannya, cara yang dapat ditempuh perusahaan adalah melakukan penggabungan atau pengambilalihan dengan perusahaan lain. 2. Menambah jenis barang yang dibuat Menambah jenis barang agar tidak ketergantungan dengan satu jenis barang saja dengan cara bergabung atau mengambilalih perusahaan lain yang saat ini sedang membuat barang tersebut. 3. Memperoleh sumber daya β sumber daya penting Apabila ada satu perusahaan yang membutuhkan sumber daya tertentu di mana perusahaan ini tidak dapat memperolehnya dan apabila ada perusahaan lain yang dapat memperolehnya, maka sebaiknya bergabung atau mengambilalih perusahaan lain tersebut. Pada tingkat penjualan yang membuatnya impas, yaitu tidak memperoleh laba dan tidak juga menderita rugi, perusahaan tersebut tentu saja tidak akan membayar pajak penghasilan.
27
2.1.8 Keunggulan dan Kelemahan Merger dan Akuisisi Keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi menurut Moin (2010:13) : 1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2. Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. 4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. 6. Mengurangi risiko kegagalan karena tidak harus mencari konsumen baru. 7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru. 8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Selain mendapatkan manfaat atau keunggulan, Moin (2010:13) juga menyatakan kelemahan dari merger dan akuisisi sebagai berikut : 1. Proses integrasi yang tidak mudah. 2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. 3. Biaya konsultan yang mahal. 4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi. 5. Biaya koordinasi yang mahal. 6. Seringkali menurunkan moral organisasi. 7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan. 8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
28
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Ahmed (2014) dengan penelitian yang berjudul Merger and Acquisitions : Effect on Financial Performance of Manufacturing Companies of Pakistan. Variabel yang digunakan adalah Return on Capital Employed (ROCE), Gross Margin, Return on Equity (ROE), Net Margin, Operating Profit, Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt/Equity (DER), Debt Ratio (DR), Fixed Assets Turnover (FATO), Assets Turnover (TATO), Sales Growth, Earning Per Share (EPS), Break-up Value per Share. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired Sample T-statistics. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja kuangan secara keseluruhan perusahaan manufaktur pengakuisisi tidak signifikan membaik setelah periode merger. Likuiditas /Leverage (CR, QR, DER, DR), Profitabilitas (ROCE, Gross Margin, ROE, Net Margin, Operating Profit) dan posisi modal (EPS, Break-up Value per Share) meningkat secara tidak signifikan sementara efisiensi (FATO, TATO, Sales Growth) memburuk setelah merger. Zaremba (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Mergers and Acquisitions: Evidence on Post-Announcement Performance from CEE Stock Markets. Variabel yang digunakan adalah Abnormal Return dan Average Cumulative Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah event study. Hasil penelitian membuktikan terdapat Abnormal Return yang potitif dan signifikan dalam jangka pendek sedangkan untuk jangka panjang terdapat Abnormal Return yang negatif dan tidak signifikan. Astria (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Pengumuman Merger dan Akuisisi Terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan 29
Akuisitor yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008. Variabel yang digunakan merupakan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa Abnormal Return yang berbeda signifikan pada periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa merger dan akuisisi merupakan kabar baik bagi pelaku pasar untuk berinvestasi di pasar modal. Gunawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Kinerja Pasar dan Kinerja Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah Harga Saham, Current Ratio, Return on Equity, Total Assets to Total Debt. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired Sample T-test dan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitan memberikan bukti bahwa kinerja pasar perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan sesudah merger dan akuisisi, sedangkan kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan sesudah merger dan akuisisi. pembayaran merger dan akuisisi menggunakan saham akan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada metode pembayaran tunai. Hamidah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Pengakuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20042006. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Total Assets Turnover, Debt Ratio, Return on Assets, Price Earning Ratio serta teknik analisis data yang digunakan adalah Paired Sample T-test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan Debt Ratio dan Total Assets Turnover 30
sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk Current Ratio, Return on Assets, Price Earning Ratio setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Dasmanto
(2012)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Analisis
Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham pada Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2007. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Total Debt to Total Assets, Total Debt to Total Equity, Total Assets Turnover, Pre-tax Operating Cash Flow Return on Assets dan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji beda Paired Sample T-test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan signifikan untuk Current Ratio, Quick Ratio, Average Abnormal Return, Total Assets Turnover dan pengujian terhadap Return on Assets, Return on Equity, Total Debt to Total Assets, Total Debt to Total Equity, Pre-tax Operating Cash Flow Return on Assets tidak terdapat perbedaan yang sigifikan. Lesmana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Total Assets, Debt to Total Equity, Total Assets Turnover, Net Profit Margin, Return on Investment, Return on Equity, Earning Per Share, Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan komparatif. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang melakukan akuisisi dinyatakan tidak ada peningkatan yang signifikan, sedangkan kinerja keuangan sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan dengan 31
kinerja keuangan sebelum akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Hal serupa terjadi pada perusahaan diakuisisi/target. Dai (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Comparative Analysis of Stock Performance to Announcement of Mergers and Acquisitions Deals in China Mainland and Hong Kong from 2000-2010. Variabel yang digunakan adalah Abnormal Return (AR), AverageAbnormal Return (AAR), Cumulative Abnormal Return (CAR). Teknik analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon Z-statistic Test dan Regression. Hasil Penelitian memberikan bukti bahwa AAR dan CAR pada perusahaan akuisitor di daratan Cina bernilai positif. Di Hong Kong, AAR positif dan CAR negatif selama periode peristiwa (-5,5). Melalui regresi, daerah akuisisi yang berbeda mempengaruhi return dan metode pembayaran tidak mempengaruhi AR dan CAR. Sinha (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Measuring Post Merger and Acquisition Performance : An Investigation of Select Financial Sector Organizations India. Variabel yang digunakan adalah Return on Net Worth (RONW), Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), Debt-Equity Ratio (DER), Profit Before Tax, dan Profit Before Tax to Total Income. Teknik analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa EPSdan DERmengalami perubahan signifikan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi perusahaan. RONW, CR, Profit Before Tax to Total Income tidak mengalami perubahan yang signifikan. Profit Before Tax menunjukkan tren positif setelah merger dan akuisisi.
32
Ma (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Abnormal Returns to Mergers and Acquisitions in Ten Asian Stock Market. Variabel yang digunakan adalah Abnormal Return dan Cumulative Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah T-test dan Wilcoxon Z-statistic. Hasil penelitian membuktikan bahwa pasar modal akan menunjukkan Cumulative Abnormal Return yang positif dan signifikan dalam tiga event window yaitu jendela dua hari (0,1), jendela tiga hari (-1,+1), dan jendela lima hari (-2,+2). Widyaputra (2006) dalam penelitiannya berjudul Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Bursa Efek Jakarta Periode 1998-2004. Variabel yang digunakan adalah Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Total Assets Turnover (TATO), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Abnormal Return. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji beda Wilcoxon Sign Test, uji Manova, dan event study. Hasil penelitian memberikan bukti ada perbedaan signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah M&A; rasio OPM, dan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A; rasio PBV, dan OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 1 tahun setelah M&A; rasio OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A. Abnormal return tidak berbeda setelah merger dan akuisisi.
33
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1.
Nama Peneliti/ Tahun Ahmed (2014)
2.
Zaremba (2014)
3.
Astria (2013)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Merger and Acquisitions : Effect on Financial Performance of Manufacturing Companies of Pakistan
1. Return on
Mergers and Acquisitions: Evidence on PostAnnouncement Performance from CEE Stock Markets Analisis Dampak Pengumuman Merger dan Akuisisi Terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan Akuisitor yang Terdaftar di
1. Abnormal Return 2. Average Cumulative Abnormal Return
Event Study
Abnormal Return
Wilcoxon Signed Rank Test
Capital Employed (ROCE) 2. Gross Margin 3. Return on Equity (ROE) 4. Net Margin 5. Operating Profit 6. Current Ratio (CR) 7. Quick Ratio (QR) 8. Debt/Equity (DER) 9. Debt Ratio (DR) 10. Fixed Assets Turnover (FATO) 11. Assets Turnover (TATO) 12. Sales Growth 13. Earning Per Share (EPS) 14. Break-up Value per Share
Paired Sample Tstatistics
Hasil Penelitian Bahwa kinerja kuangan secara keseluruhan perusahaan manufaktur pengakuisisi tidak signifikan membaik setelah periode merger. Likuiditas/Leverage (CR, QR, DER, DR), Profitabilitas (ROCE, Gross Margin, ROE, Net Margin, Operating Profit) dan posisi modal (EPS, Break-up Value per Share) meningkat secara tidak signifikan sementara efisiensi (FATO, TATO, Sales Growth) memburuk setelah merger. Terdapat Abnormal Return yang potitif dan signifikan dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang terdapat Abnormal Return yang negatif dan tidak signifikan. Abnormal Return yang berbeda signifikan pada periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa merger dan akuisisi merupakan kabar baik bagi pelaku pasar untuk
34
Lanjutan Tabel 2.1 No
Nama Peneliti/ Tahun
4.
Gunawan (2013)
5.
Hamidah (2013)
6.
Dasmanto (2012)
Judul Penelitian BEI Tahun 2006-2008 Kinerja Pasar dan Kinerja Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia
Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20042006 Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham pada Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
1. Harga Saham 2. Current Ratio 3. Return on Equity 4. Total Assets to Total Debt
Paired Sample T-test dan Wilcoxon Signed Rank Test
1. Current Ratio 2. Total Assets Turnover 3. Debt Ratio 4. Return on Assets 5. Price Earning Ratio
Paired Sample T-test
1. Current Ratio 2. Quick Ratio 3. Return on Assets 4. Return on Equity 5. Total Debt to Total Assets 6. Total Debt to Total Equity 7. Total Assets Turnover 8. Pre-tax Operating Cash Flow Return on Assets
uji beda Paired Sample T-test
Hasil Penelitian berinvestasi di pasar modal. Kinerja pasar perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan sesudah M&A, sedangkan kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan sesudah M&A. pembayaran merger dan akuisisi dengan saham akan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada pembayaran tunai. Tidak terdapat perbedaan signifikan Debt Ratio dan Total Assets Turnover sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk Current Ratio, Return on Assets, Price Earning Ratio setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Terdapat perbedaan signifikan untuk Current Ratio, Quick Ratio, Average Abnormal Return, Total Assets Turnover dan pengujian terhadap Return on Assets, Return on Equity, Total Debt to Total Assets, Total Debt to Total Equity, Pre-tax OperatingCash Flow
35
Return on
Lanjutan Tabel 2.1 No
Nama Peneliti/ Tahun
7.
Lesmana (2012)
8.
Dai (2012)
9.
Sinha (2010)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Indonesia Periode 20002007 Perbedaan Kinerja Keuangan dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Akuisisi di BEI
9. Abnormal Return 1. Current Ratio 2. Quick Ratio 3. Debt to Total Assets 4. Debt to Total Equity 5. Total Assets Turnover 6. Net Profit Margin 7. Return on Investment 8. Return on Equity 9. Earning Per Share 10. Abnormal Return
Metode deskriptif dengan pendekatan komparatif
Comparative Analysis of Stock Performance to Announcement of Mergers and Acquisitions Deals in China Mainland and Hong Kong from 20002010 Measuring Post Merger and Acquisition Performance : An Investigation of Select Financial
1. Abnormal Return (AR) 2. Average Abnormal Return (AAR) 3. Cumulative Abnormal Return (CAR)
Wilcoxon Zstatistic Test dan Regressi on
1. Return on Net Worth (RONW) 2. Earning Per Share (EPS) 3. Current Ratio (CR) 4. Debt-Equity Ratio (DER) 5. Profit Before Tax
Wilcoxon Signed Rank Test
Hasil Penelitian Assets tidak terdapat perbedaan yang sigifikan. Kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang melakukan akuisisi dinyatakan tidak ada peningkatan yang signifikan, sedangkan kinerja keuangan sesudah akuisisi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja keuangan sebelum akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Hal serupa terjadi pada perusahaan diakuisisi/target. AAR dan CAR pada perusahaan akuisitor di Cina bernilai positif. Di Hong Kong, AAR positif dan CAR negatif selama periode peristiwa (-5,5). Melalui regresi, daerah akuisisi yang berbeda mempengaruhi return dan metode pembayaran tidak mempengaruhi AR dan CAR. EPSdan DERmengalami perubahan signifikan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi perusahaan. RONW, CR, Profit Before Tax to Total Income tidak mengalami perubahan yang
36
Sector
6. Profit Before
signifikan. Profit.
Lanjutan Tabel 2.1 No
Nama Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Organizations India
Tax to Total Income
Teknik Analisis
10.
Ma (2009)
Abnormal Returns to Mergers and Acquisitions in Ten Asian Stock Market
1. Abnormal Return (AR) 2. Cumulative Abnormal Return (CAR)
T-test dan Wilcoxon Zstatistic
11.
Widyaputra (2006)
Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Bursa Efek Jakarta Periode 19982004
1. Price Earning Ratio (PER) 2. Price to Book Value (PBV) 3. Earning Per Share (EPS) 4. Operating Profit Margin (OPM) 5. Net Profit Margin (NPM) 6. Total Assets Turnover (TATO) 7. Return on Assets (ROA) 8. Return on Equity (ROE) 9. Abnormal Return (AR)
uji beda Wilcoxon Sign Test, uji Manova, dan event study
Hasil Penelitian Before Tax menunjukkan tren positif setelah M&A Pasar modal akan menunjukkan CARyang positif dan signifikan dalam tiga event window yaitu jendela dua hari (0,1), jendela tiga hari (-1,+1), dan jendela lima hari (-2,+2). Ada perbedaan signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah M&A; rasio OPM, dan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A; rasio PBV, dan OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 1 tahun setelah M&A; rasio OPM untuk pengujian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A. Abnormal return tidak berbeda setelah merger dan akuisisi.
1.3 Kerangka Konseptual Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Dasmanto (2012) dalam
37
penelitiannya mengungkapkan bahwa pengukuran pengaruh merger dan akusisi dapat diukur dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan harga pasar saham dan pendekatan akuntansi. Pendekatan harga pasar dalam penelitian ini diukur menggunakan abnormal return saham. Sedangkan pendekatan akuntansi untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan pada penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Total Assets Turnover Ratio (TATO), Debt Ratio (DR), Return on Equity (ROE), Price/Earning Ratio (P/E). Tujuan menggabungkan usaha melalui merger dan akusisi secara umum adalah mencapai sinergi. Dengan adanya sinergi maka diharapkan kinerja perusahaan meningkat secara signifikan dengan menjalankan kegiatan operasinya secara efisien. Semakin efisien perusahaan setelah merger dan akuisisi maka akan tercermin dalam laporan keuangannya dan dapat diukur menggunakan rasio keuangan. Laporan keuangan yang membaik maka diharapkan agar investor melakukan investasi dengan membeli saham perusahaan yang mengakibatkan meningkatnya permintaan saham dan kenaikan harga sahamnya. Begitu pula sebaliknya, apabila perusahaan gagal dalam melakukan sinergi yang berakibat memburuknya kinerja setelah merger dan akuisisi akan tercermin pada laporan keuangannya maka investor cenderung menjual sahamnya dan mengakibatkan harga saham menurun. Abnormal return terjadi karena reaksi pasar yang diukur dengan naik turunnya harga saham atas pengumuman merger dan akuisisi. Jika pasar menghasilkan reaksi yang bersifat positif maka abnormal return akan bernilai positif dan begitu pula sebaliknya.
38
Berdasarkan
penjabaran
diatas
maka
kerangka
konseptual
dapat
digambarkan sebagai berikut : Sebelum Merger & Akuisisi
Sebelum Merger & Akuisisi
Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan Uji Beda
Current Ratio (CR), Total Assets Turnover Ratio (TATO), Debt Ratio (DR), Return on Equity (ROE), Price/Earning Ratio (P/E)
Abnormal Return
Current Ratio (CR), Total Assets Turnover Ratio (TATO), Debt Ratio (DR), Return on Equity (ROE), Price/Earning Ratio (P/E) Uji Beda
Abnormal Return
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan telaah pustaka yang telah dilakukan maka dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini adalah: Kinerja keuangan perusahaan akuisitor yang diukur dengan Current Ratio (CR), Total Assets Turnover Ratio (TATO), Debt Ratio (DR), Return on Equity (ROE), Price/Earning Ratio (P/E), dan Abnormal Return (AR) secara parsial berbeda signifikan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
39