Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
BAB II: STUDI
2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan uraian di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), kawasan stasiun terpadu yang diinginkan oleh pemerintah DKI jakarta yang menggunakan sistem Transit Oriented Development (TOD). Karena dengan menggunakan konsep Transit Oriented Development (TOD) ini diharapkan agar penduduk kota dapat diarahkan untuk tinggal di sekitar lokasi yang mudah diakses oleh transportasi (transit service area) dan penduduk kota dapat mengurangi ketergantungannya pada kendaraan pribadi. Konsep ini berawal dari masalah yang terjadi di Jakarta yaitu seputar kemacetan, pertumbuhan penduduk yang menimbulkan ketidaknyamanan warga kota yang tinggal di Jakarta. Transit Oriented Development (TOD) adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal. Transportasi yang dimaksud meliputi kereta api, angkutan kota, bus dalam kota, bus antar kota / provinsi, busway, dan MRT (Mass Rapid Transit).
Gambar 1 : Persentase Rencana Perancangan Kawasan Terpadu Manggarai Sumber : KAK PAA 73
Selain fasilitas transportasi yang dirancang, kawasan terpadu ini juga akan didukung dengan fasilitas hunian, komersial, dan fasilitas umum. Yang diharapkan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 14
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
dengan adanya fasilitas tersebut dapat mendukung terjadinya kawasan terpadu yang dapat menjadi icon baru di Jakarta dan dapat menjadi contoh bagi kota – kota besar yang mengalami masalah yang sama seperti di Jakarta. Kawasan Stasiun manggarai ini yang direncanakan akan dijadikan sebagai kawasan terpadu.
Gambar 2 : Site Stasiun Manggarai Sumber : KAK PAA 73
2.1.1. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) Beberapa tanggapan terhadap KAK berdasarkan permasalahan pada tapak yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah sebagai berikut: 1.
Pengembangan yang akan dilaksanakan di Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai harus menyelesaikan masalah yang ada di kawasan tersebut.
2.
Pemilihan fasilitas pada kawasan harus memperhatikan pada lingkungan / wilayah sekitar agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada kawasan tersebut
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 15
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
yang bersifat mendukung tanpa merugikan fasilitas dan kegiatan yang sudah ada. Beberapa fasilitas yang akan dibangun adalah: -
Komersial berupa UKM Center dan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition).
-
Hunian
berupa
apartemen.
Pemilihan
apartemen
didasari
dengan
pembangunan di kota besar seperti Jakarta yang berorientasi vertikal karena disebabkan pertumbuhan penduduk semakin tinggi namun lahan yang ada semakin sempit. -
Fasilitas umum difokuskan kepada RTH dan ruang publik bagi masyarakat sekitar yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas udara di Ibukota yang semakin rendah dan butuh penyegaran kembali.
3.
Pengembangan
kawasan
Stasiun
Terpadu
Manggarai
dapat
mengikuti
perkembangan zaman tanpa meninggalkan ciri khas / budaya dan sejarah pada bangunan sebelumnya.
Pengembangan kawasan Stasiun Terpadu Manggarai harus dapat merespon dengan baik dengan keadaan sekitar tapak dan ramah lingkungan.
2.2. Transit Oriented Development (TOD) 2.2.1. Pengertian T.O.D Berdasarkan definisi O.E.C.D (Organization for Economic Co-operation and Development) (1994) bahwa T.O.D (Transit Oriented Development) adalah upaya revitalisasi kawasan lama atau kawasan terpadu baru yang berlokasi pada jalur-jalur transportasi utama seperti jalur KA, Busway, dan lain sebagainya dengan mengembangkan kawasan berfungsi campuran (fungsi hunian, komersial dan perkantoran). Peter Calthrope (1992) mengartikan T.O.D (Transit Oriented Development) sebagai sebuah komunitas bangunan Mixed Use yang mendorong masyarakat untuk tinggal dan beraktifitas di area kawasan yang memiliki fasilitas transportasi umum dan menurunkan kebiasaan masyarakat mengendarai mobil pribadi.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 16
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Sedangkan I.A.I (Ikatan Arsitek Indonesia) dalam situs resminya, mengartikan T.O.D (Transit Oriented Development) sebagai sebuah trend perkembangan yang baru dalam menciptakan komunitas yang lebih hidup dan humanis. T.O.D adalah sebuah penciptaan sebuah komunitas yang padat, dan hidup yang bertempatkan di pusat didukung dengan sistem kualitas tingkat tinggi, sehingga ini memungkinkan untuk menciptakan kehidupan yang tidak bergantung dengan mobilitas sebuah kendaraan bermotor. T.O.D adalah sebuah solusi besar untuk permasalahan serius dalam isu Global Warming dengan cara menciptakan sebuah tempat yang terintegitras langsung dengan seluruh kebutuhan pengguna.
2.2.2. Sejarah T.O.D T.O.D adalah peruntukan lahan campuran berupa perumahan atau perdagangan yang direncanakan untuk memaksimalkan akses angkutan umum dan sering ditambahkan kegiatan lain untuk mendorong penggunanaan moda angkutan umum. Peruntukan lahan sekitar stasiun BRT/MRT dikembangkan dengan perbedaan tingkat kepadatan. Transit Oriented Development atau disingkat menjadi T.O.D merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway (BRT), kereta api kota (MRT), kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda. Pengembangan T.O.D sangat maju dan telah menjadi trend di kota-kota besar khususnya di kawasan kota baru yang besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong, Singapura yag memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropa. Singapura merupakan salah satu negara yang pertama sekali menerapkan sistem ini, yang diawali pada tanggal 2 Juni 1975 dengan A.L.S (Area Licencing Scheme) yang pada awalnya merupakan suatu sistem dimana kendaraan yang masuk kawasan A.L.S diwajibkan berpenumpang 4 atau lebih dan kalau kurang dari Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 17
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
itu pengendara wajib membayar Sing $3 untuk setiap kali masuk pada jam pembatasan lalu lintas diterapkan atau dapat dilakukan dengan pembayaran bulanan sebesar Sing $60. Untuk mengawasi sistem ini, disetiap akses masuk ke kawasan yang dikendalikan ditempatkan dua orang petugas yang memperhatikan stiker pembayaran road pricing ini, bila ada kendaraan yang tidak memiliki stiker ataupun stiker telah kadaluwarsa maka masing-masing petugas mencatat nomor kendaraan, nomor ini kemudian dicocokkan kembali antara kedua petugas. Bila kedua petugas mencatat
nomor
kendaraan
yang
sama
maka
kendaraan
tersebut
akan
mendapatkan kiriman denda yang harus dibayarkan pemilik kendaraan. Sistem ini kemudian diperbaharui menjadi E.R.P (Electronic Road Prizing) pada tahun 1998 untuk mengatasi permasalahan pencacatan manual yang dilakukan oleh petugas serta memerlukan tenaga pencatat yang besar. Pada sistem ini digunakan perangkat gerbang elektronik yang menangkap sinyal yang dipancarkan dari unit di kendaraan yang dilengkapi dengan kartu prabayar. Unit yang berada didalam kendaraan ini kemudian mengurangi nilai uang yang ada didalam kartu prabayar tersebut setiap kali melewati gerbang elektronik. Keberhasilan Singapura dalam menerapkan retribusi pengendalian lalu lintas dianggap sebagai keberhasilan dalam pengendalian permintaan lalu lintas kesuatu kawasan yang kemudian diikuti oleh beberapa kota didunia seperti kota Bergen di Norwegia pada tahun 1986, di London pada tahun 2003, Stockholm di Swedia dan beberapa kota lainnya. Pada saat akan menerapkan sistem ini di Stockholm didahului terlebih dahulu dengan referendum untuk menerima pendapat masyarakat dalam menerapkan sistem ini.
2.2.3. Ciri Desain a. Desain walkable yaitu dengan pejalan kaki sebagai prioritas tertinggi. b. Stasiun kereta api sebagai fitur yang menonjol dari pusat kota. c. Sebuah node regional yang berisi campuran penggunaan didekat termasuk kantor, perumahan, ritel, dan penggunaan masyarakat sipil.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 18
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
d. Kepadatannya tinggi, pengembangan berkualitas tinggi dapat mengitari stasiun kereta api dalam waktu 10 menit dengan berjalan kaki. e. Sistem angkutan dukungan kolektor termasuk troli, trem, kereta ringan, dan bus, dll. f.
Dirancang untuk mudah memasukkan pengguna sepeda, skuter, dan rollerblade sebagai sistem transportasi dukungan harian.
g. Mengurangi dan mengelola parkir di dalam stasiun kereta api.
2.2.4. Keuntungan a. Kualitas hidup yang lebih tinggi. b. Tempat yang lebih baik untuk hidup, bekerja, dan bermain. c. Mobilitas yang lebih besar dengan mudah bergerak di sekitar. d. Peningkatan angkutan penumpang. e. Mengurangi kemacetan lalu lintas dan mengemudi. f.
Kecelakaan mobil berkurang dan cedera.
g. Mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk transportasi, sehingga perumahan lebih terjangkau. h. Gaya hidup sehat dengan lebih banyak berjalan, dan kurang stress. i.
Tinggi, nilai properti lebih stabil.
j.
Peningkatan lalu lintas kaki dan pelanggan untuk daerah bisnis.
k. Sangat mengurangi ketergantungan pada minyak asing. l.
Sangat mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 19
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
m. Mengurangi
insentif
untuk
pemekaran,
peningkatan
insentif
untuk
pengembangan ringan. n. Lebih murah daripada membangun jalan dan pemekaran. o. Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan daya saing ekonomi.
2.2.5. Konsep T.O.D a. Transportation-hub Shopping Retail Di beberapa kota maju Asia, konsep Mixed-use ternyata berkembang lebih jauh lagi. Hubungan transportasi seperti halnya bandara, stasiun kereta/subway atau terminal bus banyak digabungkan dengan fungsi-fungsi ritel skala besar atau pusat perbelanjaan. Bandara Changi di Singapura, Chep Lap Kok di Hongkong dan Bandara Bangkok di Thailand ternyata berhasil memperoleh keuntungan bisnis yang luar biasa besar dari ‘leasing space’ untuk fungsi ritelnya. Aliran pengunjung yang umumnya terus-menerus dan tiada henti di hub transportasi tersebut ternyata merupakan pangsa pasar yang luar biasa besar untuk ditangkap oleh fungsi retail. Selain di bandara, konsep ini kemudian diterapkan di stasiun-stasiun transportasi massal kota, seperti di semua Ferry Terminal/MTR di Hongkong dan di hampir semua stasiun MRT di Singapura. Karenanya, ketimbang membangun banyak Mall belanja di lokasi-lokasi tidak jelas dan sering terbukti malah menjadi sumber kemacetan baru, menggabungkan pusat belanja di hubhubtransportasi jelas lebih baik dan menguntungkan. b. Sustainable Practice in Urban Design Salah satu kelemahan modern urban planning antara lain adalah kurangnya perhatian terhadap dampak ekspansi urban skala besar terhadap lingkungan ekologis dan interaksi sosial warga kota. Konsep sub-urban Amerika sekarang malah sudah membengkak tak terkendali menjadi mega-suburban. Model ini yang umumnya berdensitas yang amat rendah namun memakan skala ruang yang amat luas, berakibat negatif terhadap 3 hal: lingkungan alam yang terdesak dan tercemar,
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 20
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
kohesi sosial warga kota yang lemah dan jurang kesetaraan ekonomi yang dalam akibat komersialiasi lahan kota. Dalam konteks urban design, kesadaran akan hal-hal negatif tadi melahirkan beragam konsep baru yang secara umum berada dalam koridor sustainable practice. Desain kota dengan pendekatan optimized density, compact city, walkable neighborhood, urban growth boundary maupun perancangan berbasis transportasi publik atau T.O.D (Transit Oriented Development) telah menjadi pilihan-pilihan baru dalam konsep merancang kota. Pendekatan ini, seperti konsep Richard Rogers untuk Pudong CBD atau desain Tampines New Town di Singapura, umumnya mampu mengurangi ekses negatif ekspansi urban terhadap lingkungan alam, memotivasi interaksi sosial warga di ruangkota dan meminimalkan komersialisasi lahan kota.
2.2.6. Kesimpulan Pada perancangan ini, kawasan yang dijadikan perhatian adalah daerah stasiun manggarai. Stasiun manggarai ini nantinya akan di didukung dengan adanya sebuah hunian yang berupa hotel. Hal ini sesuai dengan konsep TOD yang diterapkan pada saat sekarang ini dengan pendekatan optimized density, compact city, walkable neighborhood, urban growth boundary.
2.3.
Stasiun Kereta
2.3.1. Sejarah Kereta Api (Umum) Kereta api adalah bentuk transportasi rel yang terdiri dari serangkaian kendaraan yang didorong sepanjang jalur kereta api untuk mengangkut kargo atau penumpang. Gaya gerak disediakan oleh lokomotif yang terpisah atau motor individu dalam beberapa unit. Meskipun propulsi historis mesin uap mendominasi, bentuk – bentuk modern yang paling umum adalah mesin diesel dan listrik lokomotif, yang disediakan oleh kabel overhead atau rel tambahan. Sumber energy lain termasuk kuda, tali atau kawat, gravitasi, pneumatik, baterai, dan turbin gas. Rel kereta api biasanya terdiri dari dua, tiga atau empat rel, dengan sejumlah monorel dan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 21
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
guideways maglev dalam campuran. Kata “train” berasal dari bahasa Perancis Tua yaitu “trahiner”, dari bahasa latin “trahere” tarik, menarik. (Wikipedia)
Gambar 3 : Jalur Rel Seperti Pada Umumnya Sumber : google.co.id
Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai yang terdiri dari 2 rel paralel tetapi hanya dari satu rel tunggal yang gemuk dengan profil sedemikian sehingga tidak menyebabkan kereta keluar dari relnya. Rel kereta ini terbuat dari beton bertulang pratekan ataupun dari besi profil. Letak kereta api dapat didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti jalan layang.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 22
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Gambar 4 : Kereta Bawah Tanah (Subway) Sumber : google.co.id
2.3.2. Sejarah Kereta Api Indonesia Setelah tanam paksa (1830-1850), hasil pertanian di Jawa tidak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi juga untuk pasar internasional. Karena itu diperlukan sarana transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari pedalaman ke kota-kota pelabuhan. Yang ada waktu itu hanya Jaln Raya Pos yang dirasa sudah tidak memadai lagi, sehingga muncul gagasan untuk membangun jalan kereta api. (http://indonesianheritagerailway.com) Kemudian, wacana elektrifikasi jalur Kereta Api (KA) di Indonesia telah didiskusikan oleh para pakar kereta api dari perusahaankereta api milik pemerintah Hindia Belanda yaitu: Staats Spoorwegen (SS) sejak tahun 1917 yang menunjukkan bahwa elektrifikasi jalur KA secara ekonomi akan menguntungkan. Inilah asal muasal dari perkembangan perkeretaapian di Indonesia beralih menjadi kereta rel listrik (KRL). Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Indonesia mengganggap lokomotif-lokomotif di Indonesia tidak memadai dan kemudian pada tahun 1976 pemeritahan Indonesia mengganti lokomotif yang berbahan bakar bara dan kayu menjadi rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) baru buatan jepang.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 23
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Seiring
perkembangan
zaman,
Commuter
(KRL
Jabodetabek)
yang
beroperasi sekarang sudah memiliki berbagai fasilitas dan kelas, mulai dari tempat duduk yang nyaman hingga AC (Air Conditioner). Saat ini terdapat sedikitnya tiga kelas atau kategori Commuter, antara Commuter ekonomi non-AC, Commuter ekonomi AC, dan Commuter Ekspress AC. (http://www.krl.co.id)
2.3.3. Pengertian Kereta Api -
Kereta Api Kereta api adalah bentuk transportasi rel yang terdiri dari serangkaian
kendaraan yang didorong sepanjang jalur kereta api untuk mengangkut kargo atau penumpang. (Wikipedia) Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaian dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. (Menteri Perhubungan) -
Kereta Api Listrik Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta rel yang bergerak
dengan sistem propulsi motor listrik. (Wikipedia)
2.3.4. Jenis Kereta Api
Jenis kereta api berdasarkan jenis rel, terbagi menjadi
:
a. Kereta Api Rel Konvesional Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang biasa kita jumpai. Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang baja yang diletakkan dibantalan. Di daerah tertentu yang memliki tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang diletakkan di tengah tengah rel tersebut serta menggunakan lokomotif khusus yang memiliki roda gigi. b. Kereta Api Monorel Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 24
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti jalan layang.
Jenis kereta api berdasarkan segi permukaan tanah, terbagi menjadi :
a. Kereta Api Permukaan (Surface) Kereta api permukaan berjalan di atas tanah. Umumnya kereta api yang sering dijumpai adalah kereta api jenis ini. Studi pustaka Biaya pembangunannya untuk kereta permukaan adalah yang termurah dibandingkan yang di bawah tanah atau yang layang. Umumnya lintasan permukaan ini di Indonesia dibangun sebelum Perang Dunia II. b. Kereta Api Layang (Elevated/viaduct) Kereta api layang berjalan di atas dengan bantuan tiang – tiang, hal ini untuk menghindari persilangan sebidang, agar tidak memerlukan pintu perlintasan kereta api. Biaya yang dikeluarkan sekitar 3 (tiga) kali dari kereta permukaan dengan jarak yang sama, misalnya untuk kereta api permukaan membutuhkan $ 10 juta maka untuk kereta api layang membutuhkan dana $ 30 juta. Di Jakarta ada satu lintasan dari Manggarai ke Kota lewat stasiun Gambir. Pada lintas tengah ini, Manggarai Kota, tidak ada pintu perlintasan kereta api. Rencana semula untuk lintas timur (Jatinegara – Senen – Kota) dan lintas barat (Manggarai - Tanah Abang), juga akan dilayangkan namun keuangan tidak memadai, sehingga hanya lintas tengah saja yang diselesaikan sementara ini. Rencananya dari Senayan ke Kuningan terdapat lintas layang monorel buatan Malaysia. Daripada itu terdiri dari rancangan yang telah negara sesuaikan tentang sejarah kereta api. c. Kereta Api Bawah Tanah (Subway) Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan di bawah permukaan tanah (subway). Kereta jenis ini dibangun dengan membangun terowonganterowongan di bawah tanah sebagai jalur kereta api. Umumnya digunakan pada kota Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 25
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
kota besar (metropolitan) seperti New York, Tokyo, Paris, Seoul dan Moskwa. Selain itu ia juga digunakan dalam skala lebih kecil pada daerah pertambangan. Biaya yang dikeluarkan sangat mahal sekali, karena sering menembus 20m di bawah permukaan, kali - bangunan maupun jalan, yaitu 7 (tujuh) kali lipat dari pada kereta permukaan. Misalnya kalau untuk membangun dengan jarak yang sama untuk permukaan membutuhkan $ 10 juta, maka yang di bawah tanah memerlukan $ 70 juta. Di Jepang pembangunan lintas subway telah dimulai sejak tahun 1905. Jakarta rencananya akan dibangun subway segmen Dukuh Atas ke Kota dari Proyek Mass Transit Jakarta.
2.3.5. Jenis Stasiun Kereta Stasiun kereta api merupakan prasarana kereta api sebagai tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. Menurut PM. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas Dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, stasiun kereta api menurut jenisnya terdiri atas : a. Stasiun penumpang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang. Minimal dilengkapi dengan fasilitas : -
Keselamatan.
-
Keamanan.
-
Kenyamanan.
-
Naik turun penumpang.
-
Penyandang cacat.
-
Kesehatan.
-
Fasilitas umum.
-
Fasilitas pembuangan sampah.
-
Fasilitas informasi.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 26
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
b. Stasiun barang, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang. Minimal dolengkapi dengan fasilitas : -
Keselamatan.
-
Keamanan.
-
Bongkar muat.
-
Fasilitas umum.
-
Pembuangan sampah.
c. Stasiun Operasi merupakan stasiun kereta api untuk keperluan pengoprasian kereta api.
2.3.6. Klasifikasi Stasiun Kereta Api -
Berdasarkan fungsi dan letaknya : a. Stasiun Terminal, adalah tempat kereta api memulai dan mengakhiri perjalanan. b. Stasiun Peralihan, adalah tempat penumpang melanjutkan perjalanan dengan kereta api atau kendaraan lainnya. c. Stasiun Antara, adalah stasiun yang berada di antara stasiun terminal. d. Stasiun Persilangan, adalah tempat pemberhentian kereta api sementara untuk kereta api lain lewat.
-
Berdasarkan jangkauan : a. Commuter Train, untuk jarak dekat (dalam kota) b. Medium Distance, untuk jarak sedang (antar distrik/wilayah) c. Long Distance, untuk jarak jauh (antar kota)
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 27
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
-
Berdasarkan posisi rel terhadap permukaan tanah : a. Elevated Station, stasiun dengan jalur kereta api melayang. b. At- grade Station, stasiun dengan jalur kereta api sejajar tanah. c. Underground Station, stasiun dengan jalur kereta api di bawah tanah.
2.3.7. Ragam Ruang Dari Stasiun Kereta Api Bangunan stasiun kereta api pada umumnya terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut (Triwinarto, 1997:94) : a. Halaman depan/Front area, tempat ini berfungsi sebagai perpindahan dari sistem transportasi jalan baja ke sistem transportasi jalan raya atau sebaliknya. Tempat ini berupa: -
Terminal kendaraan umum.
-
Parkir kendaraan.
-
Bongkar muat barang, dsb.
b. Bangunan Stasiun, bangunan ini biasanya terdiri dari : -
Ruang depan (hall atau vestibule).
-
Loket.
-
Fasilitas administratif (kantor kepala stasiun & staff).
-
Fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang teknik).
-
Kantin dan toilet umum, dsb.
c. Peron, yang terdiri atas : -
Tempat tunggu.
-
Naik-turun dari dan menuju kereta api. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 28
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
-
Tempat bongkar muat barang, dsb.
d. Emplasemen, yang terdiri atas : -
Sepur lurus.
-
Peron.
-
Sepur belok sebagai tempat kereta api berhenti untuk memberi kesempatan kereta api lain lewat, dsb.
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti : -
Ruang tunggu (VIP ber AC).
-
Restoran.
-
Toilet.
-
Mushola.
-
Area parkir.
-
Sarana keamanan (polisi khusus kereta api).
-
Sarana komunikasi.
-
Dipo lokomotif.
-
Sarana pengisian bahan bakar. Dalam perkembangannya PT KAI terus berupaya melakukan perbaikan di
segala sisi, diantaranya : -
Diterapkan sistem boarding pass.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 29
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
-
Fasilitas toilet gratis.
-
Ruang ibu menyusui.
-
Pembelian tiket sampai H-90 sebelum keberangkatan.
-
Di atas kereta, penumpang juga telah merasakan sejuknya ac di semua kelas kereta.
-
Keamanan tejaga oleh Polsuska.
-
Fasilitas stop kontak.
-
KA bebas rokok.
-
KA bebas pedagang asongan.
2.3.8. Tata Ruang Dalam Pada umumnya dikatakan bahwa ruang dalam (interior) dibatasi oleh tiga elemen pembentuk ruang yaitu : lantai, dinding dan atap. Hanya pada kondisi tertentu sulit dibedakan ketiga bidang tersebut secara tegas, misalnya pada bangunan dengan konstruksi shell, bangunan gua, karena antara dinding dan atap menjadi satu. Dalam Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solo balapan terdapat tiga tahapan kelompok ruang, yaitu : a. PUBLIK : -
Hall kedatangan
-
Loket
-
Automatic Ticket Counter (ATC)
-
R. Informasi
-
Lobby
b. SEMI PUBLIK : Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 30
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
-
R. Tunggu
-
Café dan Restoran
-
Retail Shop dan Supermarket
-
Book shop
-
ATM Center
c. PRIVAT : -
R. Pengelola
-
Peron
-
Emplasemen
-
R. Mechanical Electrical Ruang yang didesain harus mampu memenuhi atau setidaknya mendekati
standar yang telah ditentukan sesuai dengan bahasan karakter ruang dan standar besaran ruang yang telah dirancanakan. Tampilan kesan ruang harus mampu menampilkan kesan atau image yang selaras dengan kegiatan yang berlangsung didalamnya, mengingat kegiatan yang terdapat didalamnya berbeda – beda.
2.3.9. Tata Ruang Luar Seperti pada interior, maka pada ruang luar pun elemen – elemen seperti tekstur, warna, dimensi dan perbedaan tinggi lantai dan sebagainya perlu penanganan lebih lanjut. Seorang arsitek dalam menciptakan ruang luar pun perlu mempertimbangkan kemungkinan penggunaan elemen lantai, dinding bahkan ada kalanya perlu penggunaan elemen atap. Namun lebih sering dikatakan bahwa ruang luar adalah arsitektur tanpa atap, yaitu ruang yang berbentuk hanya dengan elemen lantai dan dinding. Pola linear pada hubungan antar kelompok ruang dalam bersifat kelompok ruang yang berdasarkan aktivitasnya pada setiap tahapannya dapat diketahui dan dipahami oleh setiap orang yang datang. Kelompok ruang publik berada paling depan yang bersifat informatif, dilanjutkan kelompok ruang semi publik Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 31
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
ruang yang mampu menawarkan sarana, suasana akrab dan komunikatif (rekreatifrileks) dan tahap terakhir pada kelompok ruang privat dimana pada ruang ini bersifat tertutup, hanya yang memiliki akses dapat masuk ke dalam tahapan ruang ini.
2.3.10.
Persyaratan dan Standar Bangunan Stasiun dan Kereta Api
(Menurut Perpustakaan Kantor PT. Kereta Api Persero dalam Putra, 2010) a. Tinggi lantai terendah, minimum 0,5 m di atas batas permukaan banjir tertinggi yang pernah tercatat dan minimum 0,3 m di atas permukaan jalan akses dan plaza stasiun. b. Tinggi langit-langit permukaan lantai minimal 2,5 m. c. Tinggi untuk saluran AC minimal 0,5 m. d. Tinggi balok dan slab minimal 0,7 m. e. Jarak bebas di bawah pada bagian arus listrik searah untuk stasiun kereta api adalah 6,1 m.
2.3.11.
Mekanikal dan Elektrikal
Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting, yaitu struktur, arsitektur dan ME (Mekanikal & Elektrikal). Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan, arsitektur lebih mengedepankan keindahan, maka ME (mekanikal & Elektrikal) lebih mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan dan seindah apapun bangunan, jika tidak ditunjang dengan sistem ME (mekanikal & elektrikal) maka bangunan tersebut tidak ada fungsinya (Mantara, 2012). ME dalam bangunan adalah sistem-sistem pendukung bangunan yang memerlukan sebuah sistem mekanis dan sistem yang memerlukan tenaga listrik. Sistem – sistem pendukung tersebut diaplikasikan dalam bangunan untuk tujuan menunjang kegiatan yang dilakukan dalam bangunan, termasuk dalam hal keamanan dan kenyamanan bagi setiap aktivitas dan pelakunya di dalam bangunan tersebut. Untuk membuat ruangan tersebut aman dan nyaman, diperlukan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 32
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
penerapan ilmu ME yaitu sistem pengkondisian tata udara, pergantian udara, system tata cahaya dan juga sistem keamanan seperti fire fighting & dan alarm (Bagin, 2012). Pada umumnya sistem ME yang sering digunakan dalam suatu gedung, diantaranya: a. Sistem Plumbing b. Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting) c. Sistem Transfortasi Vertikal (Lift) d. Sistem Elektrikal e. Sistem Penangkal Petir f.
Sistem Fire Alarm (Fire Protection)
g. Sistem Telepon h. Sistem Tata Suara (Sound System) i.
Sistem data
j.
Sistem CCTV
k. Sistem MATV l.
B.A.S (Building Automatic sistem), sistem ini digunakan untuk mengontrol suatu sistem tersebut diatas), terutama menyalakan dan mematikan AC (AHU & fan) atau panel listrik secara automatic. Tetapi sistem ini kadang masih jarang digunakan pada kebanyakan gedung, sehingga yang utama yang digunakan dalam sustu gedung adalah ke-11 sistem tersebut (Mantara, 2012).
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 33
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Gambar 5 : Salah Satu Contoh Pembangunan Kereta Elevated Sumber : google.co.id
2.3.12.
Kesimpulan
Desain stasiun manggarai nantinya menggunakan 2 sistem jalur menurut jenisnya ,yaitu jenis kereta permukaan (surface) dan kereta layang (elevated) yang diperuntukkan untuk kereta jurusan luar dan dalam kota.
2.4. Mass Rapid Transit (MRT) 2.4.1. Pengertian MRT -
MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harafiah berarti angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Beberapa bentuk dari MRT. (www.jakartamrt.com). MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem tranportasi perkotaan yang mempunyai 3 kriteria utama, “mass” (daya angkut besar), “rapid” (waktu tempuh cepat dan frekuensi tinggi), dan “transit” (berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan).
2.4.2. Jenis MRT Beberapa jenis Mass Rapid Transit (MRT), yaitu : Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 34
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
a. Bus Rapid Transit (BRT) Sistem transportasi berbasis jalan yang mengkombinasikan elemen stasiun dan kendaraan dengan sistem perencanaan transportasi kota, umumnya mencakup jalur bus yang terpisah dan modernisasi teknologi bus. BRT juga umumnya mencakup : -
Sistem naik – turun penumpang cepat
-
Sistem tiket yang efisien
-
Stasiun dan halte yang nyaman
-
Teknologi bus yang ramah lingkungan
-
Integrase moda transportasi
-
Pelayanan konsumen yang baik.
b. Commuter Rail Systems Kereta komuter yang menghubungkan daerah urban dengan sub – urban, namun berbeda dari LRT atau metro, dimana perjalanan lebih panjang dan jalur rel merupakan bagian dari sistem yang telah ada. c. Light Rail Transit (LRT) Sistem transportasi metropolitan berbasis rel elektrik yang ditandai dengan kemampuan mengoperasikan kereta pendek di sepanjang jalur eksklusif baik di bawah tanah, udara atau di jalan. d. Metro Sistem transportasi dengan menggunakan kereta berkinerja tinggi, digerakkan secara elektrik, beroperasi di jalur eksklusif, tanpa jalur persilangan, dengan peron stasiun yang besar. Metro adalah istilah internasional untuk subway atau heavy-rail transit.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 35
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
2.4.3. Kesimpulan Sedangkan untuk jenis MRT yang ada pada stasiun manggarai nantinya yaitu BRT (Bus Rapid Transit), CRS (Commuter Rail Systems), LRT(Light Rail Transit). Hal ini akan akan menjadikan stasiun manggarai menjadi salah satu pusat transportasi terbesar yang ada di Jakarta nantinya.
2.5. Hotel 2.5.1. Pengertian Hotel Kata hotel memiliki pengertian atau definisi yang cukup banyak, masing – masing orang berbeda dalam menguraikannya. Berikut ini adalah beberapa pengertian hotel: a. Menurut Menteri Perhubungan, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum (SK. MenHub. RI. No. PM 10/PW.391/PHB-77). b.
Menurut AHMA (American Hotel & Motel Association), hotel adalah suatu tempat dimana disediakan penginapan, makanan, dan minuman, serta pelayanan lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang – orang yang tinggal untuk sementara waktu.
c. Menurut Webster, hotel adalah suatu bangunan atau lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makanan, dan minuman, serta pelayanan lainnya untuk umum. Dengan mengacu pada pengertian di atas, dan untuk menertibkan perhotelan di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86, tentang peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel. Bab I, pasal 1, Ayat (b) dalam SK tersebut menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 36
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
2.5.2. Klasifikasi Hotel Di Indonesia pada tahun 1970 oleh pemerintah menentukan klasifikasi hotel berdasarkan penilaian-penilaian tertentu sebagai berikut : -
Luas Bangunan
-
Bentuk Bangunan
-
Perlengkapan (fasilitas)
-
Mutu Pelayanan Namun pada tahun 1977 ternyata sistem klasifikasi yang telah ditetapkan
tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM.10/PW. 301/Pdb – 77 tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada : -
Jumlah Kamar yang tersedia
-
Fasilitas yang tersedia
-
Peralatan yang digunakan
-
Mutu Pelayanan ( yang dimiliki ) Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia kemudian
digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu : -
Hotel Bintang 1 (*)
-
Hotel Bintang 2 (**)
-
Hotel Bintang 3 (***)
-
Hotel Bintang 4 (****)
-
Hotel Bintang 5 (*****)
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 37
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut, ataupun yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan disebut Hotel Non Bintang. Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan kelas hotel bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek bangunannya seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas penunjang hotel dengan bobot penilaian yang tinggi. Tetapi sejak tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/HK 001/MKP 02 tentang penggolongan kelas hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi dibandingkan dengan aspek fasilitas bangunannya. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industry bahwa, yang utama hotel terbagi menjadi tiga jenis yaitu : -
Transient Hotel, adalah hotel yang letak / lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.
-
Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah – rumah berbentuk apartemen dengan kamar – kamarnya, dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan – kemudahan seperti layaknya hotel, seperti restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.
-
Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat – tempat wisata, dan menyediakan tempat – tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk tamu – tamunya. Pengelompokan hotel menurut standard hotel yaitu :
-
Hotel international standard
-
Hotel semi international standard
-
Hotel national standard
-
Hotel non national standard ( non claccipied )
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 38
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Penentuan standard hotel tersebut didasarkan atas beberapa system yaitu : -
Management system ( sistem pengelolaan )
-
Room capacity system ( sistem kapasitas kamar )
-
Facilities system ( sistem fasilitas yang dimiliki )
-
Employment system ( sistem penempatan pegawai )
-
Administration system ( sistem administrasi ) Pengelompokan jenis hotel menurut ukuran besar / kecilnya hotel yaitu :
-
Hotel kecil ( small hotel ) : jumlah kamarnya kurang dari 26 kamar tamu
-
Hotel rata – rata kecil sedang ( small average size hotel ): jumlah kamar 26 – 99 kamar tamu
-
Hotel rata – rata sedang menengah ( medium average size hotel ) : jumlah kamar 100 – 299 kamar tamu
-
Hotel besar ( large hotel ) : jumlah kamar 300 – 3000 kamar tamu Pengelompokan hotel menurut sistem perencanaan / penentuan tarifnya
yaitu: -
European Plan ( EP ) : sistem penentuan tariff yang dicantumkan hanya harga sewa kamarnya tidak termasuk makan – minum dan lainnya
-
American Plan ( AP ) : sistem penentuan tarif/sewa kamar ala Amerika dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 3 kali makan
-
Full American Plan ( FAP ) : sistem penentuan tarif/sewa kamar dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 3 kali makan + 3 extras
-
Modified American Plan ( MAP ) : sistem penentuan tarif/sewa kamar dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 2 meals
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 39
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
-
Bermuda Plan atau Dual Plan ( BP / DP ) : sistem penentuan tarif/sewa kamar dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 1 breakfast
-
Continental Plan ( CP ) : sistem penentuan tarif/sewa kamar dimana harga yang ditawarkan termasuk sewa kamar + 1 breakfast ala continental Pengelompokan hotel menurut lokasi yaitu :
-
City Hotel atau Business Hotel
-
Highway hotel atau motor hotel
-
Mountain hotel
-
Resort hotel atau beach hotel Pengelompokan hotel menurut ukuran mayoritas tamunya yang menginap
yaitu : -
Hotel yang mayoritas tamunya “ businessman “ disebut business hotel
-
Hotel yang mayoritas tamunya remaja disebut youth hotel ( hostel )
-
Hotel yang mayoritas tamunya adalah wanita disebut woman hotel
-
Hotel yang mayoritas tamunya adalah orang tua yang ingin istirahat ( cure hotel ) Pengelompokan hotel yang ditinjau dari segi hari – hari operasinya yaitu :
-
Seasonal hotel , hotel yang hanya beroperasi secara musiman
-
Year around operating days hotel , hotel yang beroperasi sepanjang tahun.
2.5.3. Analisa Pelaku, Kegiatan Dan Sistem Ruang Hotel Pelaku kegiatan dapat dibagi menjadi : -
Tamu Hotel (Tourist)
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 40
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Tamu hotel yang lama kunjungannya > 24 jam (menginap). -
Tamu Hotel (Excursionist) Tamu hotel yang lama kunjungannya < 24 jam (tidak menginap).
-
Pengelola Hotel Semua pihak yang berperan di dalam operasional seaside hotel.
Jenis kegiatan dapat dibagi menjadi : -
Kegiatan Utama : Menginap merupakan kegiatan yang sangat dominan, dimana dikarenakan adanya kegiatan ini sehingga direncanakan serta dirancangnya bangunan hotel tersebut. Kegiatan lain yang banyak berperan adalah kegiatan rekreasi. Meeting atau acara keluarga yang menggunakan ruang besar semacam aula / ballroom.
-
Kegiatan Administrasi (Penunjang / servis) : Merupakan kegiatan yang mengelola operasional yang dilaksanakan didalam hotel ini dan mencakup hal – hal seperti keamanan, keuangan, administrasi, pengelolaan bangunan, M & E, servis dsb.
-
Kegiatan Pelengkap / Lain – lain seperti ibadah, makan, parkir, dll.
Pengelompokan sifat ruang didasarkan pada fungsi serta kegiatan yang terjadi pada ruang dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : -
Zoning Umum (Publik) Merupakan zoning yang dimana fungsinya melayani masyarakat umum, yaitu tamu hotel atau manusia yang terlibat secara keseluruhan dimana harus mudah dicapai, jelas, serta sirkulasi tidak membingungkan bagi tamu hotel/umum.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 41
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
-
Zoning Semi Umum (Semi Publik) Merupakan zoning yang dimana fungsinya melayani tamu hotel tetapi terdapat batasan bagi pengunjung umum yang tidak berkepentingan.
-
Zoning Khusus (Privat) Merupakan zoning yang dimana hanya yang memiliki kepentingan dan tujuan tertentu dan tidak diperuntukan untuk masyarakat / tamu umum.
-
Zoning Servis Merupakan pelengkap yang menunjang kegiatan lain.
2.6. Studi Banding Rotterdam Central Station Rotterdam Centraal Station adalah salah satu hub transportasi yang paling penting dalam Belanda. Dengan 110.000 penumpang sehari terminal angkutan umum, mempunyai banyak wisatawan sebagai Amsterdam Airport Schiphol. Selain jaringan Eropa dari Internet Kecepatan kereta api (HST), Rotterdam Centraal juga terhubung ke sistem kereta ringan, RandstadRail. Dengan munculnya kedua HST dan RandstadRail jumlah wisatawan sehari-hari di Rotterdam Centraal diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 323.000 pada tahun 2025.
Gambar 6 : Rotterdam Central Station Sumber : archdaily.com Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 42
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Salah satu tantangan mendasar dari stasiun Rotterdam Centraal adalah perbedaan karakter perkotaan utara dan sisi selatan stasiun. Pintu masuk di sisi utara memiliki desain sederhana, sesuai dengan karakter lingkungan Provenierswijk dan jumlah yang lebih kecil dari penumpang. Pintu masuk secara tidak langsung menghubungkan ke kota. Dalam Provenierswijk karakter kota provinsi Belanda abad ke-19 diperkuat. Ekstensi arsitektur besar dihindari di sisi stasiun, kehadiran hijau terbantu dan stasiun transparan.
Gambar 7 : Denah Ground Floor dan 2nd Floor Rooterdam Station Sumber : archdaily.com
Sebaliknya, grand pintu masuk di sisi kota jelas merupakan pintu gerbang ke pusat kota bertingkat tinggi. Berikut stasiun berasal internasional, identitas metropolitan yang baru dari balai yang terbuat dari kaca dan kayu. Atap ruang, sepenuhnya dilapisi dengan stainless steel, menimbulkan karakter ikonik bangunan dan menunjuk ke jantung kota. Sekarang Rotterdam Centraal memiliki struktur yang tepat dan dimensi untuk lanskap perkotaan; itu adalah seimbang dengan ketinggian yang mencirikan metropolis dan sekaligus mencerminkan skala manusia. Kota Rotterdam ditarik ke stasiun baru melalui pemadatan tekstur perkotaan skala kecil sekitar terminal angkutan umum. Seluruh zona kereta api menjadi satu dengan kota. Ini tekstur halus perkotaan dengan sightlines baru dan campuran hidup dan bekerja secara dramatis akan meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan hidup dari wilayah stasiun. Esplanade di depan stasiun adalah ruang publik yang berkelanjutan. Untuk mencapai kesederhanaan ini sebuah garasi parkir untuk 750 mobil dan sepeda Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 43
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
ditumpahkan bagi 5.200 sepeda yang terletak di bawah alun-alun. Stasiun trem akan dipindahkan ke sisi timur stasiun, sehingga platform memperluas alun-alun. Bus, trem, taksi dan daerah untuk parkir jangka pendek diintegrasikan ke dalam kain perkotaan yang ada dan bukan merupakan hambatan. Batu merah lantai stasiun berlanjut ke halaman depan, penggabungan stasiun dengan kota. Pedestrian dan bersepeda rute ini adalah menyenangkan dan aman dan wisatawan tiba sekarang memiliki bermartabat masuk ke kota, bebas dari lalu lintas.
Gambar 8 : Salah Satu Sisi Stasiun Rotterdam Central Sumber : archdaily.com
Interior dan penampilan Pendirian cahaya alami, kehangatan sinar matahari dan terlihat modern merupakan elemen penting dalam desain. Atap platform pada Proveniersside transparan. Ketika kereta drive ke stasiun, ada perasaan yang hampir nyata yang enshrouded di gedung stasiun. Setelah memasuki di aula tinggi terang melalui sisi tengah, wisatawan mendapatkan gambaran dari seluruh kompleks dan pandangan untuk kereta yang sedang menunggu mengundang sepanjang platform. Kayu finish di dalam lorong, dikombinasikan dengan balok kayu struktural atap platform yang menciptakan suasana hangat dan ramah, mengundang pengunjung untuk berlama-lama. Struktur atap sebagian besar transparan yang mencakup semua trek lebih panjang dari 250 meter, banjir platform dengan cahaya. Pelat kaca
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 44
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
atap beragam tingkat transmisi cahaya dengan memanfaatkan pola sel surya yang berbeda, yang menghasilkan selalu berubah dan menarik permainan bayangan pada platform.
Gambar 9 : Potongan 1 dan 2 Sumber : archdaily.com
Gambar 10 : Potongan 3 dan 4 Sumber : archdaily.com
Routing dan tata letak Routing melalui stasiun adalah logis; Wisatawan dipandu oleh pandangan langsung dari kereta dan oleh siang yang menembus ke traveler bagian melalui rongga yang memperpanjang melalui platform atap transparan dan turun ke tangga. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 45
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
Karena transparansi traveler melebar ini bagian, berjajar dengan fungsi komersial, merupakan bagian alami dari stasiun. Eskalator, lift dan tangga mengarah ke platform baru, yang fitur mengundang dan furniture platform yang nyaman. Di sisi barat stasiun ada jembatan atas trek bagi wisatawan dalam perjalanan. Jembatan ini juga berfungsi sebagai jalan keluar dalam keadaan darurat. Terminal penumpang merupakan pusat nasional dan internasional yang menghubungkan kereta api, trem, bus dan kereta bawah tanah. Terminal angkutan umum dirancang untuk kenyamanan penumpang, yang terlihat dalam berbagai zona stasiun. Ini termasuk ruang komersial, lounge, restoran, kantor, parkir untuk mobil dan sepeda. Dalam concourse luas fungsi layanan penumpang mudah diatur. Ada informasi wisata, jalur informasi, toko Kereta Api Belanda (NS) wisatawan, tiket mesin penjual dan fungsi komersial. The grand café dan NS-lounge menawarkan pemandangan spektakuler di hall dan trek yang berdekatan. Ruang tunggu di aula dan bagian itu terkait dengan arus penumpang, dengan daerah baik untuk browsing dan belanja cepat.
Gambar 11 : Aksonometri Rotterdam Station Sumber : archdaily.com
Baru Rotterdam Centraal Station adalah menyenangkan, terbuka dan transparan umum terminal transportasi yang berfungsi sebagai titik pertemuan ikonik. Terjalin ke dalam jaringan perkotaan, stasiun menghubungkan beragam karakter kota dan menandai awal dari sumbu budaya Rotterdam. Bangunan ini modern dan efisien menawarkan wisatawan ke dan dari kota pelabuhan semua fasilitas dan
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 46
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai “Arsitektur Kontemporer Tropis”
kenyamanan yang mereka inginkan atau butuhkan pada saat ini dan masa depan. Keberlanjutan.
Gambar 12 : Area Ticketing Sekaligus Entrance pada Stasiun Rotterdam Central Sumber : archdaily.com
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
| 47