BAB II PERANAN GURU, PENYIMPANGAN PERILAKU DAN KONSEP SPIRITUAL TREATMENT
A.
Peranan Guru 1. Pengertian Peranan Guru Peranan
guru berasal dari dua kata, yaitu peranan dan guru.
Sebelum menggabungan dua kata tersebut, terlebih dahulu perlu diketahui definisi dari kata peranan dan kata guru itu sendiri. Dalam Kamus Standar Bahasa Indonesia karya M. B. Ali T. Deli menyebutkan pengertian peranan adalah yang diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa.1 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, guru adalah unsur manusia dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan.2 Zaenal Mustakim dalam bukunya “Strategi dan Metode Pembelajaran” mengatakan bahwa, dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
1 M. B. Ali T. Deli, Kamus Standar Bahasa Indonesia (Bandung: Penabur Ilmu, 2000), hlm. 425. 2 Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 1.
27
28
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/ mushola, di rumah, dan sebagainya.3 Moh. Uzer Usman berpendapat bahwa, Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling
berkaitan yang
dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.4 Dari uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peranan guru adalah serangkaian perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh guru dengan tujuan dapat memberikan pengaruh pada kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa. 2. Peranan Guru di Sekolah Guru adalah seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian peserta didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara. Jabatan guru memilki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya
3 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan : STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 5. 4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 4.
29
sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.5 Berdasarkan Firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah: 129, AlNahlawi Menyimpulkan bahwa tugas pokok (peran utama) guru dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut: a. Tugas
pensucian.
Guru
hendaknya
mengembangkan
dan
membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, menjauhkannya dari keburukan dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. b. Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan
dan
pengalaman
kepada
peserta
didik
untuk
diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.6 Mengenai apa peranan guru, ada beberapa pendapat dari para ahli, diantaranya yaitu: 1) Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, shahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2) Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru disekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subbordinate) 5 6
terhadap
atasannya,
sebagai
kolega
Zaenal Mustakim, Op. Cit., hlm. 12-13. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 96-97.
dalam
30
hubungannnya dengan teman sejawat,sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua. 3) James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempesiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. 4) Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru disekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.7 Slameto dalam bukunya yang berjudul “Bimbingan di Sekolah”, bahwa minimal ada tujuh peranan terpenting dari guru, yaitu sebagai: pengajar
(teacher),
pendidik
(educator),
pembimbing
(guide),
organisator, administrator, penasihat, dan penilai (evaluator).8 Berdasarkan
uraian
pendapat-pendapat
diatas,
penulis
menyimpulkan, bahwa pada intinya peranan guru di sekolah meliputi tugas profesional guru dan tugas kemanusiaan. Tugas profesional guru diantaranya: merencanakan, mengajar dan mengevaluasi. Sedangkan tugas kemanusiaan diantarnya: sebagai penasihat dan pembimbing siswanya agar menjadi manusia yang lebih baik.
7 Sardiman. A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar- Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persda, 1996), hlm. 141-142. 8 Slameto, Bimbingan di Sekolah (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 108.
31
B.
Penyimpangan Perilaku 1.
Pengertian Penyimpangan Perilaku Sarlito W. Sarwono dalam bukunya “Psikologi Remaja”, menyebutkan bahwa semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (deviation).9 Dalam bukunya “Menuju Masa Akil Balig”, dr. Fella Karenina Susanti menjelaskan, gangguan tingkah laku merupakan pola perilaku yang berulang dan menetap, perilaku tersebut cenderung melanggar norma sosial atau aturan-aturan yang berlaku.10
2.
Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku Orang yang mengalami gangguan tingkah laku seringkali melangggar norma sosial atau aturan yang berlaku. Misalnya sebagai berikut: a.
Perilaku agresif terhadap orang lain dan binatang 1. Sering menganggu, mengancam, atau mengintimidasi orang lain. 2. Sering memulai perkelahian fisik 3. Menggunakan senjata yang dapat membahayakan fisik orang lain, misalnya batu, pecahan botol, pisau dan senjata api.
9
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.
253. 10
Fella Karenina Susanti, Menuju Masa Akil Balig (Jakarta: PT. Sunda Kelapa Pustaka, 2008), hlm. 28.
32
4. Mengancam orang lain secara fisik 5. Mengancam binatang secara fisik 6. Mencuri atau merampok yang menimbulkan korban 7. Memaksa orang lain untuk melakukan aktivitas seksual dengannya. b.
Merusak hak milik orang lain 1. Sengaja membakar dengan maksud menimbulkan kerusakan yang serius. 2. Sengaja menghancurkan milik orang lain. 3. Merusak rumah, bangunan, atau mobil orang lain.
c.
Berbohong atau mencuri 1. Sering
berbohong
untuk
mendapatkan
harta
benda,
berharga
tanpa
keuntungan atau menghindari kewajiban. 2. Mencuri
benda-benda
yang
tidak
menimbulkan korban. d.
Pelanggaran terhadap peraturan 1. Sering keluar malam walaupun sudah dilarang orang tua, mulai umur kurang dari 13 tahun. 2. Pergi dari rumah (minggat) dalam waktu yang lama. 3. Sering bolos sekolah, mulai umur kurang dari 13 tahun.11 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh menjelaskan Dalam buku
“Psikologi Anak dan Remaja Muslim”, diantara jenis-jenis atau
11
Ibid., hlm. 30.
33
bentuk-bentuk perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh siswa pada usia remaja adalah terlambat pelajaran, kabur dari sekolah, absen dari sekolah, berontak terhadap aturan sekolah, berbohong, berlagak seperti lawan jenis, perilaku-perilaku yang anarkis, berbuat cabul, problem gender, merokok, memusuhi teman-teman, membuat gank, tidak mau taat kepada orang tua, mencuri, memusuhi guru.12 Jenis-jenis kenakalan atau penyimpangan perilaku menurut Jensen yang di terangkan dalam buku “Psikologi Remaja” karya Sarlito W. Sarwono ada empat, yaitu: 1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, contoh: perkelahian. 2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi, contoh: pencurian. 3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, contoh: penyalahgunaan obat. 4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya.13 3.
Faktor-faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku Dalam buku “Psikologi Remaja” karya Sarlito W. Sarwono menjelaskan,
menurut
Jensen,
banyak
sekali
faktor
yang
menyebabkan kenakalan remaja maupun kelainan perilaku remaja 12 Muhammad Jamaluddin Ali Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm. 174-175. 13 Sarlito W. Sarwono, Op. Cit., hlm. 256-257.
34
pada umumnya, berbagai teori yang mencoba menjelaskan penyebab kenakalan remaja, dapat digolongkan sebagai berikut: a.
Rational choice: teori ini mengutamakan faktor individu daripada faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukannya adalah atas pilihan, interest, motivasi atau kemauannya sendiri.
b.
Social disorganization: kaum positivis pada umumnya lebih mengutamakan faktor budaya. Yang menyebabkan kenakalan remaja adalah berkurangnya atau menghilangnya pranata-pranata masyarakat yang selama ini menjaga keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat.
c.
Strain: tekanan yang besar dalam masyarakat, misalnya kemiskinan, menyebabkan sebagian dari anggota masyarakat yang memilih jalan rebellion melakukan kejahatan atau kenakalan remaja.
d.
Differential association: menurut teori ini, kenakalan remaja adalah akibat salah pergaulan.
e.
Labelling: ada pendapat yang menyatakan bahwa anak nakal selalu dianggap atau dicap (diberi label) nakal.
f.
Male phenomenon: teori ini percaya bahwa anak laki-laki lebih nakal daripada perempuan.14
14
Sarlito W. Sarwono, Op. Cit., hlm. 255-256.
35
Yusak Burhanuddin menjelaskan tentang penyebab timbulnya kenakalan atau penyimpangan perilaku anak dalam bukunya yang berjudul “Kesehatan Mental”, yaitu: a. Kurangnya pendidikan agama Orang tua hendaknya mendorong anak-anaknya untuk memahami ajaran agama. Namun tidak semua orang tua memahami ajaran agama tersebut bahkan memandang rendah ajaran agama itu. Selain itu si anak tidak mendapat pendidikan agama di sekolah karena pelajaran agama dianggap kurang penting dan tidak mempengaruhi kenaikan kelas. Bila hal tersebut terjadi maka si anak akan memiliki hati nurani yang lemah dan dirinya menjadi kosong dari nilai-nilai yang baik, sehingga mereka terperosok dalam kelakuan yang tidak baik.15 b. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan Dalam pendidikan anak perlu diperhatikan perlakuan orang tua yang diterima oleh si anak misalnya, kasih sayang, perhatian yang memadai, adil dan tempat berbagi cerita.16 c. Tidak teraturnya pengisian waktu luang Pengisian
waktu
luang
memegang
peranan
dalam
mempengaruhi kelakuan anak-anak. Kebanyakan masyarakat kita kurang memperhatikan penggunaan waktu luang bagi anak15 16
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hlm. 86. Ibid., hlm. 86.
36
anaknya. Banyak anggapan bahwa waktu luang harus diisi dengan sesuatu yang bermanfaat, misalnya belajar atau bekerja membantu orang tua, dan
sebagainya, sedangkan bermain-main dan
menyalurkan hobi hanyalah membuang waktu. Hal ini membuat anak merasa tertekan dan sering mencuri-curi waktu sekolah untuk bermain. Bahkan yang lebih parah lagi adalah terganggunya emosi anak. Ada sebagian orang tua bertindak
sebaliknya, mereka
membiarkan anak-anaknya menggunakan waktu luangnya dengan bersenang-senang, kebut-kebutan, rekreasi dan berbagai hal lainnya yang menyenangkan dirinya.17 d. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi Anak yang memasuki usia remaja mengalami kesukaran yang lebih hebat bila menghadapi keadaan sosial politik dan ekonomi karena mereka memiliki masalah sendiri yang terjadi akibat pertumbuhan dan perubahan dalam dirinya. Hal ini menyebabkan timbulnya
gangguan-gangguan
kelakuan,
pikiran,
kesehatan
fisiknya dan melakukan tindakan-tindakan yang dipandang oleh orang dewasa sebagai kenakalan.18 e. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa Dalam masyarakat modern yang sangat mengagungkan pengetahuan, maka kaidah-kaidah moral dan tata susila yang 17 18
Ibid., hlm. 87. Ibid., hlm. 88.
37
dipegang teguh oleh orang-orang dahulu telah ditinggalkan. Apabila masyarakat modern tersebut telah jauh dari agama, maka kaum remajanya hanya menemukan kemerosotan moral. Dengan demikian, dengan mudah mereka mendapat contoh berbagai kemerosotan moral dari lingkungannya.19 f. Adanya pengaruh film dan buku-buku yang tidak baik Berbagai film dan buku-buku bacaan yang menceritakan kejahatan-kejahatan dan kelicikan penjahat ulung, kerusakan moral dan perbuatan buruk lain yang disukai oleh berbagai kalangan. Hal ini karena cerita tersebut sangat menarik perhatian orang, terutama remaja yang mengalami tekanan perasaan.20 g. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik Dalam sekolah setiap anak mendapatkan pengetahuan sekaligus
memperoleh
lingkungan
untuk
menumbuhkan
kepribadiannya, melampiaskan perasaannya yang gelisah dan belajar menyesuaikan diri dengan situasi dan problema yang dihadapinya.21 h. Perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak-anak Anggota masyarakat harus berusaha memahami kesukarankesukaran yang dihadapi oleh anak-anak dan menolong mereka untuk mengatasi problemnya. Di samping itu, anggota masyarakat harus mau mendengar perasaan dan pendapat-pendapat yang 19
Ibid., hlm. 88. Ibid., hlm. 89 21 Ibid., hlm. 89. 20
38
diajukan oleh anak-anak remaja, supaya mereka mendapat tempat untuk mengungkapkan perasaannya dan sekaligus mendapat perhatian.22 i. Salahnya pendidikan orang tua Kenakalan anak dapat disebabkan oleh pendidikan orang tua yang salah. Karena itu, sebelum memvonis kenakalan si anak perlu ditinjau lebih dulu bagaimana pendidikan yang diberikan orang tuanya.23 j. Pengaruh motivasi agama bagi anak Setiap orang menyadari dengan agama, akan memiliki mental kepribadian
yang
mantap
dan
yang
akan
mendorong,
mempengaruhi, mengarahkan, dan mengolah sikap dan tingkah lakunya. Kesadaran beragama dapat mencegah anak untuk menghindari sikap-sikap
yang bertentangan
dengan norma
masyarakat sehingga dengan memiliki motivasi beragama, anak terhindarkan dari kenakalan.24 Dalam buku
“Psikologi Anak dan Remaja Muslim” karya
Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, dijelaskan faktor-faktor yang mendorong perilaku yang menyimpang diantaranya adalah lingkungan rumah tangga, teman yang buruk, kondisi ekonomi, problem waktu luang, faktor-faktor eksternal lain, lemahnya kepribadian lain, faktorfaktor kesehatan, nyanyian dan cerita cabul, sempitnya ruangan kelas, 22
Ibid., hlm. 90. Ibid., hlm. 91. 24 Ibid., hlm. 91. 23
39
kurang tertarik pada salah satu mata pelajaran, kurangnya saranasarana pemeliharaan individual di sekolah, tidak efektifnya metodemetode yang diterapkan, tidak terpenuhinya praktik-praktik kondisi sosial, kurangnya iklim-iklim yang kondusif bagi kecenderungan siswa.25
C.
Konsep Spiritual Treatment Spriritual Treatment sebagaimana telah di sebutkan di bab I, dalam penegasan istilah, terdiri dari dua kata yaitu, Spiritual berarti rohani, batin, kejiwaan, mental, moril.26 Treatment adalah bahasa inggris yang bisa di artikan dengan pengobatan, perawatan, cara memperlakukan, pelayanan, cara untuk mengobati dan lain sebagainya. Jadi Spiritual treatment yang dimaksud disini adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka membimbing jiwa siswa agar terhindar dari perilaku-perilaku penyimpangan. Usaha-usaha yang dilakukan mengarah dan mempunyai sasaran langsung terhadap hati dan jiwa siswa. Karena jika hatinya sudah baik maka perilaku siswa pun akan menjadi baik, begitu juga sebaliknya. Pada tingkat sekolah menengah, pertumbuhan si anak segi fisik berkembang dengan cepat, sehingga merekapun telah terpengaruh oleh perkembangan fisiknya. Mereka mulai memiliki perasaan untuk menyukai lawan jenisnya dan berusaha menyalurkan keinginan yang 25 26
Muhammad Jamaluddin Ali Mahfuzh, Op. Cit., hlm. 175-176. W.J.S Poerwadarminto, Op. Cit., hlm. 1143.
40
timbul akibat pertumbuhan biologisnya yang sejalan dengan fungsifungsinya. Mereka juga memiliki kecerdasan yang hampir matang. Karena itu, pendidikan agama harus menerangkan hukum dan batas ajaran agama, supaya mereka terhindar dari ketegangan batin yang timbul akibat pertumbuhan jasmaninya itu.27 Pertumbuhan dan perkembangan mental atau moral anak-anak dapat diusahakan melalui lingkungan sekolah yang dapat memberikan berbagai pengetahuan, pengembangan bakat, minat dan kecerdasan. Melalui sekolah, moral dan mental anak-anak dapat tumbuh dengan baik sehingga membentuk kepribadian yang tegas, benar dan baik.28 Konsep spiritual treatment yang dapat dilaksanakan di sekolah untuk menanggulangi penyimpangan perilaku siswanya antara lain yaitu: 1) Terapi Agama Pada usia perkembangan dan pertumbuhan anak, agama mempunyai fungsi penting sebagai penenang jiwa. Hal ini karena pada usia tersebut, anak-anak mengalami kegoncangan jiwa. Mereka gelisah, kehilangan kepercayaan diri dan mulai timbul dorongan seks. Hal ini menyebabkan mereka merasakan kebimbangan yang besar. Dalam kondisi ini, agama dan keyakinan terhadap Tuhan merupakan penolong yang sangat ampuh untuk mengembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwa mereka. .29
27 28 29
Yusak Burhanuddin, Op. Cit., hlm. 99. Ibid., hlm. 108. Ibid., hlm. 99.
41
Penyakit spiritual tidak akan pernah dapat diterapi dengan alat terapi apapun kecuali kembali kepada terapi ilahiyah, melalui AlQur’an dan As-Sunnah.30 Firman Allah dalam QS. Al- Isro’: 82
حمَ ٌة لِ ْلمُ ْؤ مِنِ ْينَ ال وَالَ َزِ َْدُ الظَّا لِمِ ْينَ اِالَّخَسَا رًا ْ َن الْ ُق ْرءَانِ مَاهُوَشِفَآ ٌء وَر َ ِل م َ َز ِّ وَنُن Artinya: “Dan kami menurunkan dari Al-Qur’an sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang percaya, dan Al-Qur’an itu tidak akan menambah apapun bagi orang-orang yang berbuat aniaya, kecuali hanya kerugian”. (QS. Al-Isro’, 17: 28) 2) Pendidikan Rohani Islam memerhatikan pendidikan rohani, mengasah kemampuan akal, dan mendorong untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam banyak ayat, al-Qur’an menganjurkan untuk berpikir, merenung dan menguasai kebenaran-kebenaran alam.31 Firman Allah Swt. :
ِالسمَاوَات َّ ِخ ْلق َ علَىَ جُنُو ِبهِمْ وَ َتَفَكَّرُونَ فِي َ َالَّذَِنَ َ ْذ ُكرُونَ اهّللَّ قِيَامًا وَقُعُودًا و ِرَبَّنَآ إ َِّن َ مَن تُدْخِل. ِطالً بُحْاَا َن َ فَقِنَا عَذَا َ النَّار ِ خلَقْتَ هَذا بَا َ ألرْضِ رَبَّنَا مَا َ وَا .ن مِنْ أَنصَار َ خزََْتَهُ َومَا لِلظَّاِلمِي ْ َالنَّا َر فَقَدْ أ Artinya: “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, dan dalam keadaan berharing, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: "Ya Tuhan kami, Engkau 30 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hlm.9. 31 Muhammad Jamaluddin Ali Mahfuzh, Op. Cit., hlm. 182.
42
tidak menciptakan ini dengan sia-sia! Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan dia. Dan tak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zalim." Firman Allah:
ِ طمَئِنَّ الْقُلُ ْو ْ َاَلَّ ِذ َْنَ ءَا مَنُوْا وَ َتطْمَئِنَّ قُلُ ْو بُهُ ْم بِذِ ْكرِ اهّللِ قلى اَالَ بِذِ ْكرِ اهّللِ ت Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28) 3) Bimbingan konseling Tiga jenis kegiatan (pendidikan dan pengajaran, administrasi, dan bimbingan) merupakan kegiatan yang saling menunjang satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Ketiganya merupakan kegiatan yang integral.32
Administrasi
Pendidikan dan Pengajaran
Bimbingan dan Konseling
Membentuk manusia yang berkembang seoptimal mungkin
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 48. 32
43
Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau siswa atau sekelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuankemampuan yang ia miliki serta kelemahan-kelemahannya agar selanjutnya dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara tepat dan akhirnya dapat memperoleh kebahagiaan hidup.33 Bimbingan dan konseling adalah upaya dalam memberikan pelayanan bantuan kepada anak didik agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal. Pelayanan bantuan ini bisa dilakukan kepada anak didik secara perorangan atau kelompok. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka membantu anak didik dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar dan merencanakan kehidupan yang lebih baik di masa depan.34 Bimbingan dan konseling dilakukan dengan tujuan membantu anak didik dalam memahami diri sendiri, baik sebagai makhluk Tuhan maupun sebagai makhluk sosial. Kemampuan dalam memahami diri ini penting bagi siapa saja, termasuk anak didik agar dapat menghadapi kehidupan ini dengan lebih baik.35
33
Ibid., hlm. 54. Akhmad Muhaimin Azzet, Bimbingan & Konselling Di Sekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.10. 35 Ibid., hlm. 11. 34
44
Dalam buku “ Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja” karya Achmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin di kemukakan beberapa metode yang dapat di terapkan oleh guru dalam rangka pengembangan dan perbaikan etika pada remaja, metode tersebut diantaranya adalah: a) Metode Keteladanan Metode keteladanan merupakan salah satu metode yang dianggap paling
tepat diterapkan dalam mendidik remaja, sebab dengan
metode ini remaja akan secara langsung melihat penampilan yang ditunjukan guru di sekolah ataupun di luar sekolah.36 b) Metode Pembiasaan Pendidik seyogyanya membelajarkan dan membiasakan para siswanya untuk melakukan kebaikan pada segala hal dan situasi. c) Metode Nasehat Nasihat merupakan salah satu metode dalam pendidikan yang banyak dipergunakan dan memiliki pengaruh yang baik bagi perkembangan remaja. Dalam memberikan nasihat, pendidik seyogyanya menggunakan cara dan bahasa yang mudah dan menyenangkan, menjauhi cara yang berkesan kasar dan keras.37 d) Metode Pengamatan dan Pengawasan Pendidik hendaknya berusaha mampu mengamati dan mengawasi perilaku remaja, baik di sekolah maupun di luar sekolah sehingga mereka berada dalam lensa pemantauan para pendidik. Hendaklah 36 37
Ibid., hlm. 86. Ibid., hlm. 87.
45
pendidik mengamati, gerak-geriknya, ucapan dan tindakannya, perilaku dan akhlaknya. Jika melihat kebaikan dari tindakannya, berilah penghargaan dan dorongan untuk lebih baik. Dan jika melihat keburukan darinya, segeralah cegah dan jelaskan akibatnya yang jelek serta hasilnya yang membahayakan.38
38
Ibid., hlm. 88.