BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Penelitian Pengembangan Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan
produk
tersebut.
Menurut
Sujadi
(2003:164),
penelitian
pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll. Borg dan Gall (1983: 772) memuat panduan sistematika yaitu langkahlangkah dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti agar produk yang dirancangnya mempunyai standar kelayakan. Uraian model pengembangan Borg dan Gall di kenal dengan Riset dan pengembangan bidang
8
pendidikan (R & D) yaitu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk bidang pendidikan. Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya dikenal sebagai siklus R & D, yang terdiri dari: pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponenkomponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai obyektivitas. Dalam teknologi pembelajaran, deskripsi tentang prosedur dan langkahlangkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Borg & Gall (1983:775 ) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikkian, konsep penelitian pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validasinya. Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan memiliki 10 langkah-langkah pelaksanaan penelitian, yaitu: a.
Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian.
9
b.
Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas.
c.
Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung.
d.
Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas dengan melibatkan subjek sebanyak 6 – 12 subjek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket.
e.
Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih luas
f.
Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh subjek.
g.
Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi
h.
Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan.
10
i.
Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final).
j.
Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan.
2.
Pembelajaran Kimia Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang melibatkan berbagai
komponen, pembelajaran dapat di pandang sebagai suatu sistem. Sistem adalah serangkaian komponen atau bagian yang saling berkaitan, bekerjasama dan berfungsi kearah tercapainya tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian pembelajaran kimia dan berbagai komponennya seperti guru, metode dan media, siswa dan lingkungan belajar bukanlah sesuatu yang statis. Perubahan komponen– komponen tersebut dapat dipicu oleh perkembangan ketatanegaraan, psikologi, ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat terhadap produk pendidikan, khususnya pada materi termokimia. Perkembangan materi pembelajaran kimia terjadi sejalan dengan perkembangan yang dicapai ilmu kimia yang sebenarnya di lapangan. Pembelajaran menurut Sugihartono, dkk (2007:81) merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menampilkan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem dan lingkungan dengan berbagai metode sehingga pserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efesien dengan hasil yang optimal. Belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar bermakna
11
apabila siswa mampu menghubungkan dan mengkaitkan informasi yang diperoleh dari pengetahuan yang dimilikinya (Ratna Wilis Dahar, 1989:111). Mata pelajaran kimia merupakan salah satu dari berbagai mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA). Tujuan pelajaran kimia di SMA dan MA adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, mampu menerapkan berbagai konsep kimia untuk memecahkan masalah dan teknologi secara ilmiah. Menurut Sukardjo dan Lis Permana Sari (2008:4) pembelajaran kimia merupakan suatu siklus yang terdiri dari atas tiga tahap, yaitu: (1) perencanaan pelaksanaan pembelajaran kimia, (2) pelaksanaan proses pembelajaran kimia dan (3) penilaian hasil pembelajaran kimia. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan pelaksanaan pembelajaran kimia
Pelaksanaan proses pembelajaran kimia
Penilaian hasil pembelajaran kimia
Umpan balik (feed back) Gambar 1. Siklus proses pembelajaran kimia Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran kimia, khususnya pada materi pokok termokimia perlu digunakan perangkat pembelajaran untuk menunjang keterlaksanaan proses pembelajaran yaitu perangkat pembelajaran yang terbagi atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, handout, media powerpoint
12
sebagai medianya, Lembar Kerja Siswa. Dengan perangkat pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu guru menjelaskan materi yang sulit untuk dipahami oleh siswa.
3.
Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran adalah sesuatu atau beberapa persiapan yang
disusun oleh guru baik selaku individual maupun kelompok agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan (Mgs. Nazarudin, 2007:113). Perangkat pembelajaran juga merupakan sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran (Suhadi, 2007:24). Perangkat pembelajaran juga merupakan sekumpulan media/sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas. Adapun perangkat pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, materi ajar dalam bentuk handout, powerpoint sebagai media pembelajarannya, Lembar Kerja Siswa (LKS).
a.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan guru yang
berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk
13
mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan (UPPL, 2011 : 7). Setiap guru pada
satuan
pendidikan
berkewajiban
menyusun
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimaksudkan untuk mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat difungsikan sebagai pengingat bagi guru mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan dalam proses pembelajaran yaitu dari strategi pembelajaran yang dipilih, sistem penilaian yang digunakan dan hal-hal teknis lainnya. Adapun langkah-langkah untuk menyusun RPP adalah sebagai berikut : 1)
Penulisan Identitas a)
Nama Sekolah
b) Mata Pelajaran c)
Kelas/Semester
d) Alokasi Waktu e)
Standar Kompetensi
f)
Kompetensi Dasar
14
2)
Merumuskan indikator Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
3)
Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan indikator.
4)
Materi pembelajaran Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
5)
Metode pembelajaran Metode pembelajaran yang dipilih adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta yang dapat menunjang terwujudnya tujuan pembelajaran.
6)
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Kualitas pengalaman belajar peserta didik sangat bergantung pada langkahlangkah kegiatan pembelajaran. Pengalaman belajar peserta didik adalah aktivitas peserta didik baik fisik maupun mental yang melibatkan sumbersumber belajar dan bermacam-macam pendekatan pembelajaran serta membuat peserta didik aktif.
15
7)
Sumber pembelajaran Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
8)
Penilaian pembelajaran. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi.
b.
Handout Handout adalah bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar, yang biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Handout yang digunakan sebagai bahan ajar disini yaitu dalam bentuk catatan yang menyajikan konsep-konsep atau sebagian garis besar dalam materi, prinsip, gagasan pokok yang akan di bahas. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan handout dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah dapat merangsang rasa ingin tahu dalam mengikuti pelajaran, dapat diproduksi sendiri,
16
wujudnya fleksibel sangat bisa disesuaikan dengan kondisi siswa, bentuk dan isinya bervariasi, uraian rinci dilengkapi gambar, bagan, pertanyaan, tugas dan bahan referensi.
c.
Media Pembelajaran Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik bila ditunjang oleh berbagai
faktor, antara lain media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran karena dapat membantu siswa dan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sehubungan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP (Ahmad Rivai dan Nana Sudjana, 2005 : 64). Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah kegiatan berkomunikasi, guru bertindak sebagai pemberi pesan yang berusaha menyampaikan pesan berupa pengetahuan atau kemampuan baru yang harus dimiliki oleh peserta didik selaku penerima pesan. Agar komunikasi dalam proses belajar dapat berjalan efektif diperlukan media atau alat bantu pembelajaran yang dipilih secara tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran (Mulyati Arifin, dkk; 2005: 160). Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu strategi yang diterapkan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan akan dapat dikuasai oleh peserta didik secara efektif dan efisien (Sutiman, 2009: 42). Bagi siswa, penggunaan perangkat atau media pembelajaran dapat membantu mengaktifkan fungsi psikologis dalam diri seperti pemusatan dan mempertahankan perhatian, memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik
17
(indera) siswa, serta mempercepat kontruksi/rekontruksi kognitif siswa sehingga dapat mempercepat keberlangsungan proses belajar-mengajar (Mulyati Arifin, dkk; 2005: 146).
d.
Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas atau
pernyataan yang digunakan sebagai pedoman peserta didik dalam pembelajaran. Dalam LKS jenis ini materi pelajran tidak hanya disampaikan dalam bentuk uraian/bacaan, melainkan sudah dalam bentuk rangkuman atau point-point penting saja, yang didalamnya juga berisi pedoman untuk melakukan eksperimen/ percobaan dan bersis tugas/soal-soal. Selain itu, LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas peserta didik dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992 : 41-46), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang baik harus memenuhi persyaratan, meliputi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. Penjabaran persyaratan tersebut sebagai berikut: 1)
Syarat Didaktik LKS sebagai salah satu sarana yang pendukung proses pembelajaran harus
memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu:
18
a)
Lembar Kerja Siswa yang baik memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa yang memiliki kemampuan berbeda.
b)
Lembar Kerja Siswa menekankan pada proses untuk menemukan konsepkonsep sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagisiswa untuk mencari informasi dan bukan alat pemberitahu informasi.
c)
Lembar Kerja Siswa memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sehingga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menulis, menggambar, berdialog dengan temannya, menggunakan alat, menyentuh benda nyata.
d)
Lembar Kerja Siswa mengembangkan kemampuan berkomunikasi sosial, emosional, moral dan estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditujukan untuk mengenal fakta dan konsep akademis.
2)
Syarat Konstruksi Syarat konstruksi berkaitan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang dapat dimengerti oleh pihak pengguna.
3)
Syarat Teknis a)
Tulisan
(1) Tidak menggunakan huruf latin atau romawi. (2) Penggunaan huruf tebal. (3) Penggunaan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.
19
(4) Upaya agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. b) Gambar Gambar yang baik adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi secara efektif kepada LKS.
4.
Termokimia Perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah termokimia untuk kelas
XI IPA. Ringkasan materi Termokimia adalah sebagai berikut: a.
Azas / hukum kekekalan energi Bunyi hukum kekekalan energi, yaitu energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan, hanya bentuknya dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. b.
Sistem dan lingkungan Sistem adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian kita, atau sesuatu yang
kita amati/pelajari perubahan energinya. Lingkungan adalah semua yang berada di luar sistem. Sistem dan lingkungan dibedakan menjadi tiga macam yaitu : sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem terisolasi. c.
Entalpi dan perubahan entalpi suatu reaksi Jumlah total energi atau kalor yang dimiliki sistem pada tekanan tetap
disebut entalpi yang diberi simbol H. Perubahan entalpi (∆H) adalah perubahan panas dari reaksi pada suhu dan tekanan yang tetap, yaitu selisih antara entalpi zat-zat hasil dikurangi entalpi zat-zat reaktan.
20
Rumus ∆H = HP ─ HR Keterangan : ∆H = Perubahan entalpi Hp = Entalpi produk HR = Entalpi reaktan d.
Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang berlangsung dengan disertai
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Pada reaksi eksoterm dibebaskan energi, sehingga entalpi sistem berkurang dan perubahan entalpi bertanda negatif. Reaksi endoterm adalah reaksi yang berlangsung dengan disertai perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi endoterm diperlukan energi, sehingga perubahan entalpi sistem bertambah dan perubahan entalpi bertanda positif. e.
Persamaan termokimia Persamaan reaksi kimia yang menyertakan perubahan entalpi (∆H) disebut
persamaan termokimia. Nilai ∆H ini, dapat diketahui apakah reaksi kimia yang berlangsung merupakan reaksi eksoterm atau endoterm. f.
Data perubahan entalpi pembentukan standar Perubahan entalpi pada reaksi kimia, bergantung pada jumlah zat yang
direaksikan. Jika pereaksinya semakin banyak, maka perubahan entalpi semakin besar. Kalor yang dibebaskan atau diperlukan pada reaksi 1 mol zat yang berlangsung pada suhu 250C (298 K) dan tekanan 1 atm disebut perubahan entalpi reaksi standar (∆H0). Beberapa macam perubahan entalpi meliputi :
21
1)
Entalpi pembentukan standar (∆H0f)
2)
Entalpi penguraian standar (∆H0d)
3)
Entalpi pembakaran standar (∆H0c)
g.
Perhitungan perubahan entalpi Harga perubahan entalpi atau perubahan kalor pada suatu reaksi dapat
ditentukan dengan kalorimeter, Hukum Hess, data entalpi pembentukan dan data energi ikatan. 1)
Menggunakan kalorimeter. Kalorimeter adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah kalor reaksi, yaitu kalor yang diserap atau dilepas pada suatu reaksi. Jumlah kalor reaksi tergantung dari sifat termal zat, yaitu kemampuan zat untuk menyerap atau melepas kalor. Kalorimeter terdiri atas kelorimeter sederhana dan kalorimeter bom.
2)
Menggunakan Hukum Hess Hukum Hess berbunyi perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal (zat-zat pereaksi) dan keadaan akhir (zat-zat hasil reaksi) dari reaksi dan tidak tergantung pada jalannya reaksi. Prinsip dari hukum Hess ini dapat digunakan untuk menentukan perubahan entalpi suatu reaksi yang tidak dapat diukur dengan menggunakan kalorimeter.
22
3)
Menggunakan data energi ikatan Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan 1 mol molekul gas menjadi atom-atom atau gugus dalam keadaan gas. Energi ikatan dapat digunkan untuk memperkirakan perubahan entalpi suatu reaksi.
B.
Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nur Rohmawati (2007) berjudul Pengembangan media pembelajaran kimia berbantuan komputer untuk materi pokok termokimia bagi siswa SMA/MA kelas Xl IPA sebagai sumber belajar mandiri. Hasil penelitian keseluruhan diperoleh kesimpulan bahwa
paket belajar yang telah disusun
memenuhi kriteria kualitas yang sangat baik dan layak digunakan sebagai sumber belajar mandiri . Penelitian yang relevan lainnya adalah Uum (2011) yang melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia SMA/MA Materi Pokok Termokimia dengan Pendekatan Inquiry Based Learning (IBL). Model pengembangan yang dilakukan adalah model prosedural, yaitu model pengembangan yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah standar yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan pada penelitian tersebut diberi saran/masukan oleh 2 dosen pembimbing, 3 peer reviewer, dan 2 ahli media/materi. Sementara penilaian produk dilakukan oleh 5 guru kimia SMA/MA dengan
hasilnya perangkat pembelajaran yang dikembangkan
mempunyai kualitas produk yang sangat baik.
23
Penulisan serupa mengenai perangkat pembelajaran dan pemodelan khususnya kimia di SMA/MA kelas XI Materi Kesetimbangan Kimia oleh Shin Queena
Nimas
Caesaar
(2011)
yang
melakukan
penelitain
berjudul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Pemodelan Kimia SMA/MA Materi Kesetimbangan Kimia dengan Pendekatan Inquiry Based Learning (IBL)”. Model pengembangan
yang dilakukan
adalah
model
prosedural,
yaitu
model
pengembangan yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah standar yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan pada penelitian tersebut diberi saran/masukan oleh 2 dosen pembimbing, 3 peer reviewer, dan 2 ahli media/materi. Sementara penilaian produk dilakukan oleh 5 guru kimia SMA/MA dengan hasilnya perangkat pembelajaran yang dikembangkan mempunyai kualitas produk yang sangat baik dan dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran yang bersifat inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa secara signifikan. Relevansi penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan adalah dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), handout, media powerpoint, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Selain itu, prosedur penelitian yang dilakukan disini sama dengan penelitian-penelitian di atas. Perbedaannya yaitu terletak pada materi dan perangkat pembelajaran saja tidak pada pemodelan pembelajaran.
24
C.
Kerangka Berpikir Pengembangan perangkat pembelajaran termokimia untuk siswa SMA/MA
kelas XI IPA materi Termokimia perlu dilakukan. Perangkat pembelajaran adalah sarana yang penting dan turut menentukan keefektifan suatu proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran kimia dapat digunakan guru dalam pembelajaran agar dapat menghasilkan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan aspek kognitif, sikap, dan keterampilan termasuk keterampilan berpikir, keterampilan berkomunikasi. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar (handout), media powerpoint, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Kualitas perangkat pembelajaran kimia ini akan dinilai oleh 5 reviewer kimia di SMA/MA. Penilaian kualitas tersebut dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian yang terstruktur tentang aspek kriteria yang baik, sehingga akan mampu menjadi perangkat pembelajaran kimia yang bermanfaat bagi guru serta bagi siswa.
D.
Pertanyaan Penelitian. Pertanyaan dalam penelitian pengembangan ini adalah :
1.
Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran termokimia untuk siswa SMA/MA kelas XI IPA melalui tahapan studi literatur, merumuskan tujuan yang akan dicapai (Planning), persiapan atau menyiapkan buku petunjuk, uji-coba lapangan dengan meminta langsung ke pada reviewer
25
untuk menilai produk yang dikembangkan, dan melakukan perbaikan produk tahap akhir. 2.
Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran kimia SMA/MA kelas XI IPA materi termokimia, menurut hasil penilaian lima guru kimia yang mencakup: a.
Bagaimana kualitas RPP yang dihasilkan?
b.
Bagaimana kualitas handout serta soal evaluasi yang dihasilkan?
c.
Bagaimana kualitas LKS yang dihasilkan?
d.
Bagaimana kualitas media powerpoint yang dikemas dalam bentuk CDWR?
26