BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan yang mempunyai tugas mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja guna mensukseskan pembangunan nasional. Pendidikan kejuruan diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan profesional untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah di bidangnya. Salah satu penyelenggara pendidikan kejuruan di Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Peningkatan kualitas SMK dapat dilakukan dengan berbagai program. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau sering disebut dengan Dual System. Penyelenggaraan PSG ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 323/U/1997 tentang penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan; Bab III pasal 3 menyatakan bahwa setiap Sekolah Menengah Kejuruan berkewajiban menyelenggarakan Pendidikan Sistem Ganda bersama Institusi Pasangan yang memenuhi persyaratan. Pendidikan Sistem Ganda merupakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang dikelola oleh dua tempat penyelenggaraan. Kedua tempat penyelenggara pendidikan dan pelatihan tersebut adalah Sekolah dan Institusi Pasangan yang merupakan rangkaian yang utuh dan tidak terpisahkan dalam rangka untuk mencapai kompetensi lulusan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
1
Pendidikan Sistem Ganda berdampak pada perubahan sistem yang selama ini berlangsung yaitu sistem persekolahan (schooling system) ke sistem ganda (dual responsibility) maksudnya dunia usaha/industri yang menjadi institusi pasangan dari SMK merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Pendidikan sistem ganda sangatlah penting bagi siswa SMK, hal ini sepadan dengan penelitian Muliaty (2007), bahwa untuk mendapat keterampilan tidak cukup siswa belajar di sekolah tetapi harus didapat melalui “on the job training” yaitu belajar dari pekerja yang sudah berpengalaman di industri, disinilah letak pentingnya konsep PSG untuk menghasilkan tenaga yang terampil. Oleh karena itu sulit diharapkan dapat membentuk keahlian profesional pada diri peserta didik tanpa partisipasi industri. Sekolah dan Institusi Pasangan bersama-sama dapat merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah maupun di Institusi Pasangan agar pengelolaannya menjadi utuh dan ada kesinambungan antara pendidikan di Sekolah dengan pendidikan di Institusi Pasangan. Menurut Muliaty (2007), bahwa selama jangka waktu pelaksanaan PSG, kegiatan belajar mengajar dikelola dengan prinsip-prinsip: (1) ada keterkaitan antara apa yang dilakukan di Sekolah dan apa yang dilakukan di Institusi Pasangan sebagai rangkaian utuh untuk mencapai kompetensi lulusan; (2) praktik keahlian di Institusi Pasangan merupakan proses belajar yang utuh bermakna dan sarat nilai untuk mencapai kompetensi lulusan; (3) ada kesinambungan proses belajar dengan waktu yang sesuai dalam mencapai tingkat kompetensi yang dibutuhkan, dan (4) berorientasi kepada proses disamping berorientasi kepada produk dalam mencapai kompetensi lulusan secara optimal.
2
Pendidikan sistem ganda yang dilaksanakan dengan baik, diharapkan dapat mendekatkan kesenjangan antara sekolah dengan DU/DI. Kesenjangan yang terjadi selama ini adalah di bidang peralatan, keterampilan tenaga kerjanya dan budaya
kerja.
Peralatan-peralatan
yang
belum
dimiliki
sekolah,
dapat
dipergunakan siswa yang mengikuti PSG. Demikian pula tentang keterampilan tenaga kerja di DU/DI, mereka dapat membimbing peserta PSG agar siswa mempunyai keterampilan yang sama dengan karyawan di DU/DI, termasuk budaya kerja yang ada di DU/DI dapat ditularkan kepada siswa yang melaksanakan PSG. Peningkatan kualitas pelaksanaan PSG di SMK sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar siswa yang mengikuti PSG mendapatkan keterampilan yang dipersyaratkan DU/DI. Salah satu usaha yang dilakukan adalah memasukkan program PSG ke dalam sasaran mutu di sekolah yang telah bersertifikat ISO. Sertifikat ISO adalah salah satu bukti bahwa lembaga tersebut telah mempergunakan standar mutu yang telah ditentukan. Menurut Wikipedia (2013), menyebutkan bahwa ASEAN Free Trade Area (AFTA), bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea di kawasan ASEAN. Dengan persaingan yang bebas tersebut negara-negara anggota ASEAN harus menghadapi dengan peningkatan daya saing terutama SDM-nya. Peningkatan kualitas SDM tersebut menjadi tantangan bagi SMK, karena lembaga ini merupakan penyedia tenaga terampil ditingkat menengah. SMK Negeri 1 Malang sejak tahun 2009 telah bersertifikat ISO. Sertifikat ISO tersebut di dapat dari lembaga sertifikasi ISO yaitu SAI Global. Salah satu sasaran mutu dan instruksi kerja yang dibuat dan diimplementasikan
3
adalah penyelenggaraan program PSG. Program PSG berada dibawah area kerja Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Masyarakat (Waka Humas). Penyelenggaraan program PSG dengan sasaran mutu dan instruksi kerja ISO, ketercapaian sasaran mutu program PSG dapat diketahui. Sedangkan instruksi kerja dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk malaksanakan pekerjaan yang berkenaan dengan PSG. Dengan demikian peningkatan mutu dan perbaikan yang berkelanjutan sesuai konsep ISO dapat dilaksanakan. Peningkatan mutu dan perbaikan berkelanjutan sangat diperlukan pada program PSG terutama pada sekolah yang bersertifikat ISO. Penerimaan siswa baru yang belum melibatkan pihak DU/DI secara langsung, diharapkan dapat ditingkatkan dengan melibatkan secara langsung penerimaan siswa baru. Demikian pula pada tahap penyusunan kurikulum, dengan adanya ISO setelah dievaluasi tentang keterlibatan DU/DI, ternyata pihak DU/DI belum terlibat langsung. Dengan adanya ISO, sasaran mutunya untuk tahun berikutnya dapat ditingkatkan dengan melibatkan pihak DU/DI dalam hal penyusunan kurikulum. Demikian pula pada bidang-bidang yang lain di area kerja PSG, diharapkan selalu ada peningkatan mutu dan perbaikan yang berkelanjutan. Dalam rangka peningkatan mutu dan perbaikan berkelanjutan, setiap enam bulan sekali oleh lembaga sertifkasi ISO SMK Negeri 1 Malang disurveillance di semua area kerja termasuk area kerja PSG. Dengan adanya surveillance ini, diharapkan setiap area kerja dapat menjaga dan melaksanakan komitmen yang telah dibuat bersama. Karena jika ada area kerja yang melanggar komitmen dengan adanya temuan major, maka sertifikat ISO dapat dicabut oleh lembaga sertifikasi tersebut.
4
Sebelum mengikuti PSG, siswa dibekali pelajaran kejuruan mulai mereka masuk di kelas X sampai menjelang berangkat mengikuti PSG pada kelas XI. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung keterampilan mereka di Institusi Pasangan agar dapat bekerja dengan baik. Siswa yang akan mengikuti PSG, menjelang berangkat diberi pembekalan di sekolah secara khusus. Pembekalan ini lebih menitik beratkan pada penyiapan mental siswa yang akan mengikuti PSG agar lebih siap berada di Institusi Pasangan dengan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan sekolah. Lingkungan PSG di Institusi Pasangan adalah tempat siswa menimba ilmu khususnya yang berkaitan dengan keterampilan. Di tempat PSG inilah siswa belajar bekerja, menerapkan bekal ilmu yang diperoleh dari sekolah, juga mereka belajar beradaptasi dengan lingkungan kerja, dan diposisikan sebagai tenaga kerja. Hal ini dimaksudkan agar setelah lulus kelak, siswa sudah tidak asing lagi dengan lingkungan kerja. Selama mengikuti PSG, siswa dibimbing guru dari Sekolah dan Instruktur dari Institusi Pasangan. Pembimbingan dilakukan terus-menerus oleh Instruktur dari Institusi Pasangan dan dilakukan monitoring oleh guru Pembimbing. Pada waktu PSG, siswa setiap hari mengisi jurnal kegiatan. Jurnal kegiatan siswa ini berisikan kegiatan-kegiatan praktik yang dilakukan siswa setiap harinya dan diketahui olah pembimbing dari Institusi Pasangan. Dari Jurnal inilah Instruktur dapat mengetahui kegiatan riel yang dilakukan siswa yang dibimbingnya dan sebagai acuan untuk memberikan nilai pada akhir pelaksanaan PSG kelak.
5
Selama pelaksanaan PSG, seringkali terdapat kendala. Kendala-kendala tersebut sangat bervasiasi di tempat PSG satu dengan yang lain. Budaya kerja di tempat PSG, seringkali belum dimengerti siswa, hal ini disebabkan oleh situasi belajar di sekolah sangat berbeda dengan situasi kerja di tempat PSG. Kurikulum yang disusun Sekolah juga belum sepenuhnya melibatkan DU/DI, sehingga siswa yang melaksanakan PSG harus mendapatkan pembekalan terlebih dahulu sebelum diberi tugas kerja yang sebenarnya. Peralatan praktik yang dimiliki sekolah seringkali kurang mendukung untuk dipergunakan siswa dalam mengikuti PSG, hal ini disebabkan peralatan-peralatan tersebut sudah ketinggalan dengan yang yang dipergunakan di tempat PSG. Penelitian Zaenuri (2005), mengidentifikasi ada 10 kendala dalam pelaksanaan PSG di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus yang menurut pihak Institusi pasangan, yaitu antara lain: (1) kurangnya koordinasi; (2) kemampuan siswa relatif masih kurang; (3) rahasia perusahaan kepada siswa; (4) siswa kurang aktif; (5) adaptasi lingkungan kerja; (6) mengganggu pekerjaan instruktur; (7) siswa tidak disiplin; (8) fasilitas kerja yang kurang memadai; (9) waktu pelaksanaan PSG kurang, dan (10) siswa kurang kreatif. Nurharjadmo (2008), dalam
penelitiannya menemukan hambatan-
hambatan selama pelaksanaan PSG yaitu: (1) dana yang dipergunakan untuk operasional PSG kurang menyebabkan siswa harus menambah biaya tambahan. Dana yang dikeluarkan oleh siswa cukup besar karena waktu pelaksanaan PSG lama, hal ini menjadi faktor panghambat terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, dan (2) hambatan yang bersumber dari siswa sendiri, karena kurangnya kedisiplinan mereka sehingga hasil PSG tidak maksimal.
6
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudana
(2010),
mengidentifikasi hambatan-hambatan PSG di SMK Negeri 1 Petang Kabupaten Badung antara lain: (1) keterlambatan dana pelaksanaan program sekolah, merupakan kendala yang dialami oleh sekolah karena pembiayaan sepenuhnya menggunakan APBD Kabupaten Badung; (2) keterbatasan sarana-prasarana pembelajaran praktik, termasuk kekurangan air bersih;
(3)
terbatasnya
kompetensi keahlian siswa dalam bidang pertanian modern untuk merawat tanaman eksplosif dan bernilai ekonomi tinggi, merupakan masalah
yang
dihadapi oleh pihak DU/DI; (4) kurangnya kedisiplinan siswa selama melaksanakan praktik kerja industri; (5) kesulitnya mendapatkan DU/DI yang dekat dan relevan dengan program keahlian siswa;
(6) belum terpenuhinya
jumlah guru yang berpengalaman dalam pelaksanaan PSG; (7) kurangnya koordinasi antar pembimbing PSG dan instruktur DU/DI; (8) kegiatan PSG di DU/DI dirasakan menggangu jam pelajaran normatif dan adaptif, merupakan kendala yang dialami oleh semua tenaga pendidik karena selama PSG, siswa kelas XII tidak dapat belajar di sekolah, dan (9) siswa kesulitan mendapatkan tempat pemondokan selama PSG karena DU/DI sebagian besar berlokasi di pedesaan. Namun permasalahan-permasalahan di atas, apakah sama dengan yang dialami di SMK Negeri 1 Malang? Dari pertanyaan tersebut, mendorong perlunya diadakan penelitian tentang Pelaksanaan PSG bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Malang karena sekolah ini telah bersertifkat ISO dan merupakan sekolah kejuruan tertua di Kota Malang dan dianggap berhasil sehingga sering dijadikan barometer bagi sekolah kejuruan lain.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan PSG bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang? 2. Kendala-kendala apa yang terjadi dalam pelaksanaan PSG bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang ? 3. Bagaimanakah strategi yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan PSG bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan PSG bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang. 2. Menjelaskan
kendala-kendala
yang
terjadi
dalam
pelaksanaan
PSG
bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang. 3. Menjelaskan strategi-strategi yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan PSG bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang.
D. Manfaat Penelitian Menurut Moleong (2012), mengatakan bahwa manfaat penelitian merupakan kegunaan hasil penelitian baik bagi dunia ilmu pengetahuan, bidang ilmu itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. Manfaat penelitian dirumuskan secara singkat dan dengan bahasa yang tepat. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
1. Secara Teori Secara teori, penelitian ini akan dapat: a. Mendukung konsep hubungan antara SMK dengan DU/DI dalam pembelajaran dual system. b. Berguna sebagai bahan untuk memperjelas konsep tentang PSG. 2. Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini akan bermanfaat: a. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan bagi sekolah tentang program PSG dimasa yang akan datang. b. Bagi DU/DI Hasil penelitian ini dapat dijadikan dokumen agar pelaksanaan PSG dimasa yang akan datang lebih baik. c. Bagi guru Menambah wawasan bagi guru tentang PSG agar dapat memberikan informasi kepada siswanya.
E. Batasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu melebar dan juga karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka dalam penelitian ini dibatasi data yang diteliti adalah data yang berkaitan dengan pelaksanaan PSG bersertifikat ISO di SMK Negeri 1 Malang Tahun Pelajaran 2012/2013.
9
F. Penegasan Istilah Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, pasal 18 dan penjelasan pasal 15 mengatur pendidikan menengah kejuruan. Pasal 18 ayat 3 menyatakan bahwa salah satu bentuk pendidikan menengah adalah sekolah menengah kejuruan. Penjelasan pasal 15 menegaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta diklat (siswa) terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lembaga pendidikan yang menyiapkan siswa menjadi manusia yang produktif yang dapat langsung bekerja dibidangnya setelah lulus dari pendidikannya, disamping dapat pula melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Makarti (2009), menyebutkan bahwa PSG merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Jadi Pendidikan Sistem Ganda merupakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang dikelola oleh dua tempat penyelenggaraan. Kedua tempat penyelengga pendidikan dan pelatihan tersebut adalah Sekolah dan Institusi Pasangan yang merupakan rangkaian yang utuh dan tidak terpisahkan dalam rangka untuk mencapai kompetensi lulusan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Penerapan pendidikan sistem ganda secara nyata adalah dengan menempatkan siswa dalam praktek kerja industri (Prakerin) di tempat PSG yaitu DU/DI. Menurut Setyawan (2009), bahwa ISO 9001 merupakan standard International yang mengatur tentang sistem manajemen Mutu (Quality
10
Management System), oleh karena itu seringkali disebut sebagai “ISO 9001, QMS” adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka ISO 9001:2008 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Dengan menerapkan ISO 9001:2008, kegiatan-kegiatan yang dilakukan lembaga harus sesuai standar dan komitmen yang dibangun. Lembaga yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008, selalu diaudit setiap enam bulan sekali yang disebut dengan Surveillance audit. Hal ini dimaksudkan supaya standar kerja yang telah ditetapkan tidak menyimpang, dan lebih dari itu peningkatan mutu dan perbaikan secara berkelanjutan akan dapat diterapkan.
11