BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Permasalahanan 1.1.1. Latar belakang masalah Seseorang yang mengalami peristiwa ditinggalkan oleh orang lain karena perkataannya yang keras, tajam, dan tidak bisa diterima, meskipun perkataan itu benar, tentu bukan hal yang menyenangkan. Reaksi yang akan muncul dari pihak yang ditinggalkan bisa bermacam-macam. Bisa jadi ia akan minta maaf dan akan berhati-hati untuk menyampaikan sesuatu supaya orang yang mendengar tidak tersinggung, tidak bersungut-sungut dan tidak meninggalkan dia; bisa juga berupa munculnya ketakutan untuk menyampaikan hal-hal yang benar karena takut ditinggalkan oleh pendengar sehingga ia hanya menyampaikan hal-hal yang menyenangkan pendengar saja; selain itu reaksi yang muncul bisa juga berupa kemarahan sampai kepada sikap permusuhan. Orang yang ditinggalkan bisa saja akan merasa sangat bersalah telah mengatakan perkataan yang keras meskipun benar, kepercayaan dirinya menjadi berkurang; bisa juga ia akan tetap pada pendiriannya bahwa yang benar harus tetap disampaikan meskipun pendengar tidak menyukainya dan berusaha mencari rumusan kalimat atau kata yang lebih halus sehingga maksudnya
tetap
bisa
disampaikan
tanpa
menyinggung
perasaan
pendengarnya; kemudian bisa juga ia akan bersikap tidak peduli, yang penting ia menyampaikan yang benar apapun resikonya tidak masalah. Peristiwa ditinggalkan oleh pendengar, pernah dialami oleh Yesus ketika Ia berada di dunia sebagaimana diceritakan oleh Injil ke empat yaitu Injil Yohanes. Ketika Yesus tampil di muka umum, ke empat Injil melaporkan bahwa banyak orang yang berbondong-bondong untuk mengikut Dia. Hal ini bisa kita lihat misalnya di dalam Yohanes bondong
mengikuti
Dia,
karena
6:2 Orang banyak berbondongmereka
melihat
mujizat-mujizat
penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Matius melaporkan bahwa orang banyak yang mengikuti Dia tidak hanya berasal dari
8
Galilea yakni kota tempat Yesus bertumbuh dan memulai pekerjaaNya1 tetapi juga dari Dekapolis, dari Yerusalem dari Yudea dan dari seberang Yordan (Mat 4:25) Alasan mereka mengikuti Yesus bermacam-macam. Ada yang karena Yesus meminta mereka untuk mengikut Dia misalnya ke dua belas muridNya. Namun ada juga yang mengikut Dia tanpa diminta oleh Yesus. Mereka inilah yang disebut orang banyak. Orang banyak ini mengikut Dia karena mujizatmujizat yang dibuatnya. Mujizat-mujizat itu di antaranya mujizat pengusiran roh-roh jahat dan mujizat penyembuhan orang sakit (Mat 12: 22; Yoh 4: 46 51). Orang banyak ini juga disebut sebagai murid-murid Yesus dalam arti umum2 seperti terlihat di dalam Mat 10: 42; Luk 6: 17; dan Yoh 6: 60,66. Ke mana Yesus pergi, orang banyak (baca = murid-murid) selalu mengikuti Dia, hingga pada suatu waktu yaitu ketika Yesus berada di Galilea, tepatnya di Kapernaum, Yesus berbicara tentang “Roti Hidup” (Yoh 6: 25 dab), akibatnya banyak dari murid-murid itu yang tidak kuat mendengar perkataan Yesus. Menurut mereka perkataan Yesus “keras”, akibatnya mereka bersungut-sungut hingga pada sikap mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yoh 6: 66). Menghadapi situasi yang “kurang menguntungkan” itu, bagaimana reaksi Yesus? apakah Ia memarahi murid-murid yang meninggalkan Dia? Apakah Ia mempertanyakan kesetiaan dan loyalitas mereka? Apakah Yesus menyesali perkataanNya? Atau bagaimana? Di satu sisi Yesus sudah dianggap Rabi3 (guru) oleh “para murid” (Yoh 6:25), tetapi di sisi lain Ia ditinggalkan begitu saja ketika perkataanNya atau ajaranNya tidak menyenangkan mereka. Yesus yang telah dianggap sebagai Rabi, sebagai “guru” harus bersikap apa terhadap “murid-murid” yang meninggalkanNya tersebut?
1
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I. p. 324 Ibid. p. 100; Tenney Merrill C, Ph.D., John: The Gospel of belief, An analytic Study of the text, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, Michigan, 1970, p. 123. 3 gelar Rabi di kenakan kepada Yesus sebanyak 12 kali, 8 kali di antaranya di pakai di dalam Injil Yohanes 2
9
Di dalam Yoh 6:67 di sana terlihat salah satu reaksi Yesus atas peristiwa itu. Ia menantang dengan bertanya kepada para muridNya "Apakah kamu tidak mau pergi juga?4”, pertanyaan Yesus ini bisa menimbulkan berbagai macam interpretasi. Karena itu reaksi atau sikap Yesus yang demikian perlu dianalisa lebih jauh di dalam karya tulis (skripsi) ini. Perikop yang akan dijadikan dasar penafsiran adalah dari Injil Yohanes 6: 6071. pemilihan Injil Yohanes, pertama karena di dalam ke tiga Injil lain yaitu Matius, Markus dan Lukas tidak memiliki bagian teks yang sama dengan bagian teks Injil Yohanes ini. Dengan kata lain, teks peristiwa ini hanya ada (khas) di dalam Injil Yohanes. Ke dua, Injil Yohanes sejak dahulu kala disebut sebagai “Injil Rohani” 5. Injil ini berisi wejangan-wejangan dari figur Yesus yang memiliki hubungan mistik dengan Allah. Yesus dan Bapa adalah satu (Yoh 10: 30). Segala karya Yesus selalu diidentikkan dengan karya Bapa. Itu berarti sikap Yesus adalah juga sikap Bapa. Di dalam Yohanes hubungan Anak (Yesus) dengan Bapa (Allah) sangat khas dan karena itu Injil Yohanes sangat menarik untuk dibahas 1.1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka skripsi ini hendak menganalisa lebih jauh hal-hal seperti yang tertera di dalam rumusan-rumusan masalah berikut ini: •
Apa makna pengunduran diri para murid?
•
Bagaimana sikap Yesus menghadapi para murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia?
• Apa sumbangannya bagi gereja saat ini, baik bagi gereja secara umum maupun bagi pemimpin gereja secara khusus? 1.2. Judul 1.2.1. Rumusan dan penjelasan judul Judul skripsi ini dirumuskan demikian: 4 5
terjemahan Alkitab TB-LAI Groenen C. Dr. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru Cet. 14 Kanisius 2000., p. 152
10
“Sikap Yesus menghadapi para murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia”. Rumusan judul ini dipilih karena sudah mewakili seluruh isi yang akan ditulis di dalam skripsi ini. Figur Yesus dalam rumusan judul di atas (hendak dituliskan di dalam skripsi ini) adalah tidak dipahami sebagai Yesus Historis tetapi figur Yesus sebagaimana yang digambarkan oleh Yohanes. Sehingga dengan demikian, apapun gambaran Yohanes tentang Yesus diterima apa adanya sebagai yang “benar”. Kata murid6 dalam rumusan judul di atas tidak hanya menunjuk kepada ke dua belas murid Yesus secara khusus tetapi juga dalam arti umum yaitu seluruh pengikut Yesus. Ini sesuai dengan penggunaan kata murid di dalam konteks Yoh 6: 60 – 71. 1.2.2. Batasan Masalah Masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah sikap Yesus menghadapi para murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia yang terdapat di dalam perikop Yohanes 6: 60 – 71. Ayat sebelumnya yaitu ayat 25 dab, merupakan konteks peristiwa pengunduran diri para murid, namun ay 25 dab tidak akan ditafsirkan. Dari ay 25 dab, hanya akan ditampilkan pokok-pokok perkataan Yesus yang turut menjadi penyebab bagi para murid untuk mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Sedangkan reaksi atau sikap Yesus terhadap situasi tersebut terdapat di dalam ayat 60 – 71. Reaksi – reaksi Yesus di dalam perikop inilah yang akan ditafsir. Kalau pada pasal-pasal lain di dalam Injil Yohanes ada juga reaksi atau sikap Yesus dalam menghadapi ketidakpercayaan para murid atas apa yang Ia
6
Tenney Merrill C, Ph.D., John: The Gospel of belief, An analytic Study of the text, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, Michigan, 1970, p. 123.
11
beritakan, hal itu hanya akan di pakai sejauh mendukung sikap Yesus di dalam Perikop Yoh 6:60-71. 1.3. Tujuan Penulisan Skripsi ini ditulis dengan tujuan: •
untuk memahami alasan dan makna pengunduran diri para murid Yesus
•
untuk memahami sikap Yesus dalam menghadapi para murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Kemudian menemukan apa makna dari sikap Yesus tersebut.
•
memberikan sumbangan pemikiran bagi gereja secara umum dan bagi pemimpin gereja secara khusus di dalam menghadapi situasi yang seringkali kurang menguntungkan sebagaimana yang dihadapi oleh Yesus
1. 4. Metode/Pendekatan Pendekatan yang akan dipakai dalam menafsirkan sikap Yesus di dalam perikop Yoh 6:60-71, adalah dengan menggunakan pendekatan analisa teks dengan sedapat mungkin mempertimbangkan aspek historis/sejarah. Analisa teks terhadap Yoh 6:6071, tidak akan dilepaskan dari analisa teks (Injil) Yohanes secara keseluruhan, sebab kisah Injil Yohanes merupakan satu kesatuan yang menyeluruh7. Aspek Sejarah sedapat mungkin dipertimbangkan mengingat Injil Yohanes adalah juga merupakan Injil Sejarah8, artinya Injil Yohanes muncul dalam konteks masyarakat atau komunitas tertentu, sehingga situasi komunitas Yohanes sebagai penerima Injil perlu dikemukakan. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk bisa mencapai tujuan penulisan di atas maka skripsi ini akan ditulis dengan sistematika seperti berikut ini:
7 8
Groenen C. Dr. Pengantar p. 152 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I. p. 608
12
Bab I. Pendahuluan Bab pendahuluan berisi hal-hal teknis yang menentukan penulisan skripsi ini. Bab ini terdiri dari uraian permasalahan, penjelasan judul, tujuan penulisan, dan metode/pendekatan tafsir Bab II. Komunitas Injil Yohanes Bab ini berisi Deskripsi komunitas Injil Yohanes; status sosial masyarakat para murid Yesus dan sistem keagamaan masyarakat Yahudi pada masa munculnya komunitas Yohanes. Bab III. Tafsir sikap Yesus menghadapi para murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia Bab ini berisi identifikasi dan tafsir atas sikap atau reaksi-reaksi Yesus dalam menghadapi para murid yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Dari hasil tafsir ini akan dikemukakan makna sikap Yesus. Bab IV. Penutup Bab ini berisi kesimpulan reflektif dari sikap Yesus, kemudian diberikan relevansinya bagi gereja secara umum dan bagi pemimpin gereja secara khusus.
13