BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1.1. Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan Desa Wukirsari merupakan salah satu desa sentra kerajinan di Kecamatan Imogiri yang mampu menghasilkan berbagai kerajinan tangan tradisional yang baik dan cukup terkenal. Kerajinan tangan tersebut di antaranya berupa batik tulis, kerajinan kulit, dan kerajinan bambu yang sudah berlangsung sejak generasi terdahulu dan terus diwariskan. Hampir setiap warga di Desa Wukirsari diwariskan kemampuan dan pengetahuan untuk membuat dan mengolah kerajinan tangan yang sudah ada, terutama kerajinan batik tulis dan kerajinan kulit (terbagi menurut dusun masingmasing) (hasil wawancara dengan Pak Sujiono, Kepala Desa Wukirsari). Produkproduk kerajinan tangan yang dihasilkan dari desa Wukirsari cukup terkenal, misalnya kerajinan batik tulis dan kulit yang mampu menembus pasar internasional. Perkembangan yang terjadi dewasa ini, seiring dengan perkembangan jaman dan budaya, nilai-nilai budaya lama perlahan-lahan ditinggalkan masyarakat setempat dan tradisi untuk meneruskan usaha kerajinan tersebut pun mulai menghilang. Kemajuan teknologi dan informasi yang ada menyebabkan masyarakat setempat mulai meninggalkan tradisi yang sudah lama ada karena dianggap kuno dan tidak dapat menjamin kehidupan mereka. Mereka kemudian mencari lapangan pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan dan memberikan peluang yang lebih besar. Selain itu, bantuan dan perhatian pemerintah, baik dalam hal dana maupun bantuan promosi dan pemasaran terhadap para pengrajin terasa sangat minim. Hal ini menyebabkan para pengrajin sulit mengembangkan usahanya karena kekurangan dana dan kurangnya
1
akses pemasaran. Dengan demikian, produksi kerajinan tangan yang ada semakin lama akan semakin sedikit jumlahnya. Hal ini akan menimbulkan ‘kepunahan’ pada kerajinan tangan tersebut. Hal ini tentu saja sangat merugikan, karena kita akan kehilangan suatu karya kerajinan tangan yang sudah diwariskan sejak lama dan mempunyai corak dan keunikan tersendiri yang tidak mungkin didapatkan di tempat lain. Dengan
kata
lain, kita akan kehilangan suatu karya seni
yang sudah
berlangsung lama dan diwariskan turun-temurun. Akibatnya, hal ini akan berimbas pula pada hilangnya penghayatan mitologis dan bahkan ontologis1 masyarakat, karena karya seni sebenarnya dapat diartikan sebagai segala hal yang memiliki bentuk, apalagi yang indah atau keramat kegunaannya, penghayatan mitologisnya masih sangat kentara (Mangunwijaya, 1992: 213). Sebenarnya jika ditelaah lebih lanjut, kerajinan tangan yang dihasilkan oleh Desa Wukirsari masih banyak peminatnya, terutama kerajinan batik tulis dan kerajinan kulit, baik oleh masyarakat domestik maupun mancanegara. Berkaitan dengan permasalahan di atas, kita perlu mengupayakan suatu langkah untuk terus memelihara tradisi kerajinan tangan yang sudah ada dan meningkatkannya sehingga terus berlanjut dan tidak mengalami kepunahan. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan yaitu dengan menyediakan suatu wadah atau tempat yang dapat menampung dan memperlihatkan jenis-jenis kerajinan tangan yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Wukirsari. Wadah yang dimaksud adalah suatu ruang pamer atau galeri.
_______________ 1
watak, karakter, kepribadian, daya citra, dsb.
2
Menurut etimologinya, kata galeri atau gallery berasal dari kata latin: galleria. Galleria dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang dipakai untuk memamerkan karya seni, seperti lukisan, barang antik, patung-patung, dsb (Susanto, 2002: 44). Dengan kalimat yang lebih sederhana, galeri merupakan ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni, dsb (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 328). Galeri akan menjadi tempat penyimpanan dan pameran contoh kerajinan tangan, sekaligus menjadi tempat yang menarik sebagai obyek wisata. Dengan demikian, galeri tersebut dapat menjadi tempat promosi atau wakil untuk memperkenalkan produk kerajinan yang terdapat di Desa Wukirsari, terutama kerajinan batik tulis, kulit, dan bambu kepada para wisatawan. Dengan adanya galeri tersebut, diharapkan dapat mempertegas citra Desa Wukirsari sebagai desa penghasil kerajinan tangan yang bermutu dan dapat memberikan informasi dan promosi sehingga dapat menarik para wisatawan untuk datang ke Desa Wukirsari. Hal ini karena mempertimbangkan bahwa Wukirsari bukan satu-satunya sentra penghasil kerajinan tangan. Beberapa produk kerajinan sejenis banyak juga dikembangkan di tempat-tempat lain, sehingga pengembangan kerajinan mendapat saingan. Desa Wukirsari selama ini belum mempunyai suatu wadah yang dapat menampung dan mempromosikan hasil kerajinan desa secara keseluruhan. Ada ketergantungan yang cukup besar terhadap suatu pihak tertentu, dalam hal ini pengusaha dalam pengembangan kerajinan ini. Hal ini menjadi kelemahan yang menghambat perkembangan kerajinan yang ada. Dengan adanya galeri dan dengan menimbulkan sikap partisipatif dari masyarakat, maka diharapkan galeri ini akan menjadi suatu
3
wadah yang dapat menampung dan mempromosikan kerajinan tangan desa secara menyeluruh dan menjadi lebih mandiri. Galeri akan menjadi icon yang mewakili dan mempertegas citra Wukirsari sebagai desa penghasil kerajinan tangan.
Gambar I.1. Galeri-galeri milik pribadi/ perorangan di Wukirsari. Kepada merekalah para pengrajin yang lebih kecil mengalami ketergantungan.
Selanjutnya dengan hadirnya galeri yang mempertegas citra desa sebagai penghasil kerajinan tangan, diharapkan akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke desa tersebut. Desa-desa di Kecamatan Imogiri, termasuk desa Wukirsari merupakan salah satu tujuan wisata budaya bagi para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Wisata budaya merupakan jenis wisata yang banyak menarik wisatawan untuk datang ke Imogiri, selain wisata alam.
Tabel 1. Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Imogiri Tahun 1999 (Sumber: RDKP Imogiri)
Salah satu tujuan wisata budaya, yaitu Wukirsari dengan berbagai hasil kerajinan tangannya. Menurut Draft Laporan Akhir RDKP Imogiri, banyak wisatawan yang datang ke Wukirsari untuk melihat proses pembuatan kerajinan tangan, terutama 4
kerajinan kulit dan batik tulis. Banyak wisatawan yang datang ke Wukrsari daripada ke makam. Dengan demikian, maka kehadiran galeri untuk mendukung kegiatan wisata ini makin diperlukan, terutama galeri yang dilengkapi dengan workshop sehingga dapat menarik para wisatawan yang ingin menyaksikan proses pembuatan kerajinan tangan untuk berkunjung ke Desa Wukirsari. Dengan adanya wisatawan yang datang dan kemudian mengenali potensi kerajinan tangan yang ada, maka diharapkan penduduk pengrajin dapat mendapatkan akses pemasaran yang lebih bagus. Adanya permintaan, maka ada pemasaran. Permintaan yang ada diharapkan dapat memberikan semangat para pengrajin untuk tetap eksis dan tetap memproduksi kerajinan tangan tersebut dan bahkan dapat meningkatkannya, terutama kerajinan batik dan kulit. Dengan demikian, maka kerajinan tangan yang merupakan suatu karya seni dapat tetap dilestarikan, karena suatu aktivitas seni bukanlah sesuatu kekuatan dari dalam materi, tetapi adalah campur tangan dari luar pada bahan materi, yaitu senimannya (Mangunwijaya, 1992: 220).
1.2. Pencahayaan Alami Pada Galeri Galeri yang dirancang akan menggunakan pencahayaan alami sebagai acuan untuk perancangan ruang. Hal ini berhubungan dengan pengertian galeri yang berasal dari bahasa latin, yaitu galleria yang berarti ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Dengan adanya satu sisi yang terbuka, berarti galeri menerima pencahayaan secara alami melalui sisi yang terbuka tersebut. Cahaya alami ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber cahaya untuk kegiatan yang berlangsung pada galeri nantinya. Pemanfaatan cahaya alami dalam galeri ini juga akan menentukan desain dan karakter ruang yang ada, termasuk layout barang, sirkulasi, serta material yang digunakan.
5
Selain itu, penggunaan cahaya alami sebagai titik berat pada galeri ini karena mempertimbangkan bahwa Desa Wukirsari termasuk desa yang cukup sederhana. Eksplorasi dan penggunaan energi buatan yang berlebihan bukan tindakan yang bijaksana dan tidak sesuai dengan konteks lingkungan sekitar. Masyarakat setempat menggunakan ruang terbuka dan memanfaatkan cahaya alami untuk melaksanakan aktivitas mereka, terutama aktivitas yang berkaitan dengan pengerjaan kerajinan tangan. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan di depan rumah/ teras mereka.
Gambar I.2. Pengerjaan kerajinan tangan yang menggunakan ruang luar dan memanfaatkan cahaya matahari sebagai penerang.
Penggunaan pencahayaan alami juga bertujuan untuk menghemat energi buatan. Penggunaan energi buatan pada galeri ini hanya bersifat sebagai suplemen atau digunakan pada saat penggunaan cahaya alami tidak memungkinkan untuk mendukung aktivitas yang terjadi.
1.3. Faedah yang Diharapkan Proyek yang direncanakan diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap: 1. Bagi negara, untuk membantu negara menyediakan tempat yang dapat mewadahi kegiatan rakyatnya, khususnya kerajinan tangan dan diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat.
6
2. Bagi masyarakat terutama masyarakat Desa Wukirsari, untuk membantu masyarakat dalam usaha mendapatkan wadah untuk menampung dan memperkenalkan potensi daerah dan kebudayaannya. 3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai referensi untuk proyek sejenis dalam menyediakan wadah untuk para pengrajin. 4. Bagi perancangan arsitektur, untuk perkembangan teknik perancangan dalam arsitektur yang menggunakan cahaya alami sebagai dasar pertimbangan dalam desain, terutama untuk membentuk karakter bangunan dan ruang di dalamnya dan secara khusus untuk bangunan galeri. 5. Bagi penulis, untuk memahami lebih dalam tentang kebutuhan para pengrajin akan suatu wadah yang dapat menampung kebutuhan mereka yang berkaitan dengan aktivitas mereka sebagai pengrajin dan untuk menambah pengetahuan penulis dalam hal perancangan, terutama dalam hal pemanfaatan cahaya alami dalam mendesain bangunan.
2. Perumusan Masalah 2.1. Umum a. Potensi dan kebudayaan kerajinan tangan di Desa Wukirsari yang tidak mendapatkan wadah untuk menampung dan memperkenalkannya secara luas sehingga mengalami kesulitan dalam akses promosi dan pemasaran. Hal ini akan
menimbulkan
keinginan
para
pengrajin
untuk
meningggalkan
pekerjaannya sehingga dapat menyebabkan hilangnya kebudayaan yang telah lama ada. b. Wukirsari sebagai salah satu tujuan wisata budaya dan sentra penghasil kerajinan tangan memerlukan suatu wadah yang dapat mempertegas citranya
7
kepada dunia luar sehingga dapat tetap eksis dan semakin menarik para wisatawan untuk berkunjung.
Gambar I.3. Berbagai jenis kerajinan tangan yang ada di Wukirsari.
2.2. Khusus Wukirsari merupakan desa yang masih cukup sederhana. Oleh karena itu pembangunan galeri pada Wukirsari harus sesuai dengan konteks lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah dengan cara menggunakan konsep pencahayaan alami sebagai acuan dalam perancangan bangunan sehingga dapat menghemat energi buatan dan memanfaatkan potensi arsitektur lokal dalam pertimbangan desain.
3. Tujuan Perancangan Merancang galeri untuk kerajinan tangan batik tulis, kulit, dan bambu di desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri yang menggunakan cahaya alami sebagai acuan perancangan ruang. Galeri ini bertujuan untuk mewadahi dan mengembangkan potensi kerajinan tangan yang terdapat di Wukirsari sehingga dapat mempertegas citra desa tersebut sebagai sentra penghasil kerajinan tangan yang bermutu tinggi. Sedangkan penggunaan cahaya alami selain sebagai acuan untuk perancangan ruang dan menghemat energi, juga bertujuan untuk menyesuaikan bangunan dengan konteks lingkungan sekitar yang masih sederhana.
8
4. Sasaran a. Melakukan studi tentang galeri, terutama galeri batik tulis, kulit, dan bambu untuk mendapatkan karakteristik galeri. b. Melakukan studi keadaan Desa Wukirsari untuk mendapatkan site yang sesuai dan mengetahui para pelaku kerajinan/ SDM yang ada. c. Melakukan studi tentang pencahayaan alami untuk mengetahui peran dan pengaruhnya terhadap desain ruang. d. Studi tentang proses pembuatan kerajinan batik tulis untuk mendapatkan kebutuhan/ fasilitas ruang pada workshop.
5. Lingkup Bahasan Lingkup pembahasan pada perencanaan proyek ini dibatasi pada jenis-jenis bukaan pada bangunan yang berpengaruh pada masuknya sumber cahaya ke dalam bangunan dan pengaruhnya pada pembentukan karakter bangunan secara umum dan karakter ruang yang dibutuhkan secara khusus.
6. Tinjauan Pustaka Berdasarkan peninjauan pada galeri-galeri yang ada di Yogyakarta, tipologi bangunan untuk galeri memiliki ciri khas, yaitu terdapat dinding kaca tembus pandang di sepanjang sisi depan bangunan. Hal ini sesuai dengan pengertian galleria yang berarti ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Dalam hal ini sisi terbuka yang dimaksud adalah sisi depan bangunan yang menggunakan dinding kaca yang tembus pandang.
9
Gambar I.4. Dinding kaca tembus pandang di sepanjang sisi depan pada bangunan Galeri Batik Raradjonggrang, Yogyakarta.
Penggunaan kaca tembus pandang selain berfungsi untuk memasukkan cahaya, juga berfungsi sebagai kontak visual dari jalan ke dalam galeri, sehingga produk yang dipajang dapat dilihat langsung dari jalan. Penggunaan kaca/ bukaan pada sisi bangunan biasa disebut sebagai jendela. Jendela merupakan salah satu jenis komponen bangunan yang dapat berfungsi untuk memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan. Ada 4 jenis komponen utama yang dapat
berfungsi
untuk
memasukkan
cahaya
alami
ke
dalam
bangunan
(Asimakopoulus, et al, 2001: 190), yaitu: 1. jendela (window), dipasang di dinding bangunan. 2. clerestory, yaitu jendela tambahan pada atap dengan orientasi yang sama dengan jendela pada dinding bangunan. 3. lubang atap (roof apertures), yaitu celah/ lubang yang dibuat pada atap/ langit-
langit yang berfungsi untuk memasukkan cahaya dari atas ke dalam bangunan. 4. atria atau biasa disebut sebagai atrium. Bukaan juga dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam merancang bangunan. Tujuan dari perancangan menggunakan bukaan sebagai acuan, yaitu untuk memanfaatkan cahaya alami sehingga dapat digunakan sebagai sumber penerangan sekaligus untuk memunculkan karakter ruang yang diinginkan. Namun, dalam merancang menggunakan cahaya alami, juga harus memperhitungkan unsur-unsur berikut ini (Asimakopoulus, et al, 2001: 190), yaitu:
10
a. kenyamanan termal dan kualitas udara dalam ruangan b. akustik c. segi desain arsitektur d. ekonomi e. konsumsi energi f. keamanan Salah satu contoh penggunaan cahaya alami dengan memperhitungkan segi desain arsitektur adalah mengenai lay out barang display. Dengan memasukkan cahaya alami kita harus berhati-hati dalam menempatkan barang display, karena dengan penempatan yang salah, maka pencahayaan alami itu tidak akan berfungsi dengan baik atau bahkan akan mengganggu display.
Gambar I.5. Penempatan barang display yang membelakangi sumber cahaya akan menyebabkan sisi depan barang menjadi gelap sehingga sulit dilihat.
Contoh lainnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar I.6. Penyusunan dinding yang miring bersilangan dan open space yang ada merupakan desain yang bertujuan untuk memanfaatkan cahaya alami dalam bangunan.
Contoh penggunaan cahaya alami dengan memperhitungkan konsumsi energi, yaitu kita dapat menghemat energi buatan dan untuk fungsi tertentu, bukaan dapat berfungsi
11
untuk mengurangi polusi dalam ruangan sehingga kualitas udara dalam ruangan dalam terjaga.
Gambar I.7. Penggunaan cahaya alami untuk workshop batik tulis pada galeri Raradjongrang dapat menghemat penggunaan energi buatan dan bukaannya berfungsi untuk mengeluarkan polusi asap dari aktivitas membuat batik tulis.
Penggunaan cahaya alami dalam desain bangunan sangat bergantung pada jenis material yang digunakan, jenis dan ukuran bukaan, dan bentuk-bentuk ruangan (dinding, dsb) yang menentukan refleksi dari cahaya. Material yang umum digunakan untuk memasukkan cahaya adalah material kaca. Material kaca sendiri dapat dibagi menjadi 3 jenis (O’ Connor, et al. Ernest Orlando Lawrence Berkeley National Laboratory: 3-3), yaitu: a. kaca bening/ transparan b. kaca warna semi transparan c. kaca warna Tiap jenis kaca mempunyai daya refleksi dan kemampuan meneruskan cahaya yang berbeda.
Gambar I.8. Jenis-jenis kaca
12
7. Metoda Penulisan 7.1. Obyek Penulisan Yang menjadi obyek dalam penulisan ini adalah galeri untuk kerajinan tangan batik tulis, kulit, dan bambu dengan penggunaan cahaya alami sebagai pertimbangan perancangan ruang.
7.2. Data Data-data yang digunakan dalam proses penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Jumlah penduduk Desa Wukirsari b. Jumlah pengrajin yang ada pada Desa Wukirsari c. Jumlah galeri pribadi yang telah ada d. Data lokasi rencana pembangunan proyek e. Data-data pencahayaan alami dalam bangunan
7.3. Metoda Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat pada Kantor Statistik Penduduk Yogyakarta dan Kantor Kecamatan Imogiri. Data kependudukan yang akan diambil adalah data jumlah penduduk, jumlah pengrajin, jumlah wisatawan, jumlah penduduk yang sudah memiliki galeri sendiri dan jumlah penduduk yang masih tergantung pada pengrajin yang lebih besar/ pengusaha. Pengumpulan data-data lain yang diperlukan juga diperoleh melalui survey ke lokasi dan wawancara. Perolehan data-data tertulis lainnya dapat diperoleh pula melalui perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana maupun perpustakaan lainnya.
13
7.4. Metoda Pengamatan Desain Pengamatan desain bangunan yang direncanakan dan kaitannya dengan pencahayaan alami dapat menggunakan model-model berupa maket, maupun menggunakan software yang mendukung, misalnya software Lightscape.
8. Keaslian Penulisan Penulisan ini berbeda dengan penulisan-penulisan yang telah ada sebelumnya. Beberapa penulisan dengan obyek yang sejenis, yaitu galeri antara lain: a. “Galeri Batik di Matrijeron”, tugas akhir karya Lusiana W. Murwani tahun 2001, mahasiswa UKDW. Penulis membahas perancangan galeri batik sebagai wadah wisata dan budaya di Matrijeron. b. “Galeri Batik di Surakarta”, tugas akhir karya Swasti Pramawati tahun 2003, mahasiswa UKDW. Penulis membahas perancangan galeri batik sebagai wadah wisata dan pusat studi batik di Surakarta. c. “Galeri Seni Kriya Logam” dengan sub judul Pemanfaatan Sistem Pencahayaan Alami Sebagai Pembentuk Karakter dan Citra Bangunan Galeri, tugas akhir karya Budiyarsa Rustomi tahun 2004, mahasiswa UKDW. Tugas akhir karya Budiyarsa ini juga membahas tentang pencahayaan alami pada galeri. Namun galeri yang dirancang adalah galeri untuk logam. Beda penulisan ini dengan penulisan-penulisan yang telah ada, yaitu membahas perancangan galeri untuk karya batik tulis, kulit, dan bambu yang menggunakan pencahayaan alami sebagai pertimbangan perancangan ruang galeri yang mampu membentuk karakter ruang yang ingin ditampilkan sesuai dengan kebutuhan.
14
9. Sistematika Pembahasan BAB I
Pendahuluan Bab ini berisi uraian latar belakang proyek, rumusan permasalahan, tujuan proyek, sasaran, lingkup bahasan, tinjauan pustaka, metoda penulisan, keaslian penulisan dan sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Teoritis Bangunan Galeri di Desa Wukirsari Berisi tentang gambaran dan teori tentang bangunan galeri secara umum dan bangunan galeri di Desa Wukirsari yang secara khusus menampung kerajinan tangan batik tulis, kulit, dan bambu. BAB III Tinjauan Teoritis Pemanfaatan Cahaya Alami Sebagai Pendekatan Desain Galeri Bab ini berisi tentang kajian tentang cahaya alami dan pemanfaatannya sebagai unsur desain yang secara arsitketur mampu membentuk karakter ruang. BAB IV Analisis Bab ini menjelaskan mengenai analisis data yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada bab pendahuluan. Adapun analisa data yang digunakan adalah data-data yang telah diperoleh untuk mendukung perencanaan proyek ini. BAB V
Konsep Perencanaan dan Perancangan Bab ini berisi konsep perencanaan dan perancangan yang ditulis berdasarkan hasil analisa yang dapat menjadi acuan untuk memasuki tahap studio perancangan.
15