BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Diana Mutiah (2010) usia 0-5 tahun sering disebut sebagai “usia emas” (The Golden Age) dimana fisik dan otak anak sedang berada di masa pertumbuhan terbaiknya. Pada usia emas, kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang akan diterima akan berdampak bagi anak. Di masa ini, orang tua terutama Ibu harus bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak baik secara intelektual, emosional, dan spiritual. Usia emas merupakan waktu terbaik bagi anak untuk mempelajari berbagai macam keterampilan, membentuk kebiasaan-kebiasaan yang akan berpengaruh pada masa kehidupan selanjutnya, dan memperoleh konsep-konsep dasar untuk memahami diri dan lingkungan sekitar. Perkembangan fisik-motorik pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat, ada pula yang lambat. Pada masa kanakkanak pertambahan tinggi dan pertambahan berat badan relatif seimbang. Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus. Perkembangan motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun adalah melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak, melompat, berlari kesana kemari dan ini menunjukkan kebanggaan dan prestasi. Sedangkan usia 4 tahun, sang anak tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik tangga dengan satu kaki lalu dapat turun dengan cara yang sama dan memperhatikan waktu pada setiap langkah. Lalu, pada usia 5 tahun sang anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya. Sebagian ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah usia bagi anak dengan aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat aktivitas yang
tinggi dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan kaki) maka anak-anak prasekolah perlu olah raga sehari-hari. Pada usia 3 tahun juga anak sudah mulai merangkai bentuk dari suatu objek menjadi suatu bentuk, belajar dengan peralatan makan, dan masih banyak lagi. Pada usia 4 tahun, tidak jauh berbeda dengan usia 3 tahun, tapi anak akan belajar memakai dan melepas pakaian, memasang pita maupun mengikat tali sepatu. Begitu pula pada usia 5 tahun sang anak akan dapat mengkopi bentuk lingkaran, menggunakan alat makan secara bersamaan, akan tetapi mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu merupakan tantangan untuknya. Adapun perkembangan keterampilan motorik halus dapat dilihat pada usia 3 tahun yakni kemampuan anak-anak masih terkait dengan kemampuan bayi untuk menempatkan dan memegang benda-benda. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi sebab khawatir tidak akan sempurna susunannya. Sedangkan pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya untuk bergerak. Di kota-kota besar kebanyakan orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu dengan sang anak berkurang. Bagi orang tua yang memiliki anak usia 3-5 tahun, tentunya sang anak membutuhkan stimulasi motorik yang dapat membantu dalam perkembangan kemampuan motorik mereka. Banyak juga orang tua yang tidak mengetahui hal tersebut, karena stimulasi motorik jarang dilakukan maka perkembangan motorik anak tidak dapat berkembang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Stimulasi motorik bisa didapatkan dari cara bermain. Dimana anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal. Karena dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru. Permainan dan bermain bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembang anak. Aktivitas
sensorik motorik merupakan komponen yang paling besar pada semua usia, namun paling dominan pada anak usia 0-5 tahun. Pada anak usia 0-5 tahun seharusnya mendapatkanya stimulasi visual, pendengaran, sentuhan, dan stimulasi gerak. Berdasarkan
penjelasan
diatas,
penulis
bertujuan
untuk
membuat
perancangan buku interaktif untuk anak prasekolah yaitu usia 3-5 tahun. Karena pada usia 3-5 tahun anak menyerap informasi sangat tinggi. Pada usia tersebut juga anak sudah tidak lagi belajar untuk berjalan, sehingga sang anak mulai belajar hal lain lebih banyak yang melibatkan kreatifitas dan fisik mereka. Peran orang tua dalam buku ini juga sangat dibutuhkan untuk mendampingi anak tersebut dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan yang ada didalam buku tersebut, tapi apabila orang tua memang sangat sibuk buku interaktif ini juga dapat meminimalisir kehadiran orang tua namun sang anak tetap dapat mendapatkan stimulasi motorik mereka. Buku interaktif ini berisikan tentang tutorial sehari-hari. Buku Interaktif ini tidak hanya bisa dilihat gambar-gambarnya, melainkan anak-anak bisa langsung mempraktikan
tutorial
tersebut.
Sehingga
anak-anak
bisa
menambah
kemampuannya di bidang motorik dan menambah pengalamannya dari kegiatankegiatan
yang
mereka
kerjakan.
Anak-anak
dapat
berperan
langsung
menerjakannya sehingga dapat mengasah kemampuan motorik mereka.
1.2 Identifikasi Masalah Dari
penjelasan
sebelumnya
sudah
disebutkan
bahwa
anak-anak
membutuhkan stimulasi motorik dengan bantuan orang dewasa agar lebih optimal perkembangannya. Dari penjabaran berikut penulis mengidentifikasi adanya masalah sebagai orang tua yang sibuk bekerja sehingga jarang melakukan hal-hal yang berhubungan dengan stimulasi motorik anak.
1.3 Rumusan Masalah Adapun masalah yang dapat dirumuskan dari identifikasi masalah sebelumnya yaitu bagaimana merancang buku interaktif untuk anak-anak?
1.4 Batasan Masalah Untuk memberikan arahan yang jelas mengenai tugas akhir, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Masalah yang akan dibahas mengenai perancangan buku interaktif untuk usia 3-5 tahun yang berada di kota-kota besar yang kurang mendapatkan stimulasi motorik, buku interaktif ini dilengkapi dengan simulasi yang bisa dikerjakan oleh anak-anak, buku interaktif ini juga dilengkapi dengan tutorial dari kegiatan sehari-hari seperti mengancingkan baju, meresleting celana, dan mengikat tali sepatu yang dapat membantu dalam stimulasi motorik anak.
1.5 Tujuan Perancangan Tujuan perancangan yang akan penulis buat adalah buku interaktif untuk anak usia 3-5 tahun yang dapat membantu memberikan stimulasi motorik untuk anak.
1.6 Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis Berikut adalah metode pengumpulan data: a. Metode Observasi Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung suatu hal atau situasi secara tajam dan terperinci, kemudian mencatatnya secara akurat dalam beberapa cara. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran sistematis mengenai peristiwa kesenian, tingkah laku, dan hal lainnya pada tempat yang dipilih untuk diteliti (Rohidi, 2011: 182).
Peneliti melakukan observasi
langsung terhadap buku-buku sejenis dengan buku yang akan peneliti rancang. b. Studi Pustaka Studi pustaka adalah suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahakan (Nazir, 1988: 111). Peneliti akan melakukan studi pustaka dari beberapa buku yang berkaitan di perpustakaan maupun internet. Studi pustaka dilakukan di perpustakaan Universitas Telkom dan perpustakaan Bapuspida.
c. Wawancara Wawancara adalah instrumen penelitian. Kekuatan wawancara adalah penggalian pemikiran, konsep, dan pengalaman pribadi pendirian atau pandangan dari individu yang di wawancara. Mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari narasumber dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka (Koentjaraningrat, 1980: 165 dalam buku Soewardikoen, 2013: 20). Peneliti melakukan wawancara kepada pembuat buku cerita untuk anak dan psikologi anak. Berikut ini adalah metode analisis: a. Analisis Matriks Matriks membantu mengidentifikasi bentuk penyajian lebih seimbang, dengan cara mensejajarkan informasi baik berupa gambar maupun tulisan (Soewardikoen, 2013: 51). Peneliti melakukan analisis matriks antara bukubuku interaktif sejenis dengan buku yang akan peneliti rancang.
1.7 Kerangka Perancangan Latar Belakang Masalah Orang tua di kota-kota besar kebanyakan sibuk dengan pekerjaannya, sehingga waktu dengan sang anak berkurang. Anak usia 3-5 tahun membutuhkan stimulasi motorik tapi jarang dilakukan oleh orang tua. Ditengah kesibukan orang tua, perlunya media untuk melatih kemampuan motorik anak.
IDE Buku interaktif untuk anak usia pra sekolah yaitu usia 3-5 tahun yang membuat anak dapat membantu dalam mengasah kemampuan motoriknya.
Data:
Teori:
Studi pustaka, observasi, wawancara, dan
Teori buku, ilustrasi, warna, tipografi,
matriks perbandingan.
visual storytelling.
KONSEP PERANCANGAN Buku interaktif untuk anak usia 3-5 tahun
HASILPERANCANGAN Gambar 1.1 Kerangka Perancangan Sumber: Dokumentasi pribadi
1.8 Pembabakan a. BAB I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan perancangan buku interaktif untuk usia 3-5 tahun, pengumpulan data, kerangka perancangan, dan pembabakan. b. BAB II Dasar Pemikiran Menjelaskan teori atau dasar pemikiran tentang buku, teori buku cerita bergambar, visual story telling, elemen-elemen desain grafis seperti tipografi, ilustrasi, layout, dan warna. c. BAB III Data dan Analisis Masalah 1. Data Menjelaskan berbagai data yang berkaitan dengan objek perancangan. Seperti lembaga yang berkaitan, wawancara kepada ahli, dan analisis matriks. 2. Analisis Berisi pengolahan berbagai data yang berkaitan dengan objek perancangan. Dilakukan dengan analisis yang sesuai dengan tujuan dari perancangan. d. BAB IV Konsep dan Hasil Perancangan Menjelaskan konsep komunikasi, konsep kreatif, konsep media, konsep visual, dan konsep bisnis yang dipergunakan dalam perancangan. Hasil perancangan mulai dari sketsa, storyline, storyboard hingga penerapan visualisasi pada media. e. BAB V Penutup Saran dan kesimpulan yang diberikan oleh pembimbing dan penguji untuk perancangan yang sedang dibuat.