BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, bukan hanya sekedar cerita khayal pengarang namun wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Hasil pemahaman gagasan pikiran pengarang dapat disebut sebagai karya sastra. Karya sastra memiliki unsur estetik yang mampu menyampaikan makna dari hasil pemikiran pengarang. Menurut Stanton (1965:11—12), karya sastra terdiri atas unsur fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana cerita. Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga unsur, yaitu tokoh, plot, dan latar. Unsur-unsur ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Oleh karena itu, tokoh, plot, dan latar sering pula disebut Stanton sebagai struktur faktual sebuah cerita. Struktur faktual bukan merupakan bagian terpisah dari sebuah cerita. Salah satu bentuk karya sastra berupa prosa yang mengandung unsur faktafakta cerita adalah novel. Novel memiliki permasalahan cerita yang lebih kompleks dan rumit dibandingkan dengan cerpen. Permasalahan hidup manusia menjadi tema pilihan pengarang yang seringkali dimunculkan. Selain itu, alur pada novel mampu menggerakkan jalannya cerita sehingga muncul konflik-
1
2
konflik pada novel yang berujung pada klimaks. Novel memungkinkan pembaca untuk mengikuti jalannya cerita karena membaca novel tidak dapat dilakukan dengan sesekali saja. Nurgiyantoro (2005:18) mengungkapkan bahwa terdapat dua kategori novel, yaitu novel serius dan novel populer. Keduanya berusaha menyajikan pengalaman kemanusiaan jika dilihat dari segi persamaannya. Namun demikian, ketika seorang pembaca melakukan pembacaan, terdapat kesulitan yang berbeda dalam upaya memahami keduanya. Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca juga mempunyai tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan. Dalam membaca novel serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi disertai dengan kemauan untuk itu. Novel Suti termasuk dalam jenis novel serius karena permasalahan kehidupan sosial menjadi garis besarnya. Penggambaran situasi permasalahan dilakukan dengan pemikiran yang tidak sederhana. Novel Suti disajikan sebagai media dalam membantu perkembangan pola pikir pembaca dalam menyikapi setiap permasalahan pada peristiwa yang terjadi di kehidupan nyata melalui keunikan alur cerita yang disampaikan. Keunikan itu terjadi pada ketidakdugaan alur, ketidakberaturan alur, dan hubungan kausalitas yang mendukung makna novel Suti. Penulis novel Suti, Sapardi Djoko Damono lahir 20 Maret 1940 di Surakarta, beliau adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Sapardi dikenal dari
3
berbagai ciptaan karya sastra yang menggunakan kata-kata sederhana sehingga beberapa di antaranya sangat populer. Masa mudanya dihabiskan di Surakarta. Pada masa ini Sapardi sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalahmajalah. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpetasi atas beberapa karya Sapardi Djoko Damono. Novel Suti dibagi menjadi tiga babak yang menggunakan angka sebagai penamaan subbab. Tidak ada penulisan judul di dalam novel Suti, hanya dituliskan angka-angka pada setiap subbab-subbab. Peristiwa yang terjadi dalam novel Suti adalah peristiwa kausal yang berdampak bagi peristiwa lain. Alur dalam novel Suti memiliki hubungan kausal yang rekat sehingga mampu memberikan kejutan-kejutan bagi pembaca dengan dimunculkannya cerita di dalam cerita laim yang menjadi jawaban atas seluruh rangkaian cerita. Novel Suti memiliki cerita dalam cerita (subplot) yang dihubungkan oleh makna, gagasan, dan pengalaman hidup yang ingin disampaikan oleh pengarang untuk dipertemukan guna mencapai ketidakdugaan alur. Ketidakdugaan alur dalam novel Suti disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam novel sebagai perjalanan tokoh utama. Alur pada novel Suti memiliki hubungan kausalitas yang erat. Novel Suti menggunakan letak
4
peristiwa masa lampau yang berselang-seling dan berkaitan dengan peristiwa masa kini, serta menggambarkan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama. Pentingnya dilakukan penelitian terhadap novel Suti adalah mendeskripsikan kemunculan konflik yang tidak terduga. Penelitian dibatasi pada unsur alur. Hanya ditelitinya unsur alur pada penelitian ini karena alur merupakan unsur yang paling dominan dalam memunculkan aspek estetik novel Suti. Penulis menduga bahwa alur mampu membuat pembaca terlibat secara spiritual atau pun emosional dalam lika-liku kisah percintaan tokoh Suti. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori struktur Robert Stanton. Adapun pemilihan teori ini karena penjabaran analisis mengenai alur dapat dijelaskan dengan teori struktur Robert Stanton.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Ketidakberurutan peristiwa dalam alur episodis novel Suti karya Sapardi Djoko Damono. 2. Ketidakberurutan tahapan alur dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono. 3. Ketidakdugaan konflik dalam peristiwa yang menyebabkan ketegangan yang tinggi. 4. Hubungan kausalitas yang mendukung makna novel Suti yang hanya dapat ditemukan dan dijelaskan dalam kesatuan antarunsur.
5
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini terdiri dari tujuan teoretis dan tujuan praktis. Terdapat dua tujuan teoretis dalam penelitian ini. Pertama, menerapkan teori struktur novel Robert Stanton dalam memaknai alur berdasarkan urutan penceritaan yang ada dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono. Kedua, tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan hubungan kausalitas yang mendukung makna novel Suti yang hanya dapat ditemukan dan dijelaskan dalam kesatuan antarunsur. Ketiga, menerapkan teori struktur novel Robert Stanton dalam memaknai alur yang mendukung penyampaian makna novel oleh pengarang terhadap pembaca. Tujuan praktis penelitian ini adalah untuk mengetahui alur novel Suti dengan menggunakan teori strutur novel Robert Stanton. Selain itu, memberikan apresiasi terhadap novel Suti dan memberikan sumbangsih terhadap masyarakat sehingga dapat membantu pemahaman dan pengetahuan pembaca terhadap novel Suti. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan referensi hasil penelitian dalam novel Suti dengan teori struktur novel Robert Stanton.
1.4 Tinjauan Pustaka Novel Suti karya Sapardi Djoko Damono memunculkan komentar baik dan buruk. Berbagai pihak turut serta memberikan tanggapan mengenai novel Suti melalui tulisan pada cover belakang novel, blog pribadi, artikel, hingga tugas akhir. Dalam blog
[email protected] mengatakan bahwa Sapardi lebih memaknai ketika menulis dengan tema dan setting seperti ini: berlatar belakang masa tempo dulu namun tetap indah dan nyaman. Alur terungkap rapi,
6
memunculkan rasa penasaran, dan setiap pemain mendapatkan porsi yang sama rata. Konfliknya pun banyak, menyebar, dan kesemuanya dikemas dalam kemasan tempo dulu yang menarik untuk dibaca. Analisis alur teori Robert stantoon dilakukan oleh Rina Tyas Sari (2011) dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer melalui skripsi yang berjudul “Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Struktur dan Fungsi Plot” di Universitas Gadjah Mada. Sari hanya menganalisis plot dengan alasan alur merupakan aspek yang dominan sehingga mampu melibatkan pembaca dalam cerita. Dalam novel Bumi Manusia mempunyai alur yang misterius karena tidak adanya judul dalam masing-masing bab. Penelitian yang hanya menitikberatkan pada alur juga dilakukan oleh M.Rivqi Syalfhariza (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Novel Kecuali 8 karya Alex Suhendra: Analisis Plot Robert Stanton.” Novel Kecuali 8 memiliki kekhasan alur yang terdapat pada perkembangan alur yang tidak beraturan. Penelitian menggunakan analisis struktur novel dengan menggunakan teori fiksi Robert Stanton dilakukan oleh Astri Wulandari (2013) di Universitas Gadjah Mada. Astri dalam skripsinya yang berjudul Cerpen “Keroncong Pembunuhan” karya Seno Gumira Ajidarma: Analisis Alur Robert Stanton yang menitikberatkan hanya pada alur saja. Dalam penelitiannya, Astri mengatakan bahwa cerpen yang diteliti memiliki alur yang bersifat tolak belakang di awal cerita agar memunculkan rasa ingin tahu pembaca. Dalam skripsi yang diteliti oleh Eko Sulistyo (2014) yang berjudul “Novel Pulang karya Leila S. Chudori: Analisis Alur Robert Stanton”. Dalam novel yang Eko teliti, alur memiliki sifat rekat atau plausible. Peristiwa dan episode dalam
7
masing-masing bab dan sub-bab dalam keseluruhan novel terhubung secara kausal. Tanggapan
lain yang ditulis pada blog trulyrudiono.blogspot.com
mengatakan bahwa novel Suti mulai asal usulnya hingga Suti dapat bergabung dan membantu keluarga Sastrosumardi. Babak kedua menguraikan tentang kehidupan Suti sejak menjadi bagian dari kehidupan keluarga Sastrosumardi. Mulai sejak Suti diajak nonton oleh Kunto anak tertua keluarga Sastrosumardi, perasaannya merawat Pak Sastro, atau mengunjungi kebun tebu dengan Dewo. Sementara babak ketiga merupakan penutup. Segala hal yang semula saamar makin menjadi jelas. Novel Suti merupakan novel yang memiliki keunikan alur pada terdapat dalam ketidakberaturan peristiwa, ketidakdugaan konflik, dan hubungan kausalitas alur. Penulis berkeinginan melakukan penelitian alur pada novel Suti dengan teori alur Robert Stanton.
1.5 Landasan Teori Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori fiksi Robert Stanton. Menurut Stanton (2012:91) fisik novel yang panjang akan mengurangi kepekaan pembaca terhadap bagian-bagian kecil alur cerita. Setiap episode terdiri atas berbagai macam topik yang berlainan. Episode dan topik tersebut dapat dileburkan dalam satu bab karena alasan tertentu. Stanton menyebutkan bahwa fakta cerita terdiri atas tiga unsur yang salah satunya adalah alur. Tipe episode dalam novel yang umum dikenal menurut Stanton (2012:92) adalah episode naratif, episode dramatik, dan episode analitik. Episode naratif menunjukkan
8
peristiwa yang sedang terjadi sebagian besar melalui perantara dialog. Episode dramatik menunjukkan apa yang telah terjadi, misalnya dialog yang membawa peristiwa itu seakan-akan hadir ketika dibaca. Episode analitik adalah sebuah episode yang berisi kontemplasi pengarang, tokoh terhadap tokoh lain, atau peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, alur dapat disebut pula sebagai struktur faktual sebuah cerita. Alur terbatas pada peristiwa-peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lainnya. Stanton (2012:28) mengatakan bahwa alur merupakan tulang punggung cerita, alur self evident (menjelaskan dirinya sendiri) daripada unsur-unsur yang lain. Alur mengalir karena mampu merangang berbagai bentuk pertanyaan di dalam benak pembaca, keingintahuan, harapan, maupun rasa takut. Alur dapat membuktikan dirinya meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Setiap kejadian dihubungkan secara sebabakibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Alur memiliki hukum-hukum tersendiri, yakni memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata meyakinkan dan logis dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2012:28). Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Alur merupakan tulang punggung cerita. Alur dapat membuktikan dirinya sendiri. Sebuah cerita tidak akan seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Peristiwaperistiwa yang ditampilkan dalam cerita tidak bersifat sederhana karena
9
pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur memiliki hukum-hukum sendiri, yakni memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam-macam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan.Pada bagian awal masalah sudah mulai ditampilkan. Bagian tengah menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada bagian awal dan konflik tersebut semakin meningkat hingga klimaks. Bagian akhir merupakan penyelesaian yang merupakan akibat dari klimaks dan menjadi bagian akhir dari cerita (Stanton, 1965:14--15). 1.5.1 Episode Sebuah karya fiksi terdiri dari episode-episode yang dihubungkan secara longgar yang melibatkan banyak tokoh dan beberapa hanya muncul sekali (Stanton, 1965:14). Episode dalam sebuah novel mirip dengan babakan dalam drama. Perpindahan dari episode yang satu ke episode yang lain biasanya ditandai dengan perpindahan waktu, tempat atau tokoh. Istilah episode digunakan untuk menunjuk pada suatu kumpulan peristiwa. Kumpulan beberapa peristiwa tersebut selanjutnya akan membentuk bab-bab dan kumpulan bab-bab selanjutnya membentuk satu kesatuan karya fiksi (Pujiharto, 2012:38). 1.5.2 Peristiwa Dalam episode terdapat beberapa peristiwa. Peristiwa adalah peralihan dari keadaan yang satu kepada keadaan yang lain. Peristiwa bisa dibedakan berdasarkan sifat dan tingkat keberpengaruhannya. Berdasarkan sifat, peristiwa dibedakan menjadi peristiwa fisis yang berupa tindakan atau ujaran tokoh dan peristiwa nonfisis yang berupa perubahan sikap tokoh, kilasan-kilasan pandangan,
10
keputusan-keputusan, dan segala yang menjadi variabel pengubah dalam diri tokoh (Pujiharto, 2012:32). Berdasarkan tingkat keberpengaruhannya, peristiwa dibedakan menjadi peristiwa fungsional, peristiwa kaitan, dan peristiwa acuan. Peristiwa fungsional adalah peristiwa yang secara menentukan memengaruhi perkembangan alur. Peristiwa kaitan adalah peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa penting. Peristiwa acuan adalah peristiwa yang mengacu kepada unsur-unsur lain seperti bagaimana watak seseorang, bagaimana suasana yang meliputi para pelaku, dan sebagainya (Pujiharto, 2012:36). Alur sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, sebuah teks naratif tentulah ada awal kejadian, kejadian-kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, alur haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Tahap tengah cerita yang dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian menampilkan pertentangan. Konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat dan semakin menegangkan. Konflik yang dikisahkan seperti yang telah dikemukakan dapat berupa konflik internal, konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal atau pertentangan yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal atau pertentangan yang terjadi antartokoh cerita, antara tokoh-tokoh protagonis, atau keduanya sekaligus. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan.Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut juga sebagai tahap pelarian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Berisi gambaran tentang kesudahan cerita, atau menyarankan bagaimanakah akhir sebuah cerita.
11
Alur terbagi atas tiga tahapan, yakni tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Tahap awal merupakan pengenalan awal dari tokoh cerita, tahap tengah merupakan peristiwa-peristiwa mengarah kepada konflik, dan tahap akhir merupakan penyelesaian konflik (Stanton, 1965:15). Alur (plot) juga harus bersifat plausible atau masuk akal dan logis, serta mampu membuat surprise pada pembaca dengan suspense (tantangan). Plot harus bersifat padu (unity) antarperistiwa satu dengan peristiwa yang lainnya, plot juga harus terdapat hubungan dan sifat saling keterkaitan. Kaitan peristiwa tersebut haruslah logis dan dapat dikenali hubungan kewaktuannya, meskipun tempatnya dalam sebuah cerita mungkin terdapat pada awal, tengah, maupun akhir (Stanton, 1965:15). 1.5.3 Teknik Pengaluran Berdasarkan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita, alur dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu kronologis dan sorot balik. Dalam alur kronologis, peristiwa-peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, berurutan dari awal hingga akhir sesuai dengan urutan waktu. Penyajian alur dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik pengaluran. 1.5.1.1 Backtracking (Menoleh Sebentar ke Belakang) Backtracking sering pula disebut menoleh sebentar ke belakang. Backtracking merupakan pengaluran cerita dengan mengenangapa yang telah terjadi sebelum peristiwa itu memuncak kejadiannya atau menoleh kembali pada peristiwa-peristwa yang telah terjadi melalui mimpi atau lamunan. Backtracking berfungsi untuk memperdalam pemahaman terhadap cerita dengan menoleh kembali pada peristiwa-peristiwa sebelumnya. Backtracking sering lebih menarik
12
karena sejak awal membaca buku, pembaca langsung ditegangkan langsung “terjerat”, dengan tidak terlebih dahulu melewati tahap perkenalan seperti pada novel berplot progresif yang adakalanya berkepanjangan dan bertele-tele (Nurgiyantoro, 2013:215). 1.5.1.2 Foreshadowing (Pembayangan ke Depan) Foreshadowing biasanya ditampilkan secara tidak langsung terhadap peristiwa penting yang akan dikemukakan kemudian atau butir-butir cerita yang membayangkan terjadinya sesuatu atau seolah-olah mempersiapkan peristiwa yang akan datang. Foreshadowing merupakan penampilan peristiwa-peristiwa yang mendahului, namun biasanya ditampilkan secara tidak langsung terhadap peristiwa penting yang akan dikisahkan kemudian (Nurgiyantoro, 2013:193). 1.5.1.3 Suspense (Ketegangan) Dalam kaitannya dengan pengisahan peristiwa-peristiwa, terdapat dua kemungkinan sikap yang diberikan pembaca, yaitu tertarik untuk mengetahui kelanjutan peristiwa atau sebaliknya. Cerita yang menarik biasanya mampu mengikat pembaca untuk selalu ingin mengetahui kelanjutan kejadiannya, mampu membangkitkan rasa ingin tahu, mampu membangkitkan suspense untuk tiap cerita tentu saja tidak sama. Namun demikian, sebuah cerita yang tidak mampu memberikan dan sekaligus mempertahankan rasa ingin tahu pembaca, boleh dikatakan gagal dengan misinya yang memang ingin menyampaikan cerita yang dimaksudkan (Nurgiyantoro, 2013:143). Teknik pengaluran ini berfungsi untuk mendukung kekuatan alur dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Teknik ini dipakai agar alur berjalan
13
secara logis dan kronologis, untuk mendukung kekuatan alur dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dua unsur penting pada alur adalah konflik dan klimaks. Konflik memiliki dua bagian, yaitu konfik internal dan konflik eksternal. Konflik internal hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan lingkungannya. Konflik eksternal adalah konflik antara karakter yang satu dengan karakter lainnya. Konflik bersifat fundamental, membenturkan sifat-sifat dan kekuatan tertentu, pengalaman, individualitas dengan kemauan adaptasi. Konflik semacam inilah yang menjadi inti struktur cerita, pusat yang pada gilirannya akan tumbuh dan berkembang seiring dengan alur yang terus menerus mengalir (Stanton, 2012:31). Menurut Stanton (2012:31) klimaks adalah saat konflik terasa sangat intens sehingga ending tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang mempertemukan kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat terselesaikan. Klimaks pertama sering berwujud satu peristiwa yang spektakuler. Klimaks utama tersebut sulit dikenali karena konflik-konflik subordinat memiliki masing-masing klimaks. Bahkan, bila konflik sebuah cerita berwujud dalam berbagai bentuk atau cara melalui fase yang berlainan akan sangat tidak mungkin menentukan satu klimaks utama. Memilih lebih dari satu pilihan masih dapat merangkum struktur isi cerita secara menyeluruh. Sifat kesatupaduan, keutuhan dan unity pada alur merupakan aspek penting dalam alur. Keseluruhan cerita mendukung dan diceritakan tampak berjalinan satu dengan lain dan secara bersama mendukung makna utama yang ingin disampaikan. Novel yang memiliki struktur peristiwa yang utuh adalah karya
14
novel yang dapat disebut keseluruhan yang artistik. Seluruh unsur yang terdapat pada karya itu saling berjalinan dan saling menentukan kemenyeluruhan, sebuah totalitas, atau sebuah sistem yang besar (Nurgiyantoro, 2013:197).
1.6 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu metode yang mendeskripsikan fakta dan data dalam teks kemudian dilanjutkan dengan analisis untuk memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2004:53). Adapun langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut: 1. Menemukan sumber data yang akan dikaji sebagai objek penelitian, yaitu novel Suti karya Sapardi Djoko Damono. 2. Merumuskan permasalahan yang akan menentukan arah penelitian. 3. Melakukan studi pustaka dengan mencari sumber bahan dan data yang menunjang penelitian. 4. Membaca berulang-ulang novel Suti guna mencari relasi di dalam permasalahan alur. 5. Menganalisis alur pada novel Suti berdasarkan teori fiksi Robert Stanton. 6. Menyajikan dalam laporan penelitian bentuk skripsi. 7. Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.
1.7 Sistematika Laporan Penelitian Hasil penelitian akan disajikan dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, serta sistematika laporan penelitian. Bab II
15
uraian mengenai alur episode naratif dalam novel Suti. Bab III tahap alur. Bab IV uraian mengenai konflik, ketegangan, dan akhir cerita. Bab V berisi kesatuan anatarunsur. Bab VI berisi kesimpulan.