BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melakukan investasi. Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan
dana
dengan
pihak
yang
membutuhkan
dana
dengan
cara
memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). Riyanto (2001:47) menyebutkan bahwa pasar modal adalah pasar dalam pengertian abstrak yang mempertemukan investor dengan emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga di pasar modal). Husnan (2005:3) menyatakan bahwa, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public aothorities, maupun perusahaan swasta. Berdasarkan definisi tersebut, disebutkan bahwa di pasar modal diperdagangkan berbagai komoditas modal sebagai instrument jangka panjang. Komoditas modal tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu modal sendiri dan hutang. Modal sendiri adalah surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas seperti saham, waran, dan right. Sedangkan hutang adalah surat berharga yang bersifat hutang atau disebut sebagai surat berharga pendapatan tetap (fixed income) seperti obligasi dan obligasi konversi.
12
Instrument dari pasar modal adalah sebagai berikut. 1) Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau institusi dalam suatu perusahaan. Saham adalah surat berharga yang menerangkan bahwa pemilik surat tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Saham dibedakan atas dua jenis, yaitu : (1) Saham biasa Pemegang saham jenis ini mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal yang ditanamkan dan pemilik saham biasa mempunyai hak memilih (vote) dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). (2) Saham preferen Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). 2) Obligasi Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi. 3) Right
13
Right merupakan surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli tambahan saham pada penerbitan saham baru. 4) Waran Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham 2) Opsi Opsi adalah surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang atau lembaga (bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.
2.1.2 Obligasi Fahmi (2012:318) menyatakan bahwa, obligasi adalah surat berharga yang dijual kepada publik yang disertakan dengan berbagai ketentuan yang menjelaskan beberapa hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan lainnya. Darmadji dan Fakhruddin (2006:16) menyatakan bahwa, obligasi merupakan surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala serta mempunyai kewajiban melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan.
14
Obligasi merupakan suatu instrumen pendapatan tetap (fixed income securities) yang dikeluarkan oleh penerbit dengan menjanjikan suatu tingkat pengembalian kepada pemegang obligasi atas dana yang diinvestasikan investor berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok ketika obligasi tersebut jatuh tempo. Manfaat dari obligasi adalah sebagai sebuah instrumen investasi yaitu memberikan pendapatan tetap berupa kupon dan keuntungan atas penjualan obligasi. Bursa Efek Indonesia membagi obligasi menjadi 4 jenis yang berbeda yaitu. 1) Dilihat dari sisi penerbit (1) Corporate Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan baik yang berbentuk badan usaha milik negara atau badan usaha swasta. (2) Goverment Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. (3) Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik. 2) Dilihat dari sistem pembayaran bunga (1) Zero Coupon Bond yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo. (2) Coupon Bond yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya (3) Fixed Coupon Bond yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran dipasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
15
(4) Floating Coupon Bond yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut berdasarkan acuan tertentu seperti Average Time Deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito baik dari pemerintah ataupun swasta. 3) Dilihat dari hak penukaran atau opsi (1) Convertible Bond yaitu obligasi yang memberi hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya. (2) Exchangeable Bond yaitu obligasi yang memberi hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya. (3) Callable Bond yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. (4) Putable Bond yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. 4) Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya (1) Secured Bond yaitu obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau pihak ketiga. (2) Unsecured Bond yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
16
Obligasi termasuk surat berharga dengan tingkat risiko yang relatif rendah, namun obligasi tetap mengandung risiko, yaitu. 1) Risiko Default Risiko default adalah risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon obligasi atau tidak mampu mengembalikan pokok obligasi. 2) Risiko tingkat suku bunga Pergerakan harga obligasi sangat ditentukan oleh pergerakan tingkat suku bunga. Pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga.
2.1.3 Peringkat Obligasi Damadji & Fakhruddin (2006:18) menyatakan bahwa, dalam obligasi atau surat utang terdapat istilah peringkat obligasi yaitu tingkat yang menggambarkan kemampuan membayar perusahaan penerbit obligasi. Peringkat obligasi adalah simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen pemeringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi (Hartono, 2014:230). Peringkat obligasi memiliki arti yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dan investor, karena peringkat obligasi merupakan indikator dari resiko gagal bayar dimana peringkat memiliki pengaruh secara langsung yang dapat diukur pada tingkat bunga obligasi serta biaya utang perusahaan, dan sebagian besar dari obligasi dibeli oleh para investor institusional bukan individual (Brigham & Houston, 2010:302). Tandelilin (2010:250) menyatakan bahwa, dalam menentukan peringkat obligasi terdapat beberapa komponen utama yang dilakukan oleh agen pemeringkat
17
yaitu kemampuan perusahaan penerbit untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian, struktur dan berbagai ketentuan atau peraturan yang diatur dalam surat hutang, dan perlindungan yang diberikan atau posisi klaim dari pemegang surat hutang tersebut apabila terjadi pembubaran atau likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak-hak kreditur. Kliger & Sarig (2000) menyatakan bahwa, peringkat obligasi dapat mempengaruhi nilai perusahaan secara keseluruhan baik bagi shareholders maupun bagi bondholders. He Wang dan Wei (2007) menyatakan bahwa, kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan. Tujuan dari kualitas informasi tersebut adalah untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pihak eksternal perusahaan. Frost (2007) menyatakan bahwa, peringkat yang diberikan sangat penting dalam setiap penerbitan obligasi. Peringkat obligasi digunakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi obligasi dan posisi kinerja perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang memperoleh peringkat obligasi yang baik maka dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi serta dapat meningkatkan kepercayaan investor. Karena perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar hutang obligasi dengan baik, maka para investor yang berinvestasi pada obligasi perusahaan akan bertambah dan sumber dana yang diperoleh juga semakin besar. Perubahan peringkat obligasi memiliki pengaruh yang signifikan
18
terhadap aktivitas investasi dan pendanaan masa depan perusahaan serta profil risiko dan kinerja masa depan perusahaan (Magreta & Nurmayanti, 2009). Peringkat obligasi suatu perusahaan dapat memainkan peranan penting tidak hanya dalam mengevaluasi akuntansi dan informasi keuangan untuk memberikan rating, tetapi juga melalui penilaian sendiri dalam menambah informasi yang tersedia untuk mengatur bondholders dan stakeholders lainnya dari perusahaan. Menurut AlKhawaldeh (2013), hal tersebut membuktikan bahwa investor memerlukan peringkat obligasi untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang tepat. Tandelilin (2010:250) menyatakan bahwa, dalam menentukan peringkat obligasi terdapat beberapa komponen utama yang dilakukan oleh agen pemeringkat yaitu kemampuan perusahaan penerbit untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian, struktur dan berbagai ketentuan atau peraturan yang diatur dalam surat hutang, dan perlindungan yang diberikan atau posisi klaim dari pemegang surat hutang tersebut apabila terjadi pembubaran atau likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak-hak kreditur.
2.1.3.1 Tujuan dan Manfaat Peringkat Obligasi Rahardjo (2004) menyatakan bahwa, tujuan dari proses pemeringkatan obligasi adalah memberikan informasi akurat mengenai kinerja keuangan dan posisi bisnis perusahaan yang menerbitkan obligasi dalam bentuk peringkat kepada calon investor. Tidak hanya berguna bagi investor, peringkat obligasi juga bermanfaat bagi
19
perusahaan yang mengeluarkan obligasi (issuer). Peringkat obligasi yang baik akan menguntungkan bagi issuer karena akan lebih dipercaya oleh investor dalam berinvestasi. Hovakiamian et al. (2009) menyebutkan bahwa, dalam penelitiannya membuktikan bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan terbesar dari memelihara rating yang lebih tinggi. Lembaga pemeringkat obligasi biasanya menggunakan suatu sistem dalam menulis kelas huruf yang menentukan kualitas dari obligasi perusahaan (Kim dan Gu, 2004). 1) Manfaat peringkat obligasi bagi investor yaitu : (1) Informasi risiko investasi Tujuan utama dari investasi adalah untuk meminimalkan risiko dan memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Adanya bond rating diharapkan informasi risiko dapat diketahui lebih jelas posisinya. (2) Rekomendasi investasi Investor dapat dengan mudah mengambil sebuah keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Sehingga investor dapat melakukan strategi investasi apakah akan membeli atau menjual sesuai dengan apa yang telah direncanakan. (3) Perbandingan Hasil rating akan dijadikan sebagai patokan dalam membandingkan obligasi yang satu dengan obligasi yang lainnya, serta membandingkan struktur yang lainnya seperti suku bunga dan metode penjaminannya. 2) Manfaat peringkat obligasi bagi perusahaan yang mengeluarkan obligasi yaitu:
20
(1) Informasi posisi bisnis Pihak perusahaan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis dengan melakukan rating. (2) Menentukan struktur obligasi Setelah keunggulan serta kelemahan manajemen diketahui, maka dapat ditentukan syarat atau strukur obligasi yaitu tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi dan berbagai struktur pendukung lainnya. (3) Mendukung kinerja Kewajiban menyediakan singking fund atau jaminan kredit akan menjadi pilihan alternatif apabila memperoleh rating yang cukup bagus. (4) Alat pemasaran Memperoleh rating yang baik merupakan daya tarik perusahaan di mata investor akan meningkat. Sehingga adanya rating dapat membantu sistem pemasaran obligasi. (5) Menjaga kepercayaan investor Dengan rating yang independent mampu membuat investor merasa lebih aman, sehingga investor akan memiliki kepercayaan terhadap perusahaan tersebut.
2.1.4 Likuiditas
21
Sartono (2002:116) menyatakan bahwa, likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Mamduh dan Halim (2000:77) menyatakan bahwa, rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat asset lancar perusahaan relatif terhadap kewajiban lancarnya. Harahap (2004:301) menyatakan bahwa, rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan agar dapat menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
Kemampuan dalam melunasi
kewajiban jangka pendek secara tidak langsung berpengaruh pada kewajiban jangka panjang yang baik yaitu pelunasan obligasi. Almilia dan Devi (2007) menyatakan bahwa, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai asset lancar lebih besar dibandingkan dengan kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2004:301). Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat obligasi yang diberikan. Kasmir (2012:136) menyatakan bahwa, terdapat dua jenis rasio yang dapat digunakan dalam mengukur likuiditas perusahaan yaitu current ratio dan quick ratio. Current ratio merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
22
Sedangkan quick ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi, membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory).
2.1.5 Ukuran Perusahaan Brigham & Houston (2006) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai ratarata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran
perusahaan
juga
merupakan
karakteristik
suatu
perusahaan
dalam
hubungannya dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan mempunyai korelasi terhadap tingkat risiko kebangkrutan atau kegagalan sehingga ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap peringkat obligasi. Perusahaan yang besar pada umumnya akan memberikan peringkat yang baik (investment grade). Elton dan Gruber (1995) menyebutkan bahwa, perusahaan besar kurang berisiko dibandingkan dengan perusahaan kecil atau perusahaan kecil memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan perusahaan besar. Karena semakin besar ukuran perusahaan, potensi mendeversifikasikan resiko unsystematic-nya semakin besar sehingga membuat risiko obligasi perusahaan menurun (Bagnani et al. (1996) dalam Maylia (2007). Yuliana et al. (2011) menyatakan bahwa, ukuran perusahaan menunjukkan banyak sedikitnya informasi yang dipublikasikan. Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin banyak dikenal oleh masyarakat. Investor juga dapat memperoleh lebih banyak informasi yang dibutuhkan dengan mudah serta menekan
23
ketidakpastian yang dimiliki oleh investor, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan. Ogden (1987) menyatakan bahwa, total hutang dan ukuran perusahaan memiliki korelasi kuat dan positif. Semakin besar ukuran suatu perusahaan semakin besar potensi atau kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Secara tidak langsung akan berpengaruh pada peringkat obligasi, karena akan semakin besar kemungkinan hutang obligasi tersebut terpenuhi. Yasa (2010) menyebutkan bahwa, ukuran perusahaan yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan perusahaan menguasai pasar dan kredibilitas yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi.
2.1.6 Leverage Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar (Harahap, 2004:306). Dengan mengetahui rasio ini, maka posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap dan keseimbangan nilai aktiva dengan modal dapat dinilai. Burton & Hardwick (1998) menemukan bahwa, semakin rendah leverage perusahaan maka semakin tinggi peringkat obligasi yang diberikan oleh perusahaan. Semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya.
24
Myers (1997) menyatakan bahwa, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak menyukai pembiayaan yang akan meningkatkan leverage mereka. Perusahaan akan menghadapi permasalahan dalam leverage apabila perusahaan tersebut memiliki sejumlah beban atau biaya, baik dalam biaya tetap operasi maupun biaya finansial merupakan beban atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari perusahaan melakukan investasi, sedangkan biaya finansial merupakan beban atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Beban atau biaya tetap merupakan risiko dan kewajiban yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam pelaksanaan keputusankeputusan keuangan. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). DER digunakan untuk melihat seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar. Nilai leverage yang rendah rendah menunjukan sebagian kecil dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibiayai dengan hutang sehingga kecil risiko kegagalan perusahaan. Apabila tidak terdapat leverage berarti perusahaan tersebut dibiayai dengan modal sendiri. Leverage dibagi menjadi dua macam dalam manajemen keuangan yaitu : 1) Operating leverage Operating leverage atau leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan harapan bahwa penerimaan atau revenue yang diperoleh oleh penggunaan aktiva tersebut cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. 2) Financial leverage
25
Financial leverage atau leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana dengan beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetap, sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang obligasi. Keuntungan mengetahui rasio leverage adalah : 1) Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain. 2) Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. 3) Untuk mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan.
2.1.7 Jaminan Berdasarkan jaminan obligasi dibedakan atas dua jenis yaitu obligasi yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin. Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds) merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan memberikan jaminan berupa suatu asset real, sehingga jika perusahaan mengalami kegagalan dalam memenuhi kewajibannya maka pemegang obligasi berhak untuk mengambil alih atas asset tersebut. Obligasi tanpa jaminan (debentures atau unsecured bond) merupakan obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan asset tertentu. Tingkat resiko yang terdapat dalam suatu obligasi tergantung dari jaminan yang diberikan oleh perusahaan. Brister et al. (1994) menyatakan bahwa, investor akan menyukai obligasi yang dijamin dibandingkan dengan obligasi yang tidak dijamin. Karena apabila obligasi
26
dijamin dengan menggunakan aset yang bernilai tinggi, maka rating obligasi akan semakin baik sehungga obligasi tersebut dikatakan aman. Selain itu dengan menjaminkan aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk obligasi berarti perusahaan tersebut dapat menekan risiko yang akan diterima oleh perusahaan.
2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Peringkat Obligasi Wiagustini (2010:76) menyatakan bahwa, likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia. Almilia dan Devi (2007) menyatakan bahwa, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban finansialnya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai asset lancar lebih besar dibandingkan dengan kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat obligasi yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi (2007), Raharja dan Sari (2008), Manurung et al. (2009) serta Susilowati dan Sumarto (2010) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya mengenai hubungan likuiditas dan peringkat obligasi, menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu : H1 : Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi
27
2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Brigham & Houston (2006) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai ratarata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran
perusahaan
juga
merupakan
karakteristik
suatu
perusahaan
dalam
hubungannya dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan dapat tercermin dari total aset, penjualan maupun ekuitas yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Dengan menggunakan ukuran perusahaan, para investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga obligasi secara periodik serta melunasi pokok pinjaman yang dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan. Penelitian Yuliana et al. (2011) serta Kilapong dan Setiawati (2012) menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap peringkat obligasi perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya mengenai hubungan ukuran perusahaan dan peringkat obligasi, menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu : H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi
2.2.3 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi
28
Magreta dan Nurmayanti (2009) menyatakan bahwa, rasio leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana sebuah perusahaan menggunakan utang dalam membiayai investasinya. Rendahnya nilai leverage menunjukkan bahwa sebagian kecil aktiva didanai dengan utang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah rasio leverage perusahaan, maka semakin tinggi tingkat peringkat yang diberikan pada perusahaan tersebut. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Raharja dan Sari (2008), Magreta dan Nurmayanti (2009) serta Yuliana et al. (2011) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Tingkat leverage
yang tinggi
kurang baik karena tanggungan terhadap beban bunga utang. Sehingga menyebabkan perusahaan tidak mampu untuk melunasi seluruh kewajibannya termasuk obligasi, maka akan berpengaruh terhadap peringkat obligasi perusahaan yaitu menjadi kurang baik. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya mengenai hubungan leverage dan peringkat obligasi, menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu : H3 : Leverage perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peringkat obligasi
2.2.4 Pengaruh Jaminan terhadap Peringkat Obligasi Berdasarkan jaminan obligasi dibedakan atas dua jenis yaitu obligasi yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin. Brister et al. (1994) menyatakan bahwa, investor akan menyukai obligasi yang dijamin dibandingkan dengan obligasi yang tidak dijamin. Karena apabila obligasi dijamin dengan menggunakan aset yang
29
bernilai tinggi, maka rating obligasi akan semakin baik sehingga obligasi tersebut dikatakan aman. Selain itu dengan menjaminkan aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk obligasi berarti perusahaan tersebut dapat menekan risiko yang akan diterima oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2005), Rika (2011) dan Yuliana et al. (2011) menyatakan bahwa, perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan jaminan akan memperoleh peringkat yang lebih baik. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya mengenai hubungan jaminan dan peringkat obligasi, menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu : H4 : Jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi.
30