11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan komponen vital yang dibutuhkan dalam operasi perusahaan, baik untuk perusahaan kecil, menengah, dan perusahaan besar. Peranan aktiva tetap sangat besar untuk menghasilkan produk, seperti lahan sebagai tempat berproduksi bagi usaha pertambangan, pertanian, perkebunan, perikanan dan perusahaan jasa. Bangunan sebagai tempat pabrik, kantor serta kegiatan lainnya. Mesin dan peralatan sebagai alat untuk berproduksi. Kendaraan pengangkutan sebagai alat untuk mengangkut produk atau hasil lainnya. Inventaris berupa inventaris kantor, perabot, meja, kursi, lemari dan lain-lain sebagai alat yang mendukung kegiatan perusahaan semuanya. Tanpa aktiva tetap, operasi perusahaan tidak akan dapat berjalan karena aktiva tetap merupakan sumber daya yang mendukung perusahaan dalam memperoleh penghasilan. Aktiva tersebut harus dikelola dengan baik agar mendapatkan keuntungan di masa depan. Peranan aktiva tetap sangat besar dalam perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, dari segi jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi pengolahannya yang melibatkan banyak orang, dari segi pembuatannya yang sering jangka panjang, maupun dari segi pengawasannya yang agak rumit. Setiap perusahaan sudah pasti memiliki aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Namun setiap aktiva tetap yang dimiliki mungkin satu sama lainnya 11 Universitas Sumatera Utara
12
dapat berbeda seperti perusahaan jasa, aktiva tetapnya berbeda dengan aktiva tetap perkebunan, perkapalan, perminyakan, perdagangan, dan lain-lain. Perusahaan akan menanamkan dana yang dimilikinya pada mesin, gedung, tanah, peralatan, properti pabrik, kendaraan dan lain-lain, dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Umur ekonomis aktiva ini biasanya lebih dari satu tahun dan demikian juga dengan manfaat ekonomisnya akan dirasakan dalam jangka panjang, dan merupakan aktiva yang dioperasikan perusahaan dalam rangka menghasilkan laba. a. Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16) “Aktiva tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”. Menurut Harahap (2002:20) “Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”. Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud (tangible asset) karena terlihat secara fisik. Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Dalam perusahaan, aktiva tetap bisa menempati bagian yang sangat signifikan pada total aktiva perusahaan secara keseluruhan (Warren, 2005:492).
Universitas Sumatera Utara
13
Ross Wasterfield dan Jaffe (Apriani, 2007) menyatakan “Fixed Asset is long live property owned by firm that is used by in the firm by production of its income”. Artinya bahwa aktiva tetap adalah asset kepemilikan jangka panjang perusahaan yang digunakan oleh perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Menurut Munawir (2002,139), pengertian aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang memiliki umur relatif permanen, memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun yang dimiliki dan digunakan untuk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali (bukan barang dagangan) serta nilainya relatif material. Defenisi aktiva tetap menurut Mulyadi (2001:591) adalah adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa mutlak memerlukan aktiva tetap. b. Klasifikasi Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain: a) Sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi menjadi: 1. Aktiva tetap berwujud Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam operasi perusahaan yang normal. Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macammacam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan alat-alat, kendaraan dan
Universitas Sumatera Utara
14
lain-lain. Dari bermacam-macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut : a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah. b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaanya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, kendaraan, dan lain-lain. c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas apabila sudah habis masa penggunaanya, tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti hasil-hasil tambang, hutan, dan lain-lain. 2. Aktiva tetap tidak berwujud Aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva-aktiva yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik seperti Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Godwill-Patent, Copyright, Hak Cipta, Franchise dan lain-lain. b) Sudut disusutkan atau tidak 1. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan (building), peralatan (Equipment), mesin (machinery), inventaris, jalan, dan lain-lain. 2. Undepreciated Pant Assets, aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah (land). c) Berdasarkan Jenis Aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut: 1. Lahan
Universitas Sumatera Utara
15
Lahan adalah bidang tanah terhampar, baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatanya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan dan lain-lain maka dapat digabungkan dalam nilai lahan. 2. Bangunan gedung Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan atau air. Pencatatanya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu. 3. Mesin Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan. 4. Kendaraan Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truck, grader, tractor, forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain. 5. Perabot Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. 6. Inventasi atau peralatan
Universitas Sumatera Utara
16
Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik,
inventaris
laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain. 7. Prasarana Prasarana meliputi jalan, jembatan, riol, pagar dan lain-lain c. Pengeluaran Setelah Perolehan Aktiva Tetap Pengeluaran yang terjadi setelah perolehan aktiva tetap terdiri dari pengeluaran modal (capital expenditure), dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengertian kedua jenis pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut: a) Pengeluran modal (capital expenditures) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi). b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), adalah pengeluaranpengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaranpengeluaran yang timbul dicatat dalam rekening biaya. Untuk dapat membedakan kedua pengeluaran tersebut, Syafri (2002,48) memberikan pedoman sebagai berikut: jika pengeluaran tersebut menambah harga pokok aktiva bersangkutan dalam arti pengeluaran tersebut dikapitalisir dan akan dialokasikan melalui pembebanan biaya penyusutan selama masa penggunaanya maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai pengeluaran modal, sebaliknya jika pengeluaran tersebut tidak dianggap menambah harga pokok dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan ke perkiraan laba rugi maka pengeluaran tersebut dianggap pengeluaran pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
17
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16) memberikan pernyataan tentang biayabiaya setelah perolehan aktiva tetap: 1. Entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset yang bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laporan laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama teridir atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk di dalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan perbaikan” aset tetap; 2. Bagian-bagian tertentu dari aset tetap mungkin perlu diganti secara periodik. Contoh, tungku pembakaran perlu diganti lapisannya setelah digunakan sekian jam, demikian juga interior pesawat terbang seperti tempat duduk dan dapur perlu diperbaharui beberapa kali sepanjang umur rangka pesawat. Entitas dapat juga memperoleh komponen aset tetap tertentu untuk melakukan penggantian yang tidak terlalu sering dilakukan, seperti mengganti dinding interior suatu bangunan, atau melakukan suatu penggantian yang tidak berulang. Sesuai dengan prinsip pengakuan aktiva tetap, entitas mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah tercatat aset saat biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari aset. Jumlah tercatat bagian yang diganti tersebut tidak lagi diakui apabila telah memenuhi ketentuan penghentian pengakuan. Pengeluaran setelah perolehan akan muncul dalam masa operasi aktiva tetap baik pengeluran modal (capital expenditure) maupun pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran tersebut terjadi dalam reparasi dan pemeliharaan (repairment), penggantian (replacement), perbaikan (improvement), penambahan (addition), dan penyusunan kembali (reinstalation). Yang menjadi dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi. Capital expenditure akan menambah harga pokok aktiva yang bersangkutan yang disebabkan oleh pengkapitalisasian pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya menambah manfaat, umrur ekonomis serta nilai guna dari aktiva tersebut. Capital
Universitas Sumatera Utara
18
expenditure akan mempengaruhi beban penyusutan lebih dari satu periode, sementara revenue expenditure hanya akan mempengaruhi beban pada periode berjalan. Revenue expenditure tidak menambah harga pokok aktiva tetap dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan ke perkitaan laba rugi Setiap pengeluaran modal diharapkan memberikan salah satu atau kedua dampak positif terhadap operasi perusahaan di masa yang mendatang: 1. kenaikan kuantitas atau volume jasa yang dapat diberikan oleh aktiva teta 2. meningkatkan kualitas jasa yang diberikan oleh aktiva tetap Pengelompokan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat, sebab kesalahan pengelompokan pengeluaran akan mempengaruhi perhitungan laba rugi, aktiva, dan modal. Dalam praktek, pemisahan pengeluaran menjadi pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan kadang sulit dilakukan. Jumingan (2006,16) membuat pedoman untuk membedakan kedua golongan pengeluaran tersebut. a) Pengeluaran modal 1) Pengeluaran yang bersifat menambah kuantitas fisik baik kekayaan perusahaan, misalnya menambah atau memperluas bangunan, penempatan tambahan mesin baru. 2) Pengeluaran yang tidak menambah kuantitas fisik tetapi bersifat meningkatkan efisiensi, produktivitas, umur, atau keawetan fasilitas pabrik (meningkatkan kualitas harta kekayaan perusahaan), misalnya mengganti atap bangunan dengan bahan yang lebih awet. 3) Pengeluaran untuk reparasi berat dan penggantian spare-parts yang bersifat memperpanjang umur pemakaian aktiva tetap atau meningkatkan efisiensi, produktivitas, atau kegunaannya, misalnya spare-parts lama diganti dengan spare-parts baru yang lebih baik. b) Pengeluaran penghasilan 1) Pengeluaran yang bersifat mempertahankan efisiensi aktiva tetap, misalnya reparasi kecil atau penggantian spare-parts kecil seperti membeli oli mesin, mengecat, dan reparasi kecil lain agar mesin atau peralatan lain berfungsi dengan baik. 2) Pengeluaran yang jumlahnya relatif sedikit, manfaatnya di masa
Universitas Sumatera Utara
19
yang akan datang tidak begitu berarti, atau sulit mengukur manfaatnya di masa yang akan datang. Syafri
(2002,49)
memberikan
pedoman
untuk
membedakan
capital
expenditure dengan revenue expenditure dalam berbagai segi: a) segi keuntungan, jika pengeluaran itu memberikan keuntungan selama lebih dari satu tahun dalam arti pengeluaran dapat menambah kegunaan aktiva itu maka dianggap sebagai capital expenditure, sedangkan bila manfaatnya hanya dalam tahun yang bersangkutan biasanya pengeluaran itu dianggap revenue expenditure b) kebiasaan, jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu dianggap sebagai revenue expenditure, sedangkan jika pengeluaran itu sifatnya tidak lazim dan rutin maka dianggap sebagai capital expenditure c) jumlah, jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting biasanya dianggap sebaga capital expenditure, sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil dianggap sebagai revenue expenditure Contoh dari pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) antara lain: pemeliharaan dan reparasi. Pemeliharaan (maintenence) yaitu biaya
yang
dikeluarkan unruk memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi baik, biaya ini sifatnya biasa dan berulang-ulang dan tidak menambah umur aktiva tetap. Reparasi (repairs) yaitu pengeluaran untuk memperbaiki atau merekondisikan aktiva dari kerusakan dengan mengganti alat-alat yang rusak sehingga menjadi baik dan dapat digunakan kembali. d. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16) suatu benda berwujud harus diakui dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap apabila : a. besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan, dan b. biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
Universitas Sumatera Utara
20
Sedangkan pengertian biaya perolehan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16) adalah : biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau kontruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat didistribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. Aktiva tetap dicatat pada mulanya sebesar biaya perolehan, yaitu harga perolehan awal atau harga jual tunai. Biaya atau harga perolehan aktiva tidak hanya meliputi harga pembelian semula atau nilai setaranya, tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkannya agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan. Pajak dan bea, ongkos angkut, biaya pemasangan, dan pengeluaran lain yang berkaitan dengan perolehannya harus dimasukkan di dalam harga perolehan tersebut. Aktiva bekas harus dicatat sebesar harga perolehannya tanpa memperhatikan nilai bukunya pada catatan si penjual. Pada umumnya, penjualan untuk reparasi, rekondisi, atau perbaikan mutu aktiva sebelum digunakan harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perlehan.
e. Perolehan Aktiva Tetap Pada umumnya aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi besarnya nilai harga perolehan. Adapun cara-cara yang umum digunakan perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap diantaranya adalah : 1. Pembelian tunai; 2. Pembelian angsuran;
Universitas Sumatera Utara
21
3. Perolehan dengan melalui cara pertukaran; 4. Perolehan dengan cara penerbitan surat berharga; 5. Perolehan dengan membuat (kontruksi sendiri); dan 6. Perolehan melalui hibah, sumbangan, dan atau hadiah. f. Penyusutan Aktiva Tetap Wild (2005:302) menyebutkan: “Penyusutan merupakan pembebanan biaya aktiva secara periodik sepanjang periode manfaat yang diharapkan”. Menurut Smith (1992, 491) “Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva yang bersangkutan”.
Defenisi penyusutan menurut Ikatan Akuntan Indoensia
(2007:16) adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Dari defenisi di atas dapat diartikan bahwa beban penyusutan merupakan pengakuan atas penurunan nilai pelayanaan aktiva. Minurut
Smith (1992, 492), fakor-faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan beban penyusutan periodik aktiva tetap adalah: 1. 2. 3. 4.
Biaya atau harga perolehan, Nilai sisa atau nilai residual, Masa manfaat, dan Pola penggunaan.
Empat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Biaya atau harga perolehan (cost), yaitu pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapan aktiva untuk dapat digunakan. Harga perolehan aktiva dikurangi nilai residual yang diperkirakan adalah harga perolehan yang dapat
Universitas Sumatera Utara
22
disusutkan atau dasar penyusutan, yaitu harga perolehan aktiva yang dibebankan ke pendapatan di masa depan 2. Nilai residu atau nilai sisa, yaitu jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi. Nilai ini akan tergantung pada kebijakan penghentian penggunaan yang diterapkan perusahaan dan juga kondisi pasar serta faktor-faktor lainnya 3. Masa manfaat. Aktiva tetap selain tanah memiliki masa manfaat terbatas karena faktor-faktor fisik dan fungsional tertentu. Faktor fisik yang membatasi masa manfaat aktiva adalah keausan dan kecacatan, kemerosotan nilai dan pembusukan, dan kerusakan atau destruksi, sedangkan faktor-faktor fungsional yang membatasi masa manfaat aktiva adalah ketidaklayakan dan keusangan 4. Pola penggunaan. Untuk menandingkan harga perolehan aktiva terhadap pendapatan, beban penyusutan periodik harus mencerminkan setepat mungkin pola penggunaan. Bila aktiva menghasilkan suatu pola pendapatan yang bervariasi, maka beban penyusutan juga harus bervariasi dengan pola yang sama. 2. Investasi dalam Aktiva Tetap Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan yakni memperoleh keuntungan, maka perusahaan memerlukan investasi untuk memperlancar seluruh aktivitas operasinya. Keputusan investasi sangat penting dengan semakin besar dan berkembangnya perusahaan. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan diharapkan akan bisa ditutup oleh penerimaan-penerimaan di masa yang akan
Universitas Sumatera Utara
23
datang. Penerimaan-penerimaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Menurut Kusnadi dalam Lily (2005), “Investasi adalah penanaman dana untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, pada umumnya jauh lebih lama dari itu, dengan tujuan memberikan penghasilan tetap atau menguasai perusahaan lain. Menurut Martono (2002:138), “Investasi adalah merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan akan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang”. Halim (2005:1) mengemukakan bahwa investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset finansial (financial asset) dan investasi pada aset-aset rill (real asset). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, dan surat berharga pasar uang. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, waran, dan opsi. Sedangkan investasi pada aset-aset rill dapat berbentuk pembelian aset produktif seperti kendaraan, alat-alat pengangkutan dan mesinmesin,
pendirian atau penambahan pabrik, pembukaan pertambangan,
pembukaan perkebunan dan lain-lain. Khusus dalam penelitian ini investasi yang dikaji adalah investasi aktiva tetap yang merupakan investasi aset-aset rill (real asset) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2005-2008.
Universitas Sumatera Utara
24
Dari pengertian tersebut di atas, investasi merupakan penambahan aktiva yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan penerimaan. Investasi dalam aktiva tetap sangat penting dan harus diperhatikan sebaik-baiknya oleh manajemen perusahaan. Menurut Sutrisno dalam Lily (2005), perencanaan terhadap keputusan investasi sangat penting, antara lain karena: 1) Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh lagi dalam waktu jangka pendek atau diperoleh sekaligus. 2) Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka waktu yang cukup lama untuk bisa memperoleh kembali dana tersebut. 3) Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam melakukan peramalan akan dapat menyebabkan terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan. 4) Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang fatal bagi perusahaan, dan tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.
3. Pertumbuhan Laba Pada dasarnya perusahaan beroperasi adalah dengan harapan akan memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai, dengan demikian laba merupakan prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan tepatnya laba rugi. Prestasi ini tentu akan meningkatkan modal pemilik karena laba merupakan tambahan modal yang akan digunakan perusahaan dalam operasinya terlebih untuk melakukan pengeluaran modal seperti penambahan investasi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:13) tentang kinerja, disebutkan bahwa penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
Universitas Sumatera Utara
25
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba adalah hasil dari suatu periode yang telah dicapai oleh perusahaan sebagaimana disebutkan Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) nomor 1 dalam Agung (2008). Hartono (2000,254) menyatakan bahwa besar kecilnya perusahaan dapat diukur dari aktiva atau harta yang dimiliki perusahaan, dan besar kecilnya aktiva yang dimiliki sangat berpengaruh dalam kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). Simamora (2000), menyatakan bahwa laba perusahaan dari tahun ke tahun dapat meningkat atau mengalami penurunan. Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan menunjukkan pertumbuhan laba perusahaan baik. Demikian juga sebaliknya, penurunan laba dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan kurang baik. Perusahaan dengan laba bertumbuh dapat memperkuat hubungan antara aktiva tetapnya dengan profitabilitasnya. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan laba bertumbuh dengan jumlah aktiva tetap yang lebih besar akan memiliki peluang yang lebih besar di dalam menghasilkan profitabilitas di masa mendatang supaya bisa mempertahankan keunggulan dalam persaingan bisnis. Perusahaan yang memiliki total asset atau aktiva tetap yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan. Dari sejumlah teori tersebut, pertumbuhan laba (profitabilitas) memiliki pengaruh terhadap investasi aktiva perusahaan. Perusahaan yang pertumbuhan labanya stabil cenderung akan berusaha mengingkatkan aktiva tetapnya, karena
Universitas Sumatera Utara
26
aktiva tetap merupakan earning asset (aktiva yang memberi pendapatan) yang merupakan earning power bagi perusahaan. Lily (2005) dalam penelitannya menyebutkan bahwa profitabilitas (pertumbuhan laba)
yang diukur dengan
variabel ROI memiliki hubungan yang searah dengan keputusan investasi aktiva tetap dengan nilai yang signifikan. Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Labat − Labat −1 Labat −1 4. Tingkat Suku Bunga Setiap perusahaan pada umumnya tidak dapat mengandalkan pendanaan sendiri (modal sendiri) untuk setiap operasinya. Dalam melakukan ekspansi, perusahaan biasanya memerlukan tambahan modal untuk pembelian bangunan, mesin-mesin dan properti pabrik lainnya. Alternatif yang diambil perusahaan dalam memenuhi keinginan memperbesar skala bisnis dalam hal ini salah satunya adalah utang (pinjaman). Pemilihan alternatif inilah yang mengharuskan perusahaan untuk membayar harga atau imbal hasil dari harga yang dipinjam, yang pada akhirnya besaraannya disebut dengan tingkat suku bunga. Pengertian dasar dari suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari loanable funds (dana investasi). Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kombinasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat ke depan dari uang tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut “pokok utang” (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan
Universitas Sumatera Utara
27
sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut “suku bunga” (http://.id.wikipedia.org./wiki/suku_bunga).
Miller
dan
Vanhoose
dalam
Makaryanawati (2009) menyatakan “Bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman”. Tingkat suku bunga merupakan persentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan pada periode tertentu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Makarnawati, 2009:54). Sunariyah (2006,105) mengemukakan bahwa jika tingkat suku bunga meningkat maka jumlah tabungan juga meningkat. Hal ini akan membuat masyarakat yang kelebihan dana tidak tertarik berinvestasi, dan sebaliknya perusahaan akan kesulitan dalam mendanai investasinya dikarenakan tingginya biaya modal. Fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2006,106) adalah : 1. sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan, 2. suku bunga dapat digunkan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian, 3. pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Suku bunga ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal. Tinggi rendahnyan suku bunga akan mempengaruhi tinggi rendahnya minat masyarakat dalam menabung, serta berdampak pada tinggi rendahnya penawaran dana investasi. Suku bunga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suku bunga nominal dan suku bunga rill. Suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam.
Universitas Sumatera Utara
28
Sedangkan suku bunga rill lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga rill adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Bersarnya tingkat suku bunga berkaitan dengan investasi. Sebagaimana disebutkan. Menurut Keynes dalam Manullang (1983) “Bunga adalah sematamata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pengeluaran untuk menggunakan uang”. Keynes berpendapat bahwa ada pengaruh tingkat suku bunga terhadap perekonomian seluruhnya, yang pada gilirannya investasi akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari loanable funds (dana investasi), dengan demikian bunga adalah harga yang berlaku di pasar dan investasi. Untuk melihat hubungan antara suku bunga dengan investasi, dapat dijelaskan oleh teori R.C Hawrey yang berbunyi : “Jika tingkat bunga turun, maka investasi akan menguntungkan, dan permintaan modal akan naik”. Ini berarti bahwa tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor determinan dalam investasi. Karvov (2004,79) mengungkapkan bahwa secara teoritis hubungan antara tingkat suku bunga dan kinerja pasar modal dan investasi adalah negatif atau berbanding terbalik. Kenaikan suku bunga pada umumnya akan membuat gairah di pasar modal serta investasi menurun karena akan memotong laba perusahaan dan meningkatkan biaya modal. Hal ini terjadi dengan dua cara. Pertama, kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya modal (cost of capital) dalam bentuk beban bunga yang harus ditanggung perusahaan, sehingga labanya bisa terpangkas; kedua, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan
Universitas Sumatera Utara
29
harga produk akan semakin mahal sehingga konsumen mungkin menunda pembeliannya dan menyimpan uangnya di bank dan sebaliknya pihak perusahaan akan menunda pembelian atau penambahan asset-asset produktif, pendirian atau perluasan pabrik, dan pembelian asset-asset jangka panjang lain. Dari sejumlah teori tersebut, dapat dilihat bahwa suku bunga sangat berhubungan dengan investasi, dimana jika suku bunga meningkat akan berdampak negatif (penurunan) dalam investsi yang disebabkan oleh tingginya biaya modal, sebaliknya jika tingkat suku bunga turun akan berdampak positif bagi dorongan investasi yang disebabkan investasi akan lebih menguntungkan karena semakin rendahnya biaya modal yang ditanggung perusahaan. Dengan kata lain tingkat suku bunga merupakan stimulus yang menjadi fokus pertimbangan dalam keputusan investasi. Untuk lebih menguatkan teori ini, penulis mencoba mengutip pernyataan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani (www.Media _indonesia.Com) “Suku bunga merupakan stimulan bagi investasi”. Dalam perusahaan, keputusan untuk menambah investasi atau ekspansi aktiva tetap tidak bisa lepas dari pertimbangan suku bunga. Di indonesia suku bunga ditentukan oleh Bank Indonesia yang disebut dengan BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). Masyarakat investasi cenderung mengharapkan penurunan suku bunga Bank Indonesia atau BI Rate. “Turunnya suku bunga BI, maka akan diikuti oleh penurunan
suku
bunga pinjaman
(lending
rate),
masyarakat/perusahaan
mengalihkan tabungan di bank ke beragam investasi, dan selanjutnya kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
30
merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk mengingkatkan investasi atau ekspansi” sebagaimana dikutip dari pernyataan Senior Vice Indomitra Sekuritas David Manurung (www. Surya_online.com). Ini semakin menguatkan hubungan yang saling mempengaruhi antara tingkat suku bunga dengan investasi. BI Rate ditentukan berdasarkan rapat Dewan Gubernur Bank Indoneisa. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan menaikkan atau menurunkan BI rate di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi beberapa faktor antara lain: jumlah uang beredar, inflasi, tingkat bunga ertifikat bank indonesia (SBI), dan produk domestik bruto (PDB), dan faktor makro lainnya,
sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi suku
bunga yaitu suku bunga luar negeri dan perubahan nilai valuta asing. Bila melihat faktor penentu suku bunga tersebut jelas bahwa tingkat suku bunga akan dapat berubah setiap waktu, baik itu mengalami kenaikan ataupun penurunan. Kenaikan dan penurunan suku bunga pada periode tertentu secara cepat akan berdampak pada keputusan investasi yang dalam penelitian ini mengkaji perubahan tingkat suku bunga terhadap investas aktiva tetap. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah BI rate tahunan mulai tahun 2005-2008. Untuk melihat seberapa besar pengaruh kenaikan suku bunga terhadap investasi aktiva tetap, formulasi yang digunakan untuk melihat pertumbuhan suku bunga adalah :
Suku Bungat − Suku Bungat −1 Suku Bungat −1 Memahami tingkat suku bunga merupakan keharusan bagi setiap pelaku bisnis baik sebagai pelaku yang kelebihan dana (investor) maupun sebagai pelaku yang kekurangan dana (debitor). Investor akan sangat terbantu dalam memilih
Universitas Sumatera Utara
31
alternatif-alternatif investasi yang lebih menguntungkan, dan bagi debitor (perusahaan) akan berguna dalam mengambil keputusan pembiayaan guna mendanai investasi aktiva tetapnya yang dilakukan agar menghasilkan biaya modal lebih murah. Setelah tingkat suku bunga (BI Rate) diketahui besar pertumbuhannya melalui formulasi tersebut, selanjutnya melalui penelitian ini akan dapat diketahui pengarunya terhadap investasi aktiva tetap pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. Return on Equity Modal pemilik atau kontribusi investasi tambahan dari pemilik modal merupakan sumber pembiayaan bagi perusahaan dalam mendanai investai aktiva tetapnya. Sebagai imbalan biaya modal ini,
perusahaan akan menjanjikan
pengembalian yang menguntungkan dengan mengoptimalkan kinerja dan pengelolaan investasi tersebut. Pengembalian (return) yang diberikan perusahaan terhadap pemegang saham ini disebut return on equity (ROE). Syamsudin (2000:64) menyatakan “Return on Equity merupakan suatu pengukuran dari suatu penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan”. Menurut Tandelilin (2001:240) “Return on equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh perusahaan. Menurut Brigham (2001:91), pengembalian atas ekuitas saham biasa (ROE) adalah rasio yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Ada tiga faktor yang
Universitas Sumatera Utara
32
menyebabkan besarnya ROE, yaitu margin laba yang lebih tinggi, efisiensi penggunaan aktiva, dan kenaikan leverage. Hal ini dapat diformulasikan dalam persamaan berikut :
ROE =
laba bersih penjualan total aktiva x x penjualan total aktiva ekuitas saham biasa
maka, ROE =
laba bersih ekuitas saham biasa.
Investor menginginkan pengembalian (ROE) yang tinggi atas setiap Rupiah investasi yang ditanamnya dalam aktiva perusahaan. Angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pengembalian yang tinggi akan menjadi pertimbngan utama bagi pemegang saham atau investor dalam
mengambil
keputusan
meningkatkan
jumlah
investasinya
dalam
perusahaan dengan harapan akan memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi lagi di masa mendatang. Sebaliknya bagi manajemen, dengan ROE yang semakin tinggi mereka akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan pendanaan dari investor untuk meningkatkan investasi aktiva tetap. ROE merupakan salah satu variabel untuk melihat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas memiliki hubungan yang erat dengan keputusan investasi aktiva tetap. Lily (2005) dalam penelitiannya meyebutkan bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROI memiliki hubungan yang searah dengan keputusan investasi dengan nilai yang signigikan. Rasio return on equity tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu, rasio ini bukan pengukur return yang diterima pemegang saham yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
33
B. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Lily (2005), yaitu penelitian yang mengkaji masalah pengaruh kinerja keuangan berdasarkan return on investment dan total asset turnover terhadap investasi aktiva tetap pada PT. Marga Sandang Bandung, periode pengamatan 2002-2004. Penelitian ke dua adalah Iskndar (2008), yang mengkaji pengaruh likuiditas, growth oportunity leverage, dan total asset turnover terhadap tingkat investasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Investasi yang dikaji meliputi tingkat investasi dalam aktiva lancar dan aktiva tetap dengan tahun pengamatan 2000-2002. Penelitian berikutnya adalah Khendy (2009), yaitu penelitian yang mengkaji pengaruh kinerja keuangan terhadap investasi aktiva tetap dengan mengambil sampel perusahaan yang go publik 2005-2006.
No
Peneliti
1.
Lily (2005)
2.
Iskandar
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Variabel Penelitian Pengaruh Kinerja Variabel Keuangan independen Berdasarkan Return peneliti Return On On Investment Dan Investment dan Total Asset Total Asset Turnover Terhadap Turnover. Investasi Aktiva Variabel dependen Tetap Investasi Aktiva Tetap
Pengaruh
Variabel
Hasil Penelitian 1. Secara parsial, ROI, Total Asset Turnover memiliki hubungan searah dengan keputusan investasi aktiva tetap dengan pengaruh yang signifikan. 2. Secara simultan ROI dan Total Asset Turnover memiliki hubungan searah dengan investasi aktiva tetap. 1. Secara parsial
Universitas Sumatera Utara
34
3.
(2008)
Likuiditas, Growth Oportunity Leverage, dan Total Asset Turnover Terhadap Tingkat Investasi Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Khendy (2009)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Investasi Aktiva Tetap Pada Perusahaan Yang Go Publik.
independen penelitin Likuiditas, Growth Oportunity, Leverage, dan Total Asset Turnover. Variabel dependen peneliti Tingkat Investasi.
Likuiditas, Growth Oportunity, Leverage, dan Total Asset Turnover mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap tngkat investasi, sedangkan Growth Oportunity mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat investasi. 2. Secara simultan Likuiditas, Growth Oportunity, Leverage, dan Total Asset Turnover mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat investasi. Variabel 1. Secara parsial independen variabel Return peneliti Return On On Asset, Total Asset, Total Asset Asset Turnover , Turnover, Long Longterm Debt to Term debt to Asset Ratio dan Equity, Longterm Longterm Debt to Debt to Asset. Equity Ratio tidak Variabel dependen berpengaruh Investasi Aktiva terhadap Investasi Tetap. Aktiva Tetap. 2. Secara simultan variabel Return On Asset, Total
Universitas Sumatera Utara
35
Asset Turnover , Longterm Debt to Asset Ratio, dan Longterm Debt to Equity Ratio mempengaruhi Investasi Aktiva Tetap.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam masalah tertentu (Erlina, 2007:28). Pertumbuhan laba merupakan prestasi yang menunjukkan kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan.
Menurut
Brigham (2001:89)
profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan atau keputusan. Hartono (2000,254) menyatakan bahwa besar kecilnya perusahaan dapat diukur dari aktiva atau harta yang dimiliki perusahaan, dan besar kecilnya aktiva yang dimiliki sangat berpengaruh dalam kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). Menurut Simamora (2000), laba perusahaan dari tahun ke tahun dapat meningkat atau mengalami penurunan. Perubahan (kenaikan atau penurunan) laba akan berpengaruh terhadap keputusan investasi aktiva tetap. Perusahaan yang labanya bertumbuh cenderung akan memperkuat investasi aktivanya demi memperbesar profitabilitas di masa yang akan datang. Menurut Gessel
dalam Komaruddin (1981) “Investasi lebih dekat
berhubungan dengan bunga modal”. Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah
Universitas Sumatera Utara
36
harga dari loanable funds (dana investasi). Hubungan antara suku bunga dengan investasi dapat dijelaskan oleh teori R.C Hawrey yang berbunyi : jika tingkat bunga turun, maka investasi akan menguntungkan, dan permintaan modal akan naik. Ini berarti bahwa tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor determinan dalam investasi. Dari sejumlah teori tersebut, dapat dilihat bahwa suku bunga sangat berhubungan dengan investasi aktiva tetap, dimana jika suku bunga meningkat akan berdampak negatif (penurunan) dalam investasi, sebaliknya jika tingkat suku bunga turun akan berdampak positif bagi dorongan investasi. ROE merupakan salah satu variabel untuk melihat profitabilitas perusahaan. Dalam tinjauan teoritis penelitian ini, profitabilitas memiliki hubungan yang erat dengan keputusan investasi aktiva tetap. Lily (2005) dalam penelitiannya, meyebutkan bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROI memiliki hubungan yang searah dengan keputusan investasi dengan nilai yang signifikan. Dengan demikian ROE yang merupakan tingkat pengembalian investasi kepada pemegang saham memilki pengaruh terhadap keputusan investasi aktiva tetap. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, serta tinjauan teoritis yang membangun konsep setiap variabel penelitian ini, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
37
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Pertumbuhan Laba (X1)
H1 Investasi
Tingkat Suku Bunga (X2)
H2
Return on Equity (X3)
H3
Aktiva Tetap (Y)
H4
2. Hipotesis Hipotesis merupakan posisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2007: 41).
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban
sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H1: Pertumbuhan Laba memiliki pengaruh terhadap investasi aktiva tetap. 2. H2: Tingkat Suku Bunga memiliki pengaruh terhadap investasi aktiva tetap. 3. H3 : Rasio Return On Equity memiliki pengaruh terhadap investasi aktiva tetap. 4. H4 : Pertumbuhan Laba, Tingkat Suku Bunga, dan Return on Equity memiliki pengaruh secara simultan terhadap investasi aktiva tetap.
Universitas Sumatera Utara
38
Hipotesis dalam penelitian ini dibangun penulis berdasarkan teori-teori dalam tinjauan teoritis yang menjelaskan setiap variabel dan menjadi landasan pembangunan hipotesa bahwa ketiga variabel independen ini berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap investasi aktiva tetap.
Universitas Sumatera Utara