BAB II KAJIAN TEORI 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Modal Kerja Modal kerja merupakan dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan. Modal kerja dapat berupa uang tunai atau dana lainnya yang telah dikeluarkan untuk membiayai operasional perusahaan dan diharapkan akan kembali dalam waktu yang relatif pendek melalui hasil penjualan operasi dan aktivitas bisnis lainnya. 1. Pengertian Modal Kerja Modal Kerja (Working Capital) merupakan investasi perusahaan dalam aktiva likuid (liquid assets). Istilah aktiva likuid digunakan untuk menunjukkan aktivaaktiva yang dapat segera dikonversi menjadi kas. Pengertian modal kerja menurut Susan Irawati (2006: 89), “modal kerja merupakan investasi dalam bentuk aktiva lancar atau current assets”. Current assets yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik bentuknya berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka pendek yaitu waktu kurang dari satu tahun. Menurut Sawir (2005: 129) “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari – hari ”. Menurut Weston dan Brigham yang dikutip oleh Sawir (2005), “Modal kerja adalah
8
9
investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (suratsurat berharga), piutang dagang, dan persediaan”. Modal kerja menurut (Munawir, 2004: 19) “merupakan investasi modal perusahaan dalam aktiva lancar yang harus selalu ada untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Munawir (2008: 103) “Istilah modal kerja berarti juga net working capital atau kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar, sedangkan untuk modal kerja sebagai jumlah aktiva lacar digunakan istilah modal kerja bruto atau gross working capital”. Menurut Riyanto (2005: 59) “Modal kerja merupakan dana atau uang yang digunakan untuk memebiayai untuk memfasilitasi kegiatan (Perusahaan seharihari) dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan diharapkan kembali masuk lagi pada perusahaan dalam waktu pendek, melalui penjualan hasil produksinya. Uang yang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan perusahaan selanjutnya uang tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama perusahaan itu masih tetap berjalan atau berproduksi”. Menurut Sudjaja dan Barlian (2005: 189) “Mengemukakan bahwa modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk kebentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, modal kerja tersebut berupa Kas, Piutang Dagang dan Persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal usaha”.
10
Sedangkan menurut Raharjo (2007: 143) “Mengemukakan bahwa modal kerja (working capital) adalah aktiva lancar yang digunakan oleh perusahaan dalam siklus operasi/usahanya”. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal dapat diubah menjadi kas dalam jangka waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun. Secara umum aktiva lancar (current assets) terdiri dari uang kas/ tunai, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan hutang lancar (current liabilities) terdiri dari hutanghutang jangka pendek, seperti: hutang wesel, hutang usaha dan hutang-hutang lainnya yang berusia kurang dari satu tahun. Modal kerja = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar 2. Konsep Modal Kerja Pengertian modal kerja di atas masih umum sehingga masih mengalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja maka dikenal tiga konsep modal kerja. Ada tiga konsep definisi modal kerja menurut Riyanto (2005: 59-60) yang umum dipergunakan yaitu: 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan pada kuwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka
11
pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan. 3. Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dari dana yang dimiliki, dalam rangka menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki, oleh suatu perusahaan seluruhnya digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh laba atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan suatu proses yang memberikan pengawasan dan pengaturan pada aktiva lancar perusahaan, yang setiap saat dapat menjamin jalannya operasi suatu perusahaan mencapai tujuan perusahaan. 3. Jenis-Jenis Modal Kerja Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama, hal ini disebabkan oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang
12
akan dihasilkan perusahaan. Menurut W.B Taylor dalam Riyanto (2005: 61), modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam 2 jenis berikut: 1. Modal Kerja Permanen Modal Kerja Permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada pada perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja ini terbagi menjadi dua golongan: a. Modal kerja primer ialah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi. b. Modal kerja normal ialah modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan. 2. Modal Kerja Variabel Menurut Sutrisno (2008: 41), modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan atau keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari: a. Modal kerja musiman: Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan. b. Modal kerja siklis: Modal kerja yang jumlahnya dipengaruhi fluktuasi konjungtur. c. Model kerja darurat: Modal kerja ini jumlahnya kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan.
13
Berdasarkan keterangan mengenai jenis-jenis modal kerja di atas, maka pada hakikatnya modal kerja merupakan jumlah yang terus-menerus harus ada dalam menopang aktivitas-aktivitas operasional perusahaan yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa dengan penerimaan penjualan. Maka perusahaan harus menyediakan modal kerja yang jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan yang berlaku, dan situasi yang sedang terjadi agar kontinuitas perusahaan dapat terjaga. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan dalam menopang kegiatan produksi, penjualan, atau sebagai jembatan dalam pembelian persediaan dan penerimaan kembali hasil penjualan serta untuk membiayai dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan langsung dengan produksi dan penjualan. Adanya jumlah modal kerja yang sangat penting bagi perusahaan karena dengan memiliki modal kerja yang memadai perusahaan akan mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, sehingga memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan yang mungkin timbul dikemudian hari. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja, yaitu: a. Sifat umum atau tipe perusahaan. b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan biaya produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. c. Syarat pembelian dan penjualan.
14
d. Tingkat perputaran persediaan. e. Tingkat perputaran piutang. f. Pengaruh business cycle. g. Pengaruh musim. h. Risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek. Hal senada diungkapkan Munawir (2008: 117-119) mengemukakan bahwa modal kerja yang dibutuhkan tergantung pada: 1. Sifat atau tipe perusahaan. Modal kerja suatu perusahaan dagang relative lebih rendah bila dibandingkan dengan modal kerja perusahaan industri, karena tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan kebutuhan uang tunai pada perusahaan dagang. Untuk membelanjai operasi dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan saat itu juga. 2. Usaha yang dubutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan baku yang akan diproduksi sampai barang itu dijual. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu pula harga pokok per satuan barang itu juga mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan. Semakin besar harga pokok per satuan barang yang akan dijual semakin besar pula kebutuhan modal kerja.
15
3. Syarat pembelian bahan baku. Syarat pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi barang atau barang dagang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk perusahan yang bersangkutan. Jika syarat yang diterima pada
waktu
pembelian
menguntungkan,
makin
sedikit
dana
yang
diinvestasikan dalam persedian bahan baku atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang akan dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu pendek maka uang kas diperlukan untuk membiayai semakin besar pula. 4. Syarat penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan yang harus di sektorkan dalam bentuk piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang akan tartagih sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian pembeli akan tertarik untuk segera membayar utangnya dalam periode diskon tersebut. 5. Tingkat pertukaran persedian (inventory turnover). Menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti, semakin tinggi tingkat pertukaran persediaan maka jumlah modal kerja yang diinvestasikan dalam persediaan semakin rendah. Untuk dapat mencari tingkat perputaran persediaan yang tinggi maka harus diadakan perencanaan dan pengendalian
16
persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan penurunan mutu atau karena perubahan selera konsumen, disamping menghemat ongkos menyimpan dan pemeliharaan terhadap persediaan barang tersebut. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan suatu perusahaan, waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual yang mana semakin lama waktu yang memperoleh suatu barang maka jumlah modal kerja yang diperlukan semakin besar. Kebutuhan modal kerja perusahaan juga dipengaruhi oleh syarat pembelian, semakin banyak diperoleh syarat kredit untuk membeli bahan dari pemasok maka lebih sedikit modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan. Syarat penjualan kredit yang semakin longgar yang diberikan kepada pembeli juga akan membuat jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam piutang brtambah besar. Selain itu, semakin cepat perputaran persediaan maka makin kecil modal kerja yang diperluakan, sehingga pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara, jenis, dan kualitas barang yang sesuai untuk mengatur investasi dalam persediaan. Hal ini dapat mengurangi biaya yang berhubungan dengan persediaan. 5. Manfaat Modal Kerja Modal
kerja
sebaiknya
tersedia
dalam
jumlah
yang
cukup
agar
memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
17
mengalami kesulitan keuangan. Adapun manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup menurut Jumingan (2006: 67) adalah sebagai berikut: 1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot. 2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga mendapatkan keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya. 5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya. 6. Memungkinkan
perusahaan
dapat
memberikan
syarat
kredit
yang
menguntungkan kepada pelanggan. 7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
18
6. Komponen Modal Kerja Berdasarkan konsep kuantitatif tentang modal kerja yang diungkapkan Munawir (2008: 14), merupakan selisih antara aktiva lancar dengah hutang lancar. Ini berarti modal kerja mempunyai unsur pokok yaitu: a. Aktiva Lancar Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal) (Munawir, 2004: 14-16). Penyajian pos-pos aktiva lancarr didalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasny, sehingga penyajiannya dari aktiva yang paling likuid sampai aktiva yang paling tidak likuid. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang penghasilan, dan penghasilan yang masih harus diterima, persekot atau biaya yang dibayar dimuka. b. Hutang Lancar Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Munawir, 2008: 18-19). Adapun dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk kelempok hutang lancar perusahaan adalah hutang dagang,
19
hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo dan penghasilan yang diterima dimuka. 2.1.2 Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembai lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaranya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Komarudin (2005:62) menyebutkan lama periode perputaran modal kerjanya tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Komarudin (2005:80) menyebutkan untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata (working capital turnover). Rasio ini menunjukan hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan. Ardiyons (2003:995) mengemukakan pengertian perputaran modal kerja “ Penjualan di bagi dengan rata-rata modal kerja perbandingan ini menunjukan efektivitas badan usaha dalam menggunakan modal kerja untuk memperoleh penerimaan”. Jadi dapat di katakan bahwa perputaran modal kerja menunjukan hubungan antara penjualan dengan modal kerja yang digunakan untuk menilai
20
keefisien modal kerja suatu perusahaan dalam menghasilkan penerimaan atau penjualan. Menurut Riyanto (2001:164) tingkat perputaran modal kerja bruto atau aktiva lancar dapat diukur dengan menggunakan rasio tingkat perputaran modal kerja yang dirumuskan sebagai berikut: Penjualan Perputaran modal kerja
= Modal Kerja Netto
Rasio ini menunjukan berapa kali modal kerja berputar dalam satu periode (biasanya satu tahun) lamanya waktu rata-rata yang dibutuhkan modal kerja untuk setiap kali berputar disebut perputaran modal kerja. Periode perputaran modal kerja dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : 360 Days Working capital turnover period
= Working capital turnover
Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang. Jika perputaran persediaan dan perputaran piutang tinggi, berarti perusahaan tidak membutuhkan saldo persediaan dan saldo piutang yang besar, dengan demikian maka jumlah modal kerja pun tidak terlalu besar. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya hutang jangka pendek yanng sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi uang kas. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk suratsurat berharga.
21
Dalam menentukan perputaran modal kerja dapat di gunakan dua metode yaitu : 1) Metode keterikatan dana (siklus daur dana) Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman dari pengelola atau tentunya dengan dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka wakktu lama. Menurut metode siklus atau daur dana, perputaran modal kerja ini dapat diketahui dengan menghitung periode atau jangka waktu dana tertanam, sejak kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. 2) Metode perputaran (turnover) Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus working capital turnorver (weto) yaitu total penjualan dibagi dengan net working capital atau crost working capital ( komaruddin, 2005:7-12). Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu dapat mengambil data laporan rugi laba dan neraca. Untuk menilai kefektifan modal kerja dapat menggunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital turnorver). Rasio ini menunjukan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja. Komaruddin (2005 : 33) mengatakan rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja dalam penelitian ini adalah:
22
Penjualan bersih Perputaran modal kerja
= Rata-Rata Modal Kerja
2.1.3 Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio keuangan dalam laporan keuangan yang penting karena berhubungan dengan tingkat laba, besarnya penjualan, harga pokok penjualan, serta beban operasi dan beban non operasi, untuk menilai sumber daya tahan (persistence), pengukuran, dan hubungan ekonomi utamanya. Penilaian ini memungkinkan untuk membedakan kinerja yang terkait dengan keputusan operasi dan kinerja yang terkait dengan keputusan pendanaan dan investasi. Profitabilitas perusahaan termasuk bagian yang penting dari analisis laporan keuangan. Seluruh laporan keuangan dapat digunakan untuk analisis profitabilitas, namun yang paling penting adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi melaporkan hasil operasi perusahaan selama satu periode. Tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi, yang memiliki peran penting dalam menentukan profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas perusahaan. Salah satu hubungan antara modal kerja dengan profitabilitas adalah pertumbuhan penjualan, karena mempunyai hubungan yang erat dan langsung dengan investasi dalam bentuk aktiva lancar. Pengelolaan modal kerja juga menyangkut administrasi aktiva lancer dan kewajiban lancer. John (2005) Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
23
menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan Tatik Suryani (2008: 97) mengemukakan bahwa “rentabilitas merupakan ukuran tingkat pengembalian dari hasil usaha”. Menurut pendapat S. Munawir (2004: 33), pengertian tentang rentabilitas atau probabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Menurut Greuning (2005: 29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”. Profitabilitas adalah hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Menurut Simamora (2005: 528) profitabilitas merupakan suatu ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004: 36), profitabilitas adalah “suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Para investor dan kreditur sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun dimasa mendatang”. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007: 59) mengungkapkan bahwa “Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengana investasi”. Profitabilitas menurut Sofyan (2007) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
24
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat disebut juga Operating Ratio. Keuntungan yang akan diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Menurut Harmono (2009: 109) menyatakan bahwa: “Analisis profitabilitas dan leverage ini menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisensi dan efekatifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba”. Menurut Horne (2005: 222) “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling tinggi adalah laba bersih. Rasio profitabilitas: 1. Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity Rasio/ROE”) ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih berkaitan dengan pembayaran deviden. Rasio ini memberitahukan kemampuan menghasilkan laba pada nilai buku investasi pemegang saham dan seringkali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri. Pengembalian ekuitas yang tinggi seringkali merefleksikan penerimaan perusahaan atas kesempatan investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif. Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan.
25
ROE (Return On Equity) digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga saham karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik (Harahap, 2007). Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kenerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri (Darmadji dan Hendy: 2006). Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan. Menurut Riyadi (2006: 155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham.
26
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROE dapat dikatakan baik apabila > 12%. Menurut Tambunan (2007: 179) ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini, semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya Rumus Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik atau ROE ROE = Laba bersih setelah pajak x 100% Total Ekuitas 2.1.4 Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity Hubungan antara modal kerja dengan kemampulabaan perusahaan, sangat terikat karena perputaran modal kerja sangat penting untuk diperhatikan guna memperoleh laba perusahaan. Martono, (2002: 76) menyatakan hubungan antara modal kerja dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat ada dua keputusan yang menyatakan persoalan dasar perusahaan, yaitu sebagai berikut : 1. Tingkat optimal dari investasi pada aktiva lancar.
27
2. Perpaduan yang sesuai antara pembiayaan jang pendek dan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi pada aktiva lancar. Modal
kerja
yang
dibutuhkan
perusahaan
sangat
menentukan
kontinuitasnya, baik itu kelebihan maupun kekurangan modal kerja, karena akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Kelebihan modal kerja akan menunjukan adanya dana yang tidak produktif sehingga kesempatan memperoleh laba menjadi terhambat. Sedangkan kekurangan modal kerja akan menghambat kelancaraan operasi perusahaan karena tidak tersedianya dana yang dibutuhkan dengan segera. Adanya modal kerja yang cukup serta digunakan efektif untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari maka perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Maka dari itu perusahaan harus memperhatikan kebutuhan modal kerjanya, jika modal kerja yang terdapat dalam perusahaan itu digunakan dengan efektif dan efisien (modal kerja tidak ada yang menganggur) maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan laba pun akan semakin besar, dan perusahaan akan mengalami kemajuan pesat. Dana dalam bentuk modal kerja yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk dari hasil penjualan produksi tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periode selama perusahaan masih beroperasi. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat dimana kas diinvestasikan kedalam komponen-
28
komponen modal kerja untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan operasi periusahaan sehari-hari sampai pada saat dimana modal kerja kembali lagi masuk kedalam perusahaan dalam bentuk laba. Semakin pendek periode perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputarannya dan semakin tinggi tingkat laba yang akan dihasilkan perusahaan. Perputaran modal kerja yang baik adalah lebih dari satu kali pertahun, karena demikian lamanya perubahan kas menjadi modal kerja kembali tidak lebih dari satu tahun. Lamanya periode perputaran modal kerja tergantung pada berapa lama periode perputaran dari komponen modal kerja, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Untuk menilai keefisiensinya modal kerja dari noperasi perusahaan dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja yang disebut dengan perputaran modal kerja (working capital turnover). Perbandingan ini menunjukan efektivitas perusahaan dalam mengunakan modal kerja untuk memperoleh penerimaan dalam hal ini Return On Equity (ROE). Apabila modal kerja yang terdapat dalam perusahaan digunakan dengan efektif dan efisien (modal kerja tidak ada yang menganggur dan perputarannya cepat) maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan laba pun akan semakin besar. 2.1.5 Laporan Keuangan Berdasarkan pendapat Agnes Sawir (2005, p2), media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar labaa yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah proses akhir akuntansi. Setiap transaksi dapat
29
diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Irham Fahmi (2011 : 22) Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Menurut pendapat Harry Supangkat (2005, p20), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan dan pengihtisaran semua transaksi yang dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di perusahaan. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2006, p8), laporan keuangan merupakan
daftar ringkasan
akhir transaksi
keuangan
organisasi
yang
menunjukkan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun baku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004, p2) adalah sebagai berikut: laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, seperti misalnya, sebagai Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dalam laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu laporan keuangan itu meliputi dua hal pokok, yaitu: Neraca dan Laporan Laba-Rugi. Neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada saat tertentu.
30
Laporan Laba-Rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, biasanya meliputi periode satu tahun. Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2004, p4), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan disusun untuk memnuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. 3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Rudianto (2006, p98), secara umum laporan keuangan disusun dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu: a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. b.Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumbersumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi. c. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan.
31
2.2
Kajian Penelitian Terdahulu Adapun kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat dilihat
melalui tabel dibawah ini: Tabel 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu Nama/ No
Variabel Judul Penelitian
Kesimpulan Penelitian
Tahun
Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja dan perputaran Pengaruh modal kerja secara parsial terhadap Modal
Kerja Return
On
Equiy
(ROE)
Pada
dan Perputaran Perusahaan makanan dan minuman go Modal
Kerja Variabel
X public di Bursa Efek Jakarta.
(Modal
Terhadap
Kerja Berdasarkan
Return
penelitian
On dan Perputaran diketahui faktor yang mempengaruhi
Astuti. Equiy
1.
hasil
(ROE) Modal
Kerja) modal kerja dan perputaran modal
2005 Pada
dan Variabel Y kerja yaitu adanya aktiva lancar yang
Perusahaan
(Return
On terlalu rendah sehingga perusahaan
makanan
dan Equity (ROE)). harus mengambil pinjaman, kurangnya
minuman
go perencanaan
volume
penjualan
public di Bursa sehingga produksi rendah. Tingginya Efek Jakarta. biaya
operasi
perusahaan,
tidak
yang
ditanggung
lancarnya
aliran
32
modal kerja serta kerugian berturutturut.
Pengaruh
Secara parsial terdapat pengaruh
Modal
Kerja
variabel modal kerja terhadap return on
dan Perputaran
equity (ROE) perusahaan consumer Variabel
Modal
X
Kerja
goods industry di Bursa Efek Jakarta (Modal
Kerja
Terhadap
Indonesia. dan Perputaran
Nurhafni.
Return
On
Secara parsial terdapat pengaruh Modal)
2. 2009
Equity
dan variabel
(ROE) Variabel
Y
(Return
On
Perusahaan
perputaran
terhadap return on
Consumer
modal
equity (ROE)
perusahaan consumer goods industry di Equity).
Foods Industry
Bursa Efek Jakarta Indonesia.
Di Bursa Efek Jakarta.
2.3
kerja
Kerangka Pemikiran Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir dari
penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
33
PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. INDOSAT, Tbk
PERPUTARAN MODAL KERJA Komarudin (2005:62) menyebutkan lama periode perputaran modal kerjanya tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masingmasing komponen dari modal kerja tersebut.
PERPUTARAN KAS
PERPUTARAN PIUTANG
Komarudin (2005:61) Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.
Komarudin (2005) Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode berputar atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantug pada syarat pembayarannya.
ROE Menurut Tambunan (2007: 179) ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas.
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Dengan melihat bagan di atas dapat dijelaskan bahwa, perputaran modal kerja perusahaan mempunyai hubungan erat dengan profitabilitas. Rasio yang juga berperan dalam profitabilitas adalah ROE. Dalam hal ini, peneliti ingin
34
melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham (ROE).
2.4 Hipotesis Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu “Diduga terdapat Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity di PT. INDOSAT Tbk”.