48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.
Kondisi Awal Sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi lapangan untuk memeperoleh informasi
yang berhubungan dengan
proses dan hasil pembelajaran Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka proses pembelaaran lebih didominasi oleh guru sehingga siswa kurang menunjukan aktivitas dlam kegiatan belaajar siswa terbatas pada memperhatikan dan mendengar penjelasan dari guru. Guru menggunkan metode ceramah guru tidak menggunakan media, baik media visual maupun audio-visual. Hal ini ditunjukkan oleh siswa kelas X 1 pada materi pelajaran Atmosfer memperlihatkan hasil belajar dan pemahamannya yang rendah diperoleh dari hasil tes formatif tersebut mencapai rata-rata 50,94 nilai tertingi 70 dan nilai terendah yaitu 58. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukkan adalah 6,2.Tercatat bahwa 55% siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum.kondisi tersebut adalah kondisi awal sebelum dilakukan PTK pada siswa kelas X 1 SMA N 1 Taraju. Guru sebelumnya tidak pernah menggunakan media film, jadi peneliti berencana untuk menerapkan media film dan ternyata mendapat tanggapan yang sangat positif dari guru. Guru dan peneliti melakukan penelitian tindakan kelas
49
karena peneliti ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam hal pemahaman siswa dan hasil belajar. 2.
Hasil Tindakan Tindakan pembelajaran yang dilakukan pada setiap siklus pembelajaran
disesuaikan dengan rencana pemebelajaran yang telah dibuat. Pada tindakan pembelajaran, dilakukan observasi mengenai aktivitas guru dan siswa. a.
Siklus 1
1) Tindakan 1 Perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan pertama adalah membahas materi atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan untuk mencapai kompetensi dasar (RPP terlampir). RPP yang dibuat merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran geografi. Pelaksanaan pembelaaran pada tindakan pertama pada tanggal 28 Maret 2009 pukul 10.30 – 12.00 WIB dikelas X 1 yang sudah ditentukan. a). Proses Pembelajaran (1). Aktivitas Guru Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terlihat bahwa, pada awal pembelajaran guru terlebih dahulu mengabsen siswa kemudian membagi kelompok yang sudah ditentukan dan menyiapakan perlengkapan media. Selain itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada tahap apersepsi guru melakukannya dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan penyajian materi yaitu pemutaran film mengenai atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan.
50
Pada tahap pemutaran film mengenai materi atmosfer guru memberi kebebasan kepada siswa untuk benar-benar konsentrasi melihat tayangan pemutaran film itu sehingga siswa tidak terganggu dengan guru. Pada tahap kegiatan kelompok, guru mengamati kerja beberapa kelompok dan memberikan bantuan secukupnya kepada siswa yang memerlukan penjelasan. Guru mengontrol sejauh mana siswa yang sedang megerjakan tes yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Pada tahap kegiatan pembelajaran ada tiga belas aspek yang harus dikerjakan oleh guru, namun berdasarkan hasil observasi yang diamati masih ada dua aspek yang tertinggal yaitu : dalam pemutaran film terlalu cepat, guru pada akhir pembelajaran tidak menyimpulkan materi secara keseluruhan. (tabel observasi terlampir) (2). Aktivitas Siswa Untuk menjaring aktivitas siswa selama pembelajaran, dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa selama proses pembelejaran berlangsung yang dilakukan oleh guru maupun observer. Pada awal pembelajaran terlihat bahwa siswa memperhatikan tayangan film dengan penuh antusias hal ini bisa dilihat dengan benar-benar siswa berkonsentrasi dalam melihat tayangan tersebut, siswa tidak rebut, tidak mondar mandir keluar hal ini disebabkan karena pembelajaran yang diterapkan memberikan suasana baru bagi siswa yang pada sebelumnya belum pernah ada.
51
b) Hasil Pembelajaran Berdasarkan nilai rata-rata kelas yaitu 68,03, maka hasil belajar siswa telah mencapai KKM. Namun demikian masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai 62 sebagai batas minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah mata pelajaran geografi SMA N 1 Taraju. Artinya siswa yang masih harus ditingkatkan hasil belajarnya adalah 18,9 %, dengan demikian maka pada tindakan selanjutnya harus diupayakan agar seluruh siswa mencapai KKM tertinggi. Berdasarkan parameter hasil belajar yang ditetapkan yang terdiri dari atas tugas, persentasi, nilai tes maka nilai tugas masih perlu ditingkatkan karena nilai rata-ratanya masih rendah. (Tabel Hasil Belajar Tindakan I Terlampir)
52
53
c).
Refleksi Tindakan I
1) Setelah data diperoleh dari hasil observasi dan tes hasil belajar siswa pada tindakan pertama dijadikan sebagai refleksi untuk tindakan selanjutnya. Hasil refleksi pada tindakan I diperoleh bahwa terdapat kekurangan pada 2 aspek yaitu: Aspek tindakan yaitu pelaksaanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan media film 2) Hasil belajar siswa yaitu hasil belajar yang terdiri dari nilai tugas, presentasi, nilai tes maka nilai tugas masih harus ditingkatkan dengan demikian mka rfleksi terhadap tindakan 1 bagi perbaikan RPP pada tindakan 2 diarahkan pada : pemutaran film terlalu cepat, guru tidak menyimpulkan materi secara keseluruhan
Kekurangan-kekurangan yang menjadi kendala dalam pembelajaran tindakan I perlu diadakan refleksi untuk tindakan selanjutnya. Kendala yang ditemukan pada pembelajaran tindakan pertama tersebut didiskusikan bersama-sama antara guru dan peneliti karena hasil dari analisis refleksi tindakan pembelajaran ini akan menjadi bahan refleksi bagi peneliti dan juga guru dan peneliti, maka upaya yang harus diperbaiki pada saat tindakan ke dua anatara lain sebagai berikut : a)
Dalam pemutaran film guru mengontorlnya agar film tidak terlalu cepat
b)
Guru menyimpulkan materi secara keseluruhan
c)
Tugas baik lembar tugas maupun penyelesaiannya agar lebih tersrtuktur
54
b) Tindakan II Perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan kedua adalah adalah masih membahas materi perubahan atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan untuk mencapai kompetensi dasar (RPP terlampir). RPP yang dibuat merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran geografi. Pelaksanaan pembelaaran pada tindakan kedua pada tanggal 04 April 2009 pukul 10.30 – 12.00 WIB dikelas X 1 yang sudah ditentukan. a) Proses Pembelajaran (1) Aktivitas Guru Aktivitas guru pada tindakan kedua mengalami peningkatan sebagai akibat dari refleksi guru dalam meningkatkan kemampuan mengajarnya, penggunaan media film sudah sesuai dengan rencana pembelajaran, guru sudah menyimpulkan materi secara keseluruhan Dengan itu tindakan pembelajaran
kedua ini
diutamakan dalam melakukan tindakan yang belum tercapai pada tindakan pertama. (2) Aktivitas Siswa Aktivitas siswa pada tindakan ke dua tidak mengalami peningkatan yaitu karena siswa yang mendapat hasil belajar untuk mencapai KKM belum 90 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum kondusif dalam hal persentasi dan tugas yang diberikan, ini bisa dilihat dari adanya siswa yang masih belum berperan aktif dalam diskusi dan presentasi dalam menyamapaikan materi yang telah mereka lihat.
55
b)
Hasil Pembelajaran Berdasarkan nilai rata-rata kelas yaitu 69,50, maka hasil belajar siswa telah
mencapai KKM. Namun demikian masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai 62 sebagai batas minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah mata pelajaran geografi SMA N 1 Taraju. Artinya siswa yang masih harus ditingkatkan hasil belajarnya adalah 16,2 %, dengan demikian maka pada tindakan selanjutnya harus diupayakan agar seluruh siswa mencapai KKM tertinggi. Berdasarkan parameter hasil belajar yang ditetapkan yang terdiri dari atas tugas, persentasi, nilai tes maka nilai tugas masih perlu ditingkatkan karena nilai rata-ratanya masih rendah.
56
57
c). Refleksi Tindakan II Setelah data diperoleh dari hasil observasi dan tes hasil belajar siswa pada tindakan kedua, umumnya tidak mengalami banyak perubahan apalagi dalam hal hasil belajar, persentasi dan nilai tugas. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang menjadi kendala dalam pembelajaran tindakan II perlu diadakan refleksi untuk tindakan selanjutnya yaitu pada siklus II. Kendala yang ditemukan pada pembelajaran tindakan pertama dan kedua ini didiskusikan bersama-sama antara guru dan peneliti untuk diadakan siklus kedua guna memperbaiki tindakan selanjutnya,
b. Siklus II 1)
Tindakan 1 Perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan I
siklus kedua adalah membahas materi persebaran vegetasi menurut iklim dan terjadinya El Nino dan La Nina, untuk mencapai kompetensi dasar (RPP terlampir). RPP yang dibuat merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran geografi. Pelaksanaan pembelaaran pada tindakan pertama siklus kedua yaitu pada tanggal 02 Juni 2009 pukul 10.30 – 12.00 WIB dikelas X 1 yang sudah ditentukan.
58
a) Proses Pembelajaran (1)
Aktivitas Guru
Aktivitas guru pada siklus II tindakan pertama ini mulai mengalami peningkatan sebagai akibat dari refleksi, guru dalam meningkatkan kemampuan mengajarnya, penggunaan media film yang telah sesuai dengan rencana pembelajaran, membuat kegiatan kesimpulan mengenai materi yang telah disampaikan secara keseluruhan. Dengan itu tindakan pembelajaran yang pertama pada siklus kedua ini diutamakan dalam melakukan tindakan yang belum tercapai pada tindakan kedua siklus I Pada tahap kegiatan pembelajaran ada tiga belas aspek yang harus dikerjakan oleh guru dalam pembelajaran. Pada tindakan pertama pada siklus kedua ini guru sudah melaksanakan semua aspek yang ada pada kegiatan pembelajaran hal ini disebabkan dari adanya hasil refleksi dari tindakan kedua siklus pertama.. (tabel observasi terlampir) (2)
Aktivitas Siswa Aktivitas siswa pada tindakan ke pertama mengalami peningkatan karena
siswa yang mendapat hasil belajar untuk mencapai KKM sudah hampir 90 %. Hal ini disebabkan karena hasil dari refleksi tindakan pertama dan kedua pada siklus I, siswa mulai kondusif dalam hal persentasi dan tugas yang diberikan, ini bisa dilihat dari adanya peningkatan dalam nilai tugas yang nilai rata-ratanya meningkat yang tadinya nilai rata-rata tugasnya masih rendah
59
b)
Hasil Pembelajaran Berdasarkan nilai rata-rata kelas yaitu 72,17, maka hasil belajar siswa telah
mencapai KKM. Namun demikian masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai 62 sebagai batas minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah mata pelajaran geografi SMA N 1 Taraju. Artinya siswa yang masih harus ditingkatkan hasil belajarnya adalah 1 %, dengan demikian maka pada tindakan selanjutnya harus diupayakan agar seluruh siswa mencapai KKM tertinggi. Berdasarkan parameter hasil belajar yang ditetapkan yang terdiri dari atas tugas, persentasi, nilai tes maka nilai tugas masih perlu ditingkatkan karena nilai rata-ratanya masih rendah. (Tabel Hasil Belajar Tindakan II Terlampir)
60
61
c)
Refleksi Tindakan I Setelah data diperoleh dari hasil observasi dan tes hasil belajar siswa pada
tindakan pertama, umumnya mengalami banyak perubahan apalagi dalam hal hasil belajar, persentasi dan nilai tugas. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang menjadi kendala dalam pembelajaran tindakan I perlu diadakan refleksi untuk tindakan selanjutnya. Kendala yang ditemukan pada pembelajaran tindakan pertama ini didiskusikan bersama-sama antara guru dan peneliti untuk diadakan tindakan kedua guna memperbaiki hasil belajar dan nilai persntasi, nilai tes. 2) Tindakan II a). Proses Pembelajaran Perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan II siklus kedua adalah membahas materi persebaran vegetasi menurut iklim dan terjadinya El Nino dan La Nina, untuk mencapai kompetensi dasar (RPP terlampir). RPP yang dibuat merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran geografi. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan pertama siklus kedua yaitu pada tanggal 02 Juni 2009 pukul 10.30 – 12.00 WIB dikelas X 1 yang sudah ditentukan. (1) Aktivitas Guru Aktivitas guru pada siklus II tindakan kedua ini mulai mengalami peningkatan sebagai akibat dari refleksi, guru dalam meningkatkan kemampuan mengajarnya,
penggunaan
waktu
yang
telah
sesuai
dengan
rencana
pembelajaran, membuat kegiatan pembelajaran berlangsung lebih kondusif, walaupun pada tahap ini masih muncul kegiatan siswa yang tidak relevan
62
dengan KBM, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Dengan itu tindakan pembelajaran yang kedua pada siklus kedua ini diutamakan dalam melakukan tindakan yang belum tercapai pada tindakan pertama siklus II (2) Aktivitas Siswa Aktivitas siswa pada tindakan kedua mengalami peningkatan karena siswa yang mendapat hasil belajar untuk mencapai KKM sudah hampir 90 %. Hal ini disebabkan karena hasil dari refleksi tindakan pertama dan kedua pada siklus I, siswa mulai kondusif dalam hal persentasi dan tugas yang diberikan, ini bisa dilihat dari adanya peningkatan dalam nilai tugas yang nilai rata-ratanya meningkat yang tadinya nilai rata-rata tugasnya masih rendah
63
64
B. Pembahasan Mulai dari tindakan pertama hingga kedua pada siklus kesatu, maupun pada tindakan pertama dan kedua pada siklus kedua aktivitas guru mengalami perubahan kearah perbaikan sebagai akibat dari adanya refleksi dalam pembelajaran, karena hal ini sangat penting sebagai dasar dalam memperbaiki cara mengajar. Hal tersebut sesuai dengan tugas professional sebagai seorang guru yang selalu dapat mengembangkan kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi dan menambah pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya. Guru telah membuat kondisi belajar yang kondusif dalam hal ini upaya guru untuk meningkatkan iklim yang kondusif untuk belajar harus ditingkatkan. Dengan iklim yang kondusif, dapat menumbuhkan minat belajar siswa sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Winarno (dalam Lestari, 2003: 140) bahwa dalam keadaan suasana belaar yang menyenangkan dapat membangkitkan/menumbuhkan minat belaar siswa. Dengan bangkitnya minat siswa maka akan memudahkan siswa memhami materi yang telah disampaikan melalui tayangan film. Selain itu dengan membentuk kelompok yang heterogen. Pada tahap apersepsi guru selalu berusaha semaksimal mungkin menarik perhatian siswa serta guru telah memotivasi belajar siswa dengan berbagai macam cara guru menumbuhkan minat belajar siswa. Pada tindakan pertama guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, namun pada tindakan ke dua guru telah mengawali pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran. Sebagai upaya untuk meotivasi belajar siswa.
65
Hal ini sesuai dengan ungkapan Surakhmad (1989: 39) yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran merupakan satu diantara hal pokok yang harus disadari betulbetul oleh seorang guru sebelum memulai mengajar, karena dengan menjelaskan tujuan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru telah menunjukkan perannya sebagai pembimbing dan motivator dengan cara membimbing dan mengarahkan pada saat kegiatan kelompok secara bergantian baik secara kelompok maupun perorangan. Sedikitnya waktu yang digunakan guru untuk menyampaikan materi menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam KBM telah sesuai dengan pandangan kontruktivisme, yang menyatakan bahwa guru dalam kegiatan pembelajaran tidak harus semua informasi disajikan dalam bentuk ”jadi” kepada siswa, tetapi agar pengetahuan yang diberikan bermakna, siswa sendirilah yang harus memproses informasi yang diterimanya, menstrukturknya kemabali dan mengintegrasikannya
dengan
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Jadi
yang
diterapkannya media film ini dapat mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi prsoses pembelajaran. Dalam hal penggunaan waktu, guru telah menggunakannya secara efesien pada tindakan kedua. Selain itu aktivitas guru dalam memotivasi siswa meningkat dari tindakan satu sampai kedua. Hal ini sebagai pengaruh dari adanya refleksi yang dilakukan guru setiap akhir tindakan sebagai usaha perbaikan proses pembelajaran. Dalam menutup pelajaran telah dilakuakan dan terus megalami perbaikan yaitu pada saat menyamapaikan pelajaran, guru telah melibatkan siswa. Adapaun
66
tujuan dalam menyimpulkan pelajaran ini adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengtahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar (Usman, 1990:92). Penerapan media film merupakan pembelajaran baru bagi siswa. Hal ini menciptakan suasana yang lain dari pembelajaran sebelumnya. Pada umumnya mereka belajar secara klasikal. Pada pertemuan pertama, siswa tampak masih kaku karena sebelumnya belum pernah ada dan belum terbiasa dengan menggunakan media film ini, kegiatan kelompok menjadi lebih hidup dan terlihat kekompakan antar anggota kelompok. Dari hasil pengamatan peneliti terlihat bahwa siswa pada umumnya senang mempelajari geografi menggunakan media film dan diskusi karena sebelumnya mereka tidak pernah memakai media seperti ini. Mereka sering berdsikusi dan bertanya sesama anggota kelompok serta saling membagi pengetahuan yang mereka miliki kepada teman sekelompoknya. Aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media film cukup bervariasi. Jika dilihat dari tindakan pertama sampai tindakan kedua, aktivitas siswa relative semakin efektif. Hal ini terlihat bahwa 70 % waktu yang tersedia selama pembelajaran digunakan siswa untuk belajar secara aktif yaitu melihat tayangan film dan berdiskusi yang hasilnya dipersentasikan kepada temantemanya. Ini terlihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa yang pada siklus pertama mencapai 75 % siswa yang aktif dalam berdiskusi dan persentasi dan meningkat pada siklus kedua yaitu 85 % siswa aktif dalam kerja kelompok.
67
Dari hasil analisis ketuntasan belajar siswa yang disajikan pada tabel….. terlihat bahwa persentase siswa yang tuntas belajarnya pada tindakan pertama sampai kedua mengalami peningkatan dan telah sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) menurut kurikuluk 2006. Hal ini terjadi karena interaksi siswa dalam kelompok terus meningkat terutama dalam hal penularan pengetahuan dari siswa pandai ke siswa yang kurang pandai. Siswa yang pandai dapat memberikan bantuan, motivasi kepada siswa yang kurang pandai guna meningkatkan prestasi belajarnya sehingga meningkatkan pula nilai kelompok mereka. Selain itu karena adanya kesungguhan dari siswa untuk memahami materi yang diberikan oleh guru pada saat kegiatan kelompok dan setelah berdiskusi, siswa menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk belajar guna menghadapi tes. Pada penelitian ini siswa dibagi menjadi tujuh kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. Pada setiap pertemuan diadakan tes yang dikerjakan secara individu, dan hasilnya merupakan sumbangan siswa terhadap nilai kelompoknya. Selain itu hasil penelitian ini menunjukan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mempunyai nilai awal tinggi memberikan sumbangan nilai maksimal kepada kepada kelompoknya. Hal ini disebabkan karena kecilnya selisih antara nilai awal tinggi tersebut sangat membantu teman sekelompoknya dalam memberikan penjelasan pada anggota kelompoknya pada saat berdiskusi, serta masing-masing siswa mempunyai rasa tanggung jawab dan terdorong untuk meperoleh nilai baik untuk disumbangkan pada kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2002)
68
yang menyatakan bahwa dengan adanya satu orang yang berkemampuan tinggi guru mendapatkan satu asisten untuk kelompoknya. Kata media pendidikan seringkali digantikan sebagai alat bantu atau media komunikasi. Menurut Hamalaik (1986), hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne’dan Briggs (1975) Media pembelajaran meliputi
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gamabar bingkai), foto, gamabar, grafik, televisi dan komputer. Pernyataan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kemp & Dayton (1985:3-4) yang meyatakan bahawa banyak keuntungan penggunan media pembelajaran, penerimannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Media berfungsi untuk tujuan intruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan intruksi yang efektif. Disamping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa.
69
Film sebagai media pendidikan memiliki beberapa keunggulan, oleh karena itu Hamalik (1986 : 103) mengemukakan bahwa film mempunyai keunggulan bagi pendidikan antara lain : Film adalah media yang baik guna memeperlengakpi pengalaman-pengalaman dasar bagi kelas untuk membaca, diskusi, kontribusi, dan kegiatan belajar lainnya. Film merupakan alat ganti, tetapi anak-anak merasa turut serta didalamnya, karena ia mengidentifikasikan dirinya ke dalam karakter film tersebut. Film menyajikan yang lebih baik tidak terikat pada kemampuan intelektual. Baik anak yang bodoh mapun anak yang pandai akan merasakan manfaat dari adanya, walaupun tingkatannya berbeda. Pada penyajiannya siswa secara bersama-sama dapat menyaksikan film yang diputar. Berabagai pesan dan kesan akan diperoleh siswa dari pemuaran suatu film didalam kelas. Mengandung banyak keuntungan ditinjau dari segi pendidikan, antara lain meningkatkan perhatian anak, dan terjadi berbagai asosiasi di dalam jiwanya. Siswa akan mengidentifikasi baik analaogi gamabar maupun karakteristik gamabar film tersebut. Mengatasi pembatasan dalam jarak dan waktu. Melalui film hal-hal yang terlalu kecil, terlalu lambat dapat diamati dengan mata. Film yang ditayangkan dalam bentuk dokumenter pada umumnya merupakan kejadian yang nyata, namun dalam kurun waktu kurang dari sejam dengan penonton. Oleh karena itu dengan film peristiwa yang terjadi dalam jeda waktu ribuan tahu dapat diringkas menjadi beberapa jam saja.
70
Film
menunjukan
suatu
subjek
dengan
perbuatan.
Film
dapat
mendemontrasikan berbagai hal yang mungkin dialami secara langsung, misalnya lapisan-lapisan lithosper dan sebagainya. Selain Hamalik, Arsyad (2004 : 49) mengemukakan bahawa film mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut : film dapat melengkapi penglamanpengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek, dan laian-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara jantung ketika berdenyut. Film dapat menggambarkan proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang jika dipandang perlu. Pada penyajiannya film dapat ditayang ulang apabila didalamnya banyak muatan pendidikan yang tidak bias sekali di cerna siswa mampu memahaminya. Film menjadikan pesan dan kesan yang tersirat sehingga memerlukan pemahaman dan penghayatan yang lebih. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film menanamkan sikap dan segi afektif lainnya. Misalnya film kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat membuat siswa sadar akan pentingnya kebersihan makanan dan lingkungan. Film mengandung nilai-niali positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan film dapat membawa dunia ke dalam kelas. Ketika siswa menyaksikan film secara bersama disadari atau tidak mereka sudah terbawa ke dalam dunia film itu sendiri, pada kenyataanya siswa berada di kelas sedang menyaksikan film yang sedang diputar.
71
Film dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila diliahat secara langsung seperti terjadinya gunung berapi atau tsunami. Peristiwa vulkano, banjir, gempa, tsunami yang melanda sebagian wilayah Indonesia dan peristiwa berbahaya lainnya dapat siswa saksikan melalui pemutaran film di dalam kelas. Akan tetapi pemutaran film tentunya bukan untuk hiburan semata, melainkan bertujuan untuk mencapai tujaun intruksional pada pembelajaran. Dari beberapa keunggulan media film dapat terlihat jelas, bahwa film merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyiasati kendala proses pembelajaran geogarfi. Selain keunggulan, film juga memiliki beberapa keterbatasan pada proses penyajiannya di dalam kelas. Durasi film terkadang melebihi waktu atau jam pelajaran yang tersedia. Oleh karena itu guru harus mampu mengedit film sehingga waktunya bisa terkondisikan. Selain itu juga pengeditan film perlu dilakaukan secara hati-hati untuk meghindari hilangnya bagian-bagian penting bagi pembelajaran. Berbagai keterbatasan mengenai film
ini, senada dengan
Arsyad (2004 : 500) yang mengungkapkan bahwa pemutaran film di kelas memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut : a. Pengadaan film umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu banyak b. Pada saat film dipertunjukan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang lain disampaikan melalui film tersebut.
72
c. Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film yang dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri
Menurut Hamalik (1986: 111) mengemukakan bahwa film dikelompokkan menjadi 10 jenis, yaitu : 1) film informasi, 2) film kecakapan atau drill, 3) film apresiasi, 4) film documenter, 5) film rekreasi, 6) film episode, 7) film science, 8) film berita, 9) filkm industry dan 10) film provokasi Sementara itu Ardianto dkk (2004 : 140) membagi film menurut jenisnya adalah sebagai berikut : film cerita, film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang tenar dan film ini di distibusikan sebagai barang dagangan. Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung berita, seperti perang, kerusuhan, pemberontakan yang terjadi di suatu daerah. Film dokumenter, film dokumenter didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai karaya cipta mengenai kenyataan (creative treatment of actually), film dokumenter merupakan hasil interpretasi pembuatannya mengenai kenyataan. Film kartun, film kartun adalah film yang pada umumnya dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-lucuan dari para tokoh pemainnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonya karena penderita tokohnya.
73
Sekalipun menghibur, dapat pula film kartun mengandung unsur pendidikan minimal akan dapat merekam kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik. Film episode, film episode adalah film yang terdiri dari edisi-edisi yang pendek. Biasanya direlease dalam jenis film rekreasi, industri, atau film televisi. Film provokasi, film ini dimaksudkan untuk menjalani tujuan-tujan study group orang dewasa, tetapi juga digunakan untuk anak-anak disekolah dalam pelajaran tertentu seperti studi social, etika, etiquette, dan sebagainya. Film provokasi mendorong dsikusi. Pada penelitian ini film yang digunakan adalah film dokumenter. Film dokumenter adalah film yang menyajikan peristiwa atau kejadian yang benarbenar terjadi.