BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population Reference Bureau) pada pertengahan tahun 2012 menyatakan bahwa Indonesia menyumbang sekitar 241 juta jiwa penduduknya dibandingkan dengan China 1,350 juta jiwa, India 1,260 juta jiwa dan Amerika Serikat 314 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa kuantitas penduduk merupakan permasalahan yang strategis (PRB, 2012). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 20102014 menyatakan salah satu permasalahan pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas adalah masih tingginya angka kelahiran penduduk. Kondisi ini menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk karena tingkat kelahiran merupakan faktor utama yang memengaruhi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. RPJMN tahun 2010-2014 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan signifikan terhadap indikator pencapaian prioritas nasional kesehatan dalam hal TFR (Total Fertility Rate) per 1.000 wanita yaitu 2,1 pada tahun 2014 dari hasil RPJMN terakhir pada tahun 2009 yaitu 2,6 dan sampai tahun 2012 masih pada angka yang sama (Bappenas, 2013). Upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan program Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana memiliki implikasi yang 13
Universitas Sumatera Utara
tinggi terhadap pembangunan kesehatan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif karena Keluarga Berencana memiliki posisi yang strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan, maupun pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Suratun, 2008). Badan Kependudukan dan KB Nasional (BKKBN) telah melakukan perubahan visi dan misi sejak tahun 2010. Adapun Visi BKKBN tahun 2010 adalah “Penduduk tumbuh seimbang tahun 2015”, dan untuk mencapai misi tersebut, maka Misi yang ditetapkan adalah: Mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera” (UU No. 52 Tahun 2009). Gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini, kegiatan KB masih kurangnya dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontrasepsi dapat dikatakan bahwa IUD 11.53%, MOW 3.49%, Kondom 3.13%, Implan 9.17%, Suntik 46.84%, dan Pil 25.13% (Kemenkes RI, 2013). Capaian jumlah peserta KB telah mencapai target yaitu 9,58 juta akseptor baru dan 34,87 juta akseptor aktif. Namun pencapaian TFR menunjukkan tidak ada perubahan pada angka 2,6 kelahiran per perempuan usia reproduktif 15-49 tahun berdasarkan hasil sementara SDKI 2012. Selanjutnya, angka penggunaan kontrasepsi 14
Universitas Sumatera Utara
(contraceptive prevalence rate/ CPR) naik tidak signifikan sebesar 0,5 % yaitu dari 57,4% menjadi 57,9% serta angka kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) turun menjadi 8,5% dari 9,1%. Hal ini disebabkan masih banyaknya ketidakberlangsungan (DO), yaitu angka kegagalan alat/cara KB 1,6 %, keinginan untuk hamil lagi 5,4%, efek samping 9,5%, dan alasan lain 3,4%. Disamping itu, penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang/MKJP (IUD, Implant, vasektomi, tubektomi) masih rendah dan lebih banyak penggunaan kontrasepsi jangka pendek (Pil dan Suntik), sehingga kemungkinan akseptor KB baru (PB) untuk menjadi akseptor KB aktif (PA) sangat rendah (saat ini perbandingannya 10 PB:1 PA). Mix kontrasepsi yang digunakan adalah IUD sebesar 6,6%, Metode Operasi Wanita (Vasektomi) sebesar 1,2%, Implant sebesar 8%, suntik sebesar 48,2%, pil sebesar 27,9%, dan kondom sebesar 7,8% (Bappenas, 2012). Survey
Demografi
dan
Kesehatan
Indonesia
(SDKI)
tahun
2012
menunjukkan kinerja program KB tahun 2007-2012 berjalan stagnan. Hal ini disebabkan sejumlah indikator krusial yang ditargetkan pada tahun ini ada penurunan dan kurang tercapai. Dengan hasil ini bisa dipastikan sejumlah target pembangunan millenium (MDG‟s) pada tahun 2015 nanti hampir ada penurunan kurang tercapai. SDKI 2012 mencatat, rata-rata dari 100 perempuan usia subur yang menjadi peserta KB aktif (CPR) hanya mencapai 61,9%. Selain CPR, BKKBN juga mengalami penurunan dalam memenuhi target pemenuhan rata-rata wanita usia subur melahirkan anak (TFR) kisaran 2,6 per perempuan usia subur. Artinya rata-rata TFR 2012 masih sama dengan 2007 dan ada penurunan mencapai target 2,4% pada tahun 2013. 15
Universitas Sumatera Utara
Dengan TFR 2,6 rata-rata pasangan usia subur, di Indonesia rata-rata masih memiliki 2-4 anak dengan kondisi yang dihadapi pada saat ini hampir mustahil target TFR 2,1 pada tahun 2014 nanti bisa diraih. Pasalnya untuk mencapai TFR 2, syaratnya pemerintah harus bisa meningkatkan CPR minimal 68% dari 61,9% dalam jangka waktu sekitar kurang dari 3 tahun yang pada tahun 2012 diperkirakan sangat sulit tercapai (Bappenass, 2012). Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2013 tercatat sebesar 13.326.307 jiwa, meningkat dari tahun 2012 sebanyak 110.906 jiwa (0,84%) dari 13.215.401 jiwa. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 yaitu sebesar 2.184.486 dengan jumlah peserta KB baru sebanyak 424.583 orang (19,44%) dan jumlah peserta KB aktif sebesar 1.477.026 orang (67,61%). Jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan paling tinggi adalah suntik dengan jumlah 481.113 orang (32,57%) dan disusul dengan pil sebanyak 452.150 orang (30,61%) (Kemenkes RI, 2013). Jumlah PUS pada tahun 2012 di Kota Medan adalah 330.376 dengan jumlah peserta KB aktif yang menggunakan Pil sebanyak 69.404 orang (31,40%) yang berada di urutan kedua setelah pengguna alat kontrasepsi Suntik yaitu sebanyak 77.711 orang (35,15%), IUD 29.249 orang (13,23%), MOW 13.414 orang (6,07%), Implan 16.025 orang (7,25%), dan Kondom 13.127 orang (5,94%) (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2013). 16
Universitas Sumatera Utara
Kelurahan Tanjung Selamat merupakan salah satu kelurahan dari 9 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan. Menurut data yang diperoleh, jumlah PUS di Kelurahan Tanjung Selamat pada bulan April 2014 adalah 1492 dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 1016 orang. Penggunaan alat kontrasepsi IUD sebanyak 91 orang (8,96%), MOW sebanyak 83 orang (8,17%), Kondom sebanyak 13 orang (1,28%), Implan sebanyak 75 orang (7,38%), Suntik sebanyak 505 orang (49,70%), dan Pil sebanyak 248 orang (24,41%). Setiap metode kontrasepsi memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. Begitu pula dangan metode kontrasepsi pil. Kontrasepsi pil merupakan salah satu alat kontrasepsi yang murah dan mudah didapat. Penggunaan kontrasepsi pil juga mudah, karena hanya dibutuhkan kepatuhan wanita untuk meminumnya. Namun para pengguna alat kontrasepsi pil di Kelurahan Tanjung Selamat tidak sebanyak pengguna alat kontrasepsi suntik yang pada dasarnya tidak semurah dan semudah Pil KB cara penggunaannya, yaitu tidak perlu bantuan tenaga kesehatan untuk menggunakannya. Menurut Effendy dalam Pieter (2012), komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Pada hakikatnya komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, termasuk dalam proses pemilihaan kontrasepsi pil, karena sifatnya yang dialogis dalam bentuk percakapan.
17
Universitas Sumatera Utara
Arus balik bersifat langsung sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, apakah secara positif atau negatif, berhasil atau tidak. Mutadin (2002) menjelaskan bahwa peer group adalah kelompok orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok sosial yang sama, seperti teman sekolah atau teman sekerja. Kelompok peer group diakui dapat memengaruhi pertimbangan dan keputusan seseorang tentang perilakunya, termasuk dalam pemilihan kontrasepsi pil. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai determinan pemilihan alat kontrasepsi pil pada akseptor KB di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2014. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
permasalahan
adalah
apakah
pengetahuan
responden,
komunikasi
interpersonal antara responden dengan petugas kesehatan, dan peer group berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pil pada akseptor KB di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan pemilihan alat kontrasepsi pil pada akseptor KB di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 18
Universitas Sumatera Utara
1.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dalam pemilihan alat kontrasepsi pil pada akseptor KB.
2.
Untuk mengetahui hubungan komunikasi interpersonal antara petugas KB desa dengan akseptor KB .
3.
Untuk mengetahui hubungan peer group dalam pemilihan alat kontrasepsi pil pada akseptor KB.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan referensi bagi pemerintah Kota Medan, terkhusus bagi Kecamatan Medan Tuntungan, dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan Keluarga Berencana dan pelayanan kontrasepsi. 2. Menambah wawasan dan pengembangan pengetahuan akseptor KB tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan memilih Pil KB. 3. Meningkatkan motivasi akseptor KB dalam upaya menggalakkan program Keluarga Berencana. 4. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis maupun peneliti.
19
Universitas Sumatera Utara