BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Risiko dan Toleransi Risiko Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Risiko Menurut Jones (2004 : 142) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, berarti semakin besar risiko yang akan ditanggung. Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 : 18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut: a. Risk is the chance of loss (risiko adalah kas kerugian) Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada. b. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
Universitas Sumatera Utara
c. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian). Uncertainty dapat bersifat subjektif dan objektif. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi resiko berikut. d. Risk is the dispersion of actual from expected results (risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik mendefinisikan resiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. e. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan) Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan. Dari berbagai definisi di atas, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. 2.1.1.2 Preferensi terhadap Risiko Hsee dan Weber (1998) mengungkapkan bahwa preferensi risiko didefinisikan sebagai kecenderungan seorang individu untuk memilih opsi berisiko. Dapat diartikan juga bahwa preferensi risiko adalah sikap pembuat keputusan atau investor untuk sebuah risiko. Dilihat dari kesediaannya
Universitas Sumatera Utara
menanggung risiko investasi, investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok atau tipe (sembel dalam Agustina, 2009; Fred Weston, Copeland dalam Cahyadi 2010) yaitu : a. Risk Lover atau Risk seeker Tipe investor yang berani mengambil risiko yang disebut risk taker atau risk lover atau risk seeker. Investor tipe ini adalah investor yang berani menanggung risiko. Widoatmojo dalam Putra (2011) mengungkapkan bahwa investor berperensi risiko tinggi sangat menikmati risiko. Beberapa investor dengan tipe risk taker biasanya sering menghadapi risiko yang tinggi di lingkungan kerjannya. b. Risk Averter atau Risk Aversion Tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko yang disebut risk averter atau risk aversion. Investor yang masuk dalam kategori preferensi risiko rendah memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan investasi yang konservatif atau mengutamakan keamanan (Sembel dan Sembel dalam Putra, 2011). Investor yang termasuk tipe risk averse, contohnya pegawai berpendapatan tetap dan pedangang yang berpenghasilan cukup untuk kebutuhannya. Mereka cenderung memilih investasi dengan tingkat risiko yang rendah seperti : tabungan deposito, unit link dan obligasi pemerintah. c. Risk moderate risk, moderate investor atau indifference investor Tipe investor ini hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya atau disebut risk moderate, moderate investor atau indifference investor. Semakin besar risiko yang akan dihadapi, semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi return yang diharapkan, semakin kecil risiko atas suatu investasi, semakin kecil return yang diharapkan atau dikenal dengan istilah high risk, high
return,
low risk
low
return.
Investor
tipe
moderate
akan
mempertimbangkan secara berhati-hati jenis instrumen yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya ke dalam intrumen berisiko hingga porsi tertentu (Kusumastuti dalam Putra, 2011). Investor dengan preferensi sedang memilih jenis investasi yang memiliki risiko relatif rendah seperti : obligasi pemerintah, saham unggulan, reksadana saham (Sembel dalam Indrayana, 2011) Menurut Fred, J.Weston, and Thomas E.Copeland (1995 : 427) terdapat tiga jenis perilaku investor terhadap resiko, yaitu: 1. Aggresive Adalah mereka yang ingin mengharapkan keuntungan maksimum (return) dari investasinya. Mereka lebih berani dan juga tidak terlalu bermasalah dengan resiko yang ada (Risk Seeker). Pilihan investasi yang dilakukan adalah high risk – high return. 2. Moderate (Netral) Adalah mereka yang masih mau berinvestasi dengan risiko, akan tetapi mereka lebih prefer untuk berinvestasi pada jenis investasi yang tidak terlalu beresiko (Risk Indifference). Pilihan investasi yang dilakukan adalah medium risk – medium return.
Universitas Sumatera Utara
3. Conservative Adalah mereka yang merasa tidak nyaman dengan risiko. Mereka lebih menghindari untuk memilih jenis investasi yang beresiko tinggi (Risk Averter). Pilihan investasi yang dilakukan adalah low risk – low return. Berdasarkan jenis perilaku investor tersebut, dalam penelitian ini hanya akan diteliti dua kategori perilaku investor saja, yaitu Risk Seeker dan Risk Averter. 2.1.2 Definisi Investasi dan Jenisnya 2.1.2.1 Pengertian Investasi Menurut Halim (2005 : 4) definisi investasi adalah sebagai penanam sejumlah dana pada saat ini dengan harapan memeperoleh keuntungan di masa akan datang. Investasi juga dapat dikatakan sebagai penundaan jumlah konsumsi saat ini untuk konsumsi di masa akan datang. Harapan keuntungan di masa akan datang ini merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait atas investasi dilakukan. Menurut Eduardus Tendelilin (2010 : 2) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Pada dasarnya tujuan melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang guna meningkatkan kesejahteraan investor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Jenis-jenis Investasi Keuangan Menurut Jogiyanto (2009 : 6-28) investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. 1. Investasi langsung Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat di perjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual belikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan investor Perusahaan investasin. Aktiva-aktiva keuangan Investasi tidak langsung dan Investasi langsung biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Macam-macam investasi langsung dapat dilihat sebagai berikut ini : 1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual belikan a) Tabungan b) Deposito 2. Investasi langsung dapat diperjual belikan
Universitas Sumatera Utara
3. Investasi langsung di pasar uang a) T – bill. b) Deposito yang dapat dinegosiasikan. 4.Investasi langsung di pasar modal. a) Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities) -
T-bond
-
Federal agency securities
-
Municipal bond
-
Corporate bond
-
Convertible bond
b) Saham-saham (equity securities) -
Saham preferen (preffered stock)
-
Saham biasa (common stock)
5.Investasi langung dipasar turunan. a) Opsi -
Warran (warrant)
-
Opsi put ( put option)
-
Opsi call ( call option)
b) Futures contract 2. Investasi tidak langsung Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual saham ke publik dan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan dana yang diperoleh untuk di investasikan kedalam portofolionya. Ini berarti bahwa perusahaan investasi membentuk portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan menjualnya eceran kepada publik dalam bentuk saham-sahamnya. Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor paling tidak karena dua alasan utama, yaitu sebagai berikut ini : a. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena pembentukan portofolio. Jika investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka investor harus membeli beberapa saham dalam jumlah yang cukup besar nilainya. Investor yang tidak mempunyai dana cukup untuk membentuk portofolio sendiri dapat membeli saham yangditawarkan oleh perusahaan investasi ini. b. Membentuk portofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Investor awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman tidak akan dapat membentuk portofolio yang optimal, tetapi dapat membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah membentuk portofolio optimal. 2.1.3 Defenisi Toleransi Risiko Toleransi terhadap risiko merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pilihan produk investasi yang akan dipilih karena terkait langsung dengan tingkat risiko yang dapat diambil. Kebanyakan individu adalah investor yang konservatif. Mereka cenderung tidak mau mengambil risiko tambahan yang tidak terlalu mereka anggap perlu. Dalam hal ini tingkat risiko yang berani diambil akan sangat berpengaruh dengan keuntungan potensial yang diinginkan. Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
mengukur berapa tingkat toleransi terhadap risiko menjadi sangat penting sebelum melakukan investasi. Menurut Rivai (2001) toleransi terhadap risiko merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap pengambilan risiko, di samping faktor keterampilan kerja, pendidikan, intelegensi, lingkungan kerja, rasa aman, dan kemampuan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga dimensi toleransi terhadap risiko dalam pemahaman tentang risiko yakni ketidakpastian hasil, harapan hasil, dan potensi hasil. Menurut Roszkiwski, Snelbecker dan Leimber (1993), toleransi risiko cenderung di dasarkan atas kependudukan yang diarahkan pada risiko prediksi heuristik. Heuristik berikut ini didasarkan pada kependudukan, terus banyak digunakan untuk memisahkan orang ke dalam kategori toleransi tinggi, sedang dan tanpa risiko. a. Perempuan toleran pada risiko yang rendah dibandingkan laki-laki. b. Toleransi risiko menurun seiring dengan pertambahan usia. c. Mereka yang belum menikah memiliki toleransi risiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang sudah menikah. d. Individu
yang
bekerja
sebagai
profesional
lebih
toleran
risiko
dibandingkan pekerjaan no profesional. e. Pekerja mandiri lebih toleran risiko dibandingkan dengan yang lain. f. Toleransi risiko meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan. g. Toleransi risiko meningkat seiring dengan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Karakteristik Demografi Investor (Pemodal) Pengaruh faktor demografi investor perlu dipertimbangkan, karena dalam pengambilan keputusan investasi, investor seringkali melibatkan lebih dari satu individu. Individu-individu yang mempunyai berbagai pengetahuan, keahlian, dan pengalaman berbeda ini dapat terlibat disepanjang proses investasinya, mulai perencanaan, pengawasan, sampai pengkoordinasian rencana investasi. Beberapa variabel demografi dalam penelitian ini meliputi : 1. Jenis Kelamin Jenis kelamin atau gender (yakni, laki-laki atau perempuan) dianggap sebagai faktor penting dalam klasifikasi investor toleransi risiko karena lebih banyak laki-laki dibanding perempuan yang cenderung sesuai dengan sifat kepribadian yang disebut "pencari sensasi (sensation seeker)" (Roszkowski dkk, 1993). Ada juga adalah kepercayaan lazim dalam budaya manusia bahwa laki-laki harus mengambil risiko yang lebih besar daripada wanita (Slovic, 1966) dan hal ini yang telah menjadi dasar yang kuat dan didukung oleh penelitian bahwa jenis kelamin merupakan cara yang efektif untuk faktor pembeda dan pengelompokkan (Bajtelsmit & Bernasek, 1996; Bajtelsmit & VanDerhei, 1997; Blume, 1978; Coet & McDermott, 1979; Hawley & Fujii, 1993-1994; Higbee & Lafferty, 1972; Hinz, McCarthy, & Turner, 1997; Rubin & Paulus, 1979; Sung & Hanna, 1996b; Xiao & Noring, 1994).
Universitas Sumatera Utara
2. Usia Para Investasi menggunakan variabel ini sebagai ukuran sisa waktu sampai aset keuangan klien diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Selain digunakan sebagai proksi untuk waktu, para investasi juga menggunakan usia sebagai ukuran kemampuan seseorang untuk menutup kerugian keuangan. Secara umum diasumsikan bahwa individu yang lebih tua memiliki sedikit waktu untuk memulihkan kerugian dibandingkan individu muda, dan karena itu, toleransi risiko akan menurun seiring dengan usia. Menurut Wallach dan Kogan (1961) adalah yang pertama mempelajari hubungan antara toleransi risiko dan usia. Mereka melakukan penelitian eksperimen dengan pilihan dilema menunjukkan bahwa orang tua kurang toleran risikonya dibanding individu yang lebih muda. Temuan ini menjadi dasar penelitian menggunakan metode pilihan-dilema (misalnya, Botwinick, 1966; Vroom & Pahl, 1971). Sejak 1980-an, mayoritas penelitian menunjukkan bahwa, dengan siklus hidup, toleransi risiko cenderung menurun seiring dengan usia (Bajtelsmit & VanDerhei, 1997; Bakshi & Chen, 1994; Brown, 1990; Dahlback, 1991; Goodfellow & Schieber, 1997; Hawley & Fujii, 1993-1994; McInish, 1982; Morin & Suarez, 1983; Palsson, 1996; Sung & Hanna, 1996a). 3. Pendidikan Beberapa peneliti berpendapat peningkatan tingkat pendidikan (misalnya, pelatihan akademis formal dicapai) memungkinkan seseorang untuk menilai risiko dan manfaat lebih hati-hati dari seseorang dengan pendidikan kurang. Pendidikan yang lebih tinggi terbukti mendorong risk-taking (MacCrimmon & Wehrung,
Universitas Sumatera Utara
1986), dan karena itu, manajer investasi menganggap bahwa peningkatan tingkat pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan tingkat toleransi risiko (Baker & Haslem, 1974; Haliassos & Bertaut, 1995; Hammond, Houston, & Melander, 1967; Lee & Hanna, 1995; Masters, 1989; Shaw, 1996; Sung & Hanna, 1996a, 1996b; Zhong & Xiao, 1995). 4. Status perkawinan Para investasi mempertimbangkan status pernikahan (misalnya, menikah, pernah menikah, bercerai, dipisahkan, dan janda) merupakan faktor yang efektif dalam membedakan antara tingkat toleransi risiko investor karena dua alasan. Pertama, diasumsikan bahwa individu-individu yang belum menikah menerima risiko yang lebih besar dibandingkan orang menikah yang sering memiliki tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan tanggungan (Lazzarone, 1996; Lee & Hanna, 1991; Roszkowski, et al, 1993). Kedua, diasumsikan bahwa orang menikah lebih rentan terhadap risiko sosial, yang didefinisikan sebagai potensi hilangnya harga diri di mata kolega dan rekan-rekan, jika pilihan investasi menyebabkan peningkatan risiko kerugian (Roszkowski, et. al., 1993). Peneliti lain menyatakan bahwa individu yang menikah, memiliki kecenderungan risk-taking lebih besar, walaupun penelitian ini gagal untuk menemukan signifikansi secara statistik hubungan antara status pernikahan dan toleransi risiko (Haliassos & Bertaut, 1995; Masters, 1989; McInish, 1982).
Universitas Sumatera Utara
5. Jumlah anak Menurut Lewellen, Lease, and Schlarbaum (1977) dalam jurnalnya yangberjudul “Patterns of
Investment Strategy and Behaviour Among
IndividualInvestors”, survei terhadap investor di New York Stock Exchange (NYSE), semakin banyak jumlah anak atau anggota keluarga maka semakin rendah toleransinyaterhadap resiko (Risk Averter) berdasarkan jenis investasi yang dipilih. Hal ini dikarenakan mereka (Investor) lebih memikirkan jumlah pengeluaran hidup keluarga yang lebih banyak, sehingga membatasi kegiatan investasinya pada aset yang cukup beresiko tinggi. 6. Pendapatan Menurut MacCrimmon dan Webrung (1986), orang berpenghasilan tinggi (misalnya di atas $70.000 pertahun dari semua sumber sebelum pajak), dan milioner ( mereka yang mendapatkan bagian penghasilan mereka dari asset berharga di atas $1 juta) mengambil risiko yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berpenghasilan rendah. Manajer investasi telah menyimpulkan bahwa peningkatan tingkat pendapatan menyebabkan peningkatan tingkat toleransi risiko (Blume, 1978; Cicchetti & Dubin, 1994; Cohn, Lewellen, Rent & Schlarbaum, 1975; Friedman, 1974; Goodfellow & Schieber, 1997; Hawley & Fujii, 1993-1994; Lee & Hanna, 1991; Riley & Chow, 1992; Schooley & Worden, 1996; Shaw, 1996; Xiao & Noring, 1994).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu Pada bagian berikut akan disampaikan hasil penelitian terdahulu terkait dengan variabel demografi yang digunakan sebagai karakteristik individu yang dipertimbangkan oleh para investasi dan peneliti untuk membedakan secara efektif tingkat toleransi risiko investor. Variabel-variabel tersebut meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan,pekerjaan, dan pendapatan. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan peneliti sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
Nama Grable, Jhon E (1997)
Judul
Variabel
Uraian
Investor Risk Tolarence : Testing the Efficacy of Demographics as Differentiating and Classifying Factors
Variabel bebas adalah jenis kelamin, usia, status perkawinan, status dari pekerjaan, pendapatan, ras, pendidikan Variabel terikat adalah Toleransi Risiko
Penelitian ini dilakukan pada Survey of Consumer Finance (SCF) dengan maktur dan terbaik mewakili profil dari klien investasi berganda dan alisis MANOVA. Hasil menunjukkan bahwa responden karakteristik demografi yang signifikan dalam membedakan antara tingkat – tingkat toleransi <.0001 (yaitu : jenis kelamin, menikah, tunggal tetapi sebelumnya sudah menikah, status pekerjaan, pendapatan, latar belakang, ras putih, hitam dan hispanik, dan jenis tingkat pendidikan investasi), sedangkan tiga karakteristik demografi sitemukan secara
Universitas Sumatera Utara
2.
Sonny Mey Cahyadi (2010)
Pengaruh Faktor Demografi terhadap Perilaku Investasi dan Jenis Investasi
Variabel Bebas adalah Karakteristik Demografi Investro dan Jenis Investasi. Variabel terikat adalah Perilaku dan Jenis Investasi dan Perilaku Investor.
3.
Yetti Astra Bintang (2008)
Faktor – faktor demografi yang mempengaruhi toleransi risiko investasi saham toleransi risiko investasi saham
Variabel bebas adalah jenis kelamin, usia, status perkawinan, pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Variabel terikat adalah Toleransi Risiko
statistik tidak signifikan (yaitu, usia, latar belakang, ras Asia dan tidak pernah menikah). Penelitian ini dilakukan pada 90 investor yang berada di Surabaya, dengan menggunakan Analisis Inferensi. Hasil Penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara perilaku investor, jenis investasi yang dipilih terhadap faktor demografi dan pengaruh jenis investasi yang dipilih terhadap perilaku ionvestor. Penelitian dilakukan pada 119 responden yang disebarkan melalui media internet (mailingliast) saham Yahoo (
[email protected]) dengan menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan pendapatan perbulan berpengaruh signifikasn terhadap Toleransi Risiko bagi investor. Sedangkan faktor pekerjaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Tolernasi Risiko bagi investor dalam menanggapi risiko saat berinvestasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditunjukkan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasikan melalui survey literatul. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2011 : 3). Investasi berkaitan dengan berbagai aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan. Pada dasarnya tujuan melakukan investasi adalah dengan harapan menghasilkan sejumlah uang guna meningkatkan kesejahteraan investor di masa yang akan datang. Dalam meningkatkan kesejahteraan, investasi juga membawa risiko bagi investor. Dimana kita tahu bahwa risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, investasi yang dilakukan investor mengalami ketidakpastian, investor harus melakukan cara yang mengarah pada tingkat pengembalian.
Universitas Sumatera Utara
Dalam faktor demografi menunjukkan bahwa seperti : jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah anak dan pendapatan memainkan peran penting dan membedakan toleransi investor tehadap risiko (Barber and Odean : 2001, Lewellen, Lease, and Schlarbaum : 1997, Riley and Chow : 1992) Jenis kelamin yang terdiri dari pria dan wanita. Menurut Barber and Odean (2001) mengemukakan bahwa pria dan wanita dalam manggapi suatu risiko, yaitu pria lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita pada saat investor belum berkeluarga atau menikah. Investor pria lebih percaya diri dibanding investor wanita dalam berinvestasi. Dapat dilihat bahwa investor wanita lebih konservatif dalam investasi jangka panjang. Keputusan investor dalam berinvestasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi lainnya, seperti usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah anak dan penghasilan. Evans (2004) menjelaskan investor yang berusia lebih muda (usia dibawah 30) cenderung Risk Seeker dibanding investor yang berusia lebih tua (diatas 30 tahun). Investor yang berusia muda dan memiliki pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki portofolio saham yang lebih berfluktuasi (Barber and Odean, 2001, Schooley and Worden, 1999). Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, toleransi investor terhadap resiko juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan kekayaan. Semakin tinggi tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan investor, semakin tinggi toleransinya terhadap risiko (Bhandari and Deaves, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal status perkawinan, Grable (1977) menyatakan bahwa mereka yang belum menikah, berani atau dengan status single lainnya, mereka ini lebih memilih risiko yang lebih tinggi dan lebih konservatif dibandingkan mereka yang sudah menikah yang lebih cenderung berinvestasi pada tingkat yang aman. Selanjutnya Lewellen (1997) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka perilaku investor terhadap risiko investasi adalah risk averter. Hal ini dikarenakan mereka (investor) lebih memikirkan jumlah pengeluaran yang lebih banyak. Sedangkan investor yang memiliki jumlah anggota keluarga yang sedikit maka perilaku investor cenderung risk seeker. Demikian juga pengaruh pendapatan, Baber and Odean (2011), Schooley and Worden (1999) mengemukakan bahwa investor yang memiliki pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki portofolio (saham) yang lebih berfluktuatif.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian teori diatas dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, berikut dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian ini. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Jenis Kelamin (X1)
Usia (X2) Toleransi Pendidikan (X3) Risiko Keuangan (Y) Status Perkawinan(X4)
Pekerjaan (X5)
Pendapatan (X6) Sumber: Bhandari and Deaves (2005),diolah peniliti
2.4 Hipotesis Menurut Erlina (2008 : 49), “hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Toleransi Risiko Keuangan berpengaruh signifikan terhadap Dosen Fakultas Kedokteran USU”
Universitas Sumatera Utara