Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
BAB II: STUDI
2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka acuan kerja (KAK) yang telah diberikan dalam perencanaan dan perancangan Stasiun Terpadu Manggarai, Jakarta Selatan. Ide Stasiun terpadu sendiri berawal dari permasalahan di kota seperti kemacetan yang di sebabkan oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi, serta pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah DKI Jakarta merancang tata ruang kota baru dengan konsep TOD. Transit Oriented Development (TOD) adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 20
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Gambar 1. Peta Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai Sumber : Citra satelit, google maps, diunduh pada tanggal 20 Februari 2015
Dengan konsep TOD, penduduk sekitar hingga penduduk kota di beri kemudahan yang dapat memudahkan akses oleh adanya transportasi (transit service area) dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada penggunaan kendaraan pribadi. Transportasi yang dimaksud meliputi kereta api, angkutan kota, bus dalam kota, bus antar kota, busway, MRT (Mass Rapid Transit), dan LRT (Light Rail Transit). Selain sarana transportasi, kawasan terpadu juga dapat digunakan fasilitas fungsional lainnya seperti fasilitas
komersil
(mall/UKM
Center/MICE),
fasilitas
hunian
(apartemen/rusunawa/hotel), dan fasilitas pemerintah (kantor dinas/kantor polisi), dan fasilitas umum (RTH/area bermain/area olahraga).
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 21
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Table 1. Skema Pembagian Rancangan
Komersial 43%
Hunian 40%
Pemerintahan 4%
Pembangunan stasiun ini harus memenuhi kreteria karena stasiun terpadu Manggarai termasuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030. 1.
Bangunan stasiun dianjurkan memiliki karakteristik Indonesia (sesuai budaya daerah tersebut).
2.
Dapat merepresentasikan bangunan yang elegan, modern, inovatif, progresif, ringan sekaligus kontemporer dalam semangat kesejamanan yang tidak mudah usang dimakan zaman.
3.
Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis, maka bangunan harus mempertimbangkan aspek greenship seperti: -
Tepat guna lahan (Appropriate Site Development/ASD).
-
Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER).
-
Konservasi Air (Water Conservation/WAC).
-
Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC).
-
Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC).
-
Manajemen
Lingkungan
Bangunan
(Building
&
Enviroment
Management).
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 22
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2.1.1. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) Tanggapan terhadap KAK ini adalah apa yang menurut perancang merupakan permasalahan utama proyek dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Berikut ini adalah respon perancang terkait KAK : 1. Bangunan Stasiun Terpadu Manggarai harus dapat berintegrasi dengan lingkungan di sekitar stasiun serta dapat menyelesaikan masalah yang ada di kawasan stasiun Manggarai dan harus dapat merespon dengan baik keadaan sekitar tapak, ramah lingkungan sesuai dengan aspek-aspek greenship yang telah disebutkan di atas. 2. Bangunan Stasiun Terpadu Manggarai dapat menggabungkan antara budaya, sejarah, dan perkembangan zaman. Selain itu bangunan Stasiun Terpadu Manggarai yang merupakan salah satu identitas di lingkungan tersebut sehingga dapat menjadi icon di kawasan tersebut. 3. Pemilihan fasilitas fungsional dalam kawasan harus mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang diperlukan di kawasan tersebut.
2.2. Sistem Transportasi 2.2.1. Definisi Transportasi Menurut Kamaludin (1987) dalam Romli (2008), Transportasi berasal dari kata latin tranpotare, dimana tran berarti seberang atau sebelah dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi tansportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) kesebelah lain atau dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada dasarnya permintaan angkutan diakibatkan oleh hal- hal berikut (Nasution, 2004 dalam herry 2006); 1. Kebutuhan manusia untuk berpergian dari lokasi lain dengan tujuan mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, kesekolah, dan lain- lain.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 23
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi di lokasi lain.
Angkutan Umum Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa angkutan darat, air, dan udara. a) Angkutan darat Kereta Rel Listrik ( KRL ) Kereta Rel Diesel ( KRD ) Kereta Rel Bawah Tanah ( Subway ) Bus dengan jalur khusus ( Busway ) Bis Umum ( dalam – luar kota ) Angkutan Tradisional ( Ojek, Angkutan Umum, Taksi ) b) Angkutan Air Angkutan perahu sungai Kapal laut c) Angkutan Udara Pesawat Terbang Helikopter (Krismas, Fx, Dwi, (2010)
2.3. Pengertian Transit Oriented Development Menurut Peter Calthrope dalam Transit-Oriented Development Design Guidelines tahun 1992 pengertian dari Transit-Oriented Development (TOD) adalah "sebuah komunitas bangunan mix-used yang mendorong masyarakat untuk tinggal dan beraktifitas di area kawasan yang memiliki fasilitas transportasi umum dan menurunkan kebiasaan masyarakat mengendarai Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 24
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
mobil pribadi". Pengembangan TOD harus berupa bangunan mix-used atau bangunan yang memiliki banyak fungsi. Stasiun kereta, terminal bus, halte bus, atau titik transportasi kota lainnya menjadi pusat kegiatan dengan taraf aktifitas tinggi yang akan semakin berkurang ketika semakin menjauhi titik transportasi kota yang ada. Dalam penyusunan daerah komersil pada TOD juga memiliki beberapa konfigurasi yaitu harus memiliki keseimbangan antara pedestrian, memiliki jarak penglihatan yang cukup, dan akses yang baik. Toko retail besar harus memiliki kapasitas parkir mobil, dan toko toko kecil akan mengarah pada pedestrian, jalan jalan utama, dan plaza.
Gambar 2 Konfigurasi Letak Komersial TOD Sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines
2.3.1. Jenis Transit Oriented Development TOD dibagi menjadi 2 jenis yaitu Urban TOD dan Neighborhood TOD. Urban TOD adalah pengem bangan yang berlokasi pada jalur lintas transportasi umum kota seperti terminal bus kota, stasiun kereta, maupun halte bus kota yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan bisa berpotensi menjadi daerah komersil. Neighborhood TOD adalah pengembangan transit yang terbatas berlokasi pada rute feeder bus dalam sebuah wilayah perumahan yang bisa di akses sekitar 10 menit dari titik transportasi kota. Neighborhood TOD mempunyai Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 25
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
lingkup yang lebih kecil dari Urban TOD, biasa akan melayani kebutuhan sehari hari dari sebuah perumahan.
2.3.2. Transit System Dalam wilayah TOD dapat di masukkan area sekunder yang berfungsi sebagai tempat pemberhentian untuk menunjang kegiatan perpindahan transportasi yang ada (Transit dan transfer). Titik sekunder ini berada pada daerah pengembangan TOD dan tidak jauh dari pusat area komersil yang ada.
Gambar 3 Letak Titik Transit Sekunder (Transit Stop) sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines
Titik transit sekunder ini berada pada area yang harus mudah di akses dari titik transportasi kota maupun dari dalam area pengembangan TOD, seperti taman atau open space.
Gambar 4 Suasana Titik Sekunder sumber : Transit Oriented Development Design Gidelines
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 26
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Fasilitas yang harus disediakan pada titik transit sekunder ini harus menyediakan tempat peneduh dari hujan ataupun panas, luasan yang cukup untuk menurunkan penumpang, telefon umum, pencahayaan yang cukup, dan parkir sepeda yang nyaman.
2.1.2. Kesimpulan Transit Oriented Development (TOD) adalah sebuah kawasan memiliki berbagai fasilitas campuran termasuk fasilitas transportasi umum. Variasi moda transportasi umum tersebut menjadi pusat dari TOD karena memiliki konsep agar masyarakat dapat bertempat tinggal dalam skala besar yang terintegrasi langsung dengan fasilitas transportasi umum. Variabel yang ada dalam pengembangan kota dengan konsep TOD meliputi kawasan pusat komersial, area hunian, taman, plaza, bangunan publik, sistem transit, sistem jalan dan sirkulasi, kebutuhan parkir, dan jalur pejalan kaki. Terdapat 2 jenis TOD yaitu urban TOD dan neighborhood TOD. Sedangkan yang akan digunakan untuk pengembangan kawasan Stasiun Terpadu Manggarai ini adalah urban TOD karena kawasan tersebut berlokasi pada jalur lintas transportasi umum kota seperti terminal bus kota, stasiun kereta, maupun halte bus kota yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan bisa berpotensi menjadi daerah komersil.
2.2. Konsep Mass Rapid Transit (MRT) 2.2.1. Pengertian MRT 1.
Menurut situs resmi jakartamrt.com, MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harfiah berarti angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat.
2.
Mass Rapid Transit, juga disebut sebagai angkutan umum adalah layanan transportasi penumpang. Biasanya dengan jangkauan lokal, yang tersedia bagi siapapun dengan membayat ongkos yang telah ditentukan. (Modul 3a Opsi Angkutan Massal, GTZ)
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 27
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2.2.2. Bentuk MRT 1.
Heavy Rail Transit (HRT), adalah sistem angkutan massal yang menggunakan sistem kereta berkinerja tinggi, mobil rel bertenaga listrik yang beroperasi di jalurjalur khusus, biasanya tanpa persimpangan dan memiliki bangunan terminal yang besar.
Gambar 5 Contoh HRT di Indonesia Sumber: Lensaindonesia.com, diunduh pada tanggal 28 Februari 2015
2.
Light Rail Transit (LRT), adalah sistem jalur kereta listrik metropolitan yang dikarakteristikkan atas kemampuannya menjalankan gerbong/kereta pendek satu per satu sepanjang jalur-jalur khusus eksklusif pada lahan bertingkat, struktur menggantung, subway, atau biasanya di jalan. Sistem ini menaikkan dan menurunkan penumpang pada lintasan/tempat parkir mobil. Sistem ini juga mencakup pada jalur-jalur trem, meskipun perbedaan utama dengan trem yang sering beroperasi tanpa jalur khusus tapi dalam lalu lintas campuran.
Gambar 6 Ilustrasi LRT Sumber: Wesuccessful.blogspot.com, diunduh pada tanggal 28 Februari 2015
3.
Sistem kereta komuter, merupakan porsi operasional jalur kereta penumpang yang membawa penumpang di wilayah perkotaan atau antara wilayah perkotaan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 28
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
(urban) dengan wilayah pinggiran (rural urban). Namun jenis ini berbeda dengan jenis metro dan LRT bahwa jenis kereta komuter secara umum lebih berat dengan jarak rata-rata yang lebih panjang dan pengoperasiannya dilakukan di luar jalur-jalur yang merupakan bagian dari sistem jalan kereta sebuah wilayah.
Gambar 7 Kereta Commuter Line Sumber: Merdeka.com, diunduh pada tanggal 28 Februari 2015
4.
Bus Rapid Transit (BRT) adalah moda transportasi bus berbasis jalan raya yang cepat, nyaman, dan murah. Istilah BRT telah muncul dari penerapannya di Amerika Utara dan Eropa. Namun, konsep ini juga ditularkan melalui dunia dengan nama yang berbeda-beda, seperti High Capacity Bus Systems, High Quality Bus Systems, Metro Bus, Surface Metro, Express Bus Systems, Busway Systems.
Gambar 8 Bus TransJakarta Sumber: Yzmedinne.blogspot.com, diunduh pada tanggal 28 Februari 2015
2.2.3. Kesimpulan Konsep MRT yang diterapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 29
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Terdapat beberapa bentuk dari MRT seperti HRT, LRT, Kommuter, dan BRT. Sedangkan kawasan Stasiun Terpadu Manggarai menggunakan bentuk: 1.
Heavy Rail Transit (HRT) yang digunakan untuk dapat mengangkut dalam jumlah yang besar dengan sistem kereta berkinerja tinggi, mobil rel bertenaga listrik yang beroperasi di jalur-jalur khusus.
2.
Light Rail Transit (LRT) yang digunakan untuk menghubungkan pusat ekonomi Ibukota dengan pemukiman.
3.
Commuter Line untuk porsi operasional jalur kereta penumpang yang membawa penumpang di wilayah perkotaan atau antara wilayah perkotaan (urban) dengan wilayah pinggiran (rural urban).
4.
Bus Rapid Transit (BRT), Stasiun Terpadu Manggarai akan terintegrasi dengan BRT (Busway System) melalui halte khusus yang telah ada di sekitar kawasan stasiun.
2.3. Stasiun Kereta Api 2.3.1. Pengertian Stasiun Kereta Api 1.
Menurut Horning (1977) dalam Hafidz (2010) stasiun kereta api merupakan bangunan untuk kedatangan, bongkar muat, dan keberangkatan kereta rel beserta penumpang, staf, dan barang.
2.
Menurut PM No. 33 Tahun 2011, stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.
2.3.2. Jenis Stasiun Kereta Api 1.
Stasiun penumpang, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang. Minimal dilengkapi dengan fasilitas: Keselamatan; Keamanan; Kenyamanan; Naik turun penumpang; Penyandang cacat; Kesehatan; Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 30
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Fasilitas umum; Fasilitas pembuangan sampah; dan Fasilitas informasi. 2.
Stasiun barang, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang. Minimal dilengkapi dengan fasilitas: Keselamatan; Keamanan; Bongkar muat; Fasilitas umum; dan Pembuangan sampah.
3.
Stasiun operasi, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasian kereta api.
2.3.3. Klasifikasi Stasiun Kereta Api 1.
Berdasarkan fungsi dan letaknya: Stasiun Terminal, adalah tempat kereta api memulai dan mengakhiri perjalanan; Stasiun Peralihan, adalah tempat penumpang melanjutkan perjalanan dengan kereta api atau kendaraan lainnya; Stasiun Antara, adalah stasiun yang berada di antara stasiun terminal; dan Stasiun Persilangan, adalah tempat pemberhentian kereta api sementara untuk kereta api lain lewat.
Gambar 9 Stasiun berdasarkan Fungsi dan Letaknya Sumber: PT. Kereta Api Indonesia
2.
Berdasarkan jangkauan: Commuter Train, untuk jarak dekat (dalam kota); Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 31
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Medium Distance, untuk jarak sedang (antar distrik/wilayah); dan Long Distance, untuk jarak jauh (antar kota). 3.
Berdasarkan posisi rel terhadap permukaan tanah: Elevated Station, stasiun dengan jalur kereta api melayang; At-grade Station, stasiun dengan jalur kereta api sejajar tanah; dan Underground Station, stasiun dengan jalur kereta api di bawah tanah.
Gambar 10 Stasiun berdasarkan Posisi Rel terhadap Permukaan Tanah Sumber: PT. Kereta Api Indonesia
4.
Berdasarkan perletakkan bangunan stasiun terhadap platform: Ground Level, di permukaan tanah bersama dengan platform; Over/track, di atas platform/jalur kereta api (stasiun KA layang); dan Under track, di bawah platform jalur kereta api.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 32
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Gambar 11 Stasiun berdasarkan perletakan bangunan stasiun terhadap platform Sumber: PT. Kereta Api Indonesia
5.
Berdasarkan tujuan: Stasiun penumpang; Stasiun barang; dan Stasiun langsiran.
6.
Berdasarkan besarnya: Stasiun kecil, disebut stasiun pemberhentian sementara dan biasanya langsung dilewati oleh kereta express. Kapasitas ± 30.000 orang/hari; Stasiun sedang, terdapat di tempat yang sedikit lebih penting dan disinggahi oleh kereta express. Kapasitas ± 80.000 orang/hari; dan Stasiun besar, terdapat dalam kota-kota besar dan disinggahi oleh semua kereta. Kapasitas ± 200.000 orang/hari.
7.
Berdasarkan bentuk: Stasiun kepala, berakhir pada stasiun; Stasiun sejajar/terusan; dan Stasiun pulau.
2.2.4. Ruang-ruang Dalam di Stasiun Kereta Api 1.
Halaman depan/Front area, tempat ini berfungsi sebagai perpindahan dari sistem transportasi jalan baja ke sistem transportasi jalan raya atau sebaliknya. Tempat ini berupa: Terminal kendaraan umum; Parkir kendaraan; dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 33
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Bongkar muat barang, dsb. 2.
Bangunan stasiun, bangunan ini biasanya terdiri dari : Ruang depan (hall atau vestibule); Loket; Fasilitas administratif (kantor kepala stasiun & staff); Fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang teknik); dan Kantin dan toilet umum, dsb.
3.
Peron, yang terdiri atas : Tempat tunggu; Naik-turun dari dan menuju kereta api; dan Tempat bongkar muat barang, dsb.
4.
Emplasemen, yang terdiri atas : Sepur lurus; Peron; dan Sepur belok sebagai tempat kereta api berhenti untuk memberi kesempatan kereta api lain lewat, dsb. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada
stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti: 1.
Ruang tunggu (VIP ber AC).
2.
Restoran.
3.
Toilet.
4.
Mushola.
5.
Area parkir.
6.
Sarana keamanan (polisi khusus kereta api).
7.
Sarana komunikasi.
8.
Dipo lokomotif.
9.
Sarana pengisian bahan bakar. Dalam perkembangannya PT KAI terus berupaya melakukan perbaikan di
segala sisi, diantaranya: 1.
Diterapkan sistem boarding pass. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 34
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2.
Fasilitas toilet gratis.
3.
Ruang ibu menyusui.
4.
Pembelian tiket sampai H-90 sebelum keberangkatan.
5.
Di atas kereta, penumpang juga telah merasakan sejuknya ac di semua kelas kereta.
6.
Keamanan tejaga oleh Polsuska.
7.
Fasilitas stop kontak.
8.
KA bebas rokok.
9.
KA bebas pedagang asongan.
2.2.5. Persyaratan dan Standar Bangunan Stasiun dan Kereta Api 1.
Tinggi lantai terendah, minimum 0,5 m di atas batas permukaan banjir tertinggi yang pernah tercatat dan minimum 0,3 m di atas permukaan jalan akses dan plaza stasiun.
2.
Tinggi langit-langit permukaan lantai minimal 2,5 m.
3.
Tinggi untuk saluran AC minimal 0,5 m.
4.
Tinggi balok dan slab minimal 0,7 m.
5.
Jarak bebas di bawah pada bagian arus listrik searah untuk stasiun kereta api adalah 6,1 m.
Gambar 12 Ruang bebas pada bagian Lurus Sumber: Peraturan Konstruksi Jalan Rel di Indonesia (PKJRI)
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 35
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Keterangan: Batas I = Untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam. Batas II = Untuk “viaduk‟ dan terowongan dengan kecepatan sampai 60km/jam dan untuk jembatan tanpa pembatasan kecepatan. Batas III = Untuk “viaduk‟ baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan. Batas IV = Untuk lintas kereta listrik.
Gambar 13 Ruang bebas pada jalur lurus untuk jalan ganda Sumber: Peraturan Konstruksi Jalan Rel di Indonesia (PKJRI)
Gambar 14 Dimensi Platform Sumber: PT. Kereta Api Indonesia
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 36
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2.2.6. Kesimpulan Berdasarkan studi di atas, stasiun kereta api adalah tempat atau bangunan yang digunakan sebagai pemberangkatan atau pemberhentian moda transportasi berbasis rel yaitu kereta api. Klasifikasi stasiun kereta api terbagi menjadi tujuh inti bagian meliputi fungsi, jarak,
posisi
rel,
letak
bangunan,
tujuan,
besar,
dan
bentuk.
Sedangkan
pengimplementasian Stasiun Terpadu Manggarai akan dikembangkan seperti: 1.
Berdasarkan fungsi dan letak: Manggarai termasuk dalam Stasiun peralihan yang merupakan stasiun yang menjadi titik peralihan bagi kota – kota sub urban (Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang) untuk berpindah menuju ke pusat kota.
2.
Berdasarkan jarak: Saat ini stasiun manggarai memiliki jenis perjalanan commuter train untuk jarak dekat (dalam kota), medium distance untuk jarak sedang
(antar
distrik/wilayah),
namun
untuk
pengembangannya
stasiun
manggarai juga akan melayani untuk Long distance (Antar kota/Provinsi). 3.
Berdasarkan posisi rel: Stasiun manggarai termasuk dalam At-grade station yang merupakan stasiun dengan jalur kereta api sejajar dengan permukaan tanah digunakan untuk HRT dan commuter line. Sedangkan pengembangan nantinya stasiun manggarai juga akan menyediakan elevated station yang merupakan stasiun dengan jalur kereta api melayang digunakan untuk LRT.
4.
Berdasarkan perletakkan bangunan stasiun: Ground level yang artinya bangunan stasiun akan sejajar dengan permukaan tanah bersama dengan platform digunakan pada stasiun HRT dan commuter line. Sedangkan under track (stasiun di bawah platform jalur kereta api) yang digunakan pada moda transportasi LRT.
5.
Berdasarkan tujuan: Stasiun manggarai termasuk dalam kategori stasiun penumpang yang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang, serta stasiun barang, yang menangani untuk pengiriman barang dan pergudangan.
6.
Berdasarkan besarnya: Stasiun manggarai termasuk dalam kelas Stasiun Besar karena melayani penumpang tidak hanya dari jakarta, tetapi dari kota bogor, depok, tangerang, bekasi, selain itu pada pengembangannya Stasiun Manggarai juga akan melayani perjalanan antar kota/provinsi.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 37
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
7.
Berdasarkan bentuk: Stasiun sejajar atau terusan. Karena Stasiun Manggarai berfungsi sebagai penghubung antar stasiun besar atau stasiun terminal.
2.3. Apartemen 2.3.1. Pengertian Apartemen 1.
Suatu kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri. (De chiara, 1981)
2.
Suatu ruang atau rangkaian ruang yang dilengkapi dengan fasilitas serta perlengkapan rumah tangga dan digunakan sebagai tempat tinggal. (M Harris, 1975)
2.3.2. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan kepemilikan menurut (Samuel, 1967): 1.
Apartemen dengan sistem sewa Pada apartemen ini, penghuni hanya membayar biaya sewa unit yang ditempatinya kepada pemilik apartemen dan biasanya biaya itu dibayarkan per bulan ataupun per tahun. Biaya utilitas seperti listrik, air, gas, telepon ditanggung sendiri oleh penghuni. Sementara biaya maintenance dan gaji pegawai pengelola apartemen ditanggung oleh pemilik.
2.
Apartemen dengan sistem beli: Apartemen dengan sistem kepemilikan bersama, setiap penghuni memiliki saham dalam perusahaan apartemen serta menempati satu unit tertentu sesuai dengan ketentuan perusahaan. Penghuni hanya bisa menjual unitnya kepada orang yang telah dianggap cocok oleh penghuni apartemen lainnya; Kondominium, setiap penghuni menjadi pemilik dari unitnya sendiri dan memiliki kepemilikan yang sama dengan penghuni lainnya terhadap fasilitas dan ruang publik. Penghuni bebas untuk menjual, menyewakan ataupun memberikan kepemilikannya kepada orang lain. Berdasarkan golongan ekonomi penghuninya menurut (Samuel, 1967): Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 38
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
1.
Apartemen golongan bawah.
2.
Apartemen golongan menengah.
3.
Apartemen golongan atas.
Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang pada setiap unit hunian. Berdasarkan jenis pembiayaannya: 1.
Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah.
2.
Apartemen yang dibiayai oleh swasta/investor.
Perbedaan antara kedua jenis apartemen ini umumnya berpengaruh pada status kepemilikan unit-unit dalam apartemen tersebut. Berdasarkan sistem pelayanan dan kelengkapannya: 1.
Apartemen serviced dan furnished, setiap unit dijual atau disewakan lengkap dengan
perabot
standar
serta
terdapat
pelayanan
pembersihan
dan
pemeliharaan ruang dari pihak pengelola layaknya hotel. 2.
Apartemen serviced dan non-furnished, setiap unit dijual atau disewakan tanpa perabotan namun dilengkapi dengan pelayanan sebagaimana layaknya pada hotel.
3.
Apartemen non-serviced dan non-furnished, setiap unit dijual atau disewakan tanpa perabotan dan tanpa pelayanan. Tipe apartemen demikian yang paling sering dijumpai di Indonesia. Berdasarkan arsitektural bangunan:
Berdasarkan ketinggian bangunan menurut (Samuel, 1967): 1.
Apartemen Low-rise, (2 - 4 lantai): Garden Apartment, ketinggian bangunan 2 - 3 lantai, tiap unit hunian memiliki teras dan balkon tersendiri, umumnya terdapat pada daerah pinggiran kota dengan kepadatan rendah (maks. 30 unit/hektar), memiliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parker yang dekat dengan bangunan, antara massa
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 39
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
bangunan satu dengan yang lain terdapat ruang terbuka pemisah yang cukup luas; dan Row House, Townhouse, atau Maisonette, ketinggian 1 - 2 lantai, antara massa bangunan satu dengan yang lain saling berdekatan, ruang terbuka yang ada hanya halaman depan dan halaman belakang yang sempit pada setiap massa bangunan, umumnya dibangun pada daerah dengan kepadatan sedang (35 - 50 unit/hektar). 2.
Apartemen Mid-rise, (4 - 8 lantai).
3.
Apartemen High-rise, (> 8 lantai).
Berdasarkan sirkulasi horizontal: 1.
Single-loaded corridor Apartment: Open corridor Apartment, koridor pada tipe ini bersifat terbuka dengan pembatas terhadap ruang luar berupa tembok atau railing yang ketinggiannya tidak lebih dari 1 - 1.5 m. Closed corridor Apartment, Koridor bersifat tertutup oleh dinding, kadang memiliki bukaan berupa jendela ataupun jalusi atau bahkan tidak ada bukaan sama sekali.
2.
Double-loaded corridor Apartment, tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian sehingga seringkali terletak ditengah-tengah bangunan (central corridor).
Berdasarkan sirkulasi vertikal menurut (Site Planning, 1984: 280-281): 1.
Walk-up Apartment, menggunankan tangga dengan ketinggian maksimal 4 lantai. Core-type walk up Apartment, pada apartemen tipe ini tangga sirkulasi (stair core) dikeliling oleh unit-unit hunian = Duplex (dikelilingi 2 unit hunian), Triplex (dikelilingi 3 unit hunian), Quadruplex (dikelilingi 4 unit hunian); dan Corridor-type walk up Apartment, pada apartemen ini tangga sirkulasi terletak di kedua ujung koridor.
2.
Elevator Apartment, sirkulasi vertikal utamanya lift dan tangga (sering disebut tangga darurat), ketinggian bangunan umumnya > 6 lantai. Liftnya (berhenti disetiap lantai dan skip-floor elevator system).
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 40
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Berdasarkan sistem penyusunan lantai: 1.
Simplex Apartment.
2.
Duplex Apartment.
3.
Triplex Apartment.
4.
Quadruplex Apartment.
Berdasarkan bentuk massa bangunan menurut (Samuel, 1967): 1.
Apartemen berbentuk slab, antara tinggi bangunan dan lebar/panjang bangunan hampir sebanding.
2.
Apartemen berbentuk tower, lebar/panjang bangunan lebih kecil dibandingkan dengan tingginya sehingga bentuk bangunan seperti tiang. Single tower; dan Multi tower.
3.
Apartemen berbentuk varian (slab dan tower).
2.3.3. Prinsip Desain Apartemen
Gambar 15 Prinsip Desain Apartemen Sumber: De chiara, 1981
1.
Akses pejalan kaki berbeda dengan dengan akses kendaraan bermotor, akses pejalan kaki dapat langsung ke lobby, namun akses kendaraan bermotor dapat ke lobby namun hanya sebatas menurunkan penumpang atau lewat, dan kendaraan bermotor parkir di tempat parkir maupun garasi.
2.
Tempat pertemuan atau lobby merupakan center atau pusat dari fungsi lainnya maupun pusat pertemuan akses yang beragam. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 41
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
3.
Ruang rekreasi dapat diakses dari unit apartemen dan melalui lobby.
2.3.4. Tipe Unit Hunian Apartemen
Gambar 16 Pembagian Tipe Unit Hunian, Ruang, dan Penghuni
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 42
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2.3.5. Fasilitas Apartemen
Gambar 17 Pembagian Fasilitas Menurut Ekonomi Penghuni Apartemen
2.3.6. Kesimpulan Apartemen adalah kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri. Apartemen berupa hunian yang berisikan fasilitas atau ruang-ruang yang serupa rumah tinggal pada umumnya. Terdapat beberapa klasifikasi apartemen, di mana kawasan Stasiun Terpadu Manggarai menggunakan klasifikasi: 1.
Berdasarkan kepemilikan: Apartemen dengan sistem sewa.
2.
Berdasarkan golongan ekonomi penghuninya: Apartemen golongan menengah.
3.
Berdasarkan jenis pembiayaannya: Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah dan swasta/investor.
4.
Berdasarkan sistem pelayanan dan kelengkapannya: Apartemen serviced dan furnished, setiap unit dijual atau disewakan lengkap dengan perabot standar serta Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 43
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
terdapat pelayanan pembersihan dan pemeliharaan ruang dari pihak pengelola layaknya hotel. 5.
Berdasarkan arsitektural bangunan: Apartemen Mid-rise, (4 - 8 lantai).
6.
Berdasarkan sirkulasi horizontal: Double-loaded corridor Apartment, tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian sehingga seringkali terletak ditengah-tengah bangunan (central corridor).
7.
Berdasarkan sirkulasi vertikal: Elevator Apartment, sirkulasi vertikal utamanya lift dan tangga (sering disebut tangga darurat), ketinggian bangunan umumnya > 6 lantai. Liftnya (berhenti disetiap lantai dan skip-floor elevator system).
8.
Berdasarkan sistem penyusunan lantai: Simplex Apartment.
9.
Berdasarkan
bentuk
massa
bangunan:
Apartemen
berbentuk
tower,
lebar/panjang bangunan lebih kecil dibandingkan dengan tingginya sehingga bentuk bangunan seperti tiang. Dan yang digunakan adalah Single tower.
2.4. Studi Banding 2.4.1. Denver Union Station, Denver, Amerika Serikat
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 44
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Gambar 18 Denver Union Station Sumber : Archdaily
2.4.1.1. Data Proyek Arsitek : S.O.M. Architects Lokasi : Denver, Amerika Serikat Client : Pemerintah Amerika Serikat Luas : 20 Hektar Tahun : 2012 Stasiun Union Denver awalnya adalah karya Beaux Arts yang terletak di pinggir kawasan pusat bisnis kota. SOM ditugaskan untuk memperluas dan mengubah stasiun ini menjadi pusat transportasi regional yang besar. Untuk melakukannya, bekas pabrik dan lahan kosong sebesar 20 hektar dikonversi menjadi kawasan transit perkotaan yang dihiasi dengan permainan struktur dan pencahayaan, stasiun ini berisi komuter dan kereta api antarkota, serta teirntegrasi dengan sepeda dan rute bus, dan jalur pejalan kaki. Titik menarik di antara unsur-unsur baru adalah penutup atap yang berbentuk seperti hall pada stasiun, yang dipercaya sebagai cara yang efisien dan ekspresif resmi untuk Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 45
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
melindungi beberapa peron kereta api. Sistem struktur utama terdiri dari 11 baja "lengkungan gulungan" mencakup hampir 180 meter, bertutupkan kain PTFE yang dikencangkan pada ikatan truss, dengan hal ini diharapkan menghilangkan perasaan formal dan dingin yang biasa meliputi stasiun di sekitaran daerah denver.
Gambar 19 Gambar pemandangan dari peron Sumber : Archdaily
Gambar 20 Peta Jaringan Transportasi yang Terintegrasi Sumber : Archdaily Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 46
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Gambar 21 Peta Jalur Transportasi Sumber : Archdaily
Gambar 22 Site Plan Sumber : Archdaily
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 47
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2.4.2. Stasiun Gambir, Jakarta, Indonesia Stasiun Gambir adalah stasiun kereta api terbesar di Jakarta, Indonesia dan terletak di kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Stasiun yang terletak di kawasan Tugu Monumen Nasional (Monas) ini, beroperasi selama 24 jam melayani penumpang menuju Bandung, Surabaya, Yogjakarta, Semarang, Solo, dan kota lainnya (Galuh Setyowati, 2009).
Gambar 23 Hall Stasiun Gambir Sumber: panoramio.com, diunduh pada tanggal 28 Februari 2015
Pada Stasiun Gambir, terdapat tiga kelompok ruang utama yaitu kelompok ruang Publik, kelompok ruang semi privat dan kelompok ruang privat. Dengan perincian: 1.
Publik: Hall kedatangan, loket, automatic ticket counter, ruang informasi, dan lobby.
2.
Semi Publik: R. Tunggu, café dan restoran, retail shop, dan book shop.
3.
Privat: R. Pengelola, peron, emplasemen, dan ruang mekanikal dan elektrikal.
Berikut ini adalah pembagian zona lantai pada Stasiun Kereta Api Gambir Jakarta: 1.
Lantai 1: Aula utama, loket tiket, informasi, mushola, ruang tunggu pengantar dan penjemput, beberapa restoran dan toko, serta mesin ATM.
2.
Lantai 2: Ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria.
3.
Lantai 3 : Jalur lintas kereta (rel kereta api).
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 48
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Gambar 24 Pembagian Ruang Lantai 1 dan 2 Sumber : Olahan Pribadi
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 49
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
2.4.3. Karim Residence, Dhaka, Bangladesh
Gambar 25. Perspektif Karim Residence Sumber : Archdaily
Arsitek : ARCHFIELD Lokasi : Dhaka, Bangladesh Prencana Struktur : Md.Shamsul Alam Luasan : 1834.0 m2 Tahun : 2012 Fotografer : Mahfuzul Hasan Rana
Terletak di sudut kota Gulshan, “Karim Residence” dirancang dengan ide penggabungan teknik bangunan tradisional dan kontemporer. Berbagai bahan yang
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 50
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
digunakan dalam bangunan bersinergi untuk menciptakan simfoni tenang dalam keindahan tekstur material.
Gambar 26. View Balkon Sumber : Archdaily
Lahan dengan luasan 416,7m2, dibuat pada lahan dengan pemandangan yang indah dari barak Dhaka. Memanfaatkan keuntungan dari pemandangan dan iklim. Bangladesh memiliki iklim muson tropis ditandai dengan variasi musim mulai curah hujan, suhu tinggi, dan kelembaban yang tinggi di wilayah ini. Gaya hidup klien dan anak-anaknya yang dicerna oleh tim desain, dan kebutuhan khusus mereka yang diperhitungkan saat merancang ruang interior. Bangunan ini dirancang untuk keluarga, balkon di sisi utara yang dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan komunikasi dari satu ke yang lain. Sebagian besar bangunan di Bangladesh yang tertutup dalam batas dinding yang kokoh menguraikan plot. Pendekatan ini dibuang oleh arsitek saat merancang lanskap bangunan, dan sebagai gantinya, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan rasa ruang komunitas bersama saat merancang lanskap. Jelas dinding batas kaca memungkinkan bys pelintas untuk menikmati pemandangan tenang halaman depan gedung. Atap taman telah dirancang dengan hati-hati, sehingga seseorang dapat menikmati perasaan berjalan di rumput sehingga merasa dekat dengan alam.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 51
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Lansekap di setiap lantai bersama dengan roof garden mengurangi penyerapan panas oleh beton, sehingga isolasi ruang bawah dan memastikan kurang ketergantungan pada listrik untuk pendinginan di musim panas.
Gambar 27 Site Plan Sumber : Archdaily
Proyek ini tetap mempertahankan gaya arsitektur asli negara ini yang sederhana dan memperhatikan hubungan antara bangunan dan alam serta mengintegrasikan gaya global kontemporer harmonis. Contoh sukses ekspresi konsep ini adalah, proyek ini memiliki pendekatan baru terhadap desain bangunan apartemen dan penggunaan bahan.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 52
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai
Gambar 28 Denah Lt.1 Sumber : Archdaily
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 53