BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah media untuk penyampaian “pemahaman” tentang kehidupan dengan caranya sendiri. Karya sastra dapat diibaratkan “potret” atau “sketsa” kehidupan tetapi agak sedikit berbeda dengan kenyataan karena terdapat pendapat dan pandangan penulis dari mana dan bagaimana ia melihat kehidupan tersebut. Gagasan-gagasan yang muncul ketika menggambarkan karya sastra itu dapat membentuk pandangan orang tentang kehidupan itu sendiri (Melanie Budianta, dkk, 2008:20). Karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia. Kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau apa yang ingin digambarkan pengarang ke dalam karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum (Pradopo, 2003: 26). Dari pendapat tersebut bahwa karya sastra merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam dunia nyata yang disampaikan oleh penulis melalui karya sastra tulisan. Hubungan keterkaitan antara karya sastra dengan masyarakat mengundang banyak penelitian terhadapnya. Pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan karya sastra dan masyarakat adalah mempelajari karya sastra sebagai
Universitas Sumatera Utara
dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial (Rene Wellek & Austin Warren, 1995:122). Karya sastra dianggap dapat mengungkapkan keadaan sosial budaya maupun semangat zaman yang ada pada sebuah masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, banyak penelitian yang mencoba mengungkapkan keadaan sosial budaya suatu masyarakat melalui karya sastra. Fungsi karya sastra sebagai dokumen sosial dapat ditemukan pada kesusasteraan manapun di berbagai macam masyarakat dunia. Komik merupakan salah satu sajian yang ditawarkan dalam dunia sastra yang menarik hati para peminat sastra. Tidak hanya itu, komik mampu memikat banyak orang diseluruh dunia, baik dari kalangan anak-anak, remaja bahkan juga orangtua. Menurut Marcel Bonneff (1998:25), komik adalah salah satu produk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituangkan dalam gambar dan tanda, yang mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan. Komik harus dipahami sebagai dokumen yang tidak boleh dibatasi artinya oleh pandangan berdasarkan baik-buruknya. Untuk memahami masyarakat yang menghasilkannya, semua komik dinilai sama, tidak ada yang tidak bagus atau pun buruk. Dibandingkan dengan karya sastra yang lain, komik memiliki beberapa kelebihan karena kurang menonjolkan kepribadian penulisnya. Penulis berusaha untuk lebih banyak mengungkapkan orisinalitasnya melalui gambar dan bukan cerita (Marcel Bonneff, 1998:5). Komik atau dalam bahasa Jepang disebut manga (漫画), berkembang dimulai dari zaman Edo, yang pada saat itu bentuk manga masih sangat sederhana dan tidak serumit penampilan manga modern. Katshushika Hokusai seorang
Universitas Sumatera Utara
pelukis dan pemahat kayu, menciptakan istilah “Hokusai Manga”. Sketsa Hokusai adalah sekumpulan sketsa yang berdasarkan tema tertentu yang dibuat seniman Jepang. Tema-tema dari sketsa tersebut antara lain berupa pemandangan, hewan dan tumbuhan juga gambaran kehidupan sehari-hari. Kemudian manga terus berkembang dengan bertambahnya orang Jepang yang membuatnya hingga terbentuk sebagai buku komik yang ada saat itu masih berupa urutan gambar yang merupakan sebuah cerita dengan narasi sebagai penjelasan cerita di samping gambar. Kemudian manga terus-menerus mengalami perkembangan dan penyempurnaan gambar dan cerita sehingga menyajikan cerita yang lebih kompleks dan sangat imajinatif karena sasaran pasar manga saat itu adalah anakanak
(http://labsky2012.blogspot.com/2012/09/tugas-5-perkembangan-manga
8.html). Hingga pada tahun 1950-an, muncullah aliran alternatif penulisan komik gekiga yaitu sebuah genre baru komik yang mengambil latar belakang kisah dari kehidupan nyata. “Gekiga” adalah istilah ciptaan Tatsumi yang menggambarkan konsep komik yang berisi cerita dan gaya yang lebih dewasa daripada manga biasanya
yang
imajinatif
(http://id.omg.yahoo.com/blog/hikmat-
darmawan/sekeping-sejarah-pribadi-yoshihiro tatsumi-042659167.html). Gekiga diterjemahkan secara harfiah sebagai “manga yang dramatis”. Gekiga saat ini dikategorikan sebagai graphic novel sebagai bentuk lanjutan dari komik dengan jalan ceritanya yang lebih kompleks dan lebih panjang dan sering membidik pembaca dewasa/matang. Berbeda dengan majalah/buku komik yang banyak dikenal, sebuah graphic novel biasanya dijilid dengan menggunakan bahan yang lebih tahan lama. Topiknya dapat mencakup koleksi-koleksi cerita pendek, atau kumpulan terbitan-terbitan buku komik yang sebelumnya telah diterbitkan yang kemudian diterbitkan lagi dalam sebuah edisi tunggal yang besar (http://www.jpf.or.id/event/budaya/gekiga-manga-dewasa).
Universitas Sumatera Utara
Yoshihiro Tatsumi yang merupakan pelopor gekiga ingin keluar dari jalur konvensional penulisan komik dan memenuhi permintaan dari pembaca dewasa. Tatsumi yang merupakan seorang komikus yang baru berkecimpung di dalam dunia manga dan banyak dipengaruhi film berusaha menampilkan penggunaan teknik perfilman dengan realisme suram dan mencoba mengeksplorasikan pemikiran yang lebih kompleks yang memikat pembaca. Tatsumi belajar dari Tezuka Osamu yang menciptakan “Tetsuwan Atomu” (Astro Boy) dan membuat Tatsumi muda berkarir di komik 4 kotak bertema dunia yang suram. Karya Tatsumi memang kerap menceritakan kelas pekerja yang harus berjuang hidup di Jepang masa pasca Perang Dunia II. Ia berkaca pada keluarga serta lingkungannya yang gagal merasakan melambungnya perekonomian Jepang selepas Perang Dunia II.
Tatsumi ingin membahas masalah faktual dalam karyanya
(http://www.jpf.or.id/event/budaya/gekiga-manga-dewasa). Salah satu karya Tatsumi yang berjudul Abandon the Old in Tokyo (2006) atau judul aslinya Tōkyō Ubasuteyama menceritakan kehidupan masyarakat kelas pekerja ibukota yang hidup penuh tekanan di masa kenaikan pertumbuhan ekonomi pesat pada tahun 1970-an. Salah satu hal yang membuat karya Tatsumi istimewa adalah gambaran realistis tentang kehidupan masyarakat yang tenggelam dalam kesibukan kerja untuk meningkatkan perekonomian pasca Perang Dunia II, tetapi sama sekali tidak merasakan proses modernisasi itu sendiri. Komik Abandon the Old in Tokyo adalah sebuah refleksi penggambaran masyarakat Jepang di tahun 1970 atau pasca Perang Dunia II di saat Jepang berusaha mati-matian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya setelah
Universitas Sumatera Utara
jatuh di masa perang. Masa perubahan kondisi Jepang tahun 1970 benar-benar membuat negara-negara lain takjub. Pabrik dan gedung-gedung pencakar langit dibangun di Tokyo seperti Sunshine 60 dan konstruksi bandara baru yang kontroversial di Narita sehingga mengakibatkan peningkatan penduduk hingga sekitar 11 juta (dalam lingkungan metropolitan). Jaringan kereta bawah tanah dan komuter Tokyo menjadi salah satu yang tersibuk di dunia karena semakin banyak orang yang pindah ke wilayah Tokyo (http://id.wikipedia.org/wiki/Tokyo).
Berkaitan dengan perkembangan drastis ibukota sebagai latar, tokoh cerita yang diangkat adalah orang-orang yang sibuk bekerja dalam kehidupan megapolitan Tokyo dan terasing dari kehidupan sosial. Pembangunan ekonomi dianggap lebih penting daripada bagaimana cara hidup yang benar. Kekecewaan, keegoisan, kemerosotan moral, sikap kebarat-baratan seolah menenggelamkan masyarakat khususnya kelas pekerja di dalam modernisasi yang pesat. Gambargambar yang terdapat di dalam komik menunjukkan adegan kehidupan nyata tetapi juga imajinatif dari tokoh utamanya dalam delapan cerita pendek yaitu, Occupied, Abandon the Old in Tokyo, The Washer, Beloved Mongkey, Unpaid, The Hole, Forked Road dan Eel. Permasalahan inilah yang diangkat oleh Tatsumi dalam Abandon the Old in Tokyo. Melalui komik tersebut, terlihat bahwa Yoshihiro Tatsumi berusaha mengungkapkan bagaimana keadaan masyarakat Jepang pada zaman pasca Perang Dunia II. Melalui tokoh-tokoh fiksi yang dibuatnya, Tatsumi ingin memproyeksikan kemarahannya tentang diskriminasi dan ketidaksamaan yang menjadi-jadi di masyarakat. Untuk mengetahui kehidupan sosial masyarakat Jepang khususnya kelas pekerja pada tahun 1970, maka penulis akan membahasnya melalui skripsi yang berjudul :
“Analisis
Universitas Sumatera Utara
Sosiologis Cerita Komik Abandon the Old in Tokyo Karya Yoshihiro Tatsumi”.
1.2 Rumusan Masalah Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Sastrawan biasanya mengungkapkan kehidupan manusia dan masyarakat melalui emosi, secara subjektif dan evaluatif. Sastra juga memanfaatkan pikiran intelektualitas, tetapi tetap didominasi oleh emosionalitas. Begitu juga dengan karya sastra berupa komik Abandon the Old in Tokyo karya Yoshihiro Tatsumi. Di dalam komik ini banyak menunjukkan kehidupan sosiologis masyarakat Jepang pada zaman pasca Perang Dunia II, yaitu mengenai kehidupan masyarakat Jepang yang tenggelam di dalam kemodernisasian, sehingga menimbulkan banyak penyimpangan pada hubungan antar masyarakat. Komik ini menunjukkan kehidupan sosiologi masyarakat kelas pekerja pada zaman pasca Perang Dunia II, yaitu bagaimana hubungan antara individu dengan individu dalam suatu masyarakat baik dalam satu strata ataupun berbeda strata. Jika dihubungkan dengan kenyataan masa lalu yang pernah terjadi, ada banyak persamaan antara kehidupan sosial masyarakat Jepang khususnya kelas pekerja pada kehidupan nyata tahun 1950-1980 dengan kehidupan sosial kelas pekerja pasca Perang Dunia II yang diceritakan pada komik Abandon the Old in Tokyo. Maka, masalah-masalah tersebut akan diuraikan dalam pertanyaan berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimana kehidupan masyarakat Jepang khususnya kelas pekerja dalam kehidupan sehari-hari pada pasca Perang Dunia II (1950-1980)? 2. Bagaimana kehidupan masyarakat Jepang khususnya kelas pekerja pada pasca Perang Dunia II tepatnya pada tahun 1970 yang digambarkan pada komik Abandon the Old in Tokyo?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Agar penelitian lebih terarah dan teratur maka ruang lingkup pembahasan harus dibatasi. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan bisa dilakukan lebih terfokus. Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup penelitian yang difokuskan kepada kehidupan kelas pekerja sebagai tokoh yang diceritakan pada komik ini terutama dilihat dari caranya bersosialisasi dengan masyarakat luas, hubungan para kelas pekerja dengan atasannya dan rekan kerja, keadaan keluarga kelas pekerja dan hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, penelitian hanya difokuskan kepada analisis kehidupan masyarakat yang ditinjau dari sudut sosiologisnya yang terdapat di dalam 8 cerita pendek yang terkumpul pada komik Abandon the Old in Tokyo. Cara pembahasan yang akan dilakukan adalah mengambil cuplikancuplikan dialog pembicaraan tokoh dalam teks asli yaitu bahasa Inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kemudian dianalisis.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Sosiologi sastra menurut Ratna (2003 : 2), yaitu pengalaman terhadap totalitas karya yang disertai aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Sosiologi sastra mewakili kesimbangan antara dua komponen, yaitu sastra dan masyarakat. Oleh karena itu, analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi karya sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu. Zerafta dalam fananie (2001 : 133) mengatakan bahwa bentuk dan isi karya sastra sebenarnya memang lebih banyak diambil dari fenomena sosial dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali film. Karenanya, karya sastra seringkali tampak terikat dengan momen khusus dalam sejarah masyarakat. Dalam hal ini, karya-karya mempunyai suatu fungsi pewahyuan dalam pengertian mencakup aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, atau pun budaya. Itulah sebabnya, karya sastra dapat merupakan pencarian dan sekaligus ungkapan pengertian dan esensinya. Menurut Soekanto (1982 : 23), objek kajian dalam sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dan masyarakat. Mac Iver dan Page dalam soekanto (1982 : 22) mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tatacara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah-laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
yang berubah ini kita sebut masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Di dalam komik Abandon the Old in Tokyo ini dapat dilihat masyarakat yang mengalami perubahan karena didesak oleh perkembangan zaman yang drastis dan mengakibatkan masalah yang kompleks bagi masyarakat yang mengalaminya.
2. Kerangka Teori Dalam sebuah penelitian diperlukan satu teori pendekatan yang menjadi suatu acuan penulis untuk menganalisis karya sastra tersebut. Penulis menggunakan pendekatan sosiologis dan semiotik dalam menganalisis karya sastra ini. Pendekatan sosiologis bertolak dari pandangan bahwa karya sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Jadi melalui sastra, pengarang mencoba mengungkapkan suka-duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui secara jelas. Jadi, bertolak dari pandangan itu maka kritik sastra lebih banyak menggunakan segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat pada karya sastra tersebut,
mempersoalkan
segi-segi
yang
menunjang
pembinaan
dan
pengembangan tata kehidupan. Menurut Mahayana (2005: 337), sastra sebagai dokumen sosial, cerminan situasi sosial, gambaran sosio-historis dan semangat zamannya. Bukan berarti bahwa karya sastra itu adalah objek sosiologi itu sendiri. Sebaliknya, sosiologi
Universitas Sumatera Utara
adalah alat untuk menafsirkan karya sastra dengan maknanya yang sekunder dengan menghubungkan pemahaman dan pemaknaan unsur-unsur intrinsik karya itu dan mengaitkan dengan unsur ekstrinsik. Wellek dan Warren dalam Semi (1995 : 111) membuat klasifikasi singkat sebagai berikut : 1. Sosiologi pengarang : yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang; 2. Sosiologi karya sastra : yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaahan adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya; 3. Sosiologi sastra : yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosial karya sastra terhadap masyarakat. Teori tersebut diperkuat dengan teori yang dibuat oleh Ian Watt dalam Damono (1984 : 3) yang melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra dengan masyarakat. Telaah sosiologis suatu karya sastra mencakup tiga hal : 1. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi
si
pengarang
sebagai
perseorangan
di
samping
mempengaruhi isi karya sastranya. 2. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. 3. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sampai seberapa jauh nilai sastra
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh nilai sosial dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat hibur dan pendidikan terhadap masyarakat pembaca. Hoed dalam Nurgiantoro (1998 : 40) mengatakan bahwa semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan dan lain-lain. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni, sastra, lukisan, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Mengenai hubungan karya sastra dengan tanda, Ratna (2004: 117) mengungkapkan sastra dalam bentuk karya sastra atau naskah mengandung banyak tanda-tanda, sesuatu yang lain yang diwakilinya, sebagai tanda-tanda non verbal. Makna tanda-tanda bukanlah miliknya sendiri, tetapi berasal dari konteks di mana ia diciptakan, dimana ia tertanam. Tanda ini dikirimkan (sender), yang bisa berarti penulis, kepada penerima (receiver), yaitu pembaca. Oleh sebab itu, pemahaman suatu karya sastra tidak bisa dilepaskan dari kenyataannya di luarnya, yaitu masyarakat di mana karya itu lahir. Hubungan antara penulis, karya sastra dan pembaca menyediakan pemahaman mengenai tanda yang sangat kaya. Kemampuan pengarang untuk menuangkan ide dan pengalaman yang dia peroleh dari masyarakat ke dalam karya sastra dan juga kemampuan pembaca untuk bisa memahami atau menginterpretasikan tulisan dan maksud pengarang lewat karyanya menentukan nilai sebuah karya sastra. Penelitian karya sastra dengan pendekatan sosiologis tidak terlepas dari kondisi sosial atau kehidupan masyarakat. Demikian halnya dengan karya sastra,
Universitas Sumatera Utara
memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat, karena karya sastra lahir dari masyarakat. Dengan kata lain, penelitian karya sastra dapat dilakukan dengan penelitian sosiologis. Dalam skripsi ini, penulis akan melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan sosiologis berdasarkan teori “sosiologi karya sastra” (Wellek & Warren) dan teori “sastra sebagai cermin masyarakat” (Watt). Sementara itu, pendekatan semiotika digunakan untuk menganalisis tanda. Melalui
pendekatan
sosiologis
dan
semiotik,
penulis
berusaha
untuk
mengungkapkan apa yang tersirat dalam komik Abandon the Old in Tokyo.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kehidupan masyarakat Jepang khususnya kelas pekerja dalam kehidupan sehari-hari pada pasca Perang Dunia II (1950-1980). 2. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Jepang khususnya kelas pekerja pada pasca Perang Dunia II tepatnya pada tahun 1970 yang digambarkan pada komik Abandon the Old in Tokyo. 2. Manfaat Penelitian 1. Dapat menambah pengetahuan keadaan Jepang pasca Perang Dunia II khususnya pada pertumbuhan ekonomi pesat Jepang (1950-1980) melalui komik Abandon the Old in Tokyo karya Yoshihiro Tatsumi.
Universitas Sumatera Utara
2. Dapat menambah wawasan mengenai kehidupan sosiologis masyarakat Jepang dan pengaruh modernisasi terhadap masyarakat Jepang melalui komik Abandon the Old in Tokyo.
1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dalam pendekatan sosiologis dan cakupan kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30), penelitian yang berifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok
tertentu.
Metode
deskriptif
juga
merupakan
metode
yang
menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan berdasarkan faktafakta atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara
mengumpulkan,
menyusun,
mengklasifikasikan,
mengkaji,
dan
menginterpretasikan data. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah komik Abandon the Old in Tokyo karya Yoshihiro Tatsumi yang diterbitkan oleh Drawn and Quarterly Publication yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka atau (library reserach), yaitu dengan menelusuri sumber-sumber kepustakaan dan buku-buku juga referensi berkaitan dengan masalah. Data diperoleh dari jurnal, artikel, buku dan berbagai situs internet.
Universitas Sumatera Utara