Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1.
Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan sebagai pedoman
awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan ini, diketahui Rumah Sakit Pendidikan yang akan dirancang adalah milik swasta dengan klasifikasi kelas satelit. Desain bangunan Rumah Sakit Pendidikan harus memenuhi konsep bangunan gedung hijau/green building sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau serta penilaian dari GBCI (Green Building
Council
Indonesia)
dengan
peringkat
minimum
Gold
dan
harus
dapat
mengakomodir seluruh kegiatan yang dibutuhkan serta menyesuaikan dengan tipologi bangunan rumah sakit. Arsitektur bangunan Rumah Sakit Pendidikan yang akan dirancang diharapkan adaptif terhadap perkembangan arsitektur kedepan dengan harus mempertimbangkan masterplan kawasan agar selaras dengan pengembangan kawasan. Desain Ruang Luar pada level lantai dasar bangunan berupa penyediaan Plaza pada bangunan dan lansekap yang selaras dan berkesinambungan dengan kawasan. Sedangkan Pada desain tata ruang dalam mencerminkan efisisensi penggunaan ruang, fleksibel dengan desain teknis bangunan, desain yang terintegrasi dalam struktur, mekanikal dan elektrikal serta perawatan bangunan yang tepat guna dan efisien bagi sebuah bangunan rumah sakit serta berorientasi pada kenyamanan pasien. Tidak lupa juga bangunan rumah sakit menyediakan akses bagi para difabel baik di area dalam dan luar bangunan. Taksiran biaya pembangunannya masih dalam batas yang wajar dengan diupayakan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan diutamakan menggunakan kandungan lokal yang paling optimal dengan kualitas yang ekonomis dan wajar (reasonable). Bangunan yang dirancang harus sesuai dengan peraturan tata bangunan dan lingkungan yang sudah dikeluarkan oleh Pemprov DKI dan mempertimbangkan aspek iklim tropis serta mendukung upaya penggunaan energy yang efisien dan pemanfaatan maksimal tata cahaya dan udara secara cerdas dan maksimal. Dalam merancang bangunan Rumah Sakit Pendidikan ini mengadopsi prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture), antara lain: 1. Konsumsi sumber daya alam, termasuk konsumsi air dan energi secara minimal dan mempertimbangkan penggunaan sumber energi terbarukan. Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
|4
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2. Memberikan dampak negatif yang minimal terhadap alam, lingkungan dan manusia, dengan menyediakan konsep sistem pengelolaan dan pengolahan limbah dari bangunan. 3. Kenyamanan termal dan visual di dalam bangunan harus terpenuhi sesuai peraturan atau standar nasional yang berlaku. 4. Rancangan bangunan tidak meningkatkan konsentrasi CO2 di dalam bangunan 5. Memperhatikan orientasi (hadapan) bangunan, penempatan dinding yang dapat menyerap panas berlebih secara proporsional. 6. Mengoptimalkan bidang atap dan dinding vertikal bangunan untuk mengurangi efek pemanasan kawasan (heat island effect). 7. Mempertimbangkan penyediaan
jalur
pedestrian
yang nyaman dan
teduh
terpisah dengan jalur kendaraan bermotor. 8. Meminimalkan perkerasan dalam site dan memberi peneduhan yang cukup pada permukaan tanah yang membutuhkan perkerasan.
2.2.
Rumah Sakit
2.2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah dalam kesehatan. Ratnakanyaka (2011) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 pasal 1 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.539/MenKes/SK/VI/1994,
Rumah Sakit
didefinisikan sebagai unit
organisasi di
lingkungan departemen kesehatan yang berada di bawah pertanggung jawaban langsung kepada Dirjen pelayanan medik, yang dipimpin oleh seorang kepala rumah sakit dan mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya, guna mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
|5
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Tugas dan fungsi rumah sakit menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI no.134/Menkes/SK/IV/78 mengenai susunan organisasi dan tata cara kerja Rumah Sakit Umum adalah: 1. Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan dan penyembuhan penderita serta pemulihan cacat badan dan jiwa sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Rumah Sakit mempunyai fungsi melaksanakan upaya pelayanan medis, melaksanakan upaya rehabilitas medis, melaksanakan pencegahan akibat penyakit dengan peningkatan pemulihan kesehatan, usaha perawatan, sistem rujukan, tempat pendidikan, dan tempat penelitian. 2.2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Ratnakanyaka (2011) Klasifikasi rumah sakit dikategorikan berdasarkan jenis pelayanannya, berdasarkan kepemilikannya, berdasarkan fasilitas pelayanan dan kapasitasnya rumah sakitnya. 1. Berdasarkan Jenis Pelayanan Pembagian rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan menjadi Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan Rumah Sakit Pendidikan:
Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum yang dipergunakan untuk tempat pendidikan tenaga medik tingkat S1, S2 dan S3.
2. Berdasarkan Kepemilikan Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan kepemilikannya terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Debby Meidiana 41213010032
Rumah Sakit Umum Pemerintah
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
|6
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum yang dikelola langsung oleh Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pemerintah Daerah, Rumah Sakit Militer, Rumah Sakit BUMN. Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah sakit umum Kelas A, B, C, dan D.
Rumah Sakit Umum Swasta Rumah sakit umum swasta terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D. b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C. c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan
pelayanan
medik
bersifat
umum,
spesialistik
dan
subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B. 3. Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Klasifikasi rumah sakit berdasarkan pelayanan dan kapasitas adalah sebagai berikut:
Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.
Rumah Sakit Kelas B, terbagi sebagai berikut: a. Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 Tempat tidur. b. Rumah sakit B2 yaitu yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.
Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah,
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
|7
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
kebidanan atau kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.
Rumah Sakit Kelas D, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.
2.3.
Rumah Sakit Pendidikan
2.3.1. Definisi Rumah Sakit Pendidikan Menurut Kemenkes Republik Indonesia nomor 1069 tahun 2008 Tentang Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan dalam siregar (2008), dari berbagai definisi yang ada pada prinsipnya pengertian RS Pendidikan (Teaching Hospital) adalah Rumah Sakit yang juga digunakan untuk pendidikan kedokteran, yang berhubungan erat dengan pendidikan kedokteran dan berfungsi sebagai pendidikan praktikum untuk mahasiswa kedokteran, “internsip” dan residen atau peserta pedidikan spesialis. Selain istilah RS Pendidikan, dikenal juga istilah RS Universitas (University Hospital). Medline,1997 mendefinisikan RS Universitas sebagai Rumah Sakit yang dikelola oleh suatu universitas untuk pendidikan mahasiswa kedokteran, program pendidikan pasca sarjana dan penelitian klinis. Memperhatikan uraian tersebut dan berdasarkan fungsi Rumah Sakit dalam proses pendidikan profesi kedokteran, dapat dirumuskan RS Pendidikan di Indonesia adalah Rumah Sakit yang merupakan jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran dan digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik untuk memenuhi modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran. RS Pendidikan diharapkan memiliki kemampuan pelayanan yang lebih dari Rumah Sakit non Pendidikan terutama meliputi:
Penjaminan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedokteran berbasis bukti.
Penerapan Metode Penatalaksanaan Terapi terbaru.
Teknologi Kedokteran yang bertepat guna.Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit yang sama.
Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik.
Tersedianya konsultasi dari Staf Medis Pendidikan, selama 24 jam.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
|8
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Setiap Rumah sakit harus memenuhi persyaratan dan standar untuk ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan. Persyaratannya adalah telah beroperasi paling sedikit dua tahun, memiliki izin operasional yang masih berlaku, terakreditasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, memiliki sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi sebagai dosen, memiliki teknologi kedokteran dan kesehatan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan tenaga kesehatan, memiliki program penelitian secara rutin, membuat pernyataan kesediaan menjadi Rumah Sakit Pendidikan dari pemilik rumah sakit dan memiliki dokumen perjanjian kerja sama dengan Institusi Pendidikan. Sedangkan standar untuk ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan adalah visi, misi, dan komitmen rumah sakit, manajemen dan administrasi pendidikan, sumber daya manusia, sarana penunjang pendidikan dan perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinik yang berkualitas. 2.3.2. Tujuan Penetapan Standar Rumah Sakit Pendidikan Tujuan Penetapan Standar Rumah Sakit Pendidikan adalah sebagai berikut:
Meningkatkan mutu pelayanan di RS Pendidikan
Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran
Meningkatkan penelitian dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Profesi Kedokteran di RS Pendidikan
2.3.3. Fungsi Rumah Sakit Pendidikan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1988 dalam Siregar (2008) Fungsi rumah sakit pendidikan adalah menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medic, pelayanan penunjng medic, pelayanan perawatan, pencegahan dan peningkatan kesehatan sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan. 2.3.4. Klasifiksi Rumah Sakit Pendidikan Klasifikasi pada Rumah Sakit Pendidikan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Standar RS Pendidikan Utama. RS Pendidikan Utama adalah Rumah Sakit Jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi seluruh atau sebagaian besar modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
|9
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Standar RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi) RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi) adalah Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Umum dengan unggulan tertentu yang menjadi pusat rujukan pelayanan medik tertentu yang merupakan jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran dan digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik untuk memenuhi modul pendidikan tertentu secara utuh dalam
rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar
Pendidikan Profesi Kedokteran.
Standar RS Pendidikan Satelit RS Pendidikan Satelit adalah RS jejaring Intitusi Pendidikan Kedokteran dan jejaring RS Pendidikan Utama yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi sebagian modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran.
2.3.5. Fasilitas Rumaah Sakit Pendidikan Kelas Satelit Dalam Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Rumah Sakit Kelas B tahun 2012 area fasilitas rumah sakit dibagi menjadi 3, yaitu:
Gambar 2. 1 Pengelompokan Area Fasilitas Rumah Sakit Kelas B (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012) Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 10
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Berdasarkan fasilitas baik sarana dan prasarana Rumah Sakit Pendidikan kelas Satelit setara dengan Rumah Sakit Umum Kelas B, berikut uraiannya: 1.
Ruang Rawat Jalan Fungsi Ruang Rawat Jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan,
pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. 2.
Ruang Gawat Darurat Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam
dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kelas B setara dengan unit pelayanan gawat darurat Bintang III. Yaitu memiliki dokter spesialis empat besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter umum siaga ditempat (on-site). Persyaratan Khusus
Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari tapak RS.
Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak rumah sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum.
Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan pintu masuk kendaraan ke area Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta Area Zona Servis dari rumah sakit.
Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat banyak yang memiliki ataupun tidak memiliki lantai bawah tanah (Basement Floor) maka perletakan IGD harus berada pada lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki akses langsung.
Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan pasien (Ambulance Drop-In Area) memiliki sistem sirkulasi yang memungkinkan ambulan bergerak 1 arah (One Way Drive/Pass Thru Patient System).
Letak bangunan IGD harus berdekatan dengan Ruang Operasi RS, Ruang Perawatan Intensif, Ruang Radiologi, Ruang Kebidanan, Ruang Laboratorium, dan Bank Darah RS.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 11
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
3.
Ruang Rawat Inap Lingkup kegiatan di Ruang Rawat Inap rumah sakit meliputi kegiatan asuhan dan
pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien, rekam medis, pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, dapur kecil/pantry, konsultasi medis). Pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Inap mencakup antara lain:
Pelayanan keperawatan dan Pelayanan medik (Pra dan Pasca Tindakan Medik)
Pelayanan penunjang medik: Konsultasi Radiologi, Pengambilan Sample Laboratorium, Konsultasi Anestesi, Gizi (Diet dan Konsultasi), Farmasi (Depo dan Klinik), Rehab Medik (Pelayanan Fisioterapi dan Konsultasi).
Persyaratan Khusus
Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang).
Konsep Rawat Inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu (Integrated Care)” untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang.
Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada tangga landai (Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan tersebut.
Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.
Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan
Alur petugas dan pengunjung dipisah.
Gambar 2. 2 Contoh Ruang Rawat Inap (Sumber; Pedoman Teknis Instalasi Rawat Inap, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 12
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 3 Contoh Detail Ruang Rawat Inap (Sumber: Pedoman Teknis Instalasi Rawat Inap, 2012)
4.
Ruang Perawatan Intensif Merupakan ruang untuk perawatan pasien yang dalam keadaan belum stabil
sehingga memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan tindakan segera. Ruang perawatan intensif merupakan unit pelayanan khusus di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam. Persyaratan Khusus
Gedung harus terletak pada daerah yang tenang
Harus tersedia pengatur kelembaban udara.
Sirkulasi udara yang dikondisikan seluruhnya udara segar
Ruang pos perawat (Nurse station) disarankan menggunakan pembatas fisik transparan/tembus pandang (antara lain kaca tahan pecah, flexi glass) untuk mengurangi kontaminasi terhadap perawat.
Tersedia aliran Gas Medis (O2, udara bertekanan dan suction).
Pintu kedap asap & tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila terjadi kebakaran.
5.
Ruang Operasi (COT/Central Operation Theatre) Ruang operasi adalah suatu unit di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan bedah. Pelayanan pembedahan pada rumah sakit kelas B meliputi : Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 13
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Bedah minor (antara lain: bedah insisi abses, ekstirpasi, tumor kecil jinak pada kulit, ekstraksi kuku/benda asing, sirkumsisi).
Bedah umum/ mayor dan bedah digestif.
Bedah spesialistik (antara lain: kebidanan, onkologi/tumor, urologi, orthopedik, bedah plastik dan reanimasi, bedah anak, kardiotorasik dan vaskuler).
Bedah sub spesialistik (antara lain: transplantasi ginjal, mata, sumsum tulang belakang, kateterisasi Jantung (Cathlab)
Persyaratan Khusus
Pembagian Zona Ruangan-ruangan pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit dapat dibagi kedalam beberapa zona, yaitu:
zona diatas meja operasi
5
4
3
2
1
Kamar bedah Kompleks kamar bedah Area penerimaan pasien Area diluar instalasi bedah
Gambar 2. 4 Pembagian Zona Ruang Operasi (Sumber: Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit, 2012)
Keterangan : 5
: Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
4
: Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa filter,Tekanan Positif)
3
: Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
2
: Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
1
: Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 14
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untuk meminimalisir risiko penyebaran infeksi oleh micro-organisme dari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi.
Sistem zonasi tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning pada setiap zona berbeda-beda. Ini berarti bahwa petugas dan pengunjung datang dari koridor kotor mengikuti ketentuan berpakaian dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan pada zona.
Aspek esensial dari system zonasi ini dan layout/denah bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim anestesi, pasien dan setiap pengunjung serta aliran bahan steril dan kotor.
Gambar 2. 5 Contoh Suasana Ruang Operasi Umum/general (Sumber: Pedoman Teknis Ruang Operasi, 2012)
Gambar 2. 6 Contoh Denah/Layout Ruang Operasi Umum (Sumber: Pedoman Teknis Ruang Operasi, 2012) Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 15
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
6.
Ruang Kebidanan Pelayanan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Kelas B meliputi
7.
Pelayanan Persalinan
Pelayanan Nifas
Pelayanan KB (Keluarga Berencana)
Pelayanan tindakan/operasi kebidanan
Pelayanan sub spesilistik lainnya di bidang kebidanan dan penyakit kandungan.
Ruang Rehabilitsi Medik Pelayanan Rehabilitasi Medik bertujuan memberikan tingkat pengembalian fungsi
tubuh semaksimal mungkin kepada penderita sesudah kehilangan/ berkurangnya fungsi dan kemampuan yang meliputi, upaya pencegahan/ penanggulangan, pengembalian fungsi dan mental pasien. Lingkup pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik mencakup:
Fisioterapi
Terapi Okupasi (OT-Occupation Therapy)
Terapi Wicara (TW) / Terapi Vokasional (Speech Therapy)
Orthotik dan Prostetik/ OP
Pelayanan Sosio Medik/ Pekerja Sosial Masyarakat/PSM
Pelayanan Psikologi
Rehabilitasi Medik Spesialistik Terpadu, berada pada unit pelayanan terpadu rumah
sakit
(UPT-RS),
meliputi:
Muskuloskeletal,
Neuromuskuler,
Kardiovaskuler, Respirasi, Pediatri, Geriatri
8.
Pelayanan cidera olahraga
Ruang Hemodialisasi Pelayanan bagi pasien yang membutuhkan fasilitas cuci darah akibat terjadinya
gangguan pada ginjal. 9.
Ruang Radioterapi Pelayanan radioterapi meliputi :
Pelayanan
radioterapi
eksternal,
yaitu
pelayanan
radioterapi
dengan
menggunakan sumber radiasi yang berada di luar tubuh atau ada jarak antara pasien dengan alat penyinaran.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 16
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Pelayanan brakiterapi, yaitu pelayanan radioterapi dengan menggunakan sumber yang didekatkan pada tumor.
Pelayanan
radioterapi
interstisial
adalah
pelayanan
radioterapi
dengan
menggunakan sumber yang dimasukkan dalam tumor. 10.
Ruang Kedokteran Nuklir Pelayanan Kedokteran Nuklir adalah pelayanan penunjang dan/atau terapi yang
memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disinegrasi inti radionuklida yang meliputi pelayanan diagnostik in-vivo dan in-vitro melalui pemantauan proses fisiologi, metabolisme dan terapi radiasi internal. 11.
Ruang Farmasi Ruang Farmasi direncanakan mampu untuk melakukan pelayanan :
Melakukan perencanaan, pengadaan dan penyimpanan obat, alat kesehatan reagensia, radio farmasi, gas medik sesuai formularium RS.
Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
12.
Pendistribusian obat, alat kesehatan, regensia radio farmasi & gas medis.
Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat.
Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24 jam.
Ruang Radiodiagnostik Radiologi adalah Ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan/ imejing
(imaging technologies) untuk mendiagnosa dan pengobatan penyakit. Merupakan cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penggunaan sinar-X (X-Ray) yang dipancarkan oleh pesawat sinar-X atau peralatan-peralatan radiasi lainnya dalam rangka memperoleh informasi visual sebagai bagian dari pencitraan/imejing kedokteran (medical imaging). Pelayanan Radiodiagnostik pada Rumah Sakit Kelas B yaitu terdiri dari pemeriksaan general X-Ray, fluoroskopi, Tomografi, Angiografi, Ultrasonografi, CT-Scan, MRI. 13.
Ruang Laboratorium Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian yaitu patologi
klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari pasien rawat inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter Praktek Swasta. Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas berikut: Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 17
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
14.
Blood Sampling
Administrasi penerimaan specimen
Gudang regensia & bahan kimia
Fasilitas pembuangan limbah
Perpustakaan, atau setidaknya rak-rak buku
Bank Darah/Unit Tranfusi Darah Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) adalah unit yang berfungsi sebagai
pengelola penyediaan darah transfusi yang aman, berkualitas dan efektif, mulai dari pengerahan pendonor sukarela resiko rendah sampai dengan ketersediaan darah aman serta pendistribusiannya kepada rumah sakit. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. 15.
Ruang Diagnostik Terpadu Ruang diagnostik terpadu memiliki peranan penting dalam mendukung pelayanan
internalisasi diagnostik pencitraan di rumah sakit. Umumnya, ruang diagnostic terpadu merupakan unit unggulan dalam pelayanan di rumah sakit. Pelayanan dalam IDT disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan rumah sakit, jenis pemeriksaan dengan peralatan pencitraan diantaranya adalah :
16.
Pemeriksaan dengan Ultra SonoGrafi (USG), USG 3 Dimensi, USG 4 Dimensi
Pemeriksaan dengan Elektro Kardiogram (EKG)
Pemeriksaan dengan Endoscopy
Pemeriksaan dengan Electro EEG
Pemeriksaan dengan Echo jantung sonografi
Treadmil, dll
Ruang Pemulasaraan Jenazah dan Forensik Fungsi Ruang Jenazah adalah:
Tempat
meletakkan/penyimpanan
sementara
jenazah
sebelum
diambil
keluarganya
Tempat memandikan/dekontaminasi jenazah
Tempat mengeringkan jenazah setelah dimandikan
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 18
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
17.
Otopsi jenazah
Ruang duka dan pemulasaraan
Laboratorium patologi anatomi
Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD/Central Supply Sterillization Department) Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) mempunyai fungsi menerima, memproses,
memproduksi, mensterilkan menyimpan serta mendistribusikan instrumen medis yang telah disterilkan ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan dan pengobatan pasien. Kegiatan utama dalam Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) adalah dekontaminasi instrumen dan linen baik yang bekas pakai maupun yang baru serta bahan perbekalan baru. Persyaratan Khusus
Lokasi CSSD memiliki akses pencapaian langsung ke ruang operasi.
Sirkulasi udara/ventilasi pada bangunan CSSD dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi kontaminasi dari tempat penampungan bahan dan instrumen kotor ke tempat penyimpanan bahan dan instrumen bersih/steril.
Persyaratan tata udara pada ruang-ruang di CSSD mengacu pada Pedoman Teknis Prasarana RS : Instalasi Tata Udara, oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Tahun 2011.
Area barang kotor dan barang bersih dipisahkan (sebaiknya memiliki akses masuk dan keluar yang berlawanan)
Lantai tidak licin, mudah dibersihkan dan tidak mudah menyerap kotoran atau debu.
Pada area pembilasan disarankan untuk menggunakan sink pada meja bilas kedap air dengan ketinggian 0.80 – 1,00 m dari permukaan lantai, dan apabila terdapat stop kontak dan saklar, maka harus menggunakan jenis
yang tahan
percikan air dan dipasang pada ketinggian minimal 1.40 m dari permukaan lantai
18.
Dinding menggunakan bahan yang tidak berpori. Ruang Dapur Utama dan Gizi Klinik Ruang Dapur Utama dan Gizi Klinik RS mempunyai fungsi untuk mengolah,
mengatur makanan pasien setiap harinya, serta konsultasi gizi. 19.
Ruang Pencucian Linen/Laundry
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 19
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Londri RS adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin setrika.
20.
Ruang Sanitasi Kegiatan pada Ruang sanitasi meliputi :
Pengolahan air limbah rumah sakit dan pemeriksaan kualitas air limbah yang dilakukan 3-4 kali dalam setahun.
Pemeriksaan sanitasi di ruang instalasi dapur utama yang dilakukan 3-4 kali dalam setahun.
Pemeriksaan kualitas air bersih yang dilakukan 2-3 kali dalam setahun.
Pemeriksaan kualitas/ kondisi udara di ruang-ruang khusus yang dilakukan 2 kali dalam setahun.
Pemeriksaan emisi incenerator dan generator set yang dilakukan 2 kali dalam setahun.
Pembuatan dokumen Implementasi Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL) setiap 6 bulan sekali.
Pemantauan, pengawasan dan pengelolaan limbah padat medis (Pewadahan, pengangkutan dan pembuangan/ pemusnahan limbah padat medis).
21.
Ruang Pemeliharaan Sarana (Bengkel Mekanikal & Elektrikal Workshop Tugas pokok dan fungsi yang harus dirangkum unit workshop adalah pemeliharaan
dan perbaikan ringan pada peralatan medik (Optik, elektromedik, mekanis dll), peralatan penunjang medik, peralatan rumah tangga dari metal/ logam (termasuk tempat tidur), peralatan rumah tangga dari kayu, saluran dan perpipaan, listrik dan elektronik.
22.
Area Pengunjung Umum dan Administrasi Suatu bagian dari rumah sakit tempat dilaksanakannya manajemen rumah sakit.
Terdiri dari : •
Unsur direksi/ pimpinan rumah sakit
•
Unsur pelayanan medik
•
Unsur pelayanan penunjang medik
•
Pelayanan keperawatan
•
Unsur pendidikan dan pelatihan
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 20
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.4.
•
Administrasi umum dan keuangan
•
SDM
•
Komite medik
•
Komite etik dan hukum.
Persyaratan Umum Bangunan Rumah Sakit
2.4.1. Lokasi Rumah Sakit Pemilihan lokasi rumah sakit harus memenuhi persyaratan massa bangunan, zonasi dan kebutuhan luas lantai. 1.
Massa Bangunan a. Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus memperhitungkan jarak antara massa bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
Kenyamanan;
Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;
b. Perencanaan RS harus mengikuti Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL), yaitu :
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Ketentuan besarnya KDB mengikuti peraturan daerah setempat. Misalkan Ketentuan KDB suatu daerah adalah maksimum 60% maka area yang dapat didirikan bangunan adalah 60% dari luas total area/ tanah.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Ketentuan besarnya KLB mengikuti peraturan daerah setempat. KLB menentukan luas total lantai bangunan yang boleh dibangun. Misalkan Ketentuan KLB suatu daerah adalah maksimum 3 dengan KDB maksimum 60% maka luas total lantai yang dapat dibangun adalah 3 kali luas total area area/tanah dengan luas lantai dasar adalah 60%.
Koefisien Daerah Hijau (KDH) Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan daerah resapan air dan ruang terbuka hijau kabupaten/kota. Untuk bangunan
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 21
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai KDH minimum sebesar 15%.
Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP) Ketentuan besarnya GSB dan GSP harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL atau peraturan daerah setempat.
c. Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang berlaku) d. Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal Penentuan pola pembangunan RS baik secara vertikal maupun horisontal, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan RS (health needs), kebudayaan daerah setempat (cultures), kondisi alam daerah setempat (climate), lahan yang tersedia (sites) dan kondisi keuangan manajemen RS (budget). 2.
Zonasi Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi berdasarkan
tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan. a. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
Area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.
Area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non-penyakit menular, rawat jalan.
Area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang ICU/ICCU, laboratorium, pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
Area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD, ruang bersalin, ruang patolgi.
b. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :
Area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar rumah sakit, misalkan ruang rawat jalan, gawat darurat, apotek.
Area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 22
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, umumnya area tertutup, misalnya seperti ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang kebidanan, ruang rawat inap.
c. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :
Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri dari : ruang rawat jalan, ruang gawat darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan Intensif, ruang operasi, ruang rehabilitasi medik, ruang kebidanan, ruang hemodialisa, ruang radioterapi, ruang kedokteran nuklir, ruang transfusi darah/bank darah.
Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari : ruang farmasi, ruang radiodiagnostik,
laboratorium,
ruang
diagnostik
terpadu,
ruang
sterilisasi/CSSD), dapur utama, laundri, pemulasaraan jenazah dan forensik, ruang sanitasi, ruang pemeliharaan sarana.
Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri dari : Bagian Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian Logistik/ Gudang, Bagian Perencanaan, Sistem Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan Penelitian, Bagian Personalia, Bagian Pengadaan, Bagian Informasi dan Teknologi (IT).
Gambar 2. 7 Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Pada RS Pola Pembangunan Horisontal (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 23
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 8 Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Pada RS Pembangunan Vertikal (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
2.4.2. Perencanaan Bangunan Rumah Sakit 1.
Prinsip Umum Perlindungan terhadap pasien merupakan hal yang harus diprioritaskan. Terlalu
banyak lalu lintas akan menggangu pasien, mengurangi efisiensi pelayanan pasien dan meninggikan risiko infeksi, khususnya untuk pasien bedah dimana kondisi bersih sangat penting. Jaminan perlindungan terhadap infeksi merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan pelayanan terhadap pasien. Merencanakan sependek mungkin jalur lalu lintas. Kondisi ini membantu menjaga kebersihan dan mengamankan langkah setiap orang, perawat, pasien dan petugas rumah sakit lainnya. RS adalah tempat dimana sesuatunya berjalan cepat, mengingat jiwa pasien taruhannya, oleh karena itu jalur lalu lintas harus direncanakan seefisien mungkin baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga. Pemisahan aktivitas yang berbeda, pemisahan antara pekerjaan bersih dan pekerjaan kotor, aktivitas tenang dan bising, perbedaan tipe layanan pasien, dan tipe berbeda dari lalu lintas di dalam dan di luar bangunan. Mengontrol aktifitas petugas terhadap pasien serta aktifitas pengunjung RS yang datang, agar aktifitas pasien dan petugas tidak terganggu. Tata letak Pos perawat harus mempertimbangkan kemudahan bagi perawat untuk memonitor dan membantu pasien yang sedang berlatih di koridor pasien, dan aktifitas pengunjung saat masuk dan ke luar unit. Bayi harus dilindungi dari kemungkinan pencurian dan dari kuman penyakit yang dibawa Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 24
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
pengunjung dan petugas RS. Pasien di ruang ICU dan ruang bedah harus dijaga terhadap infeksi. 2.
Prinsip Khusus
Prinsip khusus pada perencanaan bangunan rumah sakit terdiri dari :
Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman untuk semua bagian bangunan merupakan faktor
yang
penting.
Ini khususnya
untuk
RS
yang
tidak
menggunakan AC.
RS minimal mempunyai 3 akses/pintu masuk/gerbang masuk, terdiri dari pintu masuk utama, pintu masuk ke Unit Gawat Darurat dan Pintu Masuk ke area layanan Servis.
Gambar 2. 9 Contoh Gambar Akses Pintu Masuk RS (Sumber: Pedoman Teknis Ruma Sakit Kelas B, 2012)
Pintu masuk untuk service sebaiknya berdekatan dengan dapur dan daerah penyimpanan persediaan (gudang) yang menerima barang-barang dalam bentuk curah, dan bila mungkin berdekatan dengan lif service. Bordes dan timbangan tersedia di daerah itu. Sampah padat dan sampah lainnya dibuang dari tempat ini, juga benda-benda yang tidak terpakai. Akses ke kamar mayat sebaiknya diproteksi terhadap pandangan pasien dan pengunjung untuk alasan psikologis.
Pintu masuk dan lobi disarankan dibuat cukup menarik, sehingga pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 25
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Jendela sebaiknya dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah serangga lainnya yang berada di sekitar RS, dan dilengkapi pengaman.
Alur lalu lintas pasien dan petugas RS harus direncanakan seefisien mungkin.
Koridor publik dipisah dengan koridor untuk pasien dan petugas medik, dimaksudkan untuk mengurangi waktu kemacetan. Bahan-bahan, material dan pembuangan sampah sebaiknya tidak memotong pergerakan orang. Rumah sakit perlu dirancang agar petugas, pasien dan pengunjung mudah orientasinya jika berada di dalam bangunan.
Lebar koridor 2,40 m dengan tinggi langit-kangit minimal 2,40 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila ramp digunakan, kemiringannya sebaiknya tidak melebihi 1 : 10 ( membuat sudut maksimal 70).
Alur pasien rawat jalan yang ingin ke laboratorium, radiologi, farmasi, terapi khusus dan ke pelayanan medis lain, tidak melalui daerah pasien rawat inap.
Alur pasien rawat inap jika ingin ke laboratorium, radiologi dan bagian lain, harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan.
Gambar 2. 10 Contoh Model Aliran Lalu Lintas dalam RS (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 26
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.5. Persyaratan Teknis Sarana Rumah Sakit Persyaratan teknis sarana rumah sakit terdiri dari atap, langit-langit, dinding dan partisi, lantai, struktur bangunan, pintu serta toilet (kamar kecil). 2.5.1. Atap Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. Adapun persyartannya terdiri dari: Tabel 2. 1 Persyaratan Atap Rumah Sakit
Penutup Atap
Rangka Atap
Dari bahan beton harus dilapisi dengan lapisan tahan air Bila genteng keramik, atau genteng beton, atau genteng tanah liat (plentong), pemasangannya harus dengan sudut kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila terjadi kebocoran, penggunaan genteng metal sebaiknya dihindari Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap. Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang baik dan kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap. Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak mudah berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat. (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
2.5.2. Langit-Langit Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. Adapun persyartannya terdiri dari tinggi di ruangan minimal 2,80 m dan di selasar (koridor) minimal 2,40 m. Adapun rangka yang menopong harus kuat. Bahan langit-langit dapat terdiri dari gipsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce Concrete), bahan logam/metal. 2.5.3. Dinding dan Partisi Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan. Adapun persyartannya terdiri dari :
Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak dapat menyimpan debu.
Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 27
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan aktivitas anak, pelapis dinding warna-warni dapat diterapkan untuk merangsang aktivitas anak.
Pada daerah tertentu, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan (handrail) yang menerus dengan ketinggian berkisar 80 ~ 100 cm dari permukaan lantai. Pegangan harus mampu menahan beban orang dengan berat minimal 75 kg yang berpegangan dengan satu tangan pada pegangan tangan yang ada.
Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah dibersihkan dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif (tidak mengandung pori-pori).
Khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah yang mudah terpicu api, maka dinding harus dari bahan yang tahan api, cairan kimia dan benturan.
Pada ruang yang menggunakan peralatan yang menggunakan gelombang elektromagnit (EM), seperti Short Wave Diathermy atau Micro Wave Diathermy, penggunaan penutup dinding yang mengandung unsur metal atau baja sedapat mungkin dihindarkan.
Khusus untuk daerah tenang (misalkan daerah perawatan pasien), maka bahan dinding menggunakan bahan yang kedap suara atau area/ruang yang bising (misalkan ruang mesin genset, ruang pompa, dll) menggunakan bahan yang dapat menyerap bunyi.
2.5.4. Lantai Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan. Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
Tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas yang tinggi yang dapat menyimpan debu.
Mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
Memiliki pola lantai dengan garis alur yang menerus keseluruh ruangan pelayanan.
Pada daerah dengan kemiringan kurang dari 70, penutup lantai harus dari lapisan permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah).
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 28
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah yang mudah terbakar, maka bahan penutup lantai harus dari bahan yang tahan api, cairan kimia dan benturan.
Khusus untuk daerah perawatan pasien (daerah tenang) bahan lantai menggunakan bahan yang tidak menimbulkan bunyi atau area/ruang yang bising menggunakan bahan yang dapat menyerap bunyi.
Pada ruang-ruang khusus yang menggunakan peralatan (misalkan ruang bedah),
maka
lantai
harus
cukup
konduktif,
sehingga
mudah
untuk
menghilangkan muatan listrik statik dari peralatan dan petugas, tetapi bukan sedemikian konduktifnya sehingga membahayakan petugas dari sengatan listrik. 2.5.5. Pintu Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat untuk masuk dan ke luar dan pada umumnnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu). Adapun persyaratan pintu pada rumah sakit dijelaskan melalui tabel berikut ini ; Tabel 2. 2 Persyaratan Pintu pada Bangunan Rumah Sakit
Pintu ke luar/masuk utama Pintu-pintu yang tidak menjadi akses pasien tirah baring Di daerah sekitar pintu masuk Pintu Darurat
Lebar bukaan minimal 120 cm atau dapat dilalui brankar pasien Lebar bukaan minimal 90 cm Dihindari ramp atau perbedaan ketinggian lantai Bertingkat lebih dari 3 lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat Lebar pintu darurat minimal 100 cm Pintu membuka kearah ruang tangga penyelamatan (darurat) Pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman) Jarak antar pintu maksimal 25 m
Pintu kamar mandi
Terbuka ke luar Lebar daun pintu 85 cm (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 29
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 11 Pintu Kamar Mandi pada Ruang Rawat Inap Harus Terbuka keluar (Sumber: Pedoman Teknis Rumah sakit Kelas B, 2012)
2.5.6. Toilet (Kamar Kecil) Toilet merupakan fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya. Adapun persyaratan toilet pada rumah sakit dijelaskan melalui tabel berikut: Tabel 2. 3 Persyaratan Toilet (Kamar Kecil) pada Bangunan Rumah Sakit
Toilet Umum
Toilet untuk Aksesibilitas
Debby Meidiana 41213010032
Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna Ketinggian tempat duduk kloset 36 - 38 cm Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin Lantai tidak boleh menggenangkan air bua Pintu harus mudah dibuka dan ditutup Kunci-kunci toilet atau grendel bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat Dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda Ketinggian tempat duduk kloset sekitar 45 - 50 cm Dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) Pegangan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus mudah dan bisa dijangkau pengguna kursi roda dan oleh orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 30
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Lantai tidak boleh menggenangkan air bua Pintu harus mudah dibuka dan ditutup Kunci-kunci toilet atau grendel bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktuwaktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan (Sumber:Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B. 2012)
Gambar 2. 12 Ruang Gerak dalam Toilet untuk Aksesibel (Sumber:Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
2.6. Persyaratan Teknis Prasarana Rumah Sakit Persyaratan teknis prasarana rumah sakit terdiri dari sistem proteksi kebakaran, sistem komunikasi dalam rumah sakit. 2.6.1. Sistem Proteksi Kebakaran Sistem proteksi kebakaran pada gedung rumah sakit terbagi menjadi dua, yakni: 1.
Sistem Proteksi Pasif Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai sistem proteksi pasif terhadap
bahaya kebakaran yang berbasis pada desain atau pengaturan terhadap komponen arsitektur dan struktur rumah sakit. Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 31
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
jumlah dan kondisi penghuni dalam rumah sakit. Proteksi kebakaran pada bangunan rumah sakit harus terdiri dari: -
Rumah sakit harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran
-
Kompartemenisasi dan konstruksi pemisah untuk membatasi kobaran api yang potensial, perambatan api dan asap, agar dapat :
Melindungi penghuni yang berada di suatu bagian bangunan terhadap dampak kebakaran yang terjadi ditempat lain di dalam bangunan.
Mengendalikan kobaran api agar tidak menjalar ke bangunan lain yang berdekatan.
-
Menyediakan jalan masuk bagi petugas pemadam kebakaran
Proteksi Bukaan Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi penyetop api (fire stop) untuk mencegah merambatnya api serta menjamin pemisahan dan kompartemenisasi bangunan.
2.
Sistem Proteksi Aktif Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang tetap
atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit. Sistem proteksi aktif terdiri dari:
pipa tegak dan slang kebakaran
hidran halaman
sistem springkler otomatis
pemadam api ringan (PAR)
sistem pemadam kebakaran khusus
sistem deteksi & alarm kebakaran
sistem pencahayaan darurat
tanda arah dan sistem peringatan bahaya.
2.6.2. Sistem Proteksi Petir Suatu instalasi proteksi petir dapat melindungi semua bagian dari bangunan rumah sakit, termasuk manusia yang ada di dalamnya, dan instalasi serta peralatan lainnya terhadap bahaya sambaran petir. Instalasi proteksi petir disesuaikan dengan adanya perluasan atau penambahan bangunan rumah sakit. Pembumian untuk peralatan medik dipisahkan dari pembumian instalasi bangunan.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 32
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.6.3. Sistem Kelistrikan Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu dan tidak merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta perancangan dan pelaksanaannya. 2.6.4. Sistem Penghawaan (Ventilasi) dan Pengkondisian Udara 1.
Sistem Penghawaan (Ventilasi) Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Bangunan rumah sakit harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. 2.
Sistem Pengkondisian Udara Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah sakit harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara. Dengan cara menyediakan satu (paket tunggal) atau lebih (sistem terpisah/split system) paket yang dirakit di pabrik yang terdiri dari ; sarana sirkulasi udara, pembersih udara, pendingin udara dengan kontrol temperatur dan penurunan kelembaban.
Gambar 2. 13 Contoh Sistem Tata Udara pada Ruang Bedah (Sumber: Pedoman Teknis Tata Udara RS, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 33
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.6.5. Sistem Fasilitas Sanitasi 1.
Sanitasi Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular
dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah. 2.
Air Bersih Air bersih pada rumah sakit harus memenuhi persyaratan sebagi berikut :
Air bersih pada rumah sakit harus memiliki penampungan air (reservoir) bawah atau atas.
Distribusi air minum dan air bersih di setipa ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
Penyediaan Fasilitas air panas dan uap terdiri atas Unit Boiler, sistem perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan.
Kualitas air yang digunakan di ruang khusus, seperti ruang operasi.
RS yang telah menggunakan air yang sudam diolah seperti dari PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan desinfeksi menggunakan ultra violet.
Ruang Farmasi dan Hemodialisis : yaitu terdiri dari air yang dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisis.
Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
3.
Sistem Pengolahan Limbah Pelaksanaan pengelolaan sampah setiap rumah sakit harus melakukan reduksi
limbah mulai dari sumber, harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Adapun proses pengelolahannya dapat melalui penampungan kemudian pengangkutan. Sementara pada limbah klinis dapat dilakukan proses pembakaran maupun penggunaan bahan kimia.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 34
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
4.
Penyaluran Air Hujan Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota. Adapun persyaratan teknis pada penyaluran air hujan sebagai berikut :
Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
2.6.6. Sistem Pengolahan Limbah Air limbah adalah seluruh air
buangan yang berasal dari hasil proses kegiatan
sarana pelayanan kesehatan yang meliputi: air limbah domestik (air
buangan kamar
mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian), air limbah klinis (air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit, misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll), air limbah laboratorium dan lainnya. Prosentase terbesar dari air limbah adalah limbah domestik sedangkan sisanya adalah limbah yang terkontaminasi oleh infectious agents kultur mikroorganisme, darah, buangan pasien pengidap penyakit infeksi, dan lain-lain. Air limbah yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa pencemar organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis. Air limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang apabila dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis dapat mengganggu proses pengolahannya., sehingga perlu dilakukan pengolahan awal secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 35
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Jenis air limbah yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Air limbah domestik b . Air limbah klinis
Air limbah laboratorium klinik dan kimia
Air limbah radioaktif (tidak boleh masuk ke IPAL, harus mengikuti petunjuk dari BATAN)
Gambar 2. 14 Diagram Proses Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit (Sumber: Pedoman Teknis Ipal, 2011)
Gambar 2. 15 Diagram Proses Air Limbah Fasilitas kesehatan dengan Proses Biofilter (Sumber: Pedoman Teknis Ipal, 2011) Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 36
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.6.7. Sistem Gas Medik dan Vakum Medik Sistem Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik adalah seperangkat sentral gas medik dan vakum medik, instalasi pipa, katup penutup dan alarm gas medik sampai ke titik outlet medik dan inlet medik. Gas Medik meliputi oxygen (O2). dinitrogen oksida/nitrous oxide (N2O), nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), helium (He), argon (Ar), udara tekan medik (medical compressed air) dan udara tekan alat (instrument air). Vakum Medik meliputi sebuah rakitan dari peralatan vakum secara sentral dan jaringan pemipaan untuk pemakaian penghisapan cairan tubuh pada pasien secara medik, bedah medik, dan buangan sisa gas anestesi. Dalam hal penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik pada fasilitas pelayanan kesehatan di ruang operasi, ruang intensif, dan ruang gawat darurat harus dilakukan melalui penyaluran pada Sistem Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik. 2.6.8. Sistem Hubungan Horisontal dalam Rumah Sakit Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan RS meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk penyandang cacat. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas harus mempertimbangkan tersedianya hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan RS, akses evakuasi, termasuk bagi penyandang cacat. Adapun persyaratan sistem hubungan horisontal dalam rumah sakit sebagai berikut :
Setiap bangunan RS harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan RS tersebut
Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.
Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
Ukuran
koridor
sebagai
akses
horizontal
antarruang
dipertimbangkan
berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna. Ukuran koridor yang aksesibilitas brankar pasien minimal 2,4 m.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 37
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.6.9. Sistem Hubungan (Transportasi) Vertikal dalam Rumah Sakit Setiap bangunan RS bertingkat harus menyediakan sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan RS tersebut berupa tersedianya tangga, ram dan/ lift. Adapun persyaratan teknis sebagai berikut :
Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi bangunan RS, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang, serta keselamatan pengguna gedung.
Setiap bangunan RS dengan ketinggian di atas lima lantai harus menyediakan sarana hubungan vertikal berupa lift.
Bangunan RS umum yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya harus menyediakan fasilitas dan kelengkapan sarana hubungan vertikal bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk penyandang cacat.
1.
Ramp Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Fungsi dapat digantikan dengan lift (fire lift). Ramp pada rumah sakit harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70, perhitungan kemiringan
tersebut
tidak
termasuk
awalan
dan
akhiran
ramp
(curb
ramps/landing).
Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
Lebar minimum dari ramp adalah 120 cm dengan tepi pengaman.
Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran minimum 160 cm.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 38
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 16 Tipikal Ramp (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Gambar 2. 17 Bentuk-bentuk Ramp (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 39
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 18 Kemiringan Ramp (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Gambar 2. 19 Pegangan pada Rambat Ramp (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Gambar 2. 20 Kemiringan Sisi Lebar Ramp (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kels B, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 40
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 21 Pintu di Ujung Ramp (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi roda dari kursi roda atau stretcher agar tidak terperosok atau ke luar dari jalur ramp.
Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan, harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.
Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.
Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai
2.
Tangga Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai. Persyaratan pada tangga rumah sakit adalah sebagai berikut :
Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 41
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau ancaman bom
Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga.
Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).
Gambar 2. 22 Tipikal Tangga (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Gambar 2. 23 Pegangan Rambat pada Tangga (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012) Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 42
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm ~ 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.
Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.
Gambar 2. 24 Desain Profil Tangga (Sumber: Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012)
3.
Lift Elevator Lift merupakan fasilitas lalu lintas vertikal baik bagi petugas RS maupun untuk
pasien. Oleh karena itu harus direncanakan dapat menampung tempat tidur pasien. Adapun persyaratan lift sebagai berikut :
Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar pintunya tidak kurang dari 1,20 m untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan stretcher bersamasama dengan pengantarnya.
Lif penumpang dan lift service dipisah bila dimungkinkan.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 43
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana hubungan vertikal dalam bangunan gedung harus mampu melakukan pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai dengan fungsi dan jumlah pengguna bangunan RS.
Setiap bangunan RS yang menggunakan lif harus tersedia lif kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor).
Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran/lif penumpang biasa/lif barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan khusus oleh petugas kebakaran.
2.6.10. Sarana Evakusi Setiap bangunan RS harus menyediakan sarana evakuasi bagi orang yang berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat yang meliputi :
Sistem peringatan bahaya bagi pengguna,
Pintu keluar darurat, dan
Jalur evakuasi yang dapat menjamin pengguna bangunan rs untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rs secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
2.6.11. Aksesibilitas Penyandang Cacat Setiap bangunan RS, harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk dan keluar ke dan dari bangunan RS serta beraktivitas dalam bangunan RS secara mudah, aman, nyaman dan mandiri. Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ramp, tangga, dan lif bagi penyandang cacat dan lanjut usia. 2.6.12. Prasarana/Sarana Umum Guna memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan RS untuk beraktivitas di dalamnya, setiap bangunan RS untuk kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan bangunan RS, meliputi: ruang ibadah, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi. Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi dan luas bangunan RS, serta jumlah pengguna bangunan RS. Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 44
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.7. Perencanaan Arsitektur Rumah Sakit Dalam merencanakan fisik rumah sakit yang meliputi perencanaan lahan, bangunan dan infrastruktur terdapat 14 prinsip yang perlu diperhatikan dan dikembangkan menjadi arahan dasar dalam merencanakan sebuah rumah sakit. Ratnakanyaka (2001) 10 prinsip diantaranya adalah sebagai berikut: Harapan Sehat
Kompak
Hemat Energi dan
Organisasi Berkembang
Nyaman Termal
Bertahap
RUMAH Aksebilitas Tepat
Sirkulasi Tepat
SAKIT
Mudah dan Murah
Aman dan Tanggap
Perawatannya
Keadaan Darurat
Hijau
Zoning Tepat
Gambar 2. 25 Prinsip Perencanaan Arsitektur Rumah Sakit (Sumber: Ratnakanyaka, 2001)
2.8. Studi Banding 2.8.1. RS Pendidikan USU Medan (Indonesia)
Gambar 2. 26 RumahSakit Pendidikan USU (Sumber: http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/1406) Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 45
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Nama Bangunan
: Rumah Sakit Pendidikan USU Medan
Lokasi
: Jl. Dr. Mansyur Merdeka, Medan Baru, Sumut
Pelaksana
: PT. Waskita Karya
Luas Tanah
: 38.000 m2
Luas Bangunan
: 52.000 m2
KDB
: 35%
Tinggi Bangunan
: 5 lantai
Tahun Didirikan
: 2009
Tahun Selesai
: 2011
Rumah Sakit Pendidikan USU (Gambar 2.1) adalah entitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Universitas Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan salah satu dari 20 RS Perguruan Tinggi Negeri dengan status yang sama dan akan dikembangkan di Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti. Rumah sakit ini berada di kawasan Kampus USU Medan. Dalam menyelenggarakan pelayanan, Rumah Sakit USU memilih motto Kualitas, Aman dan Bersahabat (quality, safety and friendly). Rumah Sakit USU menganut dua nilai dasar, yaitu salus aegroti suprema lex yang artinya kepulihan pasien adalah hukum tertinggi (pelayanan berorientasi
kepada
pasien),
kemudian
primum
non
nocere
yang
berarti
tidak
membahayakan (patient safety). Kedua nilai tersebut ditampilkan di bagian depan dari bangunan utama Rumah Sakit USU dengan harapan menjadi nilai yang dijiwai oleh seluruh unsur penyelenggara Rumah Sakit USU.
Gambar 2. 27 Suasana pada Siang Hari (Sumber:http://www.fotografermedan.net/2015/10/rumah-sakit-umum-universitas-sumatera.html) Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 46
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Konsep Rumah Sakit USU memilih warna jingga sebagai warna dominan. Bermakna revitalisasi dengan harapan rumah sakit mampu memberikan semangat dan kekuatan baru bagi para pengguna jasa pelayanan rumah sakit ini. Warna jingga juga mengekspresikan karakter energetik, berani, percaya diri, antusias, kreatif, sukses, kehangatan, keramahan, keakraban, keceriaan, dan keterjangkauan. Fasilitas Sesuai dengan Istisna’a Agreement Rumah Sakit USU dirancang untuk menyediakan fasilitas 28 klinik spesialis/sub spesialis, rawat inap dengan kapasitas 474 bed (108 ward), instalasi gawat darurat dengan pelayanan 24 jam, 12 kamar bedah, 18 ruang persalinan, 42 bed perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU), dan 25 bed unit hemodialise.
Gambar 2. 28 Atrium Rumah Sakit USU (Sumber: http://www.panoramio.com/photo/64655674)
Rumah Sakit USU juga mempersiapkan berbagai layanan komprehensif dengan unggulan di bidang Nefrologi, Traumatologi dan Luka bakar, serta Infeksi Tropis. Seluruh kegiatan akan didukung tenaga spesialis dan subspesialis, paramedik dan tenaga administrasi/teknisi/tenaga
penunjang
lainnya.
Sejumlah
Departemen
Klinis
akan
menyelenggarakan fungsi pendidikan, riset dan pelayanan. Teknologi dan sistem informasi rumah sakit ditata secara maksimal untuk mengakomodasi penyelenggaraan kegiatan administrasi, pendidikan, riset dan pelayanan tersebut.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 47
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 29 Ruang Rawat Pasien (Sumber: www.antaranews.com)
Kegiatan pelayanan di RS USU adalah UGD 24 jam, Klinik Umum, Klinik KIA, Klinik Gigi, Layanan Klinik Spesialis Dasar (penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri & ginekologi), Klinik Spesialis lainnya (mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, jantung dan pembuluh darah), layanan Farmasi, Rawat Inap dengan kapasitas 100 tempat tidur dan perawatan Intensif.
Gambar 2. 30 Zoning Lantai 1 RS Pendidikan USU
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 48
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 31 Denah Lantai 1 RS USU (Sumber: BiblioCAD)
Gambar 2. 32 Zoning Lantai 2 RS Pendidikan USU
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 49
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 33 Denah Lantai 2 RS Pendidikan USU (Sumber: BiblioCAD)
Gambar 2. 34 Zoning Lantai 3 RS Pendidikan USU
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 50
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 35 Denah Lantai 3 RS USU (Sumber: BiblioCAD)
Gambar 2. 36 Zoning Lantai 4 RS Pendidikan USU
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 51
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 37 Denah Lantai 4 RS USU (Sumber: BiblioCAD)
Gambar 2. 38 Zoning Lantai 5 RS Pendidikan USU
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 52
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 39 Denah Lantai 5 RS USU (Sumber: BiblioCAD)
2.8.2. Rush Teaching Hospital
Gambar 2. 40 Rush Teaching hospital (Sumber: Archdaily.com)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 53
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Architect
: Perkins+Will
Location
: Rush University Medical Center, 1653 West Congress Parkway, Chicago, IL
60612 United States
Managing Principal
: James Zajac – Market Sector Leader
Principal Designers
: Ralp Johnson – Firm Wide Design Principal, Jerry
Johnsono –
Principal Interior Designer
: Perkins+Will
Area
: 830000.0 ft2
Project Year
: 2012
Bangunan baru Rush University Hospital ini berada pada kompleks Rush University Medical Center yang masih terintegrasi dengan bangunan lain dari kompleks kampus Rush University.
Konsep Gubahan Massa Konsep bangunan ini adalah bentuk kupu – kupu yang memungkinkan memiliki sudut pandang yang praktis serta visibilitas yang baik. Menara didesain dari dalam ke luar. Ide tersebut bukan berasal dari sang arsitek. Melainkan dari karyawan yang menyarankan bahwa dengan konsep tersebut akan lebih praktis.
Gambar 2. 41 Gubahan Massa Rush Teaching Hospital (Sumber: Archdaily.com) Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 54
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Konsep Fasad
Gambar 2. 42 Fasad Rush Teaching Hospital (Sumber: Archdaily.com)
Denah Lantai 1
Gambar 2. 43 Denah Lantai 1 Rush Teaching Hospital (Sumber: Archdaily.com) KETERANGAN : Critical Caresuite : Entrance : Patient Registration : Physiciatric Observation
: General Radiation
Debby Meidiana 41213010032
: Lobby : Tratement Suite : Staff Locker : tangga dan lift
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 55
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
: Berhubungan Langsung
Tratement suite Lobby
Entrance
: Berhubungan Tidak Langsung
Staff locker Psyciatric Observatio n
Tangga dan Lift
Patient regist
General radiatio n
General radiation
Gambar 2. 44 Organissi Ruang Lantai 1
Denah Lantai 2
Gambar 2. 45 Denah Lantai 2 Rush Teaching Hospital (Sumber: Archdaily.com) KETERANGAN : Staff Canteen : Family Lounge : Patient Room
Debby Meidiana 41213010032
: Tangga dan Lift : Procedure room
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 56
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
: Berhubungan Langsung
Patient room
: Berhubungan Tidak Langsung
Procedur e room suite
Family lounge
Staff Canteen
Gambar 2. 46 Organisasi Ruang Lantai 2
Denah Lantai 3
Gambar 2. 47 Denah Lantai 3 Rush Teaching Hospital (Sumber: Archdaily.com) KETERANGAN : Consultation room : Family lounge
: Consultation room : Tangga dan lift
: Nursetation
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 57
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
: Berhubungan Langsung
Patient room
Tangga dan lift
: Berhubungan Tidak Langsung
Nurse station
Family lounge
Consultati on room
Gambar 2. 48 Organisasi Ruang Lantai 3
Gambar 2. 49 Denah Patient Room (Sumber: Archdaily.com)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 58
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Potongan Bangunan
Gambar 2. 50 Potongan Bangunan (Sumber: Archdaily.com)
Gambar 2. 51 Potongan Detail (Sumber: Archdaily.com)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 59
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Detail-Detail
Gambar 2. 52 Detail Terrarium (Sumber: Archdaily.com)
Gambar 2. 53 Detail Pemasangan Terrarium (Sumber: Archdaily.com)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 60
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Sekuen
Gambar 2. 54 Main Entrance Rush University Medical Centeer (Sumber: Archdaily.com)
Gambar 2. 55 Side Entrance Rush University Medical Center (Sumber: Archdaily.com)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 61
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 56 Lobby – Koridor (Sumber: Archdaily.com)
Gambar 2. 57 Lobby Office Dokter (Sumber: Archdaily.com)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 62
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 58 Patient Room (Sumber: Archdaily.com)
Gambar 2. 59 Terrarium (Sumber: Archdaily.com)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 63
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.9.
Pemahaman Tema
2.9.1. Definisi Arsitektur Hijau (Green Architecture) Menurut Futurarch (2008), Green architecture adalah sebuah proses perancangan dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah efektif dalam tatanan arsitektur. Menurut Karyono (2010) dalam Sri (2014) Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. 2.9.2. Prinsip Arsitektur Hijau (Green Architecture) Menurut Brenda dan Robert Vale dalam buku “Green Architecture: Design for A Sustainable Future”, ada 6 prinsip dasar dalam perencanaan Green Architecture: 1.
Conserving Energy (Hemat Energi) Sebuah bangunan seharusnya didesain/ dibangun dengan pertimbangan operasi
bangunan yang meminimalisir penggunaan bahan bakar dari fosil). Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 64
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
2.
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
Working With Cilmate (Memanfaatkan Kondisi Iklim) Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik dengan iklim dan
sumber daya energi alam. Cara diantaranya sebagai berikut:
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
Menggunakan sistem air pump dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3.
Minimizing New Resource (Meminimalkan Sumber Daya Baru) Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir penggunaan sumber daya
dan pada akhir penggunaannya bisa digunakan untuk hal arsitektur lainnya. 4.
Respect For Users (Memperhatikan Pengguna) Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan
memenuhi semua kebutuhannya. 5.
Respect For Sites (Menanggapi Keadaan Tapak) Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak
aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah Bangunan didesain dengan sesedikit mungkin merusak alam. Cara diantaranya adalah:
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 65
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
6.
Holistic Semua prinsip diatas harus secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan
dalam membangun sebuah lingkungan 2.9.3. Sifat-sifat Bangunan Berkonsep Green 1.
Sustainable (Berkelanjutan) Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring
zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar. 2.
Earthfriendly (Ramah lingkungan) Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green
architecture apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi. Oleh karena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya. 3.
High Performance Building Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah
pentingnya dengan sifat–sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building” dengan fungsi untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari alam (Energy of nature) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi (High technology performance). Contohnya :
Penggunaan panel surya (Solar cell) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.
Penggunaan
material–material
yang
dapat
di
daur
ulang,
penggunaan
konstruksi–konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung konsep green architecture. 2.9.4. Definisi Green Building Menurut Sri (2014) Green building adalah konsep untuk „bangunan berkelanjutan‟ dan mempunyai syarat tertentu, yaitu lokasi, sistem perencanaan dan perancangan, renovasi dan pengoperasian, yang menganut prinsip hemat enrgi serta harus berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial. Bangunan hijau (Green Building) mengacu pada Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 66
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, daya tahan utilitas dan kenyamanan. Meskipun teknologi baru yang terus dikembangkan untuk melengkapi praktek saat ini dalam menciptakan struktur hijau, tujuan umum adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan lingkungan binaan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alam dengan cara :
Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya. Dirancang dengan biaya lebih sedikit untuk mengoperasikan dan memiliki kinerja energi yang sangat baik.
Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas karyawan
Mengurangi sampah, polusi dan degradasi lingkungan
Bangunan alami, yang biasanya pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk fokus pada penggunaan bahan-bahan alami yang tersedia secara lokal.
Bangunan hijau tidak secara khusus menangani masalah perkuatan rumah yang ada.
Mengurangi dampak lingkungan: Praktek green building bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dari bangunan.
2.9.5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Bangunan Gedung Hijau Bangunan Gedung Hijau adalah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan penyelenggaraannya. Adapun persyaratan bangunan hijau terdiri dari perencanaan teknis, pengelolaan tapak, efesensi penggunaan energi, efesiensi penggunaan air, kualitas udara dalam ruang, material ramah lingkungan, pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 67
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Tabel 2. 4 Persyaratan Bangunan Hijau
Perencanaan Teknis
Pengelolaan Tapak
Efisiensi Penggunaan Energi
Efisiensi Penggunaan Air Kualitas Udara Dalam Ruang
Material Ramah Lingkungan Pengelolaan Sampah Pengelolaan Air Limbah
pengelolaan tapak efisiensi penggunaan energi efisiensi penggunaan air kualitas udara dalam ruang penggunaan material ramah lingkungan pengelolaan sampah pengelolaan air limbah orientasi bangunan gedung pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/sirkulasi pengelolaan lahan terkontaminasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ruang terbuka hijau (RTH) privat penyediaan jalur pedestrian pengelolaan tapak besmen penyediaan lahan parkir sistem pencahayaan ruang luar pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum selubung bangunan sistem ventilasi sistem pengondisian udara sistem pencahayaan sistem transportasi dalam gedung sistem kelistrikan sumber air pemakaian air penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures) pelarangan merokok pengendalian karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO) pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant) pengendalian penggunaan material berbahaya penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling) penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) penerapan sistem penanganan sampah penerapan sistem pencatatan timbulan sampah penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water)
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 02, 2015)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 68
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.9.6. GBCI (Green Building Council Indonesi) Menurut GBCI bangunan akan memeperoleh peringkat gold
pada sertifikasi
bangunan hijau apabila memenuhi prasayarat sebagai berikut : Tabel 2. 5 Persyaratan Sertifikasi Gold Bangunan Hijau
Appropriate Site Development 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Basic Green Area Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah. Luas areanya adalah minimal 10% dari luas total lahan. Area ini memiliki vegetasi dengan komposisi 50% lahan tertutupi luasan pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak. Community Accessibility Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkannya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki. Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari. Public Transportation Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan ramp atau menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung. Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman Bicycle Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung hingga maksimal 100 unit parkir sepeda. Tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 parkir sepeda. Site Landscaping Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas area yang diperhitungkan adalah, taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden. Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala provinsi seluas 60% luas tajuk terhadap luas lahan hijau. Micro Climate Desain lansekap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan kaki menunjukkan adanya pelindung dari panas akibat radiasi matahari atau dari terpaan angin kencang. Storm Water Management Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan. Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 69
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Energy Efficiency and Conservation 1.
Natural Lighting Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai
2.
Ventilation
3.
Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan lobi lift, serta melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami ataupun mekanik. On Site Renewable Energy Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Water Conservation
1.
2.
3.
4.
Water Metering Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu pada sistem distribusi air. Water Recycling Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh sistem flushing, irigasi, dan make up water cooling tower (jika ada) Alternative Water Resource 1Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC, air bekas wudu, atau air hujan. Atau menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau atau air sungai untuk keperluan air bersih sebagai sanitasi, irigasi dan kebutuhan lainnya Water Efficiency Landscaping Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau PDAM. Menerapkan teknologi yang inovatif untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman. Material Resource and Cycle
1.
2.
3.
4.
5. 6.
Fundamental Refrigerant Tidak menggunakan chloro fluoro carbo n (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran Building and Material Reuse Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material. Environmentally Friendly Material Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya material. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal bernilai 5% dari total biaya material. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya material. Non ODS Usage Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem gedung Certified Wood Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu Prefab Material Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment ) sebesar 30% dari total biaya material
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 70
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
7.
Regional Material Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total biaya material. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material. Indoor Health and Comfort
1.
2.
Environmental Tobacco Smoke Control Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung. Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake , dan bukaan jendela. Chemical Pollutants Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCs) rendah Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber dan laminating adhesive Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya pada toleransi maksimum yang disetujui GBC Indonesia dan tidak menggunakan material yang mengandung asbestos dan styrene. Building Environmental Management
1.
Basic Waste Management Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik 2. Pollution of Construction Activity Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas: Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga. Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh buangan air yang timbul dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota. 3. Advanced Waste Management Adanya instalasi pengolahan limbah organik di dalam tapak bangunan atau memberikan pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah organik dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota. Memberikan pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota. (Sumber: Greenship untuk Gedung Baru Versi 1.1, 2012)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 71
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
2.9.7. Contoh Gedung Berkonsep Green Architecture
EDITT TOWER SINGAPORE
Gambar 2. 60 EDITT Tower Singapore (Sumber: https://fachrimuhammadabror.wordpress.com/2016/10/14/bangunan-eco-green/)
Singapura akan memiliki bangunan yang indah tinggi dengan perusahaan EDITT Tower (Ecological Design in the Tropics). Proyek ini akan dibangun dengan dukungan finansial dari National University. Desain menara ini terdiri dari 26 lantai dengan panel foto voltaik. EDITT Tower akan menjadi teladan “Desain Ecological In The Tropics”. Dirancang oleh TR Hamzah & Yeang dan disponsori oleh National University of Singapore, 26-cerita bertingkat tinggi akan membanggakan panel fotovoltaik, ventilasi alami, dan biogas generasi tanaman yang dibungkus dalam sebuah dinding hidup isolasi yang mencakup setengah dari luas
permukaan.
Gedung
pencakar
langit
hijau
dirancang
untuk
meningkatkan
keanekaragaman hayati lokasi dan merehabilitasi ekosistem lokal di Singapura „zeroculture‟ metropolis.
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 72
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 61 Fasad Bangunan (Sumber: https://fachrimuhammadabror.wordpress.com/2016/10/14/bangunan-eco-green/)
t.r. hamzah & yeang, gedung pencakar langit yang berkelanjutan, menara editt, arsitektur berkelanjutan singapore, dinding hidup, tenaga surya, tenaga biogas, green building Sekitar setengah dari luas permukaan EDITT Menara akan dibungkus dalam vegetasi lokal organik, dan arsitektur pasif akan memungkinkan untuk ventilasi alami. Publik landai diakses akan menghubungkan lantai atas ke tingkat jalan berjajar di toko-toko, restoran dan kehidupan tanaman. Bangunan juga telah dirancang untuk adaptasi di masa depan, dengan banyak dinding dan lantai yang dapat dipindahkan atau dihapus. Di sebuah kota
yang
dikenal
untuk
hujan,
bangunan akan mengumpulkan air
hujan dan
mengintegrasikan sistem abu-air untuk kedua irigasi tanaman dan toilet disiram dengan perkiraan 55% swasembada. 855 meter persegi panel fotovoltaik akan menyediakan 39,7% dari kebutuhan energi bangunan, dan rencana ini juga mencakup kemampuan untuk mengubah limbah menjadi biogas dan pupuk. Menara ini akan dibangun menggunakan banyak bahan daur ulang dan dapat didaur ulang, dan sistem daur ulang terpusat akan dapat diakses dari setiap lantai. Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 73
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit diKarawaci, Tangerang Arsitektur Hijau
Gambar 2. 62 Maket Bangunan (Sumber: https://fachrimuhammadabror.wordpress.com/2016/10/14/bangunan-eco-green/)
Debby Meidiana 41213010032
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 74