BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Sebelum melakukan pembahasan tentang hasil belajar, maka terlebih dahulu perlu diketahui tentang hakikat belajar itu sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan suatu kegiatan, dimana siswa membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Belajar menurut Winkel (2005) adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif denga lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilaisikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Pendapat diatas sejalan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Hamalik (2009), bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Trianto (2009) mengemukakan pula bahwa belajar sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kura
ng terampil menjadi
lebih terampil, dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru dan bermamfaat bagi lingkungan dan individu itu sendiri. Hal ini memberikan gambaran bahwa dengan belajar setiap invidu dapat mengalami perubahan dalam bentuk peningkatan kualitas hidup. Menurut
hanafiah dan Suhana (2009) mengemukakan bahwa belajar
dalam pandangan modern merupakan proses perubahan prilku, berat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotor sedang yang dimaksud dengan lingkungan mencakup keluarga, sekolah dan masyarakat dimana peserta didik berada. Menurut Slameto (2005) menemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keselurahan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian ini lebih menekankan kepada kemampuan individual dalam merespon berbagai pengalaman belajarnya. Menurut Iskandar (2009), belajar sebagai suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau berubah melalui reaksi dari suatu yang dihadapi dengan keadaan
bahwa karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat
dijelaskan dengan dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan atau perubahan sementara dari oragnisasi. Hal ini mengandung makna bahwa proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku karena memperoleh sejumlah pengalaman baru. Dari berbagai pengertian belajar diatas, diperoleh suatu gambaran bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dilihat dari beberapa ciri sebagai berikut: 1). Perubahan terjadi secara sadar 2). Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3). Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 4). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 5). Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6). Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Hergenhan dan Olson (2008) lebih menegaskan lagi bahwa belajar adalah sebuah proses yang memperatai perilaku. Belajar adalah sesuatu yang terjadi sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan mendahului perubahan perilaku. Pengertian ini mengandung makna bahwa belajar ditempatkan sebagai variabel pengintervensi atau variabel perantara yang diasumsikan sebagai proses teoritis yang terjadi diantara stimuli dan respon yang diamati. Variabel independen (variabel bebas) menyebabkan perubahan dalam variabel perantara (proses belajar), yang pada gilirannya akan menimbulkan perubahan dalam variabel dependen (variabel terikat) yaitu perubahan perilaku. Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu: a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak trampil menjadi trampil. b. Perubahan perilaku, ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu tidak berubah-ubah. c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung. d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan dapat itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
Perubahan perilaku dapat berupa hasil belajar siswa yang diupayakan melalui proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal ini, Purwanto mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikan. Menurut Sudjana (2009), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa penilaian hasil belajar merupakan upaya untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran Sehubungan dengan hakikat hasil belajar, Dimiyati dan Mudjono (2005) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Iskandar (2009) mengemukakan pula bahwa hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan perilaku siswa yaitu semakin bertambahnya pengetahuan dan keterampilannya. Pembelajaran efektif bukan membuat siswa pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. Hal ini berarti bahwa melalui kegiatan pembelajaran lebih mengarahkan dan memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Hasil belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki
fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Hasil belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. .
Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut. Adapu faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagi berikut: a) Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi: • Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaiman amestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna. • Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: 1) faktor interaktif yang mempengaruhi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. 2) faktor noninteraktif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. • Faktor kematangan fisik maupun psikis b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri) • Faktor sosial, yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. 2) Lingkungan sekolah, seperti guru, administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. 3) Lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. • Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pemgetahuan, teknologi dan kesenian. • Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. • Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan
yang dimiliki
siswa setelah
mengikuti
proses
pembelajaran.Bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku dan dari tidak mengerti jadi mengerti.
2.2.
Kajian Metode Tutor Sebaya
2.2.1. Pengertian Tutor Menurut etimologi tutor adalah guru pribadi, mengajar ekstra atau memberi les/pengajaran. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Di mana tutor merupakan sebutan bagi
orang yang mengajar dalam pendidikan non-formal, walaupun yang menjadi tutor adalah seorang guru dalam pendidikan formal Metode tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa dapat mengkonsultasikan tentang masalah-masalah dan pada SMP Terbuka, Paket A,B,C dan belajar jarak jauh dengan tatap muka terjadwal. Para tutor yang telah terlatih dalam menggunakan Pedoman Belajar Mengajar membawakannya dengan langkah-langkah sebagaimana diperintahkan di dalam Pedoman itu, pada jam-jam tertentu yang telah ditetapkan. Langkahlangkah itu ada beberapa macam, sesuai dengan sifat bahan pelajaran, sehingga tutor akan mengajar secara berlainan pada waktu membawakan bagian modul satu ke bagian modul yang lain. Namun pola umum yang dilakukan para tutor adalah meminta murid-murid membuka buku pelajaran, menanyakan suatu pelajaran, memuji jawaban yang benar, meluruskan jawaban yang salah, menggilir latihan, mengetes, dan memaraf pedoman itu manakala telah selesai diajarkan. Tutor mengadakan evaluasi pada tiap-tap bagian modul yang memang telah diajarkan guna mengetahui apakah tujuan pengajaran telah dicapai atau belum. Apabila belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka seorang tutor harus mengulang materi sehingga sang murid dapat menguasai materi secara keseluruhan atau tidak pindah dari modul satu ke modul yang lain karena tujuan belum tercapai.
Seorang guru di sini sebagai pengawas, mengawasi jalannya Pengajaran Terprogram, mereka membantu mengatur kelompok, menyesuaikan jadwal, membantu mengatasi kesulitan, menyempurnakankompetensi yang belum dicapai secara sempurna dan mengelola keseluruhan administrasi pendidikan Sekolah Menengah Pertama itu. Tugas seorang guru juga melatih para tutor untuk mengajar berdasarkan pedoman program silabus, hubungan antara tutor dengan anak-anak adalah hubungan antar kakak-adik atau antar kawan, kekakuan seperti yang ada pada guru agar dihilangkan. Bersama-sama para tutor yang lain dan guru, mereka menjadi semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi murid, baik dengan cara satu lawan satu maupun kelompok kecil. Setiap tutor menghadapi empat sampai enam orang. Kelompok ini cukup kecil, sehingga metode mengajar yang ditetapkan berdasarkan teknik program itu memungkinkan setiap anak mendapatkan latihan dalam bentuk giliran lebih banyak. Mereka yang dengan cepat menguasai suatu item pengajaran tidak usah mendapat giliran lagi, sementara mereka yang tidak cepat menguasai akan mendapat giliran terus sampai dapat menguasai. Di sini waktu penguasaan disesuaikan dengan kondisi murid. 2.2.2 Pengertian Metode Tutor Sebaya Menurut Dedi Supriyadi (2005) mengemukakan, bahwa tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Menurut Nasution (2005) berpendapat bahwa bantuan tutor, adalah orang yang dapat membantu murid secara individual. Menurut Ischak dan Warji (2006)
tutor sebaya artinya siswa yang mengalami kesulitan belajar diberi bantuan oleh teman-teman mereka sekelas yang punya umur sebaya dengan dia. Menurt Wirnataputra (20050 berpendpat Tutor sebaya adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu Berdasarkan definisi tentang tutor sebaya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya mereka yang kurang berprestasi.
Sehingga
siswa
yang
kurang
berprestasi
bisa
mengatasi
ketertinggalan. Pembimbingan dalam pelajaran yang diberikan oleh seorang siswa kepada siswa lain, sedangkan mereka (antara pembimbing dan yang dibimbing) adalah teman sekelas atau teman sebangku yang usianya relatif sama, dan siswa yang kurang paham bisa bertanya langsung kepada teman sebangkunya (tutor yang di tunjuk) sehingga kondisi kelas pun bisa hidup karena siswa tidak malu bertanya ketika mereka tidak paham. a. Kriteria tutor sebaya, Sawali (2007) seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: 1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas. 2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa, 3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik,
4. Memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan ramah dengan sesama. 5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik. 6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab, suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan b. Tugas dan Tanggung Jawab Tutor SebayaTutor memiliki tugas dan tanggung jawab: 1. Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi yang dipelajari, 2. Mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis,. 3. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai c. Cara Menyiapkan Tutor Sebaya Cara menyiapkan tutor sebaya menurut Suparno (2005) yaitu: 1. Guru memberikan petunjuk pada tutor bagaimana mendekati temannya dalam hal memahami materi. 2. Guru menyampaikan pesan kepada tutor-tutor agar tidak selalu membimbing teman yang sama. 3. Guru membantu agar semua siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa dapat membantu teman belajar. 4. Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil, campuran siswa berbagai kemampuan (heterogen) akan lebih baik. 5. Guru memonitoring terus kapan tutor maupun siswa yang lain membutuhkan pertolongan.
6. Guru memonitoring tutor sebaya dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka diskusi di kelas maupun praktikum. 7. Tutor tidak mengetes temannya untuk grade, biarkan hal ini dilakukan guru. d. Cara Membagi Kelompok Tutor sebaya merupakan bagian dari Cooperative Learning atau belajar bersama. Dalam metode ini siswa yang kurang mampu dibantu belajar oleh teman-teman sendiri yang lebih mampu dalam suatu kelompok. Bentuknya adalah satu tutormembimbing satu teman, atau satu tutor membimbing beberapa teman dalam kelompok 2.2.3 Kelebihan dan Kekuranga Tutor Sebaya Ada beberapa keunggulan dan kekurangan dengan menggunakan tutor sebaya, seperti yang dikemukakan Arikunto (2005) berikut ini. a. Keunggulan dari tutor sebaya: 1) Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya. 2) Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas. 3) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. 4) Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. b. Kekurangan dari tutor sebaya: 1) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanyaberhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan.
2) Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya. 3) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan. 4) Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya. Menurut Suparno (2005) beberapa studi menemukan keuntungan dengan tutor sebaya antara lain: a. Tutor sebaya menghilangkan ketakutan yang sering disebabkan oleh perbedaan umur, status, dan latar belakang antara siswa dengan guru. Antara siswa biasanya mudah kerja sama dan komunikasi. b. Si tutor sendiri akan mendapatkan pengertian lebih dalam dan juga menaikkan harga dirinya karena mampu membantu teman. c. Tutor teman dapat sabar terhadap siswa yang lamban dalam belajar. d. Pelajaran dengan tutor sebaya cukup efektif daripada pelajaran biasa karena siswa yang lemah akan dibantu tepat pada kekurangannya e. Siswa yang lemah dapat terus terang memberi tahu tutornya mana yang belum jelas, tanpa malu-malu. Kekurangan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, tidak semua siswa bisa menjawab pertanyaan teman sebayanya sehingga siswapun bingung, dan tdak semua siswa mau belajar ma temannya. Jadi menurut para tokoh di atas kelebihan dan kekurangan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya,
anak-anak diajak untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat disimpulkan bahwa seorang siswa yang pandai membantu belajar siswa lainnya dalm tingkat kelas yang sama. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Dan adapun kekurangannya tidak semua tutor dapat mengajari atau menjawab semua pertanyaan temannya.Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja. 2.3. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan 2.3.1. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam praktek belajar kewarganegaraan, Mata pelajaran ini berfokus pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama sosio kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas terampil dan berkarakter. Realitas sosial mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan memang sangat penting untuk mendidik generasi bangsa Indonesia yang notabene mereka diajari nilai-nilai kerukunan dan persaudaraan, namun realitas yang ia saksikan menunjukkan gejala sebaliknya, antar anggota masyarakat akhir-akhir ini gampang berselisih dan bertikai gara-gara masalah sepele.
Dilihat dari esensinya, seperti yang terlihat dari kurikulum pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan moral, tampaknya pendidikan kewarganegaraan lebih mengajarkan pada konsep atau materi saja. Sementara akhlak atau kandungan nilai-nilai kebaikan belum sepenuhnya disampaikan. Dilihat dari metode pendidikan yang disampaikan dikonsentrasikan atau terpusat pada pendekatan otak kiri atau kognitif, yakin hanya mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghafal (memorization) konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan emosi dan nuraninya. Tetapi di sisi lain, Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai mata pelajaran yang “urgen” bagi anak didik yang disini berfungsi membimbing generasi muda untuk secara sukarela mengikatkan diri pada norma atau nilai-nilaimoral. Peserta didik diharapkan dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan memiliki moral felling. Hal tersebut diperlukan peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter yaitu : kesadaran (conscience), kepercayaan diri (self-estem), merasakan penderitan orang lain (empaty), cinta kebaikan (loving the good), kontrol diri (self-control), kerendahan hati (humility) (Zubaedi, 2005 : 7). Pendidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan civic education. Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu upaya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu hukum, sosiologi, administrasi negara, ilmu ekonomi, sejarah dan filsafat.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 2.3.2. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Sekolah Menengah Pertama adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional, dan krearif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b.
Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain. d.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secar langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi (Fajar, 2005: 143).
2.3.3. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi dijelaskan bahwa mata pelajaran pendiikan kewarganegaraan memiliki ciri khas, yaitu pengetahuan, keterampilan dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut adalah bekal
untuk peserta didk untuk meningkatkan kecerdasan multidimensional yang memadai untuk menjadi warganegara yang baik. Isi
pengetahuan
dari
mata pelajaran
ini
diorganisasikan
secara
interdisipliner dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti ilmu politik, hukum, psikologi, tatanegara, dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari nilai budi pekerti, dan hak-hak asasi manusia dengan penekanan kepada hubumgan antar warganegara, dengan pemerintahan, serta dengan warganegara asing. 2.3.4. Ruang Lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar/ MI (http//: www.puskur.net/inc/si/smp/kewarganegaraan. pdf 2006 ) meliputi : a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap NKRI, Keterbukaan dan jaminan keadilan. b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma dalam kehidupan berbagsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan internasional dan nasional. c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan warga negara meliputi : hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi negara meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. f. Kekuasaan dan politik meliputi : pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan ekonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, proses perumusan
Pancasila
sebagaipengamalan-pengamalan
Pancasila
dalam
kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi meliputi : politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, globalisasi di lingkungannya, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi. ….… 2.4. Hubungan Metode Tutor Sebaya
Dengan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Masalah pokok dalam proses belajar saat ini adalah rendahnya hasil siswa karena sistem penyampaian pelajaran oleh guru bersifat ceramah kemudian diakhiri dengan ujian. Siswa lebih banyak bertindak sebagai pendengar setia. Tetapi tidak menyerap sampai tuntas apa yang di sajikan. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat di pengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode
pembelajaran. Proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efesien dan hasil proses belajar mengajar tidak selalu optimal, karena ada jumlah hambatan. Kalau kita perhatikan dalam proses perkembangan di Indonesia bahwa salah satu hambatan yang menonjol dalam pelaksanaan pendidikan ialah masalah metode mengajar. Ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran akan mempengaruhi terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena metode pembelajaran yang di gunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang di lakukan. Di dalam kenyataannya, cara atau metode mengajar yang di gunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan car yang di tempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap (kognitif, psikomotor, efektif). Khusus metode mengajar di dalam kelas, efektifitas suatu metode di pengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktorsituasi, dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi. Dalam proses pembelajaran pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, termasuk di dalamnya adalah prestasi belajar siswa. Karena itu, menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat di pahami atau di serap oleh anak didik menjadi pengertian yang fungsional terhadap tingkah laku dan hasil belajar. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak
dapa tmemproses secara efesien
dalam kegiatan belajar menuju tujuan pendidikan, terhadap hasil belajar. Metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi, bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan metode pembelajaran yang di gunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang di lakukannya. Dalam pelaksanaan metode Tutor sebaya ini lebih menekankan pada sistem pembelajaran yang kreatif, inovati, dan mandiri bagi siswa. siswa lebih banyak yang berperan, sedangkan guru sebagai fasilitator. Dalam metode ini, siswa bisa leluasa bertanya, karena yang menjadi tutornya adalah teman sendiri.Menurut Natboho (2005) Siswa pada jenjang pendidikan apa saja punya potensi, mengembangkan diri dan menjadi siswa yang kritis dan cerdas, adapun kendala utamanya, selama ini model pembelajaran kurang menekankan aspek pengembangan potensi dan kreatifitas siswa. Guru sebenarnya adalah inovator atau kreator di depan kelas atau di tempat praktek. Aktifitas guru menjadi prasyarat dalam rangka pengembangan potensi siswa. Kreativitas dan inovatif guru akan tertular pula kepada siswa. Guru yang tidak mau mengembangkan diri, tidak mencari metode dan melakukan kreasi atau inovasi dalam pembelajaran akan berdampakburuk pada anak didik. Siswa jadi pemalas, pembosan, dan acuh tak acuh. Kondisi seperti di atas itu tidak hanya merugikan siswa, tapin juga proses pendidikan sekolah secara keseluruhan. Mutu pendidikan akan tetap rendah, persoalan pendidikan pun terus menumpuk. Proses pembelajaran dengan metode
tutor sebaya dapat merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dan suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil akan tumbuh berkembang. Pada Metode tutor sebaya, Guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tapi sebagai fasilitator, mutivator, dan ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan metode pembelajaran yang di gunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang di lakukannya. Dalam pelaksanaan metode tutor sebaya ini lebih menekankan pada sistem pembelajaran yang kreatif, inovati, dan mandiri bagi siswa. siswa lebih banyak yang berperan, sedangkan guru sebagai fasilitator., mutivator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang di pelajari. Metode Tutor Sebaya merupakan pembelajaran yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah Menengah pertama (SLTP/ Sederajat) kehadiran Metode Tutor Sebaya dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan lebih mengasyikan. Disimpulkan bahwa antara Metode Tutor Sebaya dengan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan sangat erat. Karena proses pembelajaran tanpa menggunakan Metode yang tepat maka tidak akan bisa mencapai hasil yang maksimal, yang kemudian akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hipotesis Tindakan : Jika proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan menggunakan Metode Tutor Sebaya, maka aktivitas belajar siswa akan meningkat.