BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang
sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede berjajar toko-toko kerajinan perak, maka dari itu sangat mudah bagi wisatawan untuk mendapatkan kerajinan perak di kawasan ini. a)
Kotagede Kotagede, mungkin tidak banyak yang mengenal daerah ini, atau
mungkin mengenal tetapi tidak mengetahui apapun tentang kota ini kecuali “perak”-nya. Kotagede merupakan sebuah daerah di Kota Yogyakarta yang sedikit terlupakan oleh masyarakat kita, bahkan masyarakat Yogyakarta sendiri. Padahal Kotagede merupakan daerah yang memiliki nilai sejarah tinggi dan menjadi tonggak awal Kota Yogyakarta. (Sumber: www.kompasiana.com/post/jalan-jalan/2010/11/20/ mengenal-kotagede-kota-permulaan-djogja-jogja-dalam-cerita/,
diakses
pada 17 Februari 2012) Di sepanjang jalan utama di wilayah yang terletak 7 km arah tenggara pusat Kota Yogyakarta ini berjajar toko-toko yang menjajakan kerajinaan Perak Kotagede. Kata ‘perak' dan 'silver' tertera di kanan-kiri Jalan Kemasan, Jalan Mondorakan, hingga Jalan Tegalgendu. Sebelum tahun 1990-an hanya pengusaha perak yang beromset besar saja yang 1
membuka showroom Kerajinan Perak Kotagede, seperti Tom Silver, MD Silver, HS Silver, Narti Silver, dan sebagainya. Namun menginjak pertengahan dekade 90-an, pengusaha kecil dan menengah mulai meramaikan bisnis Perhiasaan Perak ini. Banyak diantaranya dahulu bekerja sebagai pengrajin perak di perusahaan besar. (sumber: www.mycityblogging.com, diakses pada 19 Februari 2012) Menengok kembali 7 abad silam, Kotagede merupakan kota kuno bekas ibu kota Kerajaan Mataram yang awalnya dibuka oleh Ki Ageng Pemanahan di Abad-XVI. Dari peninggalan di kawasan tua ini, terlihat bahwa Kotagede merupakan jembatan yang menghubungkan tradisi Hindu-Budha-Islam. Peninggalan Kompleks Masjid Makam Panembahan Senopati beserta keluarga, dan sisa peninggalan Kerajaan Mataram berupa Pintu Gerbang Komplek Makam Kotagede yang berbentuk Gapura Paduraksa yang dikenal sejak zaman Majapahit, serta pohon beringin tua, masih berdiri kokoh sampai sekarang. Masyarakat Kotagede yang mayoritas beragama Islam dikenal mempunyai etos kerja yang tinggi. Mereka berdagang dan membuat kerajinan tangan yang berbahan dasar dari unsur perak. Kemampuan berdagang mereka dapat secara turun temurun. Pada masa kejayaan Mataram di Kotagede, orang Kalang menjadi konglomerat pribumi. Saat ini masih dapat disaksikan kehebatan orang Kalang melalui ukiran yang dipahatkan pada kerangka bangunan rumah mereka, sebuah pameran akan kemewahan di masa itu. Kawasan ini kaya akan berbagai
2
peninggalan rumah tradisional seperti rumah Kalang, Joglo, dan rumahrumah
kampung
bergaya
Arsitektur
Jawa.
(sumber:
www.peradabanlampau.blogspot.com/2009/10/sejarah-kota-gede.html, diakses pada 17 Februari 2012)
b)
Daya Tarik Wisata Selain Kerajinan Perak, Kotagede Memiliki Atraksi Budaya
sebagai Daya Tarik Wisata Yaitu: 1. Arsitektural Arsitektural kota tua di Kotagede merupakan peninggalan Mataram Islam Kotagede, di sini wisatawan diajak untuk mempelajari kembali aspek-aspek arsitektural Kotagede termasuk budaya yang melingkupi dan mempengaruhinya. (Sumber: www.heritagekotagede.com/2011/03/24/PaketWisataKotagede/He ritageTrail/WisataArsitektural.htm, diakses pada 21 Februari 2012) Artraksi
arsitektural
di
Kotagede
merupakan
gambaran
perkembangan dari masa ke masa yang terdiri dari situs peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Islam Kotagede, rumahrumah adat jawa, rumah joglo, rumah para saudagar kaya peninggalan masa kejayaan industri perak yang membentuk sebuah perkampungan dengan sendirinya. Atraksi arsitektural tersebut antara lain:
3
a) Situs Watu Gilang b) Situs Bokong Semar c) Situs Jebolan Raden Rangga d) Between Two Gates (rumah joglo) e) Gapura Paduraksa f)
Masjid Mataram
g) Pasareyan Agung h) Situs Sendang Selirang i)
Lorong Gang Soka (dinding rumah bapak Rudi Pesik)
j)
Langgar Dhuwur
k) Pos Malang l)
Omah UGM (rumah joglo)
Letak daya tarik arsitektural tersebar di kawasan Kotagede dan dibatasi oleh Jalan Kemasan, Jalan Mondarakan, Jalan Karang Lo, Jalan Cantheng, dan Pasar Legi sebagai titik pertemuannya.
2. Jalan Rukunan Daya tarik wisata yang lain adalah menyusuri lorong-lorong sempit di tengah Kampung merupakan sebuah keunikan tersendiri di Kotagede. Lorong panjang yang seperti tidak ada habisnya menyerupai labirin di antara dinding-dinding bangunan, di dalam lorong Kotagede juga banyak terdapat lorong yang disebut jalan rukunan. Wibowo (2011) menerangkan sebuah karakteristik jalan rukunan yang ada di Kotagede. Jalan Rukunan adalah tanah yang direlakan untuk kepentingan bersama sebagai fungsi jalan yang
4
luasannya antara 1,5 meter sampai 2,5 meter dan beberapa lokasi dibatasi dengan dua buah pintu. Salah satu contoh adalah Between Two Gates yang merupakan salah satu sistem tata lingkungan kampung yang ada di Kotagede, Sembilan rumah berjajar membujur dari timur ke barat yang sebagian bergaya arsitektur Jawa dan terdapat jalan yang membelah kawasan tersebut yang dibatasi dua buah gerbang. Pada prinsipnya, Between
Two
Gates
adalah
satuan
lingkungan
terkecil
pemukiman yang besifat semi tertutup karena diapit oleh gerbanggerbang pada kedua ujungnya. Nuansa berbeda akan dirasakan wisatawan saat menyusuri lorong/ jalan rukunan Kotagede dan dapat melihat rumah-rumah tradisional di Kotagede yang berumur sekitar abad ke-18 dengan nuansa kekunoannya. Juga bisa melihat reruntuhan Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16 yang masih tersisa sampai sekarang. Dalam perjalanan tersebut wisatawan dapat melihat berbagai aktiifitas masyarakat Kotagede dan proses pembuatan berbagai
kerajinan
tradisional
Kotagede.
(Sumber:
www.kotagedeheritage.com/2011/03/24/PaketWisataKotagede/He ritageTrail/WisataArsitektural.htm,) 3. Spiritual/ Budaya Atraksi wisata spiritual/ budaya yang ada di Kotagede adalah mengunjungi Makam Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam
5
beserta keluarganya yang merupakan pendiri Kerajaan Mataram Islam Kotagede. Dalam paket ini wisatawan diajak untuk berziarah masuk makam pada hari-hari tertentu yang sakral menurut perhitungan Jawa dengan keharusan memakai pakaian tradisional Jawa berupa kemben untuk perempuan dan pranakan untuk lakilaki. Di samping itu, wisatawan juga dapat mengikuti upacara Caos yaitu
persembahan
doa
kepada
penghuni
makam
yang
merupakan raja dan keturunannya yang dipercayai dapat mengabulkan segala permohonan kemakmuran dan kekayaan. Di dalam makam ini terdapat beberapa museleum yang berasitektur tradisional Jawa berisi pusara atau disebut kijing dalam bahasa Jawa yang terbuat dari marmer asli, berumur ratusan tahun yang masih
tetap
terpelihara
sampai
saat
ini.
(Sumber:
www.kotagedeheritage.com/2011/03/24/PaketWisataKotagede/He ritageTrail/WisataArsitektural.htm, diakses pada 29 November 2011) Kirab budaya Nawu Sendang Selirang di kompleks Makam Raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta. Upacara tahunan yang digelar warga Desa Jagalan Banguntapan dan Kotagede itu untuk membersihkan air sendang di kompleks makam Panembahan Senopati dan pendiri dinasti Mataram. (Sumber: www.detik.com/
6
kirab-budaya-nawu-sendang-selirang, diakses pada 13 Januari 2012) 4. Kuliner Kawasan Kotagede mempunyai Kuliner yang dapat menjadi atraksi makanan ringan seperti jajan pasar, Kembangwaru, Kipo (makanan yang paling di cari di Kotagede), Legamara, Ukel yang dapat ditemukan di Pasar Kotagede. Terdapat juga tempat makan besar seperti Warung Bakso Sido Semi yang berdiri sejak tahun 50-an dengan menu minuman es kacang hijau dan saparela yang kemasannya berupa botol kuno. Ada pula Sate Lapangan Karang, yaitu kuliner di malam hari, Omah Duwur Resto, dan Sekar Kedaton Resto.
c)
Persepsi Masyarakat Terhadap Daya Tarik Wisata Kotagede Berdasarkan data eksisting di atas yang menyebutkan daya tarik
wisata Kotagede tidak hanya perak, dengan bantuan media sosial BlackBerry untuk melakukan proses uji coba awal ini untuk menghetahui persepsi masyarakat umum terhadap kawasan Kotagede sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Yogyakarta. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui posisi daya tarik wisata bangunan arsitektural peninggalan budaya di daerah tersebut terhadap daya tarik wisata lainnya, termasuk perak di dalamnya.
7
Uji coba ini menggunakan 4 empat kata kunci yaitu: (1) perak; (2) arsitektur; (3) sejarah dan budaya; (4) kuliner. Hasil uji coba yang dilakukan adalah perak lebih melekat di ingatan masyarakat dan wisatawan secara umum, 5 (lima) responden menjawab perak, 4 (empat) responden menjawab sejarah budaya dan 1 (satu) responden menjawab arsitektural dari total 8 (delapan) responden. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa bahwa Kotagede lebih dikenal dengan daya tarik wisata peraknya dibandingkan daya tarik lainya. Daya tarik arsitektural di sini sangat tidak popular di kalangan masyarakat umum.
1.2.
Rumusan Permasalahan Kotagede merupakan kawasan heritage, Kawasan ini mempunyai
daya tarik perak yang sangat melekat di ingatan masyarakat umum dibandingkan dengan daya tarik lainnya. Mengapa daya tarik selain perak yang salah satunya adalah daya tarik arsitektural kurang dikenal dan ada apakah dengan daya tarik arsitektural yang berada di sini, padahal daya tarik arsitektural tersebut merupakan bangunan peninggalan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi di kawasan ini.
8
1.3.
Pertanyaan dan Sasaran Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan
penelitian dan sasarannya adalah mengetahui: 1. Seperti apa persepsi masyarakat tentang Kotagede? 2. Seperti apa persepsi masyarakat terhadap daya tarik arsitektural peninggalan budaya di kawasan Kotagede? 3. Bagaimana kualitas produk wisata arsitektural peninggalan budaya di kawasan Kotagede?
1.4.
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui persepsi masyarakat tentang Kotagede. 2. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap daya tarik arsitektural peninggalan budaya di kawasan Kotagede 3. Mengetahui bangunan
bagaimana peninggalan
kualitas
produk
budaya
di
wisata
arsitektural
kawasan
Kotagede,
berdasarkan persepsi wisatawan. Tujuan tersebut di atas supaya wisata arsitektural di Kotagede dapat dikenal seperti daya tarik perak yang sudah melekat di ingatan masyarakat umum tentang kawasan Kotagede.
9
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini untuk selanjutnya diharapkan dapat memberikan
manfaat akademis dan praktis sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengembangan wisata arsitektural di kawasan Kotagede. 2. Memberikan
gambaran
kepada
masyarakat
umum
bahwa
kawasan Kotagede ini mempunyai nilai sejarah tinggi dari masa ke masa hingga meninggalkan artefak-artefak berupa bangunan arsitektural peninggalan budaya yang unik untuk diminati dan dinikmati. Jadi dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa Kotagede tidak hanya mempunyai daya tarik perak saja.
10
1.6.
Keaslian Penelitian Tabel 1. 1. Keaslian Penelitian
NO
Nama
NIM
Judul Penelitian
Tahun
Lokus
Fokus
1.
Ida Bagus Made Gipsi
07/270944/ PTK/4910
Pengaruh Kualitas Produk Pariwisata Terhadap Tingkat kunjungan Wisatawan di Pantai Segara Sari Mangar, Balikpapan
2010
Pantai Segara Sari Mangar, Balikpapan
Pengaruh Kualitas Produk Pariwisata Terhadap Tingkat kunjungan Wisatawan di Pantai Segara Sari Mangar, Balikpapan
2.
Syaiful Muazir
18036/PS/ MPAR/05
Karakteristik Produk Kawasan Wisata Tepi Sungai (Kajian Evolusi, Daya tarik dan Kesiapan Produk Wisata Pada Kawasan Wisata Tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat)
2008
Tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Balikpapan
(Kajian Evolusi, Daya tarik dan Kesiapan Produk Wisata Pada Kawasan Wisata Tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat)
3.
Pairan
08/278319/ PTK/5442
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Wisatawan Pada Objek Wisata Kota Tua Sunda Kelapa di Jakarta
2010
Kota Tua Sunda Kelapa
4.
Bobby Citra Octaviano
10/310846/ PTK/07347
Kualitas Produk Wisata Arsitektural di Kawasan Kotagede, Yogyakarta.
2013
Kawasan Kotagede, Yogyakarta
Kualitas Pelayanan Kepuasan Wisatawan
terhadap
Arsitektrur peninggalan budaya di Kotagede
11