BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diperkarai secara internal atau eksternal disertai dengan sesutu pengurangan berlebihan-lebihan. Distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Townsend MS, 1998). Halusinasi
merupakan
gangguan
persepsi
dimana
klien
mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, sesuatu penerapan panca indera tanpa rangsang dari luar (Maramis 1998) sesuatu pernyataan yang dialami seperti sesuatu persepsi melalui panca indera melalui stimulasi eksternal, persepsi palsu (Lubis, 1993). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, halusinasi sering diidentifisikasikan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang disertai dengan gejala halusinasi adalah gejala panik defensif dan delirium. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah satu persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus internal dipersepsikan sebagai suatu yang nyata pada klien-klien.
6
1. Rentang Respon Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut:
Adaptif
Maladaptif
Respon Adaptif
Distorsi pikiran
Gejala pikiran
- Respon logis
- Distorsi pikiran
- Delusi halusinasi
- Persepsi akurat
- Perilaku aneh /
- Perilaku disgonisasi
- Perilaku sesuai
tidak sesuai
- Emosi sosial
- Sulit berespon
- Menarik diri
dengan pengalaman
- Emosi berlebihan
Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologi. (Stuart & Laraia 2005).
7
2. Fase - Fase Halusinasi Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart & Laraia membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya. Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel 1. Tabel 1 Fase-fase Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005) Halusinasi
Karakteristik
Perilaku klien
FASE 1
Klien mengalami perasaan seperti
Tersenyum dan tertawa tidak sesuai
Comforting
ansietas, kesepian, rasa bersalah
menggerekan bibir
dan takut mencoba untuk befokus
mengegerkan mata yang cepat dan
halusinasi
pada pikiran menyengkan untuk
respon verbal yang lambat jika
menyenangkan
meredakan
Sedang
ansietas
sebagai
ansietas individu
mengenal bahwa pikiran-pikiran
asik
tanpa
sendiri
suara
meningkat
tanda-tanda sarat otonomi
dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani psikotik FASE II
Pengalaman sensasi menjijikan
Ansietas seperti peningkatan denyut
Complementing
dan menakutkan,klien mulai lepas
jantung pernafasan dan tekanan
ansietas berat halusinasi
kendali dan mungkan mencoba
darah, rentang perhatian menyempit
memberatkan
untuk
asik dengan penglaman sensori dan
mengambil
jaraknya
sumber
yang
dipersepsikan
klien
mengkin
mengalami
diperlukan
dengan
kehilangan
kemampuan
membedakan halusinasi dan realita
/
pengamalan sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan FASE III
Klen
Controling
perlawanan terhadap halusinasi
halusinasi
akan
dan menyerah pada halusnasinya
kerusakan
berhubungan
menjadi
klien
orang lain, rentang perhatian hanya
mengalami pengalaman kesepian
beberapa detik / menit adanya
jika
tanda-tanda fisik ansietas berat
ansietas pengalamn
berat sensorsi
menjadi berkuasa
berhenti
menghentikan
menarik, sensori
halusinasinya
Kemampuan
dikendalikan lebih
ditakuti, dengan
8
berhenti psikotik
berkeringat, tremor, tidak mampu memahami peraturan.
FASE IV
Pengalaman
Conquering panik
mengancam jika klien mengikuti
potensi kuat suicida / nomicide
Umumnya
menjadi
perintah halusinasi berakhir dari
aktifitas merefleksikan halusinasi
dalam
beberapa jam / hari jika intervensi
perilaku
terapeutif psikoti berat.
agitas menarik diri katafonici, tidak
lezat halusinasinya
sensori
menjadi
Perilaku
tremor
isi,
mampu
akibat
seperti
merespon
panik,
kekerasan, terhadap
pemerintah, yang komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
B. Etiologi 1. Predisposisi Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya neurobiologi seperti halusinasi antara lain : a. Faktor Genetik Setelah diketahui secara genetik bahwa skizofrenia di turunkan melalui kromoson-kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada kromozom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15, dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak
9
yang salah satunya orang tua yang mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001). b. Faktor Neurologi Diperlukan bahwa korteks prefrontal dan kortek limbik pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume-volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine dan glutamate. c. Study Neurotransmitter Skizofrenia
juga
di
sebabkan
adanya
kehidupan
seimbang
neurotransmitter dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine. d. Psikologi Beberapa kondisi psikologi yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia misalnya anak diperlukan oleh ibunya yang pencemas terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara yang mengambil jarak dengannya.
2. Faktor Presipitasi Faktor pencetusnya adalah: a. Berlebihnya sistem informasi pada syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus frontal otak.
10
b. Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu (mekanisme abnormal). c. Gejala-gejala seperti kondisi kesehatan,lingkungan,sikap dan perilaku. Akibat dari masalah halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan, yang ditandai dengan pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, kadang memaksakan kehendak, muka merah, berdebat.
Mekanisme
koping;
klien
dengan
halusinasi
terjadi
pengembangan non realita, kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psiko klien untuk melakukan perilaku mal adaptif (Stuart dan Laraia, 2001).
C. Manifestasi Klinik Menurut Keliat (1998), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul yaitu: 1. Bicara, senyum dan tersenyum sendiri. 2. Menarik diri dan menghindari orang lain. 3. Tak dapat membedakan nyata dan tidak nyata. 4. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi. 5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) 6. Takut 7. Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
11
Berdasarkan jenis dan karakteristik halunsinasi tanda dan gejalanya sesuai. Tabel 2 : Karakteristik Halusinasi (Stuart and Farala 2003) Jenis halusinasi
Pendengaran
Karakteristik
Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasieb disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris, gambar karton dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu yang menakutkan seperti monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah, urine, fases umumnya baubau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering akibat stroke, tumor, kejang / dernentia. Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, fases.
Pengecapan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
Perabaan
jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera (arteri),
Canesthetic
pencernaan makanan. Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
Klinestetic
12
Masalah Keperawatan a. Resiko mencedarai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. b. Perubahan Persepsi sensori halusinasi. c. Isolasi social : menarik diri. d. Harga Diri Rendah
D. Pohon Masalah Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Core Problem
Isolasi Sosial: Menarik Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
E. Diagnosa Keperawatan a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar. b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri. c. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
13
F. Intervensi 1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain yang berhubungan dengan halusinasi a. Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. b. Tujuan Khusus : 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, klien mau menyebutkan nama, ada kontak mata, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan
masalah-masalah yang terjadi. Intervensi:
Bina
hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. a) Sapa klien dengan ramah baik vebal maupun non verbal. b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f) Tunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya. g) Beri perhatian pada klien dan perhatian dasar klien 2) Klien dapat mengenal halusinasi Kriteria Evaluasi :
14
a) Klien
dapat
menyebutkan
stesor,
frekuensi
timbulnya
halusinasi, isi dan respon. b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya. Intervensi : a) Adanya kontak sering dan singkat secara bertahap. b) Observasi tingkah laku klien berkaitan dengan halusinasinya, bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri ke kanan (seolah-olah ada teman bicara). c) Bantu klien mengenali halusinasinya. 1) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa ada suara yang didengar. 2) Jika klien mengatakan ada, lanjutkan apa yang dikatakan. 3) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri itu tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh dan menghakimi). 4) Katakan bahwa perawat membantu klien. d) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, sore dan malam, jika sendiri / jengkel / sedih) 3) Klien dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria Evaluasi : a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
15
b) Klien dapat menyebutkan cara baru c) Klien memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusaikan dengan klien. Intervensi a) Identitas bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dan lain-lain) b) Diskusi manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian c) Diskusikan cara ini untuk memutus atau mengontol timbulnya halusinasi. 1) Katakan ”Saya tidak mau mendengar kamu” (pada saat halusinasi terjadi) 2) Menemui orang lain (perawat, teman, anggota keluarga). 3) Untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar 4) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul. 5) Meminta keluarga atau perawat menyapa jika tampak bicara sendiri. d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap. e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
16
f) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi. 4). Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi. Kriteria Evaluasi : a) Klien dapat membibna hubungan denga perawat. b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi Intervensi : a) Anjurkan klien untu memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi b) Diskusikan dengan keluarga saat berkunjung / pada saat kunjungan c) Gejala halusinasi yang dialami oleh klien d) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi e) Cara merawat keluarga yang halusinasi rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama f) Beri reinforcement waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak dapat terkontrol dan resio mencederai orang lain. 5) Klien dapat memanfaatkan obat yang baik. Kriteria evaluasi :
17
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat dari dan efek samping obat. b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat yang benar. c) Klien dapat informasi efek samping obat. Intervensi
:
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat b) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaatnya. c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat, efek samping obat yang dirasakan. d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi. e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi berhubungan dengan menarik diri. a. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi b. Tujuan khusus : 1). Klien dapat Bina Hubungan Saling Percaya Intevensi: a) Sapa klien dengan ramah baik vebal maupun non verbal. b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
18
d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f) Tunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya. g) Beri perhatian pada klien dan perhatian dasar klien. 2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Kriteria Evaluasi: klien dapat menyebutkan menarik diri yang berasal dari diri sendiri,orang lain dan lingkungan Intervensi: a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri. b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan menarik diri. c) Diskusikan bersama klien tentang perlau menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul. d) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya. 3) Klien dapat menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Kriteria
Evaluasi:
klien
dapat
menyebutkan
keuntungan
berhubungan dengan orang lain. Intervensi
:
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
19
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. c) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubunga dengan orang lain d) Beri
reinforcement
positif
tentang
kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubunga dengan orang lain. e) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. f) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain g) Beri
reinforcement
positif
tentang
kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 4) Klien melaksanakan hubungan secara bertahap. Kriteria Evaluasi: klien dapat mendemotrasikan hubungan sosial secara bertahap antara klien – perawat; klien-perawat-perawat lain; klien-perawat-perawat
lain-klien lain; klien-perawat-
keluarga/ kelompok masyarakat. a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. b) Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap:
20
1) Klien – perawat 2) Klien – perawat – perawat lain 3) Klien – perawat – perawat lain – klien lain 4) Klien – perawat – keluarga / kelompok masyarakat c) Memberi reinforcement terhadap keberhasilan yang sudah dicapai. d) Membantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain. e) Mendiskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu. f) Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan harian g) Beri
reinforcement
positif
tentang
kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 5) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain Kriteria Evaluasi : klien dapat mengungkapkan perasaan berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri. Intervensi
:
a) Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain. b) Mendiskusikan bersama klien tentang perasaanya manfaat berhubungan dengan orang lain.
21
c) Beri
reinforcement
positif
tentang
kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 6) Klien dapat berdayakan sistem pendukung atau keluarga Kriteria Evaluasi
:
keluarga
dapat
menjelaskan
perasaannya,menjelaskan cara merawat klien menarik diri dan berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri. Intervensi
:
a) Bina hubungan saling percaya 1) Salam dan perkenalkan diri 2) Sampaikan tujuan 3) Eksplorasi perasaan keluarga b) Diskusikan dengan anggota keluarga yang lain tentang 1) Perilaku menarik diri 2) Penyebab perilaku menarik diri 3) Akibat perilaku menarik diri jika perilaku menarik diri tidak di tanggapi c) Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain. d) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian untuk menjenguk klien minimal 1x seminggu. e) Memberi reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga.
22
3. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri yang berhubungan dengan harga diri rendah kronis . a. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. b. Tujuan khusus : 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi
:
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik 1) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal 2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7) Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki Kriteria Evaluasi
: klien dapat mengidentifikasi kemampuan
dan aspek yang dimiliki: kemampuan yang dimiliki klien aspek positif keluarga,aspek positiflingkungan yang dimiliki klien.
23
Intervensi
:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien b) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif c) Utamakan memberi pujian yang realistik 3). Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan Kriteria Evaluasi : klien menilai kemampuan
yang dapat
digunakan Intervensi
:
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit 4). Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Kriteria Evaluasi
: klien dapat membuat rencana kegiatan
harian Intervensi
:
a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 1) Kegiatan mandiri 2) Kegiatan dengan bantuan sebagian 3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total b) Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien
24
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Kriteria Evaluasi
: klien melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuannya Intervensi
:
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan b) Beri pujian atas keberhasilan klien c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Kriteria Evaluasi
: klien memanfaatkan sistem pendukung
yang ada dikeluarga Intervensi
:
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
25