BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Ternak Itik abcdeaItik yang dikenal sekarang adalah hasil penjinakan itik liar (Anas bosca), jadi ternak itik yang dipelihara biasa disebut (Anas domesticus). Pada habitatnya itik liar lebih sering hidup berpasangan, tetapi setelah jinak sifatnya berubah menjadi suka berganti ganti pasangan (Murtidjo, 1988). abcdeaMenurut Srigandono (1986), itik adalah salah satu jenis unggas air (water fowl) yang termasuk dalam Kelas: Aves, Ordo: Anserivormes, Famili: Anadae, Subfamili: Anatinae, Tribus: Antini dan Genus: Anas. Ternak itik berasal dari itik liar Mallard kepala hijau (Anas platirhynchos) yang tersebar luas di bagian Utara bumi (Delacour, 1969 dalam Hardjosworo, 1989). Akibat domestikasi maka timbul variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu. Sedangkan pendapat beberapa ahli menyatakan bahwa ternak itik domestik yang dikenal sekarang merupakan keturunan langsung dari itik liar yang bernama“wild mallard “ (Anas Phyryn-Chos), yang sampai saat ini banyak tersebar diberbagai belahan dunia. Sejauh ini diketahui ada enam subspecies mallard, salah satu yang paling terkenal adalah Mallard Eropa Anas plathyrynchos (Srigandono, 1986). abcdeaHampir seluruh bangsa itik Indonesia berasal dari bangsa Indian runner. Pada saat ini telah diketahui ada tiga jenis itik petelur di Indonesia yang termasuk bangsa Indian Runner, yaitu itik tegal, itik bali, dan itik alabio (Srigandono, 1986).
Menurut Samosir (1990), bangsa itik Indian Runner merupakan standar dari itik asli Indonesia. abcdeaItik bali (Anas sp) adalah varian itik lokal yang banyak dibudidaya di Pulau Bali dan Pulau Lombok. Daya tahan tubuh yang sangat bagus membuat itik ini dapat diternak di berbagai daerah dengan berbagai suhu yang berbeda-beda. Inilah yang menjadikan itik bali banyak diminati. Dimana ciri-ciri itik bali adalah sebagai berikut: 1. Umumnya sama dengan itik Jawa, tapi badan lebih berisi, leher lebih pendek 2. Warna bulu cenderung lebih terang 3. Paruh dan kaki berwarna hitam 4. Terdapat jambul pada bagian kepala yang kecil, sehingga dapat juga dimanfaatkan sebagai unggas hias selain sebagai unggas petelur yang unggul. abcdeaItik bali dengan warna bulu sumbian adalah yang paling banyak produksi telurnya, yaitu mencapai 153 butir telur per tahun, itik bali berbulu sikep hanya mampu menghasilkan 100 butir telur per tahun. Jenis Itik bali yang lain adalah berbulu putih bersih dengan jambul di kepala, namun jenis berjambul ini lebih banyak dijadikan sebagai sesaji atau itik hias daripada dijadikan itik petelur karena keindahan bentuk dan warnanya. abcdeaItik bali memiliki ukuran telur yang lebih kecil daripada itik lainnya. Dengan berat kurang dari 60 gr per butir. Itik ini juga banyak dipanggil sebagai itik penguin
karena tubuhnya yang hampir tegak seperti burung penguin. Mulai memasuki usia produktif sekitar 23 hingga 24 minggu dan tidak memiliki sifat mengerami telur 2.2. Pertumbuhan abcdeaPertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot. Satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang dengan tahap "zigot-morula-blastulagastrula" hingga terbentuk embrio. Embrio akan berdiferensi sehingga terbentuk berbagai macam jaringan dan organ. Organ-organ akan menyatu dan bergabung menjadi organisme. Kemudian, organisme tumbuh dan berkembang menjadi organisme dewasa. Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari sel telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan tersebut menjadi dewasa (Tillman et al., 1998). abcdeaPada siklus hidup hewan tertentu, terjadi perubahan bentuk tubuh dari embrio sampai dewasa. Perubahan bentuk ini disebut metamorfosis. Metamorfosis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu metamorfosis sempurna dan tidak sempurna. Metamorfosis sempurna dicirikan dengan adanya bentuk tubuh yang berbeda di setiap fase metamorfosis, misalnya adalah kupu-kupu dan katak. Metamorfosis tidak sempurna ditandai dengan adanya bentuk tubuh yang sama, tetapi ukurannya berbeda pada salah satu fase metamorfosis, misalnya adalah belalang dan kecoa (Kistinah et al., 2009). abcdeaFaktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi gen dan hormon. Gen merupakan faktor keturunan yang diwariskan dari orang tua (induk) kepada keturunannua, sedangkan hormon merupakan senyawa
organik yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan hewan. Sedangkan faktor eksternal meliputi air, nutrisi, cahaya, aktivitas, dan lingkungan. 2.3. Pengaruh Serat Kasar Pada Unggas abcdeaSerat dalam makanan (dietary fibre) adalah semua oligosakarida, polisakarida dan derivatnya yang tak dapat diubah menjadi komponen terserap oleh enzim pencernaan di saluran pencernaan non-ruminansia. Berdasarkan sifat fisikkimia dan manfaat nutrisinya, serat dalam makanan dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu: larut (soluble) dan tak larut (insoluble) dalam air. Kompenenkomponen senyawa tersebut yang menentukan sifat fisikokimia serat makanan. Menurut Poedjiadi et al. (2005), serat makanan terutama terdiri dari selulosa. Disamping itu terdapat senyawa-senyawa lain, seperti hemiselulosa, pektin, gum tanaman, musilago, lignin, dan polisakarida yang tersimpan dalam tanaman dan alga. abcdeaKandungan nutrisi yang relatif rendah pada fraksi serat kasar, tetapi mutlak dibutuhkan dalam ransum. Fungsi serat kasar pada unggas antara lain memelihara fungsi normal dari saluran pencernaan, memperbaiki penyerapan nutrisi dan mencegah kanibalisme. Pengaruh positif serat kasar pada itik, yaitu pengaruh terhadap saluran cerna dengan memperbaiki penyerapan zat-zat makanan di usus dengan cara mengurangi populasi sel goblet pada usus dan penurunan jumlah lendir yang dihasilkan. Cairan ransum berserat akan merangsang pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Selain itu, serat kasar dapat menjadikan dinding saluran pencernaan menjadi lebih tebal dan lebih panjang (Poultry Indonesia, 2012).
abcdeaKolestrol merupakan substansi lemak yang dalam jumlah tertentu sangat esensial untuk kebutuhan sel. Kolestrol juga berfungsi sebagai bahan baku sintesis empedu dan merupakan komponen membran sel. Kolestrol berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari ransum yang disebut kolestrol eksogen, dan kolestrol yang diproduksi sendiri oleh tubuh disebut endogen. abcdeaMenurut Ismoyowati dan Widyastuti (2003), kandungan kolestrol daging pada ayam kampung sekitar 177,47 sampai 187,95 mg/100 ml, itik tegal sekitar 166,91 sampai 188,41 mg/100 ml, dan entok sekitar 171,94 sampai 203,01 mg/100 ml. Setiap bangsa unggas memiliki kemampuan yang berbeda dalam sintesis kolestrol, sintesis kolestrol sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum yang diberikan. Kadar kolestrol juga akan berbeda pada bagain tubuh ternak, daging yang berwarna putih (seperti daging dada) memiliki kandungan kolestrol yang lebih rendah dibandingkan daging unggas yang berwarna gelap (seperti daging paha) abcdeaSintesis kolestrol yang berasal dari asetil-CoA, yang dapat berasal dari perombakan karbohidrat, protein ataupun lemak. Jalur isopronoid menjadikan asetil-Coa menjadi kolestrol, pada proses tersebut dibutuhkan 4 enzim utama untuk dapat mensintesis kolestrol. Pengaturan HMG-CoA reduktase merupakan titik kontrol sintesis kolestrol. (Liscum, 2002), Peningkatan kolestrol sel terjadi karena penyerapan lipoprotein yang mengandung kolestrol oleh resptor (Kathleen dan Mayes, 2006). Kolestrol yang telah disintesis akan berikatan dengan LDL resptor menuju sel-sel hati, yang akan digunakan untuk metabolisme sintesis asam empedu. abcdeaPenggunaan serat seperti selulosa telah menunjukkan bahwa dapat menurunkan kadar kolestrol di dalam daging unggas, tetapi penggunaan serat
memiliki efek terhadap produksi karkas dan non-karkas. Menurut Randa et al. (2002), bahwa penggunaan serat kasar yang tinggi sebagai upaya menurunkan kandungan lemak pada ternak itik masih menyebabkan terjadi penurunan bobot karkas dan non karkas yang signifikan. 2.4. Karkas Itik abcdeaKarkas adalah bagian badan ternak yang telah disembelih, dikuliti bulu, dan dipisahkan darah, kaki, kepala, dan jeroannya (USDA, 1977 dalam Soeparno, 1992). Recahan karkas terdiri dari sayap “wing”, paha bagian atas “thigh”, paha bagian bawah “drum-stik”, dan dada “breast”. Dwiyanto et al. (1980) menyatakan bahwa produksi karkas akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan umur, tetapi pada umur tertentu akan terjadi variasi pada berat karkas. Hetzel dan Gunawan (1984) melaporkan bahwa rata-rata berat karkas dari itik lokal, itik peking dan persilangan antara itik lokal dan itik peking secara berturut-turut adalah 966,6 g; 1581,0 g; dan 1351,9 g. abcdeaPersentase
karkas
merupakan
perbandingan
berat
karkas
hidup
dikalikan100% (Tulloh, 1964). Resnawati dan Hardjosworo (1976) menyatakan bahwa persentase karkas berbanding lurus dengan berat badan atau semakin meningkat berat badan cenderung menghasilkan persentase karkas yang tinggi pula. abcdeaPertumbuhan bagian-bagian karkas seperti kepala, sayap, dan leher akan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur unggas dan sebaliknya paha dan punggung, pertumbuhannya meningkat dengan semakin bertambah tuanya unggas (Morran dan Orr, 1970). Komponen karkas dada dan paha merupakan komponen karkas yang mengandung paling banyak daging.
2.5. Pepaya (Carica Papaya, L) abcdeaPepaya (Carica papaya, L) merupakan tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan Amerika Selatan dan sekarang menyebar luas kedaerah-daerah iklim tropika lainnya di kawasan Asia. abcdeaPepaya (Carica papaya, L) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma, bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipotong melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi. Pepaya ditanam dengan menyemai bijinya terlebih dahulu. Ditunggu hingga bibit mulai cukup besar, yaitu memiliki tinggi sekitar 1525 cm sebelum dipindahkan ke pekarangan. abcdeaMenurut Suriawiria (2002), tanaman pepaya memiliki banyak manfaat mulai dari akar, batang, bunga, daun dan buahnya. Pepaya juga sebagai sumber vitamin, mineral, dan senyawa lainnya untuk kebugaran tubuh dan berkhasiat sebagai obat dalam bidang kesehatan. Daun yang dimakan langsung setelah dimasak diyakini memperkuat sekresi empedu, obat mulas, sariawan, beri-beri, asma, dan memperbaiki saluran pencernaan serta menambah nafsu makan. abcdeaTanaman pepaya digunakan sebagai obat tradisional, baik daun, biji, maupun akarnya antara lain untuk obat malaria, demam, sakit ginjal, asma, pelancar
haid, juga obat kanker dan tumor. Namun demikian penggunaan yang berlebihan dapat meyebabkan urat-urat jantung kejang karena daun pepaya mengandung sejenis alkaloid yang sering disebut “carpain”. abcdeaPapain dalam daun pepaya yang terdapat di seluruh bagian pepaya berbentuk seperti getah atau cairan yang berwarna putih dan tidak ditemukan pada buah pepaya yang telah matang. Papain adalah suatu enzim yang mengkatalisis reaksireaksi hidrolisis suatu substrat protein. Hasil hidrolisis protein berupa suatu hidrolisat yang mengandung peptida-peptida yang berat molekulnya rendah dan asam amino bebas. Sebagai katalisator, papain akan mempercepat pencernaan protein, baik dalam medium asam, basa, maupun netral (Tietze dan Soetrisno, 2002). abcdeaPapain melunakkan daging dengan waktu singkat “meat tenderizer”, bahkan dapat melunakkan daging hewan tua yang bertesktur keras dan liat menjadi lembut (Tedjosumarto, 1984). Papain yang didapat dari tanaman pepaya dapat dimanfaatkan sebagai pengempuk daging (Muhidin, 1999). abcdeaKandungan kimia pada masing-masing bagian daun pepaya menurut Wijayakusuma (1995) adalah sebagai berikut: 1. Pada daun terdapat enzim papain, alkaloid carpain, glikosid, sukrosa dan detrosa. 2. Pada buah terdapat beta carotin, pectin, papain dan fitokinase. 3. Pada biji terdapat papain, kemokarpain, lipase, dan glutanin. 4. Pada akar terdapat alkaloid, saponin dan flavonoid (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991, dalam Sriyani, 2004).
abcdeaMenurut Moehd (2003), dalam 100g daun pepaya segar mengandung vitamin A = 18,250 IU, vitamin B = 0,15 mg, vitamin C = 1,4 mg, Fe = 0,8 mg, fosfat = 0,12 mg, protein = 8g, lemak 2 g, dan karbohidrat 11,9 g. Daun pepaya segar mengandung air 75%, papain 5,3% dan lemak 2,4% (Duke , 1996). Daun pepaya kering mengandung air 5,90%, abu 14,45%, protein kasar 13,56%, lemak kasar 12,90%, serta kasar 14,68% dan BETN 38,52% . abcdeaSelain hal di atas, dengan penambahan daun pepaya dalam ransum komersial maka akan mampu memperendah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ransum komersial yang harganya tinggi, serta kandungan protein yang terdapat dalam daun pepaya cukup mampu untuk mendongkrak kualitas dari ransum tersebut dan pemberian pada persentase tertentu tidak akan mengurangi maupun meningkatkan bobot berat potong maupun bobot berat karkas (Adriani, 2007). Kandungan nutrisi daun pepaya berdasarkan analisi proksimat Laboratorium IPB, Bogor, tercamtum pada Tabel 2.1.
Table 2.1. Kandungan Nutrien dari Daun Pepaya Bahan Kering (%) Protein (%) Lemak (%) Serat Kasar (%) Abu (%) Ca (%) P (%) BETN (%) Gross Energi (kkal/kg)
87.37 16.77 8.55 16.28 12.4 4.57 0.38 33.37 4102
Sumber: Widiyaningrum (2002).
Tabel 2.2. Rata–rata komposisi kimia daun pepaya yang sudah kuning Sumber I II
Serat Kasar (%) 14.68 22.56
Protein (%) 13.5 10.71
Lemak (%) 12.8 12.03
Abu (%) 14.4 17.83
Sumber: I.Hasil analisis laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fakakultas Peternakan UGM (2003). II. Hasil analisis Laboratorium Pusat Study Pangan dan Gizi PAU-UGM (2003).
Tabel 2.3. Phitokemikal dari Daun Pepaya Unsur Utama Saponin Tanin Cardiac glycoside Alkaloid
Daun Pepaya Hijau + -
Daun Pepaya Kuning + -
Daun Pepaya Coklat + -
+ +
+ +
+ +
Sumber: Ayoola dan Adeyeye, (2010)
Tabel 2.4. Komposisi mineral dan vitamin daun pepaya dalam berat kering (mg/kg) Mineral Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Natrium (Na) Kalium (K) Besi (Fe) Mangan(Mn) Vitamin Ascorbic Acid Thiamin Rinoflavin
Daun Pepaya Hijau 861.5 67.75 1782 2289 90.5 9.5 16.29 0.94 0.13
Sumber: Ayoola dan Adeyeye, (2010)
Daun Pepaya Kuning 3762.5 28.55 567 819 147.5 5 9.62 0.41 0.04
Daun Pepaya Coklat 4362.5 35.35 324 468 79.5 4.5 11.26 0.52 0.06