BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi. Di Indonesia, kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa mencari solusi dari masalah keuangan yang dihadapi dengan bekerja. Sebagian mahasiswa mempunyai masalah dengan biaya kuliah sehingga berusaha meringankan beban orangtua dengan bekerja. Namun, sebagian mahasiswa lain bekerja dengan alasan kemandirian. Menurut pengamat pendidikan, Utomo Dananjaya, kuliah sambil kerja merupakan upaya membuka gerbang dunia kerja karena akan mematangkan pola pikir individu untuk menghadapi dunia kerja, dapat menumbuhkan jiwa kemandirian, dan menghubungkan antara teori yang didapat di kampus dengan kenyataan yang ada di dunia kerja (Jajang, 2008). Menurut Rice (2008) tugas mahasiswa adalah menuntut ilmu setinggi-tingginya di perguruan tinggi. Hal ini bertujuan guna mempersiapkan diri untuk memiliki karir yang mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial. Salah satu bentuk persiapan karir yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan bekerja sambilan. Kuliah sambil bekerja bukanlah hal baru dikalangan mahasiswa. Fenomena mengenai mahasiswa yang kuliah sambil bekerja juga ditemukan di Universitas Sumatera Utara (USU). Berdasarkan data statistik USU tahun 2009, jumlah mahasiswa USU yang terdaftar mencapai lebih dari 33.000 orang dan tidak menutup kemungkinan terdapat mahasiswa USU yang kuliah sambil bekerja. Beragam alasan melatarbelakangi mahasiswa kuliah sambil bekerja, mulai dari masalah ekonomi, keinginan untuk membantu orangtua dalam membiayai kuliah, keinginan
Universitas Sumatera Utara
untuk hidup mandiri, mencari pengalaman sampai hanya karena ingin mengisi waktu luang (Yenni, 2007). Hal ini sesuai dengan pendapat mahasiswa (dalam Media Indonesia) yang menyatakan bahwa alasannya menjalani kuliah sambil kerja adalah untuk mengisi waktu luang, mendapatkan uang saku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memperoleh ilmu. Kuliah sambil bekerja banyak memberi dampak bagi mahasiswa baik positif maupun negatif. Dampak positif yang diperoleh oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja adalah dapat menyalurkan hobi, memiliki pengalaman di luar kelas, memperoleh keterampilan, pengetahuan tentang berbagai macam pekerjaan, dan bertanggung jawab. Selain itu, juga dapat melatih kemandirian dan memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan kuliah (Watanabe, 2005). Hal ini sesuai dengan penuturan dari mahasiswa M (20 tahun) tentang sisi positif dari kuliah sambil bekerja: “Pekerjaan yang aku jalanin sekarang ini ya memang hobi aku, kak. Lagian bisa nambah wawasan, bisa dapat duit lebih, jadi pande ngatur keuangan buat ditabung, nambah pengalaman, punya temen baru, tau lingkungan baru, pokoknya banyak deh” M (Komunikasi personal, 15 Januari 2011) Watanabe (2005) juga menyatakan bahwa terdapat dampak negatif yang harus diwaspadai oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Dampak-dampak tersebut adalah kesulitan membagi waktu dan konsentrasi saat kuliah dan bekerja, kelelahan, penurunan prestasi akademik, mengalami keterlambatan kelulusan, dan akibat yang paling parah adalah dikeluarkan dari universitas karena lebih mementingkan pekerjaan dari pada kuliah. Berikut penuturan dari mahasiswa W (21 tahun) tentang masalah yang dihadapi saat kuliah sambil kerja: “Gak enaknya kuliah sambil kerja tu ya pastinya pikiran terbagi antara kerjaan ma tugas kuliah. Apalagi kerja kadang udah capek kali terus mau buat tugas, belum lagi kalo pas musim ujian,
Universitas Sumatera Utara
kadang keteteran kalo gak bisa ngontrol, dan ternyata dunia kerja juga tak seindah dunia kuliah. Apalagi pas kantor nuntut jam kerja kita disaat harus kuliah juga. Kadang aku gak masuk kuliah gara-gara kerja karena tanggung jawab sebagai karyawan lebih penting karena aku digaji. Waktu untuk istirahat apalagi buat main-main berkurang” W(Komunikasi personal, 20 Januari 2011) Penelitian yang dilakukan oleh O’Neil (dalam Newman & Newman, 2006) menemukan bahwa mahasiswa dipengaruhi oleh kemampuan, kebutuhan berprestasi, sikap dan pengalaman pribadi yang dimiliki dalam memilih karir. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu memiliki kemampuan di bidang tertentu dan kemudian memperoleh pengalaman maka individu cenderung akan memilih bidang tersebut sebagai pekerjaan yang akan dijalaninya nanti. Pekerjaan mencerminkan kepribadian, hobi dan gaya hidup. Menemukan pekerjaan yang tepat dapat membawa pada kepuasan seumur hidup. Sebaliknya, jika tidak menemukan pekerjaan yang tepat dapat mengakibatkan harga diri, efikasi diri dan kepuasan hidup yang rendah bahkan depresi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mueller (dalam Kosine & Lewis, 2008) menyatakan bahwa individu yang menemukan kepuasan pada pekerjaannya menunjukkan tingkat komitmen, kompetensi, produktivitas dan penyesuaian diri yang tinggi. Pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh mahasiswa antara lain bekerja sebagai pengajar les privat, SPG (Sales Promotion Girl), penyiar radio, penerjemah, penulis, wirausaha, reporter freelance, pramuniaga, penjaga warnet dan rental, dan tenaga administrasi (Tirta, 2005). Mahasiswa yang bekerja diharapkan memiliki kemampuan tertentu seperti penguasaan ilmu dasar yang akan diajarkan dan kemampuan berkomunikasi dengan siswa pada pengajar les privat, kemampuan berbicara dan memiliki wawasan yang luas di bidang musik pada penyiar
Universitas Sumatera Utara
radio, kemampuan berkomunikasi dan penampilan yang menarik pada SPG, kemampuan dan bakat menulis pada penulis, ahli di bidang bahasa pada penterjemah, memiliki daya kreativitas yang tinggi pada wirausaha, ketekunan dan keuletan pada pramuniaga, kemampuan di bidang jurnalistik dan memiliki banyak jaringan kerja pada reporter freelance, serta menguasai komputer dengan baik pada penjaga warnet dan rental. Super (dalam Kosine dan Lewis, 2008) menyatakan bahwa perkembangan karir adalah proses bukan tujuan. Perkembangan karir tidak berhenti pada masa muda tetapi terus berlanjut sepanjang kehidupan yang banyak dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, dan kemampuan individu. Berdasarkan teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (dalam Savickas, 2002), mahasiswa berada pada tahap exploration. Pada tahap ini, individu banyak melakukan pencarian tentang karir apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan menggunakan informasi dari diri sendiri dan dari pekerjan. Individu dapat mengenali diri sendiri melalui
minat,
kemampuan,
dan
nilai.
Individu
mengembangkan
pemahaman
diri,
mengidentifikasi pilihan pekerjaan yang sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara namun dapat diandalkan. Individu juga akan menentukan pilihan melalui kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di antara alternatif pekerjaan yang sesuai. Tahap exploration memiliki tiga sub tahap, yaitu sub tahap tentative, transition dan trial. Sub tahap yang dijalani oleh mahasiswa adalah transition (usia 18-21 tahun). Tugas individu yang berada pada sub tahap ini adalah mengembangkan pemahaman yang nyata tentang bakat dan kemampuan yang dimiliki, mempersiapkan diri dan memilih pekerjaan. Pada sub tahap ini
Universitas Sumatera Utara
juga individu mencoba bekerja secara formal melalui bekerja sambilan (Super dalam Savickas, 2002). Hasil penelitian Singg (2005) menyatakan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki kematangan karir dan tanggung jawab yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Crites (dalam Taganing, 2007) yang menyatakan bahwa untuk dapat memilih dan merencanakan karir yang tepat, dibutuhkan kematangan karir yaitu pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih pekerjaan, dan kemampuan merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan. Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan karir tertentu. Indikasi yang relevan dengan kematangan karir adalah kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pekerjaan atau memantapkan diri dalam suatu pekerjaan. Individu dengan tingkat kematangan karir yang tinggi akan memperoleh karir yang sukses dan memuaskan. Individu akan menunjukkan kesadaran yang lebih pada proses pengambilan keputusan karir, berpikir tentang alternatif pekerjaan lain, dan menghubungkan perilaku saat ini dengan tujuan masa depan. Individu juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam membuat keputusan karir, menjalankan pilihan karir, dan kemauan untuk mengakui tuntutan dunia kerja (Powell & Luzzo, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kematangan karir dengan minat berwirausaha pada mahasiswa. Semakin tinggi kematangan karir, maka semakin tinggi minat berwirausaha. Sebaliknya,
Universitas Sumatera Utara
semakin rendah kematangan karir, maka semakin rendah minat berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2010) yang juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kematangan karir dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa. Semakin tinggi kematangan karir, maka semakin tinggi intensi berwirausaha. Sebaliknya, semakin rendah kematangan karir, maka semakin rendah intensi berwirausaha. Dari dua penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa mahasiswa dengan kematangan karir yang tinggi memiliki keinginan untuk berwirausaha. Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja selain memiliki kematangan karir juga memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab adalah kesadaran individu tentang tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban (Adhika, 2004). Menurut Stoltz (2000) tanggung jawab termasuk dalam salah satu dimensi kecerdasan adversitas yaitu ownership yang merupakan pengakuan terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kesulitan dan tanggung jawab, selain control, origin, reach dan endurance. Stoltz (2000) menyatakan bahwa kecerdasan adversitas adalah kecerdasan dalam menghadapi kesulitan dan kemampuan individu untuk bertahan dalam berbagai kesulitan hidup serta tantangan yang dihadapi. Individu yang mampu mengubah kesulitan menjadi peluang adalah individu yang terus berjuang dalam situasi apapun sehingga mampu mencapai kesuksesan. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang berbeda, karena itu terdapat individu yang mampu bertahan sementara individu lain gagal atau bahkan mengundurkan diri. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi adalah individu yang optimis, berpikir dan bertindak secara tepat dan bijaksana, mampu memotivasi diri sendiri, berani
Universitas Sumatera Utara
mengambil resiko, berorientasi pada masa depan, dan disiplin. Sementara itu, individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah adalah indvidu yang pesimis, berpikir dan bertindak cenderung tidak kreatif, tidak berani mengambil resiko, menyalahkan orang lain, lari dari masalah yang dihadapi, tidak berorientasi pada masa depan dan menghindari tantangan (Stotlz, 2000). Stoltz (2000) juga menyatakan bahwa terdapat tiga tingkat kesulitan yang dihadapi oleh individu, yaitu kesulitan masyarakat, kesulitan di tempat kerja dan kesulitan individu. Kesulitan dalam masyarakat mencakup perubahan dan peralihan di berbagai bidang kehidupan seperti: harta, ketidakpastikan akan masa depan dan kecemasan pada kondisi perekonomian. Kesulitan di tempat kerja mencakup perubahan yang terus terjadi di tempat kerja yang dapat menimbulkan kecemasan bagi pekerja. Oleh karena itu, individu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menutupi rasa cemas akibat persaingan yang ketat untuk mempertahankan pekerjaan. Kesulitan yang dihadapi individu mencakup kesulitan yang dihadapi di tempat kerja dan dalam masyarakat. Huijuan (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan performa akademik pada mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas merupakan faktor yang mempengaruhi performa akademik dan individu yang memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi akan memperoleh performa akademik yang tinggi. Sejalan dengan penelitian tersebut, William (2003) juga menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan prestasi pada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas berperan penting dalam mengembangkan prestasi dan siswa dengan kecerdasan adversitas yang tinggi memiliki prestasi yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai kematangan karir, mahasiswa bekerja membutuhkan kecerdasan adversitas, sehingga berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk melihat apakah terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja.
B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja?
C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis tentang
informasi dan
perluasan teori di bidang psikologi perkembangan, terutama mengenai kecerdasan adversitas dan kematangan karir pada mahasiswa bekerja. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian mengenai psikologi perkembangan sehingga hasil penelitian nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat praktis a. Memberikan informasi dan masukan bagi para mahasiswa bekerja mengenai kematangan karir sehingga dapat menerapkan langkah-langkah yang dapat meningkatkan kematangan karirnya. b. Memberikan informasi dan masukan bagi mahasiswa bekerja mengenai kecerdasan adversitas, sehingga diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kecerdasan adversitas dalam menghadapi kesulitan. c. Memberi informasi tentang jenis pekerjaan yang dapat dilakukan mahasiswa. d. Mahasiswa dapat memilih pekerjaan yang tepat sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. e. Memberikan informasi bagi para mahasiswa bekerja mengenai dimensi-dimensi dari kecerdasan adversitas yang sudah atau belum dimiliki sehingga mahasiswa dapat menerapkan langkah-langkah untuk menghadapi kesulitan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I :
Pendahuluan
Berisi penjelasan mengenai latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II:
Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori dari kematangan karir, kecerdasan adversitas, dan mahasiswa bekerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB III :
Metode Penelitian
Berisi metode yang digunakan dalam penelitian yang mencakup variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur pelaksanaan penelitian, metode analisis data. BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data Berisi gambaran subjek penelitian, uji asumsi penelitian, hasil utama penelitian dan hasil tambahan. BAB V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran penyempurnaan penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara