Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
BAB II: STUDI
2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan uraian di dalam KAK, bangunan rumah sakit yang diinginkan oleh pemerintah DKI Jakarta adalah sebuah rumah sakit tipe B berlokasi di Jakarta Selatan yang tidak hanya sekedar mementingkan fungsinya saja tapi juga mempertimbangkan segi estetika bangunan, bagaimana bangunan rumah sakit nantinya menyatu dengan lingkungan di sekitar, memperhatikan kerapihan tatanan bangunan, aksesibilitas bagi penyandang cacat dan juga memperhatikan masalah lingkungan. Sehingga bangunan rumah sakit yang akan diwujudkan nanti bersifat ramah lingkungan, hemat energi dan juga diharapkan dapat menjadi icon bangunan rumah sakit di DKI Jakarta. Selain itu tetap juga harus memperhatikan ketentuanketentuan teknis dalam membangun rumah sakit tipe B. Lingkungan, menjadi permasalahan utama di dalam project ini seperti yang ditekankan pada konsep perancangan dalam Kerangka Acuan Kerja. Dalam masalah lingkungan, pemanasan global memang telah sering kita dengar dan merupakan tantangan tersendiri bagi arsitek untuk menciptakan lingkungan binaan yang ramah lingkungan. Sehingga tema Healing Environment dirasa tepat untuk menjawab tantangan ini karena tema Healing Environment merupakan salah satu upaya penghematan energi dengan penggunaan taman di dalam bangunan yang dapat diterapkan pada suatu gedung, karena bangunan ini akan lebih hemat energi, dirancang, dibangun dan dioperasikan untuk meminimalkan dampak lingkungan total (Badan Standarisasi Nasional. 2000. Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan, SNI 03-6197-2000). Tema ini juga yang mendasi desain yang akan membantu kesembuhan pasien dengan menciptakan desain yang hijau, nyaman sehingga membuat kesembuhan pasien menjadi lebih cepat sembuh secara visual dan psikis.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 17
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Kerangka Pola Fikir Bagan 1 Kerangka Berfikir Latar Belakang
Rumah sakit berfungsi sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan, memerlukan perwujudan ruang dan lingkungan sehat yang mendukung proses penyembuhan bagi pasien
Permasalahan Bagaimana menerapkan tema Healing Environment pada rumah sakit yang dapat membantu kesembuhan pasien secara visual, kenyamanan dan psikis
Tujuan untuk menciptakan sebuah rumah sakit yang dapat membantu menyembuhkan pasien dengan desain bangunan
Studi Pustaka Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang
Healing Environment
Healing Environtment bisa diartikan sebagai lingkungan penyembuhan. Diakui bahwa lingkungan dapat
FEED
meningkatkan maupun menghambat penyembuhan. Salah satu efek umum dari penyembuhan adalah
BACK
pengurangan stres dan kecemasan yang berdampak positif pada tubuh yang bisa menyelasarkan tubuh, pikiran , dan jiwa.
Kaitan Rumah Sakit dengan Healing Environment
Suatu bangunan termasuk gedung rumah sakit sangat erat hubungannya kesembuhan pasien agar dapat menjadi lebih baik. Oleh karena itu dapat dibantu kesembuhan pasien selain dengan obat namun dengan garden healing dan lingkungan di sekitar dengan menggunakan tema Healing Environment
Analisa Konsep Transformasi desain Desain Skematis
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 18
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
2.2. Studi Pustaka 2.2.1. Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderitasakit, terlukadanuntuk yang melahirkan (World Health Organization). Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehetan dan penelitian (permenkes no.159b/1988) UU NO.44 tahun2009 tentang rumah sakit , rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang
menyediakan
pelayanan
rawatinap,
rawat
jalan
dangawatdarurat.Pelayanan rumah sakit juga diatur dalamKODERSI/kode etik rumah sakit, dimana kewajiban rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat diatur. Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf f dalamUU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit sebenarnya memiliki fungsi sosial yaitu antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. Pelanggaran terhadap kewajiban tersebut bisa berakibat dijatuhkannya sanksi kepada Rumah Sakit tersebut, termasuk sanksi pencabutan izin. Selain itu, dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b UU 44/2009, pemerintah dan pemerintah daerah juga bertanggung jawab untuk menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi, secara umum penyanderaan pasien oleh Rumah Sakit tidak bisa dikategorikan sebagai penahanan (perampasan kemerdekaan) ataupun pelanggaran HAM.Meski demikian, Anda dapat saja melaporkan kepada polisi jika ada indikasi penyanderaan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 19
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
tersebut telah merampas kemerdekaan si pasien. Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna
(komprehensif),
penyembuhan
penyakit
(kuratif)
dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan
kesehatan
secara
berdaya
guna
dan
berhasil
guna
dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Dimana
untuk
menyelenggarakan
fungsinya,
maka
Rumah
Sakit
umum
menyelenggarakan kegiatan : •
Pelayanan medis
•
Pelayanan dan asuhan keperawatan
•
Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
•
Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
•
Pendidikan, penelitian dan pengembangan
•
Administrasi umum dan keuangan
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah : •
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 20
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
dengan standar pelayanan rumah sakit. •
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang peripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhanmedis.
•
Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
•
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.
2.2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan. Berdasarkan Jenis pelayanannya rumah sakit dapat digolongkan menjadi : 1) Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya. 2) Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 21
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Berdasarkan Kepemilikan, rumah sakit dibagi atas : 1) Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah sakit umum Kelas A, B, C, dan D. 2) Rumah Sakit Umum Swasta, terdiri atas : • Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D. • Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C. • Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan
pelayanan
medik
bersifat
umum,
spesialistik
dan
subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B. Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur •
Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.
•
Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi : o
Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur.
o
Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 22
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
•
Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100500 tempat tidur.
•
Rumah Sakit Kelas D yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.
2.2.4. Persyaratan Umum Rumah Sakit 1) Sarana a. Di tinjau dari geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang dapat di jangkau oleh masyarakat sekitar. b. Tersedianya infrastruktur dan fasilitas dengan mudah c. Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di sekitarnya. d. Rumah sakit tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit e. Tersedianya luas tanah ± 3,5 ha, cukup untuk perkembangan selanjutnya f.
Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang berlaku)
g. Tata letak unit pelayanan harus mempunyai hubungan fungsional antar unit yang efisien h. Unit gawat darurat medis harus mudah di capai dari luar, dan mudah di ketahui. Unit rawat jalan harus mudah di capai dari luar dan dapat langsung berhunbungan secara efisien dengan unit-unit lainyang terkait i.
Unit rawat inap harus berlokasi di daerah yang tenang.
j.
Ada pemisahan antara pasien rawat jalan dan rawat inap dengan jelas
k. Pelayanan penunjang medis dapat langsung berhiubungan dengan unit rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat dan ICU. l.
Pelayanan penunjang non medis, dapur, laundry, workshop, dapur harus mempunyai pintu keluar tersendiri.
m. Unit atau instalasi yang sering di gunakan dan berhubungan sangat erat di letakan pada tempat yang berdekatan, misalnya ICU/ICCU, laboratorium, radiologi dan IGD. n. Adanya ketegasan sistem sirkulasi yang ada untuk pengguna di rumah sakit. o. Perlu analisa lingkungan dan ruang sebagai pembagian zona pengguna dan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 23
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
ruang di rumah sakit. 2) Prasarana •
Prasarana listrik o
Kapasitas harus cukup
o
Kualitas arus tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
o
Keandalan penyaluran daya harus tinggi
o
Harus tersedia generator set berkapasitas minimal 40% dari daya kebutuhan.
•
o
Harus tersedia lampu emergency untuk ruang-ruang yang penting.
o
Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik tetap terjamin.
Prasarana air o
Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan atau dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
•
o
Tersedia reservoir bawah dan atas
o
Jaringan masing-masing harus baik dan cukup
Gas medis o
Mempunyai persedian gas medik yang cukup
o
Sistem
jaringan
distribusi
ke
masing-masing
ruang
yang
membutuhkan, dengan sistem sentralisasi •
Penanggulangan kebakaran o
Tersedia alat pemadam kebakaran yang memadai.
o
Pemeriksaan secara berkala terhadap peralatan kebakaran yang digunakan.
•
Prasarana komunikasi o
o
Ekstern §
Saluran dari perumtel atau SSB
§
Komunikasi internet
Intern §
Telepon dalam
§
Nurse call
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 24
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
•
Penangulangan limbah o
Tersedianya sistem pengolahan limbah padat (Medis, Non medis).
o
Tersedianya pengolahan limbah cair (Medis, Non medis).
2.2.5. Pengertian Tema Healing Environment
Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan spiritual pasien, keluarga dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap. Menurut Malkin (2005) dalam Montague (2009), healing environment adalah pengaturan fisik yang mendukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh penyakit, rawat inap, kunjungan medis, pemulihan dan berkabung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa healing environment merupakan suatu desain lingkungan terapi yang dirancang untuk membantu proses pemulihan pasien secara psikologis. Menurut Murphy (2008), ada tiga pende-katan yang digunakan dalam mendesain healing environment, yaitu alam, indra dan psikologis. Berikut penjelasan dari masing-masing pendekatan desain. •
Alam o
Alam
merupakan
alat
yang
mudah
diakses
dan
melibatkan
pancaindra. Alam memiliki efek restoratif seperti menurunkan tekanan darah, memberikan konstribusi bagi keadaan emosi yang positif, menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan energi. Unsur alam
yang
ditempatkan
ke
dalam
pengobatan
pasien
dapat
membantu menghilangkan stres yang diderita pasien. Menurut Kochnitzki (2011), ada beberapa jenis taman/garden di dalam rumah sakit, yaitu contemplative garden, restorative garden, healing
garden,
enabling
garden
dan
therapeutic
garden.
Contemplative garden bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan memperbaiki
semangat.
Restorative
garden
bermanfaat
untuk
kesehatan dan membuat perasaan orang yang sakit menjadi lebih baik. Healing garden mengacu pada berbagai fitur taman yang Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 25
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
memiliki kesamaan dalam mendorong pemulihan stres dan memiliki pengaruh positif pada pasien, pengunjung dan staf rumah sakit. Enabling garden merupakan taman yang memungkinkan semua orang dari berbagai usia serta kemampuan dapat menikmati dan berinteraksi. Therapeutic garden merupakan sebuah taman yang mencoba meningkatkan terapi medis lingkungan di dalam kondisi pengobatan medis. •
Indra o
Indra Pendengaran Suara yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung sehingga menciptakan sensasi kenikmatan yang mempengaruhi sistem saraf. Suara yang dapat menenangkan pikiran, antara lain:
1. Suara musik, digunakan untuk mengobati depresi, menenangkan dan bersantai bagi anak-anak autis dan pasien kejiwaan.
2. Suara hujan, angin, laut, air yang bergerak dan burung dapat membuat suasana tenang dan menciptakan rasa kesejahteraan.
3. Suara air mancur dapat membe-rikan energi spiritual dan mem-bangkitkan perasaan yang dekat dengan suasana pegunungan dan air terjun.
o Indra Pengelihatan Sesuatu yang dapat membuat mata menjadi santai/relax seperti peman-dangan, cahaya alami, karya seni dan penggunaan warna tertentu.
o Indra Peraba Sentuhan merupakan mekanisme dasar dalam menjelajahi dunia selama masa kanak-kanak karena sentuhan menegaskan apa yang mereka lihat, cium, rasa dan dengar.
o Indra Penciuman Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 26
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Bau yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan darah dan detak jantung, sedangkan bau yang tidak menyenangkan dapat meningkatkan detak jantung dan pernapasan.
o Indra Perasa Indra perasa menjadi terganggu pada saat pasien mengalami sakit ataupun menerima pengobatan. Hal ini biasa-nya ditunjukkan dengan berubahnya rasa makanan maupun minuman saat dikonsumsi. Karena itu, kualitas makanan dan minuman yang ditawarkan harus diperhatikan.
o Psikologis Secara psikologis, healing environment membantu proses pemulihan pasien men-jadi lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan stres. Perawatan pasien yang diberikan memperhatikan terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai yang menuntun pada keputusan klinis pasien. Ada enam dimensi untuk perawatan pasien, antara lain (Departement of Health, 2001):
1. rasa kasih sayang, empati dan tang-gapan terhadap kebutuhan
2. koordinasi dan integrasi 3. informasi dan komunikasi 4. kenyaman fisik 5. dukungan emosional 6. keterlibatan keluarga dan teman-teman 2.2.6. Kaitan Healing Environment dengan Rumah Sakit Umumnya, rumah sakit hanya sebagai tempat pengobatan dan penyembuhan terhadap penyakit. Namun pada masa sekarang ini, rumah sakit tidak hanya sebatas memberikan pengobatan dan penyembuhan secara teknologi tetapi juga pemulihan secara mental, yaitu dengan menciptakan lingkungan pemulihan yang bersifat terapi pemulihan jiwa terhadap pasien.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 27
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 1 konsep dan aplikasi healing environment sumber : Jurnal Teknik Sipil Untan
Gambar 2. 2 Penerapan unsur healing environment sumber : Jurnal Teknik Sipil Untan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 28
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Inilah yang dinamakan healing environment (Gambar 2.1). Konsep healing environment ini saling mengaitkan antarketiga unsurnya yaitu alam, indra dan psikologis se-bagai pembentuk desain ruang dan lingkungan dalam rumah sakit (Gambar 2.2). Penjabaran terhadap ketiga unsur healing environment tersebut dilakukan untuk memperoleh komponen-komponen yang dapat diterapkan dalam desain ruang dan lingkungan rumah sakit. Hasil yang diperoleh berupa desain dekoratif ruang maupun taman dengan memperhatikan penggunaan bentuk dan permainan warna, pemilihan jenis tanaman dan aroma terapi untuk pasien, penggunaan material furniture dan elemen landscape yang aman serta penambahan suara musik dan alam yang dapat membuat pasien merasa tenang. Interior (Area dalam Bangunan) Aplikasi desain healing environment da-pat dilihat pada lobby, poliklinik, rehabi-litasi medik, kebidanan dan kandungan serta rawat inap. Kelima area tersebut merupakan area utama. Kapasitas segala aktivitas pasien, staf dan pengunjung lebih dominan berada di kelima area ini.
2.2.7. Green Building Pada Rumah Sakit Suatu bangunan termasuk gedung rumah sakit sangat erat hubungannya dengan jejak
karbon
(carbon
footprint)
baik
saat
pembangunan
maupun
saat
dioperasionalkan. Pada saat pembangunan, pemilihan material baik dari segi jenis maupun lokasi pembelian berdampak terhadap jejak karbon yang dihasilkan, sedangkan
pada
saat
gedung
beroperasional,
penggunaan
energi,
kertas,
transportasi para penghuni gedung, pemeliharaan, sampai pada limbah yang dihasilkan juga berdampak pada jejak karbon. Jejak karbon didefinisikan sebagai jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh suatu organisasi, peristiwa (event), produk atau individu yang dinyatakan dalam satuan ton karbon atau ton karbon dioksida ekuivalen. Pemakaian listrik di gedung menyumbang 37% total emisi CO2, penggunaan energi terbesar di gedung adalah untuk pendingin ruangan, penerangan, dan peralatan kantor lainnya. (sumberIESR-Indonesia). Konsep bangunan hijau (green building) adalah bangunan dimana dalam perancangan,
pembangunan,
pengoperasian,
serta
dalam
pemeliharaannya
memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan berdasarkan kaidah pembangunan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 29
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
berkelanjutan. Pada prinsipnya tujuan dari green building adalah : •
Meminimalkan/ mengurangi penggunaan sumber daya alam
•
Meminimalkan/ mengurangi dampak lingkungan
•
Meningkatkan kualitas udara ruangan menjadi lebih sehat
1. Tata guna lahan Pada kriteria tata guna lahan terdapat beberapa aspek yang terkait langsung dengan jejak karbon seperti kemudahan akses, meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi, mendukung penggunaan sepeda melalui penyediaan area parkir khusus sepeda, adanya area landscape yang salah satu fungsinya menyerap karbon. 2. Sumber dan siklus material Pemilihan material yang ramah lingkungan juga terkait erat dengan jejak karbon baik dari segi pembuatan material tersebut maupun asal material (terkait dengan trasportasi). Sumber : Materi network sharing Bambang Subiyanto Pusat Inovasi-LIPI 3. Manajemen lingkungan bangunan Kriteria ini mensyaratkan pemeliharaan dan operasional seluruh sarana prasarana bangunan termasuk pengelolaan limbah mengacu pada prinsip-prinsip ramah lingkungan dan sustainability (berkelanjutan), agar bangunan tersebut dapat tetap berpredikat green mulai dari dibangun sampai operasional dan pemeliharaannya. 4. Konservasi air Memanfaatkan pengunaan air dalam rancangan bagunan dapat membantu dalam mengurangi produksi penyerapan air sehingga bangunan dapat mengolah airnya kembali sehingga benar-benar tidak dapat digunakan lagi.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 30
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
2.3. Studi Banding Jurong General Hospital Singapore
Gambar 2. 3 Jurong General Hospital Sumber : google
Rumah sakit dimenangkan melalui kompetisi desain internasional dalam hubungan dengan HOK dan CPG Consultants dan terdiri dari rumah sakit umum 707 tempat tidur dan 396 rumah sakit komunitas tempat tidur. Tujuan kami adalah untuk menerapkan perbaikan tata letak lingkungan yang khas dan membuat desain baru yang radikal , meningkatkan pengalaman rumah sakit untuk pasien dan staf , dengan ' pasien - berpusat ' di jantung dari desain .
Gambar 2. 4 Siteplan Jurong General Hospital Sumber : google
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 31
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 5 Denah Typical Jurong General Hospital Sumber : google
konfigurasi di ventilasi alami 6 tempat tidur dan 12 kamar tidur bangsal studio505 inovatif baru pasien tidur meningkatkan ventilasi alami 200% dan memberikan setiap pasien jendela mereka sendiri dekat dengan tempat tidur mereka dengan maksud untuk taman dari yang untuk mengambil udara segar . Dengan menggabungkan ventilasi alami dan pemandangan luar studio505 bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan menenangkan untuk membantu dalam proses penyembuhan pasien .
Gambar 2. 6 Sketsa ruang inap Sumber : google
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 32
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 7 Sketsa ruang inap Sumber : google
Gambar 2. 8 Studi Gubahan Massa Sumber : google
Desain memperhitungkan cuaca panas dan lembab pertimbangan Singapura dimana hanya gerakan udara dapat membuat efek pendinginan alami . Bangunan itu sendiri berorientasi ke arah barat laut / tenggara memaksimalkan paparan angin yang berlaku , dan pada saat yang sama meminimalkan paparan panas matahari yang intens . Shading disediakan tidak hanya dengan kisi-kisi , tetapi juga dengan integrasi alam berupa kebun eksternal dan perkebunan yang terletak antara modul tidur miring . Para pekebun yang selaras dan diposisikan untuk dilihat dari jendela setiap pasien dan pada saat yang sama membuat sebuah bangunan tampak menakjubkan dan benar-benar unik dari luar - tolok ukur baru di rumah sakit dan arsitektur kesehatan .
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 33
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 9 Orientasi Matahari Sumber : google
Gambar 2. 10 Simulasi Penghawaan Alami Sumber : google
Selama konsep desain studio505 tahap dieksplorasi dan dikembangkan beberapa pilihan konfigurasi lingkungan yang berbeda di samping membangun beberapa model fisik dengan berbagai ukuran, termasuk prototipe 1:01 untuk menguji pandangan dan bidang pasien visi. studio505 digunakan perangkat lunak komputer state-of-the-art untuk menganalisis insolation, sun shading, ventilasi aliran udara dan membandingkan simulasi aliran angin dari kedua bangsal bentuk persegi panjang
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 34
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
khas dan inovatif modul bangsal miring studio505 untuk membandingkan.
Gambar 2. 11 Spesifik Bangunan Sumber : google
desain studio505 untuk Rumah Sakit Ng Teng Fong Umum berfokus pada kebutuhan pasien dan perawat mereka. Desain mengubah perawatan dan membawa kesehatan kepada semua orang di Singapura.
Gambar 2. 12 Sequence Ruang Rawat Inap Sumber : google
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 35
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 13 Tampak Belakang Sumber : google
Gambar 2. 14 tampak depan Sumber : google
Gambar 2. 15 Sequence balkon Sumber : google
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 36
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 16 Maket Jurong General Hospital Sumber : goolge
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari rumah sakit Jurong General Hospital adalah penerapan Green Architecture pada bangunan ini yang dapat memberikan kenyamanan bagi pasien dan menghemat energi yang diperlukan oleh bangunan ini dengan memanfaatkan pencahayaan alami yang efisien pada bangunan ini, Yang menjadi dasar pemikiran rancangan saya yang akan saya rancang adalah desain bangunan dapat memberikan kesembuhan pada pasien seperti yang diterapkan pada bangunan ini.
2.4. Studi Banding Suzhou Children Hospital
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 37
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 17 Suzhou Children Hospital Sumber : Archdaily
Arsitek: HKS Lokasi: Suzhou, Cina Design Team: Ron Dennis FAIA Facha, Principal-in-Charge, desainer proyek Alex Ling AIA,, Douglas Compton AIA LEED AP, Desain Principal, Alex Wang AIA LEED AP, perencana proyek Arsitek Associate: Fudan Design Institute (FDI), Suzhou Institute of Design Arsitektur (Siad) Gambar: Courtesy of HKS
Gambar 2. 18 Main Entrance Sumber : archdaily
Taman air di Rumah Sakit Suzhou Childrens ingat tradisi panjang taman air di Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 38
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Suzhou, dikenal karena keindahan dan ketenangan mereka. Fitur air juga menyediakan koneksi visual untuk kanal-kanal Suzhou, Venesia dari Timur. Proyek ini berbatasan kanal di selatan dan sisi timur. Arsitektur rumah sakit memperkuat dasi ini untuk fluiditas air di taman dan kanal, dan fluiditas layang-layang melonjak. Kurva secara visual menarik, seperti gelombang air atau arus udara. Band warna akan diselingi pada façade bangunan untuk lebih menunjuk rumah sakit sebagai tempat untuk anak-anak dan keluarga mereka.
Gambar 2. 19 SitePlan Sumber : archdaily
Gambar 2. 20 Ground Floor Sumber : archdaily
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 39
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 21 Second Floor Sumber : archdaily
Gambar 2. 22 Typical Floor Sumber : archdaily
rumah sakit Suzhou Anak terletak di sebuah bangunan yang berusia 80 tahun dengan sedikit perbaikan sejak pembangunannya aslinya. Ini rumah sakit pengganti baru telah dirancang dengan semua konsep terbaru dalam pemberian layanan kesehatan anak. Citra desain yang menempatkan nyaman stres dan ketakutan pasien dan orang tua mereka. Spasi dirancang dengan kebutuhan emosional dan fisik dari populasi yang unik ini. Infus cahaya alami, daerah klinis terencana dan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 40
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
akses ke beberapa daerah di luar menawarkan bantuan dari kecemasan dan merangsang kesehatan pasien.
Gambar 2. 23 Sequence Suzhou Children Hospital Sumber: archdaily
Staf akan memiliki akses ke area taman disisihkan untuk mereka gunakan sendiri. Efisiensi dalam operasi dan pengurangan jarak perjalanan yang dicapai dalam klinis, diagnostik / pengobatan, dan daerah rawat inap. Perumahan disediakan di kampus untuk staf pada semua tingkatan. Pertimbangan ergonomis dimasukkan dalam desain area kerja staf. Pasien akan tiba dengan berjalan kaki, dengan bus, dengan sepeda, dan mobil melintasi sebuah jembatan yang membentang taman penyembuhan di bawah kelas khusus dirancang untuk anak-anak dan orang tua mereka tiba di ruang bertingkat luas yang menyediakan cara mudah-temuan dan akses ke semua bidang rumah sakit. Penggunaan eskalator akan mempercepat pasien untuk daerah klinis. Setiap lantai dari fasilitas tersebut akan memiliki pendaftaran pasien, kasir dan farmasi sehingga mengurangi antrian pada rumah sakit ini.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 41
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Gambar 2. 24 Potongan Sumber : archdaily
Gambar 2. 25 Organisasi Ruang Vertikal Sumber : archdaily
Area perawatan pasien dirancang sehingga semua kamar pasien menghadap ke selatan, dalam campuran bangsal tunggal dan 4 tempat tidur. Bagian selatan menghadap kamar menyediakan keseimbangan antara manfaat penyembuhan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 42
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
matahari. Dimasukkannya gedung yang terpisah menular penyakit, daerah pasien VIP, dan staf semua perumahan meminjamkan kesempatan untuk solusi desain terpadu dalam lingkungan yang ramah anak.
Gambar 2. 26 Tampak Timur Sumber : archdaily
Gambar 2. 27 Tampak Selatan Sumber : archdaily
Gambar 2. 28 Tampak Barat Sumber : archdaily
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 43
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah “Jakarta Selatan”
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari rumah sakit suzhou ini adalah, Pasien akan tiba dengan berjalan kaki, dengan bus, dengan sepeda, dan mobil melintasi sebuah jembatan yang membentang taman penyembuhan di bawah kelas khusus dirancang untuk anak-anak dan orang tua mereka tiba di ruang bertingkat luas yang menyediakan cara mudah-temuan dan akses ke semua bidang rumah sakit. Penggunaan eskalator akan mempercepat pasien untuk daerah klinis. Setiap lantai dari fasilitas tersebut akan memiliki pendaftaran pasien, kasir dan farmasi sehingga mengurangi antrian pada rumah sakit ini. Area perawatan pasien dirancang sehingga semua kamar pasien menghadap ke selatan, dalam campuran bangsal tunggal dan 4 tempat tidur. Bagian selatan menghadap kamar menyediakan keseimbangan antara manfaat penyembuhan matahari. Dimasukkannya gedung yang terpisah menular penyakit, daerah pasien VIP, dan staf semua perumahan meminjamkan kesempatan untuk solusi desain terpadu dalam lingkungan yang ramah anak.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 44