1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang diwarnai dengan masyarakat majemuk dimana terdapat beragam identitas etnis, suku, adat, ras, dan agama, serta bahasa. Di Indonesia terdapat 300 lebih kelompok suku bangsa yang sifatnya berbeda dari kelompok lain. Disamping itu, Indonesia mempunyai identitas yang berbeda dan menggunakan lebih dari 200 bahasa khas. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dapat disebut sebagai masyarakat yang majemuk karena terdiri dari beragam etnis, suku, adat, ras, dan agama, serta kebudayaan sebagai identitas yang berbeda-beda.1 Keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, pada satu sisi merupakan suatu kekayaan bangsa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi positif bagi upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat. Namun pada sisi lain, kondisi tersebut dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan nasional apabila terdapat ketimpangan pembangunan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial dan ekonomi, serta ketidakterkendalian dinamika kehidupan politik.2
1
Admin, “Konflik antar agama di Ambon : Suatu analisa hubungan antar etnik”, http://everypaper.blogspot.com/2012/02/konflikantar-agama-di-ambon.html, diakses pada Senin, tanggal 29 Oktober 2012, jam 22.08 WIB. 2 Penjelasan Umum atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315).
2
Kondisi yang majemuk dengan beragamnya etnis, suku bangsa, agama, dan kebudayaan sebagai identitas menjadikan masyarakat rentan dengan konflik. Rentannya konflik merupakan sebab dari pertentangan kebudayaan antar identitas. Setiap identitas etnik memiliki kebudayaan masing-masing yaitu pandangan, prinsip, dan cara menjalani hidup, serta tujuan yang berbeda. Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Konflik selalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial yang bernama negara, bangsa, organisasi, perusahaan, dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama keluarga dan pertemanan.3 Sejumlah konflik komunal berdarah telah mengguncang beberapa daerah di Indonesia pada sekitar akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Kerusuhan meletus di Kalimantan Barat, yakni tepatnya pada Februari 1999 yang terjadi di Kabupaten Sambas. Pada kejadian di Sambas, etnik Dayak membantu etnik Melayu dengan target suku Madura. Catatan resmi menyebutkan korban meninggal sekitar 200 orang.4 Kerusuhan serupa juga pecah pada akhir Februari 2001 di wilayah Kalimantan Tengah. Ribuan orang Dayak bersenjata busur,
3 Wirawan, 2009, Konflik dan Manajemen Konflik; Teori, Aplikasi dan Penelitian, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta, hlm. 1-2. 4 Heru Cahyono, dkk, ed,. 2008, Konflik Kalbar dan Kalteng; Jalan Panjang Meretas Perdamaian, Pustaka Pelajar dan Pusat Penelitian Politik-LIPI, Yogyakarta, hlm. 3.
3
panah, tombak memburu warga dari etnik Madura. Kurang dari dua pekan, orang Dayak telah membunuh lebih dari 400 orang Madura dan 80.000 sisanya dipaksa keluar dari bumi Kalimantan untuk kembali ke daerah asalnya di Pulau Madura.5 Konflik kekerasan di masyarakat seolah-olah tak pernah berakhir. Gelombang konflik kekerasan pada akhir-akhir ini kembali mengguncang Indonesia. Konflik antar etnis yang terjadi di Jakarta Timur pada Juli 2004 antara etnis Betawi dan etnis Ambon sedikitnya telah menyebabkan korban luka-luka dan 3 orang meninggal dunia.6 Konflik kekerasan juga terjadi antar kelompok masyarakat di Provinsi Maluku pada September 2012, yang menyebabkan jatuhnya beberapa korban.7 Selain di Maluku, tawuran antar mahasiswa di Makassar terjadi pada Oktober 2012 yang juga menyebabkan korban meninggal dunia sebanyak 2 orang.8 Konflik antar kelompok masyarakat yang melibatkan ribuan massa pelaku kerusuhan juga terjadi di Lampung Selatan pada 28 Oktober 2012. Bentrok antar warga yang terjadi di Lampung Selatan melibatkan ribuan massa dan telah
5 Heru Cahyono, 2004, Konflik di Kalbar dan Kalteng: Sebuah Perbandingan, Dalam Masyarakat Indonesia, Pusat Penelitian Politik-LIPI, Jakarta, hlm. 47. Baca juga, Museum Polri (Penegakan Hukum), “Konflik antar agama dan etnis di Poso dan Sampit”, http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_konflik-poso-sampit.html, diakses pada Senin tanggal 29 Oktober 2012 jam 22.23 WIB. 6 Erwin (Tempo News Room), “Tawuran Antar Etnis, Tiga Korban Luka”, http://www.tempo.co/read/news/2004/07/07/05744779/Tawuran-Antar-Etnis-Tiga-Korban-Luka, diakses pada Selasa 30 Oktober jam 11.40 WIB. 7 Rayya Giri, “Isu Konflik yang Sering Terjadi Antar Kelompok Masa di SBT Harus Diakhiri”, http://www.moluken.com/2012/09/12/isu-konflik-yang-sering-terjadi-antar-kelompokmasa-di-sbt-segera-diakhiri/, diakses pada Senin tanggal 29 Oktober 2012 jam 22.05 WIB. 8 Ilham Mahesa Sinaga, “Tawuran antar Mahasiswa di Makassar”, http://www.beritakaget.com/berita/3119/tawuran-antar-mahasiswa-di-makassar.html, diakses pada Senin, tanggal 29 Oktober 2012 jam 22.21 WIB.
4
menyebabkan 14 orang meninggal dunia.9 Beberapa daerah lain di Indonesia juga memeliki potensi terjadinya konflik kekerasan di masyarakat. Menurut Fadil Lubis, potensi terjadinya perang antara suku dikhawatirkan 10 tahun lagi bakal terjadi di Sumatera Utara dan Kota Medan khususnya.10 Gelombang konflik dengan kekerasan ini merisaukan banyak kalangan, disamping lantaran lambannya penyelesaian oleh negara, juga menyangkut jatuhnya korban yang tidak sedikit. Ada pandangan bahwa transisi politik dari otoritarianisme menuju demokratisasi diduga sebagai salah satu variabel antara terjadinya berbagai konflik komunal di nusantara yang multikultural ini.11 Transisi demokrasi dalam tatanan dunia yang makin terbuka mengakibatkan makin cepatnya dinamika sosial, termasuk faktor intervensi asing. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan konflik, terutama konflik yang bersifat horizontal.12 Konflik tersebut, mengakibatkan hilangnya rasa aman, timbulnya rasa takut masyarakat, kerugian harta benda, korban jiwa dan trauma psikologis seperti dendam, benci, dan antipati, sehingga menghambat terwujudnya pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Konflik etnisitas serta multikultural merupakan keniscayaan, dan konflik yang terjadi sering dikarenakan pemahaman yang keliru tentang adanya perbedaan tujuan kehidupan, keragaman suku serta pluralitas kebudayaan. Keragaman etnis 9
Admin, “Bentrok Warga, Korban Tewas di Lampung Selatan Jadi 14 Orang”, http://regional.kompas.com/read/2012/10/30/15124247/Korban.Tewas.di.Lampung.Selatan.Jadi.1 4.Orang, diakses pada Selasa 30 Oktober 2012 jam 17.40 WIB. 10 Admin, “Sumut Potensi Terjadinya Perang Antar Suku”, http://beritasore.com/2010/07/12/sumut-potensi-terjadinya-perang-antar-suku/, diakses pada Selasa tanggal 30 Oktober 2012 jam 11.49 WIB. 11 Heru Cahyono, dkk, ed,. Op.cit, hlm. 1. 12 Penjelasan Umum atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315).
5
dan kultural, disatu sisi dipandang sebagai kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya, tetapi disisi lain kemajemukkan tersebut memiliki potensi yang besar bagi munculnya konflik-konflik antar etnis (suku), antar daerah, antar agama, maupun antar strata ekonomi. Di Indonesia, konflik dalam masyarakat sering terjadi karena anggotanya mempunyai karakteristik yang beragam yaitu suku, agama dan ideologi. Karakteristik ini sering diikuti dengan pola hidup yang eksklusif satu sama lain yang sering menimbulkan konflik.13 Indonesia semenjak kemerdekaannya sampai memasuki abad ke-21 mengalami konflik politik, ekonomi, dan sosial secara terus menerus. Perubahan pola pikir dari pola pikir yang bersifat kebersamaan menjadi pola pikir yang bersifat
individualistis,
primordialisme,
memudarnya
rasa
nasionalisme,
kehidupan politik dan ekonomi liberal, terkikisnya nilai-nilai tradisi, politisasi agama telah berkontribusi mengembangkan budaya konflik di Indonesia. Lemahnya penegakkan hukum dan merosotnya moral para penegak hukum, serta menurunnya kepercayaan masyarakat kepada mereka, menyebabkan orang berusaha mencapai jalan pintas untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan kekerasan dan “main hakim sendiri”.14 Konflik yang terjadi karena perbedaan agama, suku, ras, bangsa seperti yang terjadi di Indonesia, menurut Lewis Coser sebagaimana yang dikutip oleh Wirawan,15 mengelompokkannya kedalam jenis konflik nonrealistis, yaitu konflik yang terjadi tidak berhubungan dengan isu substansi penyebab konflik. Konflik ini dipicu oleh kebencian atau prasangka terhadap lawan konflik yang mendorong 13
Wirawan, op.cit., hlm. 12. Wirawan, ibid, hlm. 14. 15 Wirawan, ibid, hlm. 59. 14
6
melakukan agresi untuk mengalahkan atau menghancurkan lawan konfliknya. Penyelesaian perbedaan pendapat mengenai isu penyebab konflik tidak penting. Hal yang penting adalah bagaimana mengalahkan lawannya. Oleh karena itu, metode manajemen konflik yang digunakan adalah agresi, menggunakan kekerasan, kekuatan dan paksaan. Konflik kekerasan yang melanda berbagai wilayah di Indonesia sebagaimana dikemukakan sebelumnya, juga terjadi di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di sekitar wilayah kampus Universitas Haluoleo. Realitas yang ada di wilayah sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara adalah maraknya aksi kekerasan dalam bentuk perkelahian antara kelompok pemuda, yang merupakan konflik yang “bernuansa” antar suku, perkelahian antar fakultas, pemerasan, penganiayaan, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, peredaran minuman keras (beralkohol), transaksi narkoba serta berbagai kemungkinan kejahatan lainnya yang tidak terpantau selalu terjadi sepanjang tahun.16 Meskipun demikian, konflik kekerasan yang terjadi di sekitar wilayah kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara belum dapat dikatakan sebagai konflik yang tergolong masif, yaitu kerusuhan yang melibatkan ribuan massa pelaku kerusuhan, mengakibatkan korban puluhan ribu orang harus mengungsi, ratusan orang meninggal dunia, serta ratusan rumah luluh-lantah. Situasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara telah menjadi perhatian berbagai pihak sejak lama. Perkelahian antara kelompok pemuda yang biasa 16
Sumber Data : Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Kepolisian Resor Kota Kendari Satuan Reserse Kriminal).
7
terjadi selalu “memakan” korban luka-luka, kerugian harta benda maupun korban jiwa. Upaya kepolisian berupa penegakkan hukum dalam segala aspek dinilai masih belum cukup karena hanya memangkas pada sisi tengah tatkala tindak pidana itu terjadi, sedangkan yang diperlukan untuk menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif adalah selain perangkat yang komprehensif serta juga pola penyelidikan secara verbal guna mengetahui motif dan jaringan pelaku tindak pidana khususnya konflik horizontal yang cenderung mengarah pada isu Suku, Ras dan Agama (SARA).17 Konflik antara kelompok masyarakat yang “bernuansa” suku yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara adalah konflik antar kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar kampus Universitas Haluoleo. Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar kampus Universitas Haluoleo tersebut berasal dari berbagai daerah yang ada di Sulawesi Tenggara. Keberagaman suku yang ada di Sulawesi Tenggara tercermin dalam masyarakat yang hidup di sekitar kampus Universitas Haluoleo, yaitu diantaranya suku Tolaki yang merupakan suku asli Kendari, suku Muna, suku Buton, suku Wanci, suku Kaledupa dan suku Ambon yang merupakan etnis kepulauan atau etnis pendatang. Konflik tersebut terjadi setiap tahun pada momen-momen tertentu seperti penerimaan mahasiswa baru, kegiatan ospek mahasiswa baru ataupun suksesi pemilihan ketua lembaga kemahasiswaan yang ada di kampus Universitas Haluoleo seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis
17
Sumber Data : Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Kepolisian Resor Kota Kendari Satuan Reserse Kriminal).
8
Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) serta organisasi kemahasiswaan ditingkat fakultas lainnya.18 Realitas empiris yang ada di wilayah sekitar kampus Universitas Haluoleo kendari Sulawesi Tenggara adalah maraknya aksi kekerasan dalam bentuk konflik antar kelompok masyarakat. Pada Juni 2010 kerusuhan terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari yang melibatkan dua kelompok pemuda yang kemudian melibatkan masyarakat lain. Saling serang terjadi tepat di jalan H.E.A. Mokodompit depan kampus Universitas Haluoleo dengan menggunakan berbagai macam senjata tajam. Akibat peristiwa ini, satu orang menderita luka karena sabetan parang dan tiga buah sepeda motor dibakar.19 Kerusuhan serupa kembali terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo pada Agustus 2010. Awal peristiwa tersebut terjadi ketika sekawanan orang bertopeng dengan menggunakan panah dan busur tiba-tiba menyerang kerumunan mahasiswa baru yang saat itu tengah melakukan pendaftaran. Serangan mendadak yang disertai aksi anarkis membuat situasi menjadi kisruh. Mahasiswa yang tengah
mengurus
administrasi
perkuliahanpun
berhamburan
ke
luar
menyelamatkan diri dari amukan kelompok pemuda yang menggunakan penutup wajah. Meski gedung fakultas tidak mengalami kerusakan, 1 (satu) orang mahasiswa terluka akibat terkena busur.20
18
Sumber Data : Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Kepolisian Resor Kota Kendari Satuan Reserse Kriminal). 19 Admin Kendari Pos, “Sekitar Kampus Unhalu Rusuh Lagi”, http://www.kendarinews.com/tourism/index.php?option=com_content&task=view&id=2139, diakses pada Sabtu tanggal 20 Oktober 2012 jam 10.55 WIB. 20 Admin Kendari Pos, “Kawanan Bertopeng Serang Unhalu”, http://www.kendarinews.com/tourism/index.php?option=com_content&task=view&id=4234, diakses pada Sabtu 20 Oktober 2012 jam 10.57 WIB.
9
Puncak konflik yang terjadi di wilayah sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tanggara adalah pada Juli dan September 2011. Kerusuhan pada Juli 2011 antar kelompok masyarakat yang “bernuansa” suku, yaitu antara suku Muna dan suku Tolaki yang mengakibatkan kerugian harta benda, korban luka-luka serta 1 (satu) orang meninggal dunia.21 Sedangkan kerusuhan pada September 2011 merupakan kelanjutan dari peristiwa kerusuhan pada Juli 2011. Dua mahasiswa kehilangan nyawa dalam kerusuhan di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara, Kamis 8 September 2011 malam.22 Realitas konflik dan kekerasaan yang melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kota Kendari Sulawesi Tenggara sebagaimana diuraikan di atas membutuhkan pengkajian yang mendalam untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi konflik dan kekerasan yang terjadi pada masyarakat multietnis atau masyarakat yang multikultural. Keseriusan dalam menemukan solusi yang tepat itu, sangat penting untuk digalakkan agar masalah kemajemukan Indonesia itu jangan sampai menjadi pemicu keterpecahan persatuan dan kesatuan bangsa. Konflik antar kelompok masyarakat yang “bernuansa” suku yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara belum pernah dilakukan penelitian yang mengkaji secara mendalam tentang faktor-faktor 21
Sumber Data : Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Kepolisian Resor Kota Kendari Satuan Reserse Kriminal) tanggal 31 Juli 2011. 22 Sumber Data : Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Kepolisian Resor Kota Kendari Satuan Reserse Kriminal) tanggal 8 September 2011. Baca Juga Kompas, Jumat 9 September 2011, “Kerusuhan di Kampus Unhalu Tewaskan Dua Mahasiswa”, http://regional.kompas.com/read/2011/09/09/07330149/Kerusuhan.di.Kampus.Unhalu.Tewaskan. 2.Mahasiswa, diakses pada Sabtu 20 Oktober 2012 jam 10.48 WIB.
10
kondusif secara langsung maupun tidak langsung yang menjadi latar belakang timbulnya konflik tersebut. Hal tersebut sangatlah penting untuk menentukan kebijakan penanggulangan kejahatan yang tepat untuk memperkuat analisis mengenai upaya pemerintah dan masyarakat dalam menyelesaikan konflik baik jangka pendek maupun jangka panjang di Kota Kendari. Hal ini dilakukan guna memperdalam temuan dan memperkaya pemahaman terhadap persoalan resolusi konflik di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara. Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara dengan judul “Tinjauan Kriminologi Terhadap Konflik Yang Terjadi Di Sekitar Kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Apakah faktor-faktor penyebab konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara ?
2.
Bagaimana upaya penanggulangan konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara ?
C. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran dari penulisan Tesis maupun Karya Ilmiah lainnya yang ada pada perpustakaan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
11
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada serta perpustakaan lainnya, bahwa Penulis menemukan beberapa Karya Ilmiah yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang Penulis lakukan antara lain : 1. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Haluoleo, Kendari Sulawesi Tenggara, Mulis Hulu23 (Skripsi) dengan judul “Tinjauan Kriminologis terhadap Kejahatan Pemerasan (Studi di Kampus Baru Universitas Haluoleo)”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah faktor-faktor apa yang menyebabkan kejahatan pemerasan di kampus baru Universitas Haluoleo dan bagaimana cara penanggulangan kejahatan pemerasan yang terjadi di kampus baru Universitas Haluoleo. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang Penulis lakukan yaitu lokasi penelitiannya pada masyarakat sekitar kampus Universitas Haluoleo tepatnya Kelurahan Lalolara Kecamatan Kambu Kota Kendari. Akan tetapi, penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang Penulis lakukan yaitu : penelitian tersebut lebih terfokus pada faktor-faktor yang menjadi penyebab kejahatan atau tindak pidana pemerasan yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo. Penelitian tersebut melihat realitas yang terjadi disekitar kampus Universitas Haluoleo yaitu maraknya terjadi tindak pidana atau kejahatan pemerasan, sehingga penelitian tersebut mencoba mengungkap faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan pemerasan tersebut. Selain itu penelitian tersebut
23
Mulis Hulu, 2012, Tinjauan Kriminologis terhadap Kejahatan Pemerasan (Studi di Kampus Baru Universitas Haluoleo), Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara.
12
terfokus pada bagaimana upaya penanggulangan dari kejahatan pemerasan yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo tersebut. Berbeda
dengan penelitian tersebut, Penulis
memfokuskan
penelitian pada tinjauan kriminologi terhadap konflik yang terjadi di sekitas kampus Universitas Haluoleo dengan permasalahan apakah faktorfaktor penyebab terjadinya konflik horizontal masyarakat yang terjadi di sekitar
kampus
Universitas
Haluoleo
dan
bagaimana
upaya
penanggulangan konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo. Berdasarkan hal tersebut, penelitian yang Penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulis Hulu, karena obyek penelitiannya berbeda yaitu Penulis memfokusnya pada konflik horizontal yang terjadi pada masyarakat sekitar kampus Universitas Haluoleo, sedangkan penelitian Mulis Hulu memfokuskan pada tindak pidana atau kejahatan pemerasan yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo. 2. Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, Barlian24 (Disertasi) dengan judul “Gerakan Mahasiswa Di Kendari Sulawesi Tenggara”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah bagaimana motif, orientasi, dan garis ideologi gerakan mahasiswa di Kendari, bagaimana latar belakang aktor, faktor penyebab, jaringan aliansi, dan kelompok afiliasi gerakan mahasiswa di Kendari, dan bagaimana pola, karakter, dan strategi gerakan mahasiswa di Kendari, serta bagaimana dampak gerakan mahasiswa di Kendari. 24
Barlian, 2010, Gerakan Mahasiswa Di Kendari Sulawesi Tenggara, Disertasi, Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan.
13
Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang Penulis lakukan yaitu bahwa penelitian tersebut terfokus pada motif, orientasi, ideologi, latar belakang aktor, faktor penyebab, jaringan aliansi, kelompok afiliasi, pola, karakter, strategi serta dampak gerakan mahasiswa yang dilakukan di Kota Kendari. Penelitian tersebut tidak terfokus pada konflik horizontal masyarakat yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo sebagaimana yang menjadi objek penelitian Penulis, walaupun dalam penelitian tersebut mengungkap beberapa gerakan mahasiswa di Kendari yang disertai dengan tindakan-tindakan kekerasan kepada kelompok mahasiswa lainnya maupun intimidasi yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa kepada elemen masyarakat. Hal ini menggambarkan adanya aksi-aksi mahasiswa di Kota Kendari yang sudah keluar dari koridornya. Dalam banyak kasus ditemukan adanya aksi mahasiswa yang sudah keluar dari konteksnya, sepintas terlihat bahwa para aktor dalam gerakan mahasiswa cenderung tidak lagi memiliki arah pemikiran yang jelas, aksi-aksi dilakukan dengan cara kekerasan, terjadi perkelahian antar kelompok, dan bahkan sering diikuti dengan perusakan sarana publik seperti gedung kampus, dan fasilitas pemerintah yang ada. Penelitian tersebut jelas memiliki perbedaan dengan yang Penulis lakukan meski penelitian tersebut juga melihat ketimpangan gerakan mahasiswa dalam bentuk perkelahian antar kelompok serta tindakantindakan kekerasan lainya. Dalam penelitian ini Penulis memfokuskan penelitian pada tinjauan kriminologi terhadap konflik yang terjadi di
14
sekitas kampus Universitas Haluoleo. Berdasarkan penjelasan tersebut, objek penelitian serta permasalahan dengan yang Penulis lakukan tidak memiliki kesamaan. 3. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo, Kendari Sulawesi Tenggara, La Ode Agus25 (Skripsi) dengan judul “Pola Komunikasi Mahasiswa dalam Etnisitas (Studi Dramaturgis Pada Pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo”)”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah Bagaimana pola komunikasi mahasiswa dalam etnisitas pada pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang Penulis lakukan yaitu bahwa penelitian tersebut terfokus pada pola komunikasi antar etnisitas dalam pemilihan ketua lembaga kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo. Penelitian tersebut memotret etnisitas dari sudut pandang komunikasinya, dengan ruang lingkup mengambil latar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo Kendari, yang lebih dispesifikkan dengan
studi
dramaturgis pada pemilihan Ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo. Ada satu fenomena bahwa, pemilihan ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo tidak
25 La Ode Agus, 2010, Pola Komunikasi Mahasiswa dalam Etnisitas (Studi Dramaturgis Pada Pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo”), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara.
15
terlepas dari menguatnya identitas setiap etnis yang merupakan imbas dari hegemoni pengurus kelembagaan pada periode-periode sebelumnya. Penelitian tersebut juga mencoba mengurai tentang konflik antar etnis yang terjadi dalam pemilihan ketua lembaga kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo. Konflik yang terjadi seperti konflik psikologi maupun konflik secara fisik. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan yang Penulis lakukan karena Penulis memfokuskan penelitian pada konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo. Sehingga, bukan hanya konflik yang terjadi dalam internal kampus Universitas Haluoleo tetapi juga konflik-konflik yang terjadi di luar kampus Universitas Haluoleo. Penelitian tersebut juga tidak mengurai apa yang menjadi faktor penyebab konflik secara umum serta bagaimana upaya penanggulangannya. Hal ini jelas berbeda dengan penelitian yang Penulis lakukan karena Penulis memfokuskan pada faktor penyebab konflik secara umum yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo tepatnya Kelurahan Lalolara dan Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari serta bagaimana cara penanggulangannya. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang serta mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
16
1. Tujuan Obyektif a. Untuk menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor penyebab konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara. b. Untuk menganalisis dan menjelaskan upaya penanggulangan konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara. 2. Tujuan Subyektif Tujuan subyektif dari penelitian ini adalah sebagai sarana untuk mengumpulkan data dalam rangka penyusunan Tesis untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari sisi akademis dan sisi praktis sebagai berikut : 1.
Dari sisi akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bagi perkembangan pengetahuan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan ilmu kriminologi.
2.
Dari sisi praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Pemerintah Kota
17
Kendari, Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara, Kepolisian Resor Kota Kendari maupun pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian dari Tesis ini dalam pengambilan kebijakan untuk penanggulangan konflik yang terjadi di sekitar kampus Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian dalam rangka pengembangan penelitian dan sebagai bahan informasi bagi mereka yang akan melakukan penelitian yang sejenis dengan tema tulisan ini.